Anda di halaman 1dari 42

Quality Control

Pengertian Produksi dan Efisiensi


Produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk membuat dan mengolah barang
atau jasa dagangan untuk mempertinggi kuantitas manusia dan kuantitas suatu barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia (Ms. Encarta Library 2005). Banyak faktor yang sangat
berperan dalam memperoleh kuantitas dan kualitas produksi yang baik, dimana yang menjadi
faktor utamanya adalah sumber manuasia, sumber daya alam dan sumber daya keuangan yang
baik.
Efisiensi di dalam ilmu fisika dan teknik adalah perbandingan jumlah (barang / jasa) yang
diproduksi (nyata) oleh suatu mesin dengan jumlah (barang / jasa) yang direncananakan (target).
Efisiensi pada umumnya dinyatakan sebagai persentase, dan tidak ada mesin dapat bekerja dengan
efisiensi 100 persen (Ms. Encarta Library 2005).

Pengertian Quality Control


Quality Control adalah suatu kegiatan meneliti, mengembangkan, merancang dan
memenuhi kepuasan konsumen, memberi pelayanan yang baik dimana pelaksananya melibatkan
seluruh kegiatan dalam perusahaan mulai dari pimpinan teratas sampai karyawan pelaksana (Dr.
K. Ishikawa).
Quality Control adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan –
kegiatan pemeliharaan dan pengambangan mutu dalam suatu organisasi sehingga dapat diperoleh
produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis dan memuaskan konsumen (Feightboum).
Quality Control adalah akrivitas memelihara dan memperbaiki produk dan service yang
ditawarkan kepada perusahaan, quality control bukan hanya menjadi tanggung jawab begian
quality control saja, tetapi seluruh karyawan atau pihak menjadi satu kesatuan memecahkan
masalah ini (Ishita Nobuyuki).

TQC (Total Quality Control)


TQC (Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang mengikut
sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik pengendalian kualitas
untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang mengerjakannya.
Konsep dasar TQC :
1. Kepuasan pemakai (Orientasi pemakai bukan orientasi Standard)
2. Kualitas artinya mutu segala macam pekerjaan
3. Kualitas adalah urusan setiap karyawan (bekerja sekali jadi dan benar)
Pengertian dari TQC :
1. Total Quality Control adalah rangkaian kegiatan yang terus menerus dari Plan – Do
– Check – Action (PDCA)
2. Total Quality Control diselenggarakan tidak pada hasilnya, tetapi
selama proses sampai dengan hasilnya
3. Jangan menyalahkan siapapun juga
4. Bicara dengan data/fakta dan unsur – unsur yang terukur
5. Setiap kegiatan harus punya segi kegiatan perbaikan danpencegahan

Tujuan Quality Control


Quality Control berarti memenuhi keinginan costumer terhadap produk dan service, maka
tujuan quality control berdasarkan pengertian tersebut adalah :
1. Quality adalah Kualitas produk dan kegiatan ( aktifitas kerja )
2. Cost adalah Biaya
3. Delivery adalah Penyampaian ( ketepatan dan cara )
4. Safety adalah Keselamatan
5. Environment adalah Ramah Lingkungan
Membuat keseimbangan antara quality dan cost. Kualitas dicapai secara ekonomis dan
efisien hanya bila tiap proses dapat memberi jaminan kualitas pekerjaannya pada proses – proses
berikutnya. Aktivitas QC circle ( berkesinambungan ), operasional ZD ( Zero Defect )

Keuntungan dan Faktor Kegagalan Penerapan Quality Control


Keuntungan Penerapan Quality Control meliputi :
1. Pembinaan/pengembangan personel
2. Membina rasa kebersamaan
3. Perbaikan Kualitas
4. Pengurangan Biaya
5. Perbaikan Sikap Mental
6. Membangun Team yang tangguh
7. Membangun kata sepakat dan motivasi
8. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalah
9. Penghargaan terhadap karyawan
Kegagalan dalam penerapan Quality Control dapat disebabkan oleh :
1. Meremehkan anggota team yang lain
2. Tidak mendengarkan
3. Suka interupsi
4. Menggurui
5. Rendah diri
6. Mengabaikan kemampuan yang positif
7. Tidak mengikut sertakan
8. Menomor satukan orang lain
9. Gagal berbicara
10. Gagal berpraktek
11. Seakan dirinya tidak terpakai
12. Seakan dirinya nomor satu
13. Menyembunyikan belang

Sejarah Quality Control


Sejarah Quality Control setelah Perang Dunia II ( 1939-1945) pada saat kekalahan Jepang
atas Amerika :
1. Tahun 1945, Jepang mengalami kekelahan perang dengan Amerika. Penyebabnya adalah
Amerika negara yang besar dan mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan
Jepang, demikian juga untuk kualitas peralatan perangnya, amerika menghasilkan
peralatan yang kualitasnya baik.
2. Deming, W. Edwards ( 1900-1993), orang statistik dan tenaga ahli manajemen
berkwalitas yang bertindak sebagai seorang guru, penasehat, dan konsultan bagi sejumlah
korporasi penting, para pemimpin bisnis, dan tenaga ahli pengendalian mutu. Deming
revitalize dibantu ekonom Jepang yang mengikuti Perang Dunia II ( 1939-1945) dan
mengadakan revolusi praktek bisnis dari banyak perusahaan di (dalam) Amerika Serikat
sepanjang 1980s
3. Tahun 1950, Pada perang Amerika dengan Korea Utara, Jepang menjadi basis militer
Amerika terutama untuk memperbaiki peralatan tempur Amerika, disinilah awalnya
Jepang kemudian belajar mengenai Quality Control.
4. Tahun 1954, E. Deming ( Seorang Ilmuan dari Amerika ) diundang datang ke Jepang
untuk memberi kuliah mengenai Quality Control.
5. Tahun 1960, Jepang mulai mengadopsi dan menerapkan Quality Control pada industri –
industrinya.

Prinsip Dasar Quality Control


1. Qualitas adalah memenuhi keinginan sesuai yang diharapkan oleh pelanggan, yaitu dengan
memberikan barang serta service yang memuaskan.
2. Quality control adalah dari Top Managemen sampai dengan seluruh karyawan benar – benar
merasakan dan menyadari bahwa Quality adalah jiwa dari perusahaan.
3. Langkah – langkah yang dilakukan dalam Quality Control adalah Plan – Do – Action ( Deming
Circle ).

Quality Control, sekarang dan Dunia generasi ke-3


QC
TQC TQM
(Generasi Pertama
(Generasi Kedua) (Generasi Ketiga)
)
Industri dan Kekuatan Kekuatan kompetisi
Ekstensi dihargai
Organisasi Manufactur produk

Qualitas Produksi
Obyek Qualitas Produksi Qualitas Manajemen
dan Service

Lingkup Hubungan antar


Produk Perusahaan, Group
Aktivitas manusia

Cocok dengan Memuaskan Memuaskan stock


Tujuan QC
permintaan Costumer holder
Cara Pemikiran
Produk Out Market in Society in
Jaminan Kualitas

Qualitas Barang Produk Q Produk QCD Gabungan ( Quality )

Sasaran
Product Proses Sistem Manajemen
Manajemen

Cara Pemikiran Pengandalian dan Manajemen dan


Strategi Manajemen
Manajemen Kontrol Operasional

Pemeliharaan Pengutamaan
Rentang Kontrol Kaizen stop
kaizen reformasi

Lingkup Perbaikan Perbaikan sebelum


Pencegahan
Perawatan Sementara berhenti

Tabel 4 : Quality Control, sekarang dan Dunia generasi ke-3

Langkah – Langkah dalam Quality Control


1. Langkah pertama dalam quality control adalah benar – benar mengerti dan memahami
keadaan ( kelemahan maupun kelebihan ) yang ada pada diri sendiri.
2. Selanjutnya adalah mampu mengurangi kesalahan pada diri sendiri.
3. Setelah menemukan penyebab masalahnya, ambil penyebab nomor 1 dan 2 , buang
penyebab nomor 3,4, dan seterusnya.
4. Jangan hanya melihat hasilnya tetapi check satu – persatu prosesnya.
5. Check dan yakinkan fakta yang ada di lapangan, dengan produk dan data.
6. Lakukan pengamatan pada nilai rata – rata dari hasil data, karena bisa saja terjadi ketidak
seimbangan nilai rata – rata.
7. Jangan hanya melakukan penyelidikan, tetapi dari hasil penyelidikan di check satu
persatu prosesnya.
8. Cara bekerja serta urutan bekerja jangan hanya disampaikan secara lisan tetapi
sampaikanlah dalam bentuk tulisann.
9. Kalau melihat sesuatu yang abnormal, segera lakukan action,stop mesin, hubungi
maintenance, segera cari penyebabnya dan lakukan tindakan perbaikan.
10. Jangan sampai kesalahan yang sama terulang kembali.

Penerapan Quality Control


Berikut ini adalah contoh perbandingan penerapan dari teori quality control dari dua buah
perusahaan yang dari perbandingan tersebut dapat kita analisa perusahaan manakah yang dapat
bertahan hidup ?
Perusahaan A Perusahaan B
Riwayat Perusahaan Lama Baru
Biaya Pengolahan Mahal Murah
Daerah ( Kurang Strategis
Lokasi Kota ( Strategis )
)
Cara Pemikiran
Manerima apa saja Menerima yang bisa saja
Bekerja
Jumlah Karyawan Banyak Sedikit
% Produk NG 2~3% Di bawah 1 %
Tabel 5 : Contoh penerapan quality control

Manajemen Kualitas (Quality Management)


Pengertian Mutu ( Kualitas )
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur
dan cara pengendaliannya.
Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu
proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai.
Misalnya dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan
bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada
kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu
penyerahan dan biaya, serta bebas cacat.
Pengertian Manajemen Mutu
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang
menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka
mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan
ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management
kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
· Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
· Proses management proyek itu sendiri.
Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar
tentang hal hal yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang
pentingnya sistem dan realisasinya dalam proyek di lapangan.
Management kualitas Proyek
Pada bagian ini di fokuskan pada proses dari management proyek. Ada 2 model atau teknik
yang telah sukses di gabungkan dan di terapkan dalam pelatihan di konsultan konsultan konstruksi
dalam meningkatkan kinerja proses dari management proyek, antara lain : Continuous Quality
Model dan Process Quality Management Model.
Continuous Quality Management
Merupakan cara yang digunakan sebuah perusahaan yang mana dapat digunakan untuk
meningkatkan proses bisnis mereka. Ini merupakan cara hidup dari semua organisasi yang ingin
mencapai posisi yang kompetitif dalam arus industrisasi yang cepat.
Process Management Model
Model atau cara ini digunakan menghubungkan faktor kesuksesan yang kritis pada proses
bisnis . Ini membangun dasar pondasi yang mana Continous Quality Management Model
meneruskan mengadakan suatau analisis yang terhadap langkah langkah dan proses dalam
meningkatkan dan memanfaatkan kesempatan yang ada.Penggunaan kualitas dalam proyek
konstruksi
Management kualitas yang terpadu merupakan pendekatan yang umum di gunakan untuk
mendapatkan suatu kualitas yang diinginkan. Dan kualitas suatu proyek adalah masalah yang
khusus yang mana wajib memerlukan penafsiran yang khusus pula.
Ada 6 (enam) lingkup dari pekerjaan proyek yang mana kualitas harus diuji dan diperiksa yaitu :
· Kualitas dari penerangan dan keputusan dari klien
· Kualitas dari proses disain
· Kualitas Material dan komponen
· Kualitas dari kumpulan proyek
· Kualitas dari kegiatan management proyek
· Management proyek sebagai rata rata dari peningkatan kualitas proyek
Syarat Penggunaan dalam Quality Management
Ada beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas. Dalam konteks
konstruksi beberapa akan di jelaskan.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa
apakah standard spesifikasi udah di capai.
2. Quality control
Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan
agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoring,
mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak perlu
serta usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk
memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok
ukur dan cara pengendaliannya.
Quality Assurance
Pemastian Mutu (Quality Assurance) adalah seluruh tindakan yang sistematis dan
terencana yang diperlukan agar terjadi kepastian dan kepercayaan terhadap mutu produk/jasa yang
diberikan. Aktivitasnya mencakup kegiatan proses, baik internal maupun eksternal termasuk
merumuskan kebutuhan pelanggan. Maksud dari Quality assurance ini adalah mengidentifikasi
kemajuan dari kualitas. Quality assurance mengevaluasi cost dari proyek secara keseluruhan
secara teratur untuk menetapkan anggaran yang keluar relevan dan sesuai dengan standard
kualitas.
Total Quality Management (management kualitas terpadu )
Pada tahun-tahun sekarang sangat sangat penting meningkatkan kualitas dari sebuah
produk yang di hasilkan . Tekanan ini banyak datang dari perusahaan -perusahaan besar
internasional seperti perusahaan mobil dan computer. Persaingan antar perusahaan tersebut lebih
memaksa mereka untuk lebih lagi meningkatkan kualitas produk yang di hasilkan, agar mendapat
kepercayaan dari pasar
5( lima ) pilar dalam Total quality management
Semua sistem manajemen yang menjunjung tinggi kemanusiaan di perlukan untuk
menyatukan prinsip prinsip Total quality management ke dalam setiap aspek organisasi. Bill
Creech, salah seorang dari Tim manajemen impian tahun 90-an di Amerika, telah lama
menggunakan lima pilar sebagai suatu cara untuk memberikan gambaran akan perlunya dasar yang
luas bagi TQM . Menurut Bill Creech ,Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian
organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam
proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya
tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar
pendukung bagi semua yang lain. setiap pilar tergantung pada pilar yang lainnya , dan kalau salah
satu lemah sendirinya yang lain akan lemah.
Penerapan TQM dalam Organisasi
Didalam 5 pilar manajemen kualitas terpadu , organisasi merupakan pilar di tengah. Cara
kita berorganisasi jelas mempengaruhi semua unsur dan kegiatan yang lain. Organisasi adalah
kerangka kerja yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk mendapatkan hasil kerja
yang efisien. Untuk alasan tersebut organisasi lebih dari sesuatu dalam menentukan kesehatan dan
vitalitas keseluruhan dari sistem. Pengalaman menunjukan bahwa beberapa struktur organisasi
hanya cocok untuk sistem sentralisasi,sedangkan yang lain hanya cocok untuk sistem
desentralisasi. Penetapan sentralisme pada input dan ketergantungan pada peraturan yang
berlebihan menekan semangat manusia . Perlakuan yang kasar terhadap factor sistem manusia
memuat orang merasa terasing dan juga bisa memadamkan motivasi kita. Sebaliknya struktur
desentralisasi mempermudah pemimpin dan membebaskan kreatifitas. Sebenarnya. Pertanyaaan
kuncinya adalah organisasi mengembangkan atau meredam semangat manusia. Oleh karena itu
bagaimana kita memilih organisasi yang dapat melambungkan dan organisasi yang dapat
memjatuhkan kita. Berkenaan dengan hal itu , memikirkan struktur sebuah organisasidalam arti
vertical merupakan hal yang tradisional. Seertisebuah pyramid dengan sebuah puncak, suatu
dasar, dengan berlapis lapis manajemen diantaranya. Tetapi ini dapat juga di pikirkan sebagai
sebuah segitiga , yang terletak pada sebuah sisinya, ada bagian depan dan belakang. Semakin tinggi
rasio gigi ke ekor dari organisasi itu. Tak perlu di pertanyakan lagi, semakin sengitnya persaingan
dalam era globaliasi, semakin banyak gigi yang diperlukan. Karyawan di bagian depan, di ujung
tombak yang langsung berhadapan dengan pelanggan dan pesaing.
Kebanyakan dalam bisnis Amerika menyebut karyawan sebagai Frontline (garis depan),
tetapi itu hanya berupa pemikiran depan ke belakang. Dalam analisis akhir, peran dimenangkan
dengan apa yang terjadi di depan .Hasil akhir dari persaingan ekonomi antar organisasi dan antar
negara ditentukan dengan cara yang tepat sama. Hasil akhirnya tergantung pada pelaksana ujung
tombak. Oleh karena itu pemikiran konseptual mengenai organisasi harus dimulai dari bawah (di
bagian depan) dan di lanjutkan dari situ, dengan focus yang semakin terpusat pada cara membuat
struktur tebaik bagi organisasi dan mengatur agar baggian garis depan menjadi kompeten, kreatif,
dan memberikan komitmennya sebagai prasyarat untuk sukses.
Perubahan sekarang sudah menyebar ke mana mana dan proses mutu diucapkan oleh
banyak orang. Tetapi hanya sedikit terjadi perubahan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh
kebanyakan perusahaan sedang memandang proses yang terjadi bukan merupakan perpanjangan
dari permintaaan mereka dari seluruh organisasi. Ini merupakan penghapusan yang serius karena
di situklah kerusakan paling menyedihkan akibat sentralisme. Struktur yang di hasilkan nya dan
tergantung dalam rangka mendukung ajarannya adalah kebalikan dari cepat tanggap dan
fleksibilitas. Dan hal itu membuat kuno dan tidak cocok dengan persaingan gerak cepat dari zaman
globalisasi. Sementara beberapa praktisi.sentralisme yang penuh keyakinan mengaku mendukung
perubahan , dalam kenyataanya perubahan tadi hanyalah tambal sulam pada suatu sistem yang
pada dasarnya demikian rusak seingga kegunaan dari tambalan tadi demikian kecil.
Sistem Management Kualitas
Pengertian Sistem dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani
yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai satu
pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan. Berikut ini pengertian sistem yang di berikan
oleh para ahli :Buckley
Sistem adalah suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya
saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya. (A whole that functions as a whole by virtue of
interdependence of its parts).
Sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau bukan manusia
(non-human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut
dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir.
Pengertian ini, mengandung arti pentingnya aspek pengaturan dan pengorganisasian komponen
dari suatu sistem untuk mencapai sasaran bersama, karena bila tidak ada sinkronisasi dan
koordinasi yang tepat, maka kegiatan masing-masing komponen, sub-sistem, atau bidang dalam
suatu organisasi akan kurang saling mendukung. B.S. Blanchard (1990)
Engineering System adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu pengetahuan dan
engineering dalam rangka mewujudkan kebutuhan operasional menjadi suatu sistem konfigurasi
tertentu, melalui proses yang saling terkait berupa definisi keperluan analisis fungsional, sintesis,
optimasi, desain, tes, dan evaluasi.
Pemakaian sistem dapat di golongkan secara garis besar dalam 2 golongan pemakaian yaitu :
1. Menunjukan pada suatu bentuk fisik, sesuatu wujud benda, abstrak maupun konkrit termasuk
juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif
2. Menunjukan suatu metode atau tata-cara yang dikenal dengan preskriptif
Sistem paling sering digunakan untuk menunjukan pengertian metode atau cara dan sesuatu
himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan.
Deskriptif / Preskriptif
Ini sebuah mobil. Ini sebuah mobil yg bisa memberi layanan transportasi ekonomis. Ini
program investasi yang akan meningkatkan deviden. Ini perlengkapan keamanan yang akan
mencegah kecelakaan contoh tersebut di atas menunjukan pada suatu wujud barang atau benda
dalam pengertian deskriptif yang berlainan dengan benda yang dipergunakan dalam pengertian
preskriptif yaitu sebagai suatu metode atau alat untuk mencapai sesuatu.
Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam pengertian umum
sebagai pendekatan sistem yang merupakan penerapan metode ilmiah dalam memecahkan suatu
masalah. Ada banyak penyebab atas terjadinya sesuatu masalah. Jadi pendekatan sistem menyadari
adanya kerumitan di dalam kebanyakan permasalahan. Misalnya dalam kasus suatu kecelakaan
mobil kita tidak bisa menganggap terjadinya kecelakaan akibat mobil dijalankan ngebut. Apabila
dikaji lebih cermat banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan mobil. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa banyak manfaat yang kita peroleh dengan mengambil kesimpulan atau
keputusan secara sistematik ini.
Defenisi Sistem
Adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau
tata cara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan,
mendayagunakan atau mengolah atau memberlakukan persayaratan produk, jadwal, bahan
mentah, dan daya listrik yang diubah menjadi daya mekanik guna menghasilkan karya, produk dan
informasi yang telah direncanakan atau ditetapkan pada saat para langganan memerlukannya.
Sistem Informasi Manajemen. Sekumpulan orang, seperangkat pedoman dan alat perlengkapan
pengolah data memilih, menyimpan, mengolah dan mengambil kembali data (mengolah data dan
bahan) untuk mengurangi ketidakpastian di dalam pembuatan keputusan dengan menghasilkan
atau memberikan informasi bagi/kepada pimpinan pada saat pimpinan tersebut bisa
mempergunakannya seefisien-efisiennya.
Sistem Organisasi Usaha. Sekumpulan orang mencari dan mengolah sumbersumber
material dan informasi untuk mencapai berbagai macam tujuan bersama termasuk keuntungan
ekonomi bagi perusahaan dengan menyelenggarakan pembelanjaan atau penganggaran,
perancangan, memproduksi dan pemasaran. guna menghasilkan produk akhir dan berhasil
memasarkannya sebanyak jumlah minimum tertentu per tahunnya.
Jika diperhatikan ketiga contoh di atas, maka nampak ada unsur difinisi yang selalu ada yaitu:
1. Sehimpunan Unsur
2. Tujuan Sistem
3. Wujud Hasil Kegiatan atau Proses Sistem dalam Kurun Waktu sistem konstruksi
Bagaimana dengan pengertian Sistem yang dikaitkan dengan Konstruksi, yang sering
ditulis dengan sistem konstruksi. Sebenarnya kata konstruksi menurut Bahasa Indonesia lebih
dekat dengan kata dari Bahasa Belanda “Konstruktie”, karena kata Konstruksi yang dimaksudkan
disini adalah wujud sesuatu bangunan. Sehingga kata Konstruksi haruslah berupa kata benda. Jadi
Konstruksi disini bukanlah terjemahan langsung dari Bahasa Inggris yaitu dari kata
“Construction”, yang berarti pembangunan. Sehingga “Construction System” menurut Bahasa
Inggris lebih tepat diterjemahkan menjadi Sistem Pembangunan yang dekat dengan pengertian
“Construction Management”. Jadi yang dimaksud dengan Sistem Konstruksi disini adalah sistem
bangunan atau jenis-jenis bangunan atau dalam Bahasa Inggris sebenarnya lebih tepat disebut
dengan “Structural System”.
Dengan menggunakan konsep di atas maka Sistem Konstruksi dapat diartikan sebagai
sekelompok orang, seperangkat pedoman dan peraturan, fasilitas, alat perlengkapan pengolah data
melakukan kegiatan atau bekerja untuk menghasilkan jumlah dan jenis konstruksi tertentu dengan
mendayagunakan atau memberlakukan persyaratan teknis, sumber daya alam, sumber daya
manusia guna menghasilkan hasil karya dan informasi yang telah direncanakan atau ditetapkan
pada saat diperlukan. Selanjutnya, Sistem Konstruksi dalam hal ini juga mengandung artikan
sebagai gabungan dan kerjasama dari semua unsur Konstruksi, sehingga membentuk satu kesatuan
yang kompak dan terpadu menjadi suatu bangunan untuk suatu manfaat tertentu.
Dalam hal Konstruksi Bangunan Sipil, khususnya Konstruksi Jembatan, maka yang
dimaksud dengan Sistem Konstruksi adalah suatu konstruksi yang disusun oleh atau terdiri dari
sub-sistem yaitu: Bangunan Atas Jembatan, Bangunan bawah jembatan, dan dilengkapi dengan
Bangunan Pelengkap Jembatan. Selanjutnya, kalau bahasan analisa kita turunkan satu level
dibawahnya yaitu dengan merinci unsur sub-sistem Bangunan Atas Jembatan maka dapatlah kita
uraikan lebih jauh bahwa Bangunan Atas tersebut tersusun dari Gelagar Utama, Diafragma,
Lantai-Jembatan, Trotoar, Railing-Post, dan Hand-Railing. Memperhatikan uraian di atas dapatlah
kita simpulkan bahwa setiap suatu sistem bisa kita uraikan dalam bentuk sub-sistem pada level
dibawahnya. Dan secara umum suatu sistem dapat kita jabarkan dalam bentuk suatu hirarki dengan
berbagai levelnya.
Marilah kita tinjau sistem dari sebuah Pohon, dimana setiap Pohon akan terdiri dari sub-
sistem dibawahnya yaitu: Batang, Cabang, Ranting, Daun dan buah serta akar. Unsur-unsur pohon
tersebut, saling bekerjasama, untuk memperoleh suatu manfaat tertentu, antara lain untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan reproduksi. Apabila salah satu atau lebih dari unsur sub-
sistem tersebut tidak bekerja atau hilang maka gabungan dari unsur-unsur yang tidak lengkap
tersebut tidak dapat kita katakan sebagai sebuah sistem.
Pada suatu sistem yang lebih kompleks misalnya Manusia, dapatlah kita lihat suatu hirarki sebagai
berikut: Manusia secara utuh dan lengkap dapat kita sebut sebagai level-1. Selanjutnya sub-sistem
yang langsung berada dibawahnya yaitu pada level-2, dapat kita uraikan menjadi Kepala, Tubuh
dan Anggota Badan.
Selanjutnya apabila kita teliti lebih jauh pada level sub-sistem berikutnya yaitu pada level-
3, maka Kepala dapat pula kita uraikan lebih jauh yaitu terdiri dari mata, telinga, mulut, hidung,
dan wajah. Dan seterusnya pada level-4 dapat diuraikan lagi lebih lanjut yaitu untuk Telinga dapat
dirinci lebih jauh menjadi: daun-telinga, lubang-telinga, saluran eustachius dan gendang-telinga.
Kalau kita melihat sistem tersebut dengan keterkaitannya kepada dukungan dari unit lain, maka
pada tatanan yang mempunyai level sistem yang sama yaitu Teknologi Konstruksi, Keahlian
Konstruksi, kelembagaan usaha konstruksi dan jasa Konstruksi, maka akan kita temui suatu
kumpulan sistem yang disebut “BIDANG KONSTRUKSI”. Lebih jauh kalau kita melihat pada
tatanan yang lebih tinggi yang dikenal dengan sebutan “Supra-Sistemnya”, maka akan kita temui
suatu sistem yang cakupannya lebih luas dan lebih menyeluruh, misalnya suatu ruas jalan tertentu
dapat kita sebut sebagai Supra-Sistem dari jembatan yang terletak pada ruas tersebut, selanjutnya
ruas jalan tersebut dapat pula kita namakan dengan sub-sistem dari suatu sistem jaringan jalan
yang lebih luas.
Selanjutnya sistem jaringan jalan ini, dapat pula kita sebut sebagai sub-sistem dari moda-
transportasi darat, dimana moda transportasi darat ini dapat pula kita nyatakan menjadi sub-sistem
dari sistem transportasi nasional yang mencakup seluruh moda transportasi yang ada yaitu
transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.
Penilaian terhadap Sistem
Suatu sistem dapat kita katakan optimum apabila semua unsur-unsur yang mendukung
sistem tersebut juga mencapai nilai optimum, di atas telah kita bahas beberapa unsur yang
mendukung terwujudnya suatu sistem yang optimum yaitu :
1. Teknologi Konstruksi
2. Keakhlian Konstruksi
3. Kelembagaan Konstruksi
4. Jasa Konstruksi
Selain keempat unsur utama tersebut di atas, maka ada beberapa unsur lainnya yang tidak
kalah pentingnya untuk turut pula menjadi pertimbangan secara tersendiri disini, meskipun
bahasan dari beberapa unsur tersebut dapat pula kita bahas secara implisit di dalam masing-masing
unsur tersebut. Unsur-unsur penting lainnya tersebut adalah sebagai berikut:
1. efektif-Efisien
2. ekonomis
3. financial-viable
4. durability, kesesuaian dengan umur rencana
5. azas-Manfaat, keberpihakan kepada Publik
6. sistem Integrasi, terhadap sistem-sistem lain di lingkungannya
7. dan lainnya (lingkungan hidup, dlsb).
Keseluruhan unsur-unsur di atas haruslah menjadi pertimbangan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu sistem konstruksi, apakah sistem tersebut optimum atau tidak,
yang menjadi masalah lebih lanjut adalah, pemberian bobot terhadap masing–masing unsur.
Apakah akan kita beri bobot yang sama ataukah dengan bobot yang berbeda, menurut common–
sense seharusnya bobot untuk masingmasing unsur tersebut harusnya tidak sama, tergantung
kepada tingkat kepentingan dari masing-masing unsur yang ditinjau, jadi sangat tergantung kepada
tingkat Intervention–Policy yang kita tetapkan
Teknologi Konstruksi
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“
yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan
sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja
berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami
disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang
(repetisi). Berbeda kalau kita membahas tentang suatu produk-seni yang mana proses
pembuatannya dilaksanakan secara intuitif jadi tidak secara rasional, sedemikian sehingga karya
seni tersebut tidaklah dapat dikatagorikan sebagai suatu produk teknologi. Kalau bahasan wacana
ini dikembangkan secara lebih jauh maka kata Teknologi ini biasanya mempunyai pasangan kata
yang populer yaitu Science, jadi pasangan kata Science dan Teknologi. Sesungguhnya kata
Science ini lebih dekat dengan jawaban kata “WHY”, selanjutnya kata Teknologi dilain pihak
sangat dekat dengan pengertian kata jawaban dari “HOW”.
Kalau kita bandingkan penguasaan teknologi konstruksi baja dengan konstruksi beton
secara umum dapat kita ketahui, bahwa berdasarkan pengalaman selama ini bahwa teknologi
pembuatan konstruksi beton lebih banyak dikuasai oleh bangsa kita, apabila dibandingkan dengan
teknologi baja, hal ini dikarenakan bahwa semua unsur material pembuat beton banyak tersedia di
Pulau Jawa, karena itu maka nilai rating konstruksi beton kita tetapkan dengan nilai 5, sedangkan
untuk konstruksi baja kita tetapkan dengan nilai 3
Selanjutnya kalau kita berikan penilaian terhadap keahlian konstruksi, maka dapat kita
ketahui dengan jelas bahwa banyaknya tenaga terampil dan tenaga ahli yang bergerak dibidang
pembuatan konstruksi beton lebih banyak dan lebih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan,
tenaga terampil dan tenaga ahli dibidang konstruksi baja, jadi dapat kita simpulkan disini bahwa
nilai rating untuk konstruksi beton pasti lebih tinggi bila dibandingkan dengan konstruksi baja,
karena itu kita putuskan nilai untuk beton kita ambil 5 dan untuk konstruksi baja kita ambil nilai
3.
Jasa Konstruksi
Penilaian terhadap sistem apabila dilihat dari sudut Jasa Konstruksi, tentu saja akan
melibatkan penilaian apakah pelaksanaan Jasa Konstruksi di Indonesia telah mempunyai suatu
landasan Hukum yang kuat, juga apakah pelaksanaan jasa konstruksi disini telah berdasarkan
prinsip Market-Oriented. Jadi telah menterapkan sistem persaingan bebas sedemikian sehingga
jaminan keamanan terhadap pelaksanaan jasa konstruksi dapat berkembang berdasarkan prinsip
persaingan bebas, yang memungkinkan dunia usaha dibidang Jasa Konstruksi ini betul-betul akan
hidup dan berkembang secara sehat berdasarkan prinsip-prinsip di atas dan didukung oleh
pengembangan Professionalisme.
Dalam hal perbandingan Sistem Konstruksi Baja apabila kita bandingkan dengan sistem
konstruksi beton akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan kenyataan yang ada maka pelaksanaan
konstruksi beton akan lebih mudah dan lebih disukai dibandingkan dengan pelaksanaan Konstruksi
Baja, kerena itu penetapan besarnya nilai rating yang diambil adalah paralel dengan hal tersebut
diatas yaitu nilai 5 untuk konstruksi beton dan nilai 3 untuk konstruksi baja. Penilaian selanjutnya
akan ditujukan kepada nilai-nilai Eksternal yaitu efektif, ekonomis, durability, manfaat, integrasi
terhadap sistem lain dan tingkat gangguanya terhadap lingkungan hidup.
Pentingnya Sistem Management Kualitas
Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATTS, APEC, WTO, dan lain
sebagainya, telah menciptakan kancah kompetisi yang semakin bebas dan ketat. Proteksi yang
sebelumnya menjadi benteng bagi produk barang dan jasa dalam negeri, akan hilang diterjang arus
liberalisasi. Produk barang dan jasa luar negeri akan bebas masuk ke pasar domestik. Menghadapi
situasi seperti ini, terdapat dua pilihan bagi para pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi
yaitu masuk dalam arena kompetisi atau keluar arena kompetisi. Kedua keputusan tersebut
memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Memasuki arena kompetisi tanpa kekuatan dan
strategic sama saja dengan bunuh diri. Keluar dari arena kompetisi tidak berarti luput dari
hempasan gelombang globalisasi, malahan boleh jadi dampaknya lebih dahsyat dari pada ikut
bertarung pada era kompetisi tersebut. Strategi kompetisi yang paling dapat diandalkan oleh pelaku
usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi adalah “strategi kualitas”. Oleh karena itu, para pelaku
usaha jasa konstruksi dan konsultansi harus terus berusaha untuk mengembangkan konsepsi dan
teknologi kualitas, sejalan dengan kecenderungan globalisasi. Diantara alternatif pilihan yang ada,
nampaknya sistem manajemen kualitas ISO9000 dan Total Quality Management (TQM) adalah
pilihan yang tepat dan efektif bagi para pelaku usahajasa konstruksi dan konsultansi. TQM
mengembangkan konsep kualitas dari sudut pandang pengguna jasa konstruksi dan jasa
konsultansi yang mengartikan kualitas adalah <!–[endif]–> kesesuaian. Bila suatu konstruksi
prasarana atau infrastruktur dibangun, dibiayai dan digunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna
jasa (pemerintah dan masyarakat) sesuai dengan persyaratan , maka dapat di katakana berkualitas.
Persyaratan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunaj asa.
Oleh karena itu dalam konsep TQM, pengguna jasa bukan hanya diartikan sebagai pembeli
bangunan, tetapi diartikan juga sebagai proses berikutnya dan pihak yang menentukan persyaratan.
Usaha-usaha peningkatan dan pengendalian kualitas pada awalnya hanya dalam lingkup penyedia
jasa dan pengguna jasa. Sehingga diperlukan pihak ketiga yang sifatnya independen. Kehadiran
pihak ketiga ini dianggap lebih obyektif dan dapat diterima kedua belah pihak. Sehingga
memunculkan lembaga akreditasi di beberapa negara dengan menggunakan produk standar
seperti: ASTM, JIS, BS dan lain sebagainya. Untuk memberikan jaminan pada semua pihak yang
terlibat dalam perdagangan global (termasuk pelayanan jasa konstruksi/ konsultansi) bagi pihak
pengguna jasa, diperlukan pihak ketiga yang independen dan dapat diterima semua pihak.
Demikian sedikit kupasan mengenai hubungan globalisasi, jasa konstruksi, konsultansi dengan
manajemen kualitas.
Sistem Management Kualitas Berdasarkan ISO 9000
ISO 9000 series adalah standard quality manajemen yang dibentuk berdasarkan dari
konvensi ISO/TC 176 (ISO Technical Committee 176) pada 1979. ISO-9000 di bentuk sebagai
dasar dari suatu seri standard quality manajemen, yang di susun secara lengkap pada 1982 dan
dikenalkan secara umum pada 1983. ISO 9000 seri standard memperkenalkan persyaratan-
persyaratan penting yang perusahaan butuhkan untuk menjamin konsistensi produksi dan
pengiriman yang tepat waktu terhadap barang dan jasa kepada pasar.
Persyaratan-persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan jalan membangun standard-
standard yang tersusun sebagai sistem manajemen kualitas. Konsistensi terhadap semua kebutuhan
dan persyaratan konsumen setiap waktu adalah sangat penting untuk menjaga kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Jika perusahaan kita tidak melaksanakan hal tersebut akan membuat pasar dan
pelanggan akan berpaling dari kita dan berpindah kepada saingan kita.
ISO-9000 seri mampu memberikan keuntungan dalam manajemen kualitas bagi semua organisasi
,baik organisasi besar maupun kecil, organisasi masyarakat atau swasta tanpa terlalu mencampuri
bagaimana organisasi itu harus berjalan.
ISO-9000 menerangkan persyaratan-persyaratan apa yang harus dipenuhi bukan
bagaimana cara memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini memungkinkan adanya persamaan
standart bagi semua organisasi atau perusahaan tapi memberikan celah bagi organisasi tersebut
untuk menyesuaikan organisasinya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan orgainasi tersebut
yang berbeda dengan organisasi lainnya.
Dengan penerapan ISO-9000 dengan benar maka organisasi akan mampu membangun
perusahaannya sehingga mempunyai kemampuan penyediaan barang dan pelayanan yang sesuai
dengan keiniginan dan kebutuhan. Hal ini akan membuat perusahaan lebih menarik bagi pelanggan
baik lama atau baru dan meningkatkan kepercayaan mereka bahwa perusahaan mampu memenuhi
harapan atau tuntutan mereka.
Perlu diketahui ISO-9000 merupakan standar manajemen mutu bukan standar produk,
sehingga perusahaan yang telah mendapat sertifikat ISO 9000 tidak dapat mempublikasikan atau
mengiklankan bahwa produknya telah memenuhi standar internasional.
Selain itu untuk menjamin bahwa ISO 9000 dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman
maka setiap 6 tahun akan diadakan review dan revisi terhadap standard ISO. Saat Ini ISO 9000-
2000 adalah yang terbaru dengan revisi dan pengurangan pada beberapa point. ISO 9000 seri
mempunyai 3 standard yaitu : ISO 9001, ISO 9002 and ISO 9003.

SAMPLING PLAN

2.1 Sampling Penerimaan Berdasarkan Atribut

Sampling penerimaan adalah suatu prosedur pemeriksaan produk melalui pengambilan


contoh dari sejumlah produk jadi sejenis, atau bahan baku dari suatu perusahaan pemasok kepada
perusahaan konsumen untuk memutuskan penerimaan atau penolakan produk. Pengukuran
berdasarkan atribut dilakukan dengan pembedaan langsung antara produk cacat dengan produk
baik, untuk mendapatkan proporsi produk cacat dari sekumpulan produk yang diuji.

2.2 Jenis-jenis sampling penerimaan

Ada tiga jenis sampling penerimaan, yaitu single sampling plans, double sampling plans,
dan multiple sampling plans.

2.2.1 Single Sampling Plans

Pada jenis sampling ini, dilakukan hanya sekali pengambilan sampel untuk selanjutnya
diputuskan apakah keseluruhan isi lot dapat diterima atau harus ditolak. Sebelumnya
ditentukan sebuah bilangan akseptansi (acceptance number) dilambangkan dengan c, maka
jika jumlah cacat yang kita temukan pada sampel leebih besar dari bilangan tersebut maka
lot ditolak dan dilakukan pemeriksaan seluruh lot.

Metode ini, merupakan yang paling sederhana dalam hal prosedur dan
dokumentasinya. Sampling tunggal juga merupakan dasar dari metode – metode yang
berkembang berikutnya.

2.2.2 Double Sampling Plans

Pada prinsipnya metode sampling ganda sama dengan sampling tunggal, hanya saja
disini dilakukan dua kali pengambilan sampel. Metode ini dipakai untuk mendapatkan
pengawasan yang lebih hati – hati, yaitu dengan terdapatnya dua kali kesempatan
pengambilan sampel. Penarikan sampel rangkap dua menyertakan kemungkinan menunda
keputusan mengenai lot tersebut hingga ditariknya sampel kedua. Suatu lot dapat diterima
sekaligus jika sampel pertama cukup baik atau ditolak sama sekali jika sampel pertama
cukup buruk. Jika sampel pertama tidak cukup baik dan juga tidak buruk, maka keputusan
diambil berdasarkan pada bukti gabungan sampel pertama dan kedua.

Sampling ganda mempunyai dua kemungkinan kekurangan. Pertama, kecuali


digunakan pengurangan pada sampel kedua, dalam beberapa keadaan sampling ganda
mungkin lebih banyak memerlukan pemeriksaan daripada yang diperlukan dalam
perencanaan sampling tunggal yang menawarkan perlindungan yang sama. Pada sampling
ganda, administratif lebih rumit, sehingga dapat meningkatkan terjadinya kesalahan
pemeriksaan.

2.2.3 Multiple Sampling Plans

Sampling jamak atau Multiple Sampling merupakan pengembangan dari sampling


ganda. Pengambilan sampel tipe ini dapat berjumlah lebih besar dari dua pengambilan.
Bandingkan dengan sampling ganda (Double sampling) yang memaksimumkan
pengambilan sampel sebanyak dua kali.

Sampling plan akan diakhiri pada tingkat sekali kriteria penerimaan atau penolakan
ditemui. Sampel size pada multiple sampling plan biasanya kurang daripada double sampling
plan yang ekuivalen, yang mana biasanya juga kurang dari single sampling plan yang
ekuivalen juga. Ekuivalen disini maksudnya adalah sampling plan memiliki probabilitas
penerimaan yang sama untuk kualitas lot tertentu. Salah satu kelemahan metode ini adalah
dibutuhkannya prosedur inspeksi yang lengkap.

2.3 Probabilitas Penerimaan dan Kurva OC

Dalam menilai berbagai rencana penarikan sampel penerimaan, diinginkan untuk


membandingkan prestasi pada satu rentangan dari tingkat mutu produk yang diserahkan. Suatu
gambaran ini ditunjukkan oleh kurva karakteristik operasi (OC) atau kurva OC.

Untuk setiap bagian yang cacat p dalam satu lot yang diserahkan, kurva OC memperlihatkan
probabilitas Pa bahwa lot tersebut akan diterima dengan rencana penarikan sampel yang
ditetapkan. Atau, dinyatakan sedikit berbeda, kurva OC memperlihatkan persentase jangka
panjang dari lot–lot yang diserahkan yang akan diterima jika sangat banyak lot pada mutu yang
ditetapkan diserahkan untuk pemeriksaan. Dalam sebagian besar kasus kurva OC dapat juga
dianggap memperlihatkan probabilitas penerimaan lot–lot dari suatu arus produk yang mempunyai
bagian yang cacat p. Secara umum dikatakan bahwa semakin besar ukuran sampel, maka semakin
curam kemiringan kurva OC.

Dodge dan Romig membuat perbedaan yang bermanfaat antara dua jenis kurva OC. Kurva
jenis A menghasilkan probabilitas penerimaan untuk berbagai bagian yang cacat sebagai fungsi
mutu lot dari lot–lot terhingga. Pada prinsipnya, kurva tersebut harus dihitung dengan probabilitas
hipergeometrik; distribusi binomial atau Poisson seringkali menghasilkan pendekatan yang
memuaskan. Kurva tersebut tidak kontinyu. Sebagai contoh, suatu lot berukuran 200 mungkin
mengandung 0.5 atau 1.0% cacat tetapi bukan 0.8%. Dalam prakteknya, merupakan hal yang biasa
untuk menggambarkan kurva jenis A secara kontinyu.

Kurva B memberikan probabilitas penerimaan sebuah lot sebagai suatu fungsi dari mutu
produk. Kurva tersebut dihitung seolah–olah berasal dari ukuran lot tak terhingga. Untuk kurva
jenis B distribusi binomialnya adalah tepat dan distribusi Poissonnya sering menghasilkan
pendekatan yang memuaskan. Kurva ini bersifat kontinyu

2.4 Ukuran Untuk Mengevaluasi Sampling Plan

Ada empat cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sampling plan, yaitu Average
Outgoing Quality (AOQ), Average Outgoing Quality Limit (AOQL), ASN, dan ATI

2.4.1 Average Outgoing Quality (AOQ)

Average outgoing quality adalah tingkat kualitas rata-rata dari sejumlah batch yang
meninggalkan stasiun pemeriksaan, mengasumsikan pemeriksaan ralat, setelah dilakukan
pemeriksaan pada berbagai tingkat kualitas p.

2.4.2 Average Outgoing Quality Limit (AOQL)

Average outgoing quality limit merupakan nilai maksimum atau puncak dari kurva
AOQ. AOQL menunjukkan kualitas terburuk yang akan meninggalkan stasiun pemeriksaan
berkaitan dengan kualitas lot yang masuk. Nilai AOQL juga merupakan ukuran kebaikan
sampling plan. Dengan catatan bahwa proteksi yang diberikan oleh sampel plan, dalam hal
nilai AOQL, tidak berlaku untuk individual lot, tetapi mencakup kualitas rat-rata dari suatu
seri atau batch.

2.4.3 ASN

ASN yaitu jumlah rata-rata item yang diinspeksi untuk serangkain lot dengan kualitas
lot yang masuk diberikan untuk membuat keputusan. Untuk single sampling plans ASN-nya
sama dengan sampel size n. Untuk double sampling plans ASN = n1P1 + (n1+n2)(1-P1).

2.4.4 ATI
ATI menunjukkan jumlah rata-rata yang diinspeksi per lot. Jika lot tidak memuat
produk yang cacat, tidak ada lot yang akan ditolak, dan banyak pemeriksaan tiap lot akan
sama dengan ukuran sampel n. Jika semua benda cacat, setiap lot akan diserahkan untuk
pemeriksaan 100%. Dan banyak pemeriksaan tiap lot akan sama dengan ukuran lot N. Jika
kualitas lot adalah 0<p<1, banyak pemeriksaan rata-rata tiap lot akan berubah-ubah antara
ukuran sampel n dan ukuran lot N.

2.5 Sistem Sampling Penerimaan Brdasarkan Atribut

Ada dua metode sistem sampling penerimaan berdasarkan atribut, yaitu Sampling Dodge-
Romig, dan Sampling MIL-STD-105D.

2.5.1 Sampling MIL-STD-105E

MIL-STD 105E adalah sistem pengambilan sampel untuk data atribut dengan indeks
kualitas yang digunakan adalah AQL. Langkah-langkah menggunakan MIL STD 105D
adalah sebagai berikut:

1. Memilih nilai AQL sesuai kebijakan perusahaan.


2. Menentukan level pemeriksaan umum apakah normal, longgar, atau ketat.
3. Menentukan ukuran produk (N).
4. Menentukan kode ukuran sampel yang sesuai dengan menggunakan table induk.
5. Menentukan ke tabel yang sesuai untuk mendapatkan jenis perencanaan sampling yang
akan digunakan.
6. Memasukkan ke tabel yang sesuai untuk mendapatkan jenis perencanaan sampling yang
akan digunakan.
7. Menentukan perencanaan pemeriksaan yang sesuai. Prosedur umum yang digunakan
adalah memulai dengan level inspeksi normal, kemudian dapat berpindah ke level longgar
atau ketat dengan prosedur perpindahan yang ada.

2.5.2 Sampling Dodge-Romig


Sistem Dogde Romig adalah sistem pengambilan sampel untuk data atribut dengan
indeks kualitas yang digunakan adalah LQL dan AOQL. Adapun prosedur sampling plan
berdasarkan standar Dodge Romig adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis perencanaan sampling yang akan digunakn yaitu, sampling tunggal
atau sampling ganda.
2. Menentukan ukuran lot yang paling tepat.
3. Mencari rata-rata proses produksi (dari produsen). Rata-rata proses adalah rata-rata
prosentase cacat yang dihasilkan oleh pabrik (produsen).
4. Menentukan nilai LQL (jika menggunakan LQL) atau nilai AOQL (jika menggunakan
(AOQL).
5. Melihat tabel yang untuk menentukan nilai n dan c (disesuaikan dengan jenis samping:
tunggal atau ganda, dan konsep yang digunakan : LQL atau AOQL), kemudian cacat nilai
n dan c.
6. Memulai melakukan sampling dengan mengambil sampel pertama.

CONTOH SINGLE SAMPLING PLAN

Peta Kontrol Untuk Atribut

1. Peta Kendali - p : untuk proporsi cacat


Dan peta kendali np untuk proporsi unit cacatnya relaitif kecil.
2. Peta Kendali – c : untuk cacat (defective)
3. Peta Kendali – u : untuk cacat per unit.
 Peta kendali – p

Perbandingan antara banyaknya cacat dengan semua pengamatan, yaitu setiap produk yang
diklasifikasikan sebagai “diterima” atau “ditolak” (yang diperhatikan banyaknya produk
cacat).

Langkah-langkah pembuatan peta kendali - p :


1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup besar (n > 30),
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20–25 sub-grup,
3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit yang cacat,
yaitu :
p = jumlah unit cacat/ukuran subgrup

4. Hitung nilai rata-rata dari p, yaitu p dapat dihitung dengan :

p = total cacat/total inspeksi.

5. Hitung batas kendali dari peta kendali x :

p(1  p)
UCL = p + 3
n

p(1  p)
LCL =p– 3
n

6. Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta amati apakah data tersebut berada dalam
pengendalian atau diluar pengendalian.

Contoh :

Sebuah perusahaan ingin membuat peta kendali untuk periode mendatang dengan mengadakan
inspeksi terhadap proses produksi pada bulan ini. Perusahaan melakukan 25 kali observasi
dengan mengambil 50 buah sample untuk setiap kali observasi. Hasil selengkapnya adalah :
Ukuran Banyaknya Proporsi
Observasi
Sampel Produk Cacat Cacat
1 50 4 0,08
2 50 2 0,04
3 50 5 0,10
4 50 3 0,06
5 50 2 0,04
6 50 1 0,02
7 50 3 0,06
8 50 2 0,04
9 50 5 0,10
10 50 4 0,08
11 50 3 0,06
12 50 5 0,10
13 50 5 0,10
14 50 2 0,14
15 50 3 0,06
16 50 2 0,04
17 50 4 0,08
18 50 10 0,20
19 50 4 0,08
20 50 3 0,06
21 50 2 0,04
22 50 5 0,10
23 50 4 0,08
24 50 3 0,06
25 50 2 0,08
Jumlah 1250 90 1,90

p = (pi)/k = 1,90/25 = 0,076


p(1  p) 0,076(1  0,076)
UCL =p+ 3 = 0,076 + 3 = 0,188
n 50

p(1  p) 0,076(1  0,076)


LCL =p– 3 = 0,076 – 3 = 0,036
n 50

 Peta Kendali – c

Suatu produk dikatakan cacat (defective) jika produk tersebut tidak memenuhi suatu syarat
atau lebih. Setiap kekurangan disebut defec. Setiap produk yang cacat bias saja terdapat lebih
dari satu defec. (yang diperhatikan banyaknya defec).

Langkah-langkah pembuatan peta kendali - p :


1. Kumpulkan k = banyaknya subgrup yang akan diinspeksi, usahakan k mencukupi
jumlahnya antara k = 20–25 subgrup,
2. Hitung jumlah cacat setiap subgrup ( = c),
3. Hitung nilai rata-rata jumlah cacat, c sbb :

c=
c
k
4. Hitung batas kendali untuk peta kendali c :

UCL = c + 3 c

LCL =c– 3 c

5. Plot data jumlah cacat dari setiap subgrup yang diperiksa dan amati apakah data tersebut
berada dalam pengendalian atau diluar kendali.
 Peta Kendali - u

Peta kendali u relatif sama dengan peta kendali c. Perbedaanya hanya terdapat pada peta
kendali u spesifikasi tempat dan waktu yang dipergunakan idak harus selalu sama, yang
membedakan dengan peta kendai c adalah besarnya unit inspeksi perlu diidentifikasikan.

Rumus yang digunakan :

u  bar
Su =
ni

CL = u-bar
UCL = u-bar + 3 Su
LCL = u-bar - 3 Su

RENCANA PENERIMAAN SAMPEL


(Acceptance Sampling Plans)
 Rencana penerimaan sampel adalah prosedur yang digunakan dalam mengambil keputusan
terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan.

 Bukan merupakan alat pengendalian kualitas, namun alat untuk memeriksa apakah produk
yang dihasilkan tersebut telah memenuhi spesifikasi.

 Acceptance sampling digunakan karena alasan :


 Dengan pengujian dapat merusak produk.
 Biaya inspeksi yang tinggi.
 100 % inspeksi memerlukan waktu yang lama, dll.

 Beberapa keunggulan dan kelemahan dalam acceptance sampling :


Keunggulan al :
 biaya lebih murah
 meminimalkan kerusakan
 mengurangi kesalahan dalam inspeksi
 dapat memotivasi pemasok bila ada penolakan bahan baku.

Kelemahan al :
 adanya resiko penerimaan produk cacat atau penolakan produk baik
 membutuhkan perencanaan dan pendokumentasian prosedur pengambilan sampel.
 Tidak adanya jaminan mengenai sejumlah produk tertentu yang akan memenuhi
spesifikasi.
 Sedikitnya informasi mengenai produk.

 Dua jenis pengujian dalam acceptance sampling :


1. Pengujian sebelum pengiriman produk akhir ke konsumen.
Pengujian dilakukan oleh produsen disebut the producer test the lot for outgoing.

2. Pengujian setelah pengiriman produk akhir ke konsumen.


Pengujian dilakukan oleh konsumen disebut the consumer test the lot for incoming
quality.

 Acceptance sampling dapat dilakukan untuk data atribut data variable :


 Acceptance Sampling untuk data atribut dilakukan apabila inspeksi mengklasifikasikan
sebagai produk baik dan produk cacat tanpa ada pengklasifikasian tingkat
kesalahan/cacat produk.

 Acceptance Sampling untuk data variabel karakteristi kualitas ditunjukkan dalam setiap
sample, sehingga dilakukan pula perhitungan rata-tata sampel dan penyimpangan atau
deviasi standar.

 Teknik pengambilan sample dalan acceptance sampling :


 Sampel tunggal,
 sampel ganda dan
 sampel banyak.

 Syarat pengambilan produk sebagai sample :


 Produk harus homogen
 Produk yang diambil sebagai sample harus sebanyak mungkin
 Sample yang diambil harus dilakukan secara acak

 Prosedur yang dilakukan :


 Sejumlah produk yang sama N unit
 Ambil sample secara acak sebanyak n unit
 Apabila ditemukan kesalahan d sebanyak maksimum c unit, maka sample diterima.
 Apabila ditemukan kesalahan d melebihi c unit, maka sample ditolak, yang berarti seluruh
produk yang homogen yang dihasilkan tersebut juga ditolak.

Indek kualitas yang dapat digunakan dalam acceptance sampling :

1. AQL (Acceptance Quality Level = tingkat kualitas menurut produsen)


Merupakan proporsi maksimum dari cacat atau kesalahan yang diperbolehkan.
Produsen selalu menghendaki probabilitas penerimaan pada tingkat yang cukup tinggi
(biasanya 0,99 atau 0,95). Sehingga produsen menginginkan semua produk yang baik dapat
diterima atau meminimalkan risiko produsen.
Risiko produsen (α) adalah risiko yg diterima karena menolak produk baik dalam inspeksinya.
Dengan kata lain produsen menginginkan probabilitas penerimaan(Pa) dekat dengan 1 (satu).
Probabilitas kesalahan tipe I =α = 1 – Pa.
2. LQL (Limiting Quality Level = tingkat kualitas menurut konsumen)
Merupakan kualitas ketidakpuasan atau tingkat penolakan.
Probabilitas penerimaan LQL harus rendah, probabilitas tersebut disebut risiko konsumen (β)
atau kesalahan tipe II, yaitu risiko yang dialami konsumen karena menerima produk yang cacat
atau tidak sesuai.
LQL sering disebut dg LTPD (Lot Tolerance Percent Defective).

3. IQL (Indifference Quality Level )


Tingkat kualitas diantara AQL dan LQL atau tingkat kualitas pada probabilitas 0.5 untuk
rencana sampel tertentu.

4. AOQL (Average Outgoing Quality Level)


Perkiraan hubungan yang berada diantara bagian kesalahan pada produk sebelum inspeksi
(incoming quality) atau p dari bagian sisa kesalahan setelah inspeksi (outgoing quality) atau
AOQ = p x Pa.
Apabila incoming quality baik, maka outgoing quality juga harus baik, namun bila incoming
quality buruk, maka outgoing quality akan tetap baik. Dengan kata lain incoming quality baik
atau buruk, outgoing quality akan cenderung baik.

 Pengukuran untuk mengevaluasi kinerja Sampel

Ada beberapa macam pengukuran

1. OC Curve (Kurva Karakteristik Operasi)


Merupakan kurva probabilitas penerimaan (Pa) terhadap produk yang dihasilkan.

Rumus : Pa = P(d=< c)
Pa : probabilitas penerimaan
c : batas penerimaan cacat produk
d : jumlah cacat yang terjadi

Kurva ini dilakukan untuk mencari hubungan antara probabilitas penerimaan (Pa) dengan
bagian kesalahan dalam produk yang dihasilkan (p).
Perhitungan probabilitas penerimaan dapat digunakan Tabel distribusi Poisson. Apabila
tidak diketemukan nilai probabilitasnya karena keterbatasan nilai np, maka dapat
digunakan cara interpolasi.

Dua macam OC Curve :

1
Penerimaan (Pa)
Penerimaam (Pa)

Probabilitas
Probabilitas
1

Po proporsi

OC Kurva ideal kesalahan OC


(p) Kurva S
Po
proporsi
Contoh : Diketahui N = 2000, n = 50, c = 2 kesalahan (p)

Proporsi kesalahan Probabilitas penerimaan (Pa)


(p) np
0.01 0.50 0.986
0.02 1.00 0.920
0.03 1.50 0.809
0.04 2.00 0.677
0.05 2.50 0.544
0.06 3.00 0.423
0.07 3.50 0.321
0.08 4.00 0.238
0.09 4.50 0.174
0.10 5.00 0.125
0.11 5.50 0.088
0.12 6.00 0.062
0.13 6.50 0.043
0.14 7.00 0.030
0.15 7.50 0.020

Kurva OC
1,2

1.0
P
a

0.8

0.6 p
2. AOQ Curve (Kurva Kualitas Output rata-rata)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AOQ adalah tingkat kualitas rata-rata dari suatu inspeksi. Sampel yang diambil harus
0.4
dikembalikan untuk dilakukan perbaikan bila produk tersebut ternyata rusak atau cacat.

0.2

0
AOQ untuk mengukur rata-rata kualitas output dari suatu hasil produksi dengan proporsi
kerusakan sebesar p.

Apabila N = banyaknya unit yang dihasilkan


n = unit sampel yang diinspeksi
p = bagian kesalahan/ketidaksesuaian
Pa = probabilitas penerimaan produk

Maka rumus yang digunakan :

Paxp( N  1)
AOQ =
N

Kurva AOQ mempunyai titik puncak (AOQL= Average Outgoing Quality Limit). AOQL
menunjukkan kualitas rata-rata yang harus dikembalikan dari inspeksi untuk dilakukan
perbaikan.

Contoh : pembuatan kurva AOQ :


Diketahui N = 2000, n = 50, c = 2

Proporsi Kesalahan Probabilitas penerimaan Kualitas output rata-rata


(p) (Pa) (AOQ)
0.01 0.986 0.0096
0.02 0.920 0.0179
0.03 0.809 0.0237
0.04 0.677 0.0264
0.05 0.544 0.0265
0.06 0.423 0.0247
0.07 0.321 0.0219
0.08 0.238 0.0186
0.09 0.174 0.0153
0.10 0.125 0.0122
0.11 0.088 0.0094
0.12 0.062 0.0073
0.13 0.043 0.0055
0.14 0.030 0.0041
0.15 0.020 0.0029

Kurva AOQ

0,030

0.025
AO
Q

0.020
p

Untuk pengambilan sampel ganda digunakan rumus :


AOQ =
PaI N  n1  PaII N  n1  n2
N

Contoh : N = 5000 unit


n1 = 40 unit n2 = 60 unit
c1 = 1 unit c2 = 5 unit
r1 = 4 unit r2 = 6 unit

Proporsi Kesalahan Kualitas output rata-


(p) Pa I Pa II rata (AOQ)
0.01 0.938 0.061 0.0099
0.02 0.808 0.173 0.0194
0.03 0.662 0.257 0.0273
0.04 0.525 0.280 0.0318
0.05 0.406 0.251 0.0324
0.06 0.309 0.198 0.0300
0.07 0.231 0.135 0.0253
0.08 0.171 0.061 0.0185
0.09 0.125 0.060 0.0165
0.10 0.091 0.034 0.0124
0.11 0.066 0.020 0.0091
0.12 0.047 0.011 0.0069
0.13 0.036 0.006 0.0054
0.14 0.027 0.003 0.0042
0.15 0.017 0.001 0.0027

3. ATI Curve (Kurva Inspeksi Total Rata-rata)

ATI menunjukkan rata-rata jumlah sampel yang diinspeksi setiap unit yang dihasilkan.

Untuk sampel tunggal :

ATI = n + (1 – Pa) (N – n)

Untuk sampel ganda :


ATI = n1(Pa I) + (n1 + n2)Pa II + N(1 – Pa1 – Pa II)

Contoh : Diketahui N = 2000, n = 50, c = 2

Proporsi Kesalahan Probabilitas penerimaan Rata-rata Inspeksi (ATI)


(p) (Pa)
0.01 0.986 77.30
0.02 0.920 206.00
0.03 0.809 422.45
0.04 0.677 679.85
0.05 0.544 939.20
0.06 0.423 1175.15
0.07 0.321 1374.05
0.08 0.238 1535.90
0.09 0.174 1660.70
0.10 0.125 1756.25
0.11 0.088 1828.40
0.12 0.062 1879.10
0.13 0.043 1916.15
0.14 0.030 1941.50
0.15 0.020 1961.00

Kurva ATI

2500
AO
Q

2000

1500 p

4. ASN Curve (Banyaknya


1 2 3 sample
4 5 rata-rata)
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1000
ASN adalah rata-rata banyaknya unit yang diuji untuk membuat suatu keputusan.

Sampel tunggal : ASN = n


500
Sampel ganda : ASN = n1 + n2 (1 – P1)

P1 : merupakan probabilitas keputusan pada sampel pertama


0

P1 = P (produk yg diterima pd sampel pertama) + P (produk yg ditolak pd sampel


pertama)
= P (d<= c1) + P (d >= r1)
Contoh :
Diketahui N = 3000
n1 = 40 c1 = 1 r1 = 4
n2 = 80 c2 = 3 r2 = 4

Misal nilai p atau proporsi kerusakan 0.02 maka :


P1 = P (d <=c1) + P (d >=r1)
P1 = P [d <= 1 n1.p = 40 (0.02)] +
P [d >= 4 n1.p = 40 (0.02)]
= P [d <= 1 n1.p = 0.8] + P [d >= 4 n1.p = 0.8]
= 0.808 + (1 – 0,991)
P1 = 0.817

ASN = n1 + n2 (1 – P1)
= 40 + 80 (1 = 0.817)
= 54.64

Proporsi Probabilitas keputusan pada Banyaknya Sampel


Kesalahan (p) sample pertama (P1) Rata-rata (ASN)
0.01 0.939 44.38
0.02 0.817 54.64
0.03 0.697 64.24
0.04 0.604 71.68
0.05 0.549 76.08

MILITARY STANDAR 105 D

 Adalah system pengambilan sampel untuk data atribut dengan indek kualitas yang digunakan
adalah AQL.

 AQL : Tingkat kualitas menurut produsen merupakan proporsi maksimum dari cacat atau
kesalahan yang diperbolehkan yang bertujuan untuk inspeksi sampel, yang dipertimbangkan
secara tepat sebagai rata-rata proses.

 Alat yang digunakan adalah “tabel” yang berkaitan dengan banyaknya inspeksi.

ACCEPTANCE DENGAN TABEL ABC


(Mil STD 105 D Tabel)

Defect :ritical : berbahaya/tdk aman terhadap pemakai


Major : mengurangi fungsi/kegunaan
Minor :tidak mengurangi fungsi tetapi menyim-pang dari standar.

 Macam sampling plan


o Single sampling plan
o Double sampling plan
o Multiple sampling plan

 Level Inspeksi
o Special (khusus)
o General (umum)

 Jenis Inspeksi
o Normal
o Tighten (ketat)
o Reducet (longgar)

 Prodedur Pemilihan :
Single sampling plan
1. Tentukan lot size dan level inspeksi
2. Dari table I : tentukan sampel code letter
3. Tentukan AQL (dalam %)
4. Tentukan batas penerimaan/penolakan dan jumlah sampel dari :

Tabel II – A Normal
II – B Tighten
II – C Reduced

 Cara penggunaan tabel

 Dengan ukuran lot tertentu (N) lihat tabel K


dan tingkat pemeriksaan

Jika tingkat pemeriksaan tidak diketahui maka diambil “tingkat pemeriksaan umum tk.
II”

 Dari tabel K akan diperoleh kode huruf ukuran sampel.

Khusus S1
S2
Tingkat pemeriksaan S3
S4
Umum I
II
III

 Huruf yang didapat dari table K untuk menentukan ukuran sample dan batas kelas
pemeriksaan suatu penolakan dari lot

o Ditambah AQL (Acceptable Quality Level/ tingkat kualitas yang diterima


o Jenis pemeriksaan

Maka akan diperoleh n, Ac, Re

n = ukuran sample untuk menentukan


Ac = batas penerimaan harga Pa
Re = batas penolakan

Jenis pemeriksaan :

- tunggal : normal (L)


ketat (M)
longgar (N)

- ganda : normal (O)


ketat (P)
longgar (Q)

- multi : normal (R)


ketat (S)
longgar (T)

Contoh :
N = 1000
Tingkat pemeriksaan umum II
AQL = 0,25
Cari : a). Jenis pemeriksaan tunggal normal
b). Jenis pemeriksaan ganda longgar

dari tabel K didapat untuk N = 1000 dg tingkat pemeriksaan umum tk II dg kode letter J :
a. dengan jenis pemeriksaan tunggal normal
n = 80
AQL = 0,25
Maka Ac = 0
Re = 1

b. Ganda longgar
n1 = 20
n2 = 20

tabel tunggal longgar didapat :


n = 32
AQL = 0,25
Ac = 0
Re = 1

PERENCANAAN SAMPING MENURUT


MIL STD 414

Perencanaan sampel untuk data variabel. Pengambilan dan penerimaan data variabel didasarkan
pada rata-rata dan standar deviasi, serta distribusi frekuensi.

METODE TAGUCHI

 Metode Taguchi : Dr. Genichi Taguchi (1949).

 Metode Taguchi dikembangkan untuk melaukan perbaikan kualitas dengan metode baru
dengan pendekatan lain yang memberikan tingkat kepercayaan yang sama dengan SPC
(Statistical Process Control).

 Kelebihan Metode Taguchi


1. Dapat mengurangi jumlah pelaksanaan percobaan dibandingkan jika menggunakan full
factorial, shg dapat menghemat waktu dan biaya.
2. Dapat melakukan pengamatan terhadap rata-rata dan variasi karakteristik kualitas
sekaligus, shg ruang lingkup pemecahan masalah lebih luas.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik kualitas melalui
perhitungan AVONA dan Rasio S/N, shg faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat
diberikan perhatian khusus.
 Kekurangan Metode Taguchi
Percobaan dilakukan dengan banyak faktor dan interaksi akan terjadi pembauran beberapa
interaksi oleh faktor utama, akibatnya keakuratan hasil percobaan akan berkurang.

 Tahap-tahap dalam Desain Produk/proses Taguchi

1. System Design
Tahap konseptual untuk memperoleh ide-ide baru dan mewujudkan dalam produk baru
atau inovasi proses.
2. Parameter Design
Tahap pembuatan prototipe matematis bedasarkan tahap sebelumnya melalui percobaan
secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting parameter yang akan
memberikan performansi rata-rata pada target dan menentukan pengaruh dari faktor
gangguan pada variasi dari target.

3. Tolerance Design
Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan kerugian pada masyarakat akibat
penyimpangan produk.

 Karakteristik Kualitas
Karakteristik kualitas adalah hasil suatu proses yang berkaitan dengan kualitas.
1. Nominal is the best
Karakteristik kualitas yang menuju nilai target yang tepat pada suatu nilai tertentu.
Berat panjang lebar kerapatan
Ketebalan diameter luas kecepatan
Volume jarak tekanan waktu

2. Smaller the better


Pencapaian karakteristik jika semakin kecil (mendekati nol) semakin baik.
Penggunaan mesin persen kontaminasi
Penyimpangan kebisingan
Waktu proses produk gagal
Pemborosan kerusakan

3. Larger the better


Pencapaian karakteristik kualitas semakin besar semakin baik.
Kekuatan km/liter efisiensi
Waktu antar kerusakan ketahanan thd korosi

 Orthogonal Array (OA)


OA merupakan salah satu kelompok dari percobaan yang hanya menggunakan bagian dari
kondisi total, dimana bagian ini mungkin separuh, seperempat atau seperdelapan dari
percobaan faktorial penuh.

Keuntungan OA adalah kemampuan untuk mengevaluasi berapa faktor dengan jumlah tes yang
minimum. Jika terdapat 7 faktor dengan 2 level, maka jika menggunakan full factorial akan
diperlukan 27 buah percobaan. Dengan OA jumlah percobaan dapat dikurangi shg dapat
mengurangi waktu dan biaya percobaan.

Langkah-2 pelaksanaan percobaan Taguchi


1. Penentuan karakteristik kualitas (variabel tak bebas)
Variabel yang perubahannya tergantung pada variabel-variabel lain.
Dalam percobaan Taguchi, variabel tak bebas adalah karakteristik kualitas yang terdiri dari
tiga kategori :
a. Measurable Characteristic (karakteristik yg dpt diukur)
1). Nominal is the best
2). Smaller the better
3). Larger the better
b. Attribute Characteristic
Hasil akhir yang diamati tdk dapat diukur dengan skala kontinu, tetapi dapat
diklasifikasikan secara kelompok kecil, menengah, besar atau dpt dikelompokan
berdasarkan berhasil (sukses) atau tidak.
c. Dynamic Characteristic
Merupakan fungsi representasi dari proses yang diamati. Proses yang diamati digambarkan
sebagai signal atau input dan output sebagai hasil dari signal.
2. Identifikasi faktor-faktor (variabel bebas)
Variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel lain.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut :
a. Brainstorming
Diskusi kelompok untuk memberikan gambaran tentang masalah yang dihadapi, setiap
orang mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah yang dihadapi,
dicatat kemudian dilakukan penyaringan/pemilihan berdasarkan urgensi masalah.
b. Flowcharting
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh melalui flowchart proses
pembuatan obyek yang diamati.
c. Cause-effect diagram
Diagram istikawa digunakan untuk mengidentifikasi penyebab faktor-faktor yang
potensial.
3. Pemisahan faktor kontrol dan faktor gangguan
Faktor yang diamati terdiri atas faktor kontrol dan faktor gangguan.
Faktor kontrol : faktor yg nilainya dapat diatur atau dikendalikan atau yg nilainya akan kita
atur atau dikendalikan.
Faktor gangguan (noise factor) : faktor yg nilainya tidak bisa kita atur atau kendalikan.
Faktor gangguan terdiri dari :
c. External (outer) noise : semua gangguan dari kondisi lingkungan atau luar produksi.
d. Internal (inner noise) : semua gangguan dari dalam produksi sendiri.
e. Unit to unit noise : perbedaan antara unit yang diproduksi dengan spesifikasi yang sama.

4. Penentuan jumlah level dan nilai level faktor


Level faktor dapat dinyatakan secara kuantitatif seperti temperatur, kecepatan, waktu dll.

5. Identifikasi interaksi faktor kontrol


Interaksi muncul jika dua faktor atau lebih yang mengalami perlakuan secara bersama akan
memberikan hasil yg berbeda.

6. Perhitungan derajat kebebasan (degree of freedom)


Dilakukan untuk menghitung jumlah minimum percobaan yang harus dilakukan untuk
menyelidiki faktor-faktor yg diamati.
Jika nA dan nB adalah jumlah perlakuan untuk faktor A dan faktor B maka :
Dof untuk faktor A = nA – 1
Dof untuk faktor B = nB – 1
Dof unt interaksi faktor A dan B = (nA – 1)( nB – 1)
Jumlah total dof = (nA – 1)+( nB – 1) +
(nA – 1)( nB – 1)

7. Pemilihan Orthogonal array


Dalam memilih jenis Orthogonal Array harus diperhatikan jumlah level faktor yang diamati
yaitu :
a. jika semua fator adalah 2 level : pilih OA untuk 2 level faktor.
b. jika semua fator adalah 3 level : pilih OA untuk 3 level faktor.
c. jika beberapa fator adalah 2 level dan lainnya 3 level : pilih yang mana yang dominan.
d. jika terdapat campuran 2, 3, atau 4 level faktor : lakukan modifikasi OA dengan metode
Merging coloumn.
8. Penugasan untuk faktor dan interaksinya pada OA
9. Persiapan dan pelaksanaan percobaan
10. Analisis data

Anda mungkin juga menyukai