Anda di halaman 1dari 15

COLD CHAIN MANAGEMENT

Cold Chain: The Top of Logistic

Cold chain adalah barang-barang yang memerlukan penanganan dengan suhu yang
diatur dibawah suhu ruangan (ambient). Cold chain adalah barang-barang yang
memerlukan penanganan extra khusus dalam proses logistiknya mulai dari penerimaan
barang, penyimpanan, penyiapan hingga pengirimannya.

Cold chain is always a risk! Tidak salah jika barang-barang cold chain dikatakan selalu
berhubungan dengan risiko. Risiko yang terbesar adalah penanganan suhu yang
sangat memerlukan perhatian khusus. Barang-barang yang dikategorikan cold chain
diantaranya adalah vaksin dan obat-obatan hormonal. Karena sifatnya yang sedemikian
ketat didalam prosedur penangannya, maka cold chain dikatakan sebagai puncak dari
pada logistik.

Untuk menangani barang-barang cold chain diperlukan peralatan yang komplek dan
bahkan terkadang memerlukan biaya yang sangat besar. Peralatan yang diperlukan
diantaranya:
• Termometer alat pengukur suhu
• Chiller alat pengatur suhu
• Dehumidifier alat pengatur kelembaban
• Data logger alat pencatat suhu
• Ice pack alat pencipta suhu dingin dipengiriman
• Cold box alat pengiriman
• Sticker suhu

Masing-masing peralatan juga memerlukan penanganan khusus yang berhubungan


dengan kalibrasi, validasi ataupun pencatatan-pencatatan lainnya.

Didalam menangani barang-barang cold chain harus dilakukan 8 proses yang secara
rutin harus dilakukan:

1. Validation
2. Temperature mapping
3. Thermometer Calibration
4. Goods Receiving
5. Storage
6. Pick and Pack
7. Delivery
8. Temperature Control
1. Validation

Validasi adalah proses penentuan standard ice pack yang dipergunakan untuk
melakukan suatu pengiriman. Validasi ini diperngaruhi oleh jenis cold box dan juga jenis
ice pack yang dipergunakan. Hasil akhir yang akan diperoleh adalah berapa jumlah ice
pack yang diperlukan untuk pengiriman barang pada suhu dingin selama 2 jam, 4 jam
atau 24 jam.

2. Temperature mapping

Pemetaan suhu dilakukan pada ruangan penyimpanan dengan tujuan untuk


mengetahui di titik mana terjadi suhu terpanas dan suhu terdingin. Titik-titik terpanas
dan terdingin tsb akan dipergunakan sebagai tempat diletakannya sensor data logger
sehingga diperoleh batas atas dan batas bawah yang baik. Temperature mapping
dilakukan minimal 1x per tahun.

3. Thermometer Calibration

Kalibrasi termometer dilakukan untuk memastikan bahwa pengukuran suhu dengan


menggunakan peralatan yang ada sama dengan standar pengukuran suhu yang
ditentukan.
Kalibrasi dilakukan minimal 1x setahun oleh badan yang berwenang (kalibrasi external)
dan dapat pula dilakukan oleh perusahaan (kalibrasi internal)

4. Goods Receiving

Penerimaan barang dingin tidak boleh dilakukan diareal terbuka di loading bay
sebagaimana melakukan penerimaan barang non cold chain. Penerimaan barang harus
dilakukan diruangan dingin dan yang harus diperhatikan pada waktu penerimaan
adalah mengukur suhu penerimaan barang selain melakukan proses penerimaan
barang pada umumnya.

5. Storage

Penyimpanan barang dingin dilakukan didalam ruangan suhu dengan rentang suhu
yang diijinkan. Biasanya suhu yang dimaksud adalah 2-8 C.

6. Pick and Pack

Bagian tersulit didalam proses penanganan barang cold chain adalah pada saat
pengemasan (pack). Pada saat pengemasan biasanya akan terjadi penurunan suhu
ekstrim dari ice pack yang dapat mencapai suhu dibawah 0 (minus) dan hal ini akan
menyebabkan kerusakan pada barang-barang yang akan dikirimkan. Perlu dilakukan
penyesuaian pada saat penyiapan ice pack dengan suhu ruang dingin selama 5-10
menit sebelum barang cold chain dimasukan kedalam kemasan kirim.
7. Delivery

Pengiriman barang-barang cold chain harus dijaga waktu pengiriman agar suhu yang
telah disiapkan tetap pada batas yang diijinkan. Proses penting yang harus dilakukan
pada saat proses serah terima adalah memastikan bahwa suhu kemasan (packing)
masih berada dalam range yang diijinkan dengan cara meminta tanda tangan dari
konsumen yang menerimanya. Proses serah terima ini harus langsung dilakukan oleh
fihak konsumen yang berwenang, tidak boleh dititipkan kepada security misalnya.

8. Temperature Control

Pencatatan suhu penyimpanan dan pengiriman wajib dilakukan dengan


mempergunakan data logger yang dapat mencatat pergerakan suhu dan diback up
dengan melakukan pencatatan manual 2-3x per hari pada jam-jam tertentu.Pencatatan
suhu ini diperlukan untuk memastikan bahwa selama proses penyimpanan dan
pengiriman barang cold chain selalu berada didalam kondisi yang aman.

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah memutuskan akan membeli


vaksin pneumococcal conjugate vaccine (PCV) melalui Unicef yang harganya terbilang murah sekitar
US$3 per dos. Jika proses pengajuan lancar, pemerintah tinggal membahas lebih jauh soal distribusi.
Menurut Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM), Ratna Irawati, selain persoalan izin edar vaksin, pemerintah juga perlu
memperhatikan pemenuhan ketentuan kualitas tenaga kesehatan, sebab hal tersebut merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksana distribusi vaksin. “Hal itu tertuang dalam
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No.9/2019 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB),” kata Ratna.

Sementara itu, Supply Chain Director PT Merapi Utama Pharma, Wilson Yahya, selain soal tenaga
kesehatan terkait proses distribusi memang perlu juga memperhatikan cold chain atau rantai dingin
dalam membawa vaksin PCV. “Jadi pengertian rantai dingin ini, ada tata cara penganganan vaksin
misal dengan ketentuan suhu yang berlaku yakni harus dijaga disuhu 2-8 derajat celcius,” kata Wilson
dalam acara Media Workshop: Mengupas Persoalan Distribusi Vaksin di Indonesia di Jakarta, Selasa
(19/11). Kemudian, juga harus dilihat soal fasilitas dan peralatan yang digunakan pada saat
menyimpan dan mengirim dari pabrik sampai pengguna atau pasien. Adanya cold chain bertujuan
untuk memperkecil kesalahan dan kerusakan vaksin selama proses penanganan. “Sehingga dapat
diyakinkan bahwa vaksin yang akan digunakan masih berkualitas baik dan mempunyai manfaat untuk
kekebalan tubuh,” ucap Wilson.

Ia membeberkan, cold chain tidak akan berjalan efektif walaupun dengan peralatan yang modern
sekalipun apabila tidak didukung dengan adanya petugas yang mengerti tentang penanganan
vaksin, termasuk petugas dari transporter.
Menurutnya ada hal yang perlu diperhatikan dalam proses awal penangaanan cold chain. Seperti
seluruh fasilitas harus memenuhi syarat sesuai standar CDOB. Kemudian, seluruh proses penyimpanan
dan pengiriman sebelum dipergunakan wajib melalui proses validasi atau mapping. “Dan untuk
seluruh perlengkapan alat ukur wajib terkalibrasi setiap tahun, serta personal yang melakukan
kegiatan cold chain telah melaksanakan training pengelolaan vaksin,” kata Wilson.

Selain itu, ia menuturkan, ada 13 syarat ideal coldroom atau gudang penyimpanan vaksin:
1. Terlindung dari sinar matahari dan hujan secara langsung.
2. Posisi coldroom di dalam gedung atau ruangan.
3. Dinding coldroom tidak menempel dengan dinding ruangan (jarak + 60 cm).
4. Mesin pendingin terletak dibagian luar gedung.
5. Adanya peralatan pemantau suhu yang dilengkapi alarm.
6. Tersedia generator atau genset (wajib).
7. Ruangan atau gedung dan pintu coldroom selalu terkunci (penggunaan access control).
8. Handle pintu coldroom dapat dibuka dari dalam walau dalam kondisi terkunci.
9. Tidak ada barang atau benda yang disimpan dan menempel pada dinding coldroom.
10. Menjaga kebersihan dan kerapihan.
11. Harus tersedia APAR dan pest control.
12. Tersedia tempat dan lahan untuk pengembalian barang.
13. Dilengkapi dengan indikator sebagai tanda personil sedang di dalam coldroom atau freezer
room atau cara lain yang dapat menjamin keselamatan personil .

Standar dan Sistem Distribusi Vaksin Program Imunisasi


Program Imunisasi secara global sudah terbukti efektif dalam mencegah berbagai penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Kondisi tersebut terbukti dengan keberhasilan program ini dalam
membasmi beberapa penyakit menular seperti cacar dan penyakit polio.

Berdasarkan data WHO (2009), saat ini setiap tahun lebih dari 100 juta anak (dibawah satu tahun)
telah diimunisasi dengan tiga dosis vaksin dipththeria-pertusis-tetanus (DPT). Namun terdapat lebih
dari 10% anak di bawah satu tahun di negara berkembang tidak menerima vaksin bahkan untuk
satu dosis vaksin DPT (tidak menerima imunisasi lengkap). Sebagian besar dari mereka tinggal di
negara-negara miskin.

Beberapa penyebab menjadi alasan kondisi ini, seperti masalah infrastruktur layanan kesehatan,
faktor geografis, dan konflik bersenjata. Sementara juga terjadi permasalahan kekurangan
anggaran terkait pengadaan dan penggunaan vaksin, dana penurunan angka kematian anak
akibat campak, dana penurunan angka kematian ibu maternal dan kematian bayi neonatal akibat
tetanus.

Dalam prakteknya, terdapat standar baku sitem pengelolaan vaksn yang umum kita kenal.
Beberapa tahap penting dalam sistem pengelolaan vaksin meliputi tahap perencanaan,
pengadaan, distribusi, penyimpanan, pencatanan dan pelaporan,dan penggunaan.

Menjadi sebuah keharusan, bahwa semua vaksin yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat
dan mutunya agar memberikan manfaat bagi kesehatan. Masyarakat harus dilindungi dari salah
penggunaan dan penyalahgunaan vaksin (Proverawati, 2010). Hal ini penting diperhatikan karena
akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan
demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan
kesehatan baik publik maupun swasta (Depkes RI, 2009a).

Pengelolaan vaksin merupakan suatu urutan kegiatan yang mencakup perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pencatatan/pelaporan vaksin. Dengan pendekatan ilmu
manajemen, pengelolaan adalah peristiwa manajemen yang didalammya terangkum beberapa
kegiatan manajerial seperti planning, organizing, actuating, controlling evaluating dalam mencapai
visi misi organisasi (Proverawati, 2010).

Perhitungan kebutuhan vaksin harus berasal dari unit Puskesmas, namun dapat dilakukan
perencanaan secara umum ditingkat kabupaten bahkan di provinsi. Data yang diperlukan untuk
merencanakan vaksin meliputi jumlah sasaran imunisasi, target yang diinginkan untuk setiap jenis
imunisasi, serta indeks pemakaian vaksin tahun lalu. Cara merencanakan vaksin adalah target
absolut pemberian antigen dibagi dengan indeks pemakaian vaksin tahun lalu (Depkes, 2002).

Umumnya kegiatan perencanaan vaksin pada tingkat Kabupaten dihitung dengan menggunakan
dasar estimasi untuk kebutuhan tahunan. Estimasi ini juga harus memperhitungkan stok cadangan,
misalnya pada tingkat kabupaten untuk stok dua bulan, sementara Puskesmas ditambah stok satu
minggu s/d satu bulan. Juga harus diperhitungkan kebutuhan vaksin untuk rumah sakit umum

Pengadaan vaksin untuk program imunisasi harus dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik aspek fisik, keuangan maupun manfaatnya, serta
harus terjamin keamanan, mutu maupun khasiatnya. Salah satu petunjuk dan dasar hukum
pengadaan vaksin diatur sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1015/Menkes/SK/VI/2005
tentang Pedoman Umum Pengadaan Vaksin Program Imunisasi.

Sedangkan beberapa prinsip pengadaan vaksin program imunisasi antara lain bahwa mutu vaksin
harus terjamin, memenuhi kriteria, khasiat, keamanan dan keabsahan vaksin serta telah
mempunyai izin edar (nomor registrasi). Prinsip lainnya, bahwa pengadaan vaksin ini dilaksanakan
melalui Industri Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi.

Secara umum, serangkaian kegiatan dalam proses distribusi obat atau vaksin diawali pada saat
penerimaan obat dari pemasok, penyimpanan obat dalam gudang, pengendalian persediaan,
transportasi obat ke masing-masing pusat pelayanan kesehatan dan penyerahan obat kepada
pasien. Proses distribusi berlangsung secara terus menerus dan berulang-ulang di pusat pelayanan
kesehatan. (Dwiprahasto dan Kristin, 1999).

Sistem distribusi obat dewasa ini telah banyak mengalami perubahan secara mendasar. Sistem
distribusi obat ditentukan berdasarkan kualitas. Distribusi obat dimulai dari pabrik obat dan
berakhir pada tempat tidur pasien. Di pabrik, dimulai dari proses pesanan, kemudian diproduksi
dan diakhiri dengan pengiriman. (Barker and Connel, 1992)

Pendistribusian vaksin dari industri farmasi sampai ke lapangan merupakan suatu skema rantai
dingin yang tidak boleh terputus. Detail skema rantai dingin vaksin menurut Pedoman Teknis
Vaksin dan Cold Chain, Depkes RI. 2002.

Sarana pengangkut vaksin pada sistem rantai dingin dapat menggunakan cold box atau vaccine
carier. Cold box ini dapat mempertahankan suhu penyimpanan vaksin 2oC-8oC hingga 72 jam bila
tertutup rapat bila diisi dengan cool pack dalam jumlah yang cukup. Vaccine dapat
mempertahankan suhu penyimpanan vaksin 2oC-8oC sampai 36 jam. Cold box digunakan untuk
mengangkut vaksin dari pabrik ke provinsi dan dari provinsi ke kabupaten, sedang dari kabupaten
ke puskesmas menggunakan vaccine carrier dan dari puskesmas ke posyandu menggunakan
vaccine carrier atau termos.

Unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit memiliki pola distribusi obat dan
perbekalan kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Dalam hal ini rantai distribusi obat
berakhir pada Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).

Terdapat tiga pola distribusi yang lazim terjadi pada UPK yaitu :
1. Distribusi langsung, yang melaksanakan pelayanan kesehatan baik pencegahan, pengobatan,
perawatan penyakit secara langsung kepada penderita dalam hal ini adalah masyarakat luas.
2. Distribusi perantara, apabila UPK di dalam wilayah kerjanya memiliki unit-unit pelayanan
pembantu seperti Puskemas Pembantu atau Puskesmas Keliling , maka dalam hal ini puskesmas
tersebut berfungsi untuk menyalurkan supply obat dan perbekalan farmasi yang merupakan
perpanjangan tangan Instalasi Farmasi/Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.
3. Distribusi khusus, jalur distribusi untuk obat program seperti program imunisasi sesaat, yaitu
ketika ada program tertentu seperti dalam hal pemberantasan penyakit atau terjadi kasus
endemik. Dalam hal ini pelaksana program yang ditunjuk Dinas Kesehatan dapat langsung
mengelola persediaan obat di pustu wilayah sasaran program.

Menurut petunjuk WHO dalam Inisiatif Pengelolaan Penyimpanan Vaksin yang Efektif (2003),
pengambilan vaksin harus menggunakan peralatan rantai dingin vaksin yang sudah ditentukan,
misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat
pembawa, petugas harus memeriksa indikator vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang boleh
digunakan hanya bila indikator VVM A atau B, sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D,
vaksin tidak diterima karena tidak dapat digunakan lagi. Selanjutnya ke dalam vaccine carrier
dimasukkan kotak cair dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakkan termometer. Vaccine
carrier yang telah berisi vaksin, selama perjalanan tidak boleh terkena sinar matahari langsung

BEBERAPA KESALAHAN KETIKA PENYIMPANAN VAKSIN

Penyimpanan vaksin tidak boleh sembarangan, karena akan mempengaruhi kualitas dan masa produk
vaksin itu sendiri. Perlu anda ketahui bahwa setiap vaksin memiliki suhu penyimpanan sendiri, tidak
boleh disamakan. Ada beberapa jenis vaksin yang harus disimpan dalam keadaan beku, suhu antara
-18o C sampai -28oC. Beberapa kesalahan penyimpanan vaksin diantaranya:

PEMBEKUAN SAAT PENYIMPANAN VAKSIN

1. Kesalahan Pada Perawatan


• Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar
• Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid

2. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)


• Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik
• Sering merubah posisi thermostat
• Petugas Baru:
- Ketidaktahuan sifat vaksin
- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin
3. Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang sirkulasi.

PEMBEKUAN SAAT PENGEPAKAN PADA VAKSIN DTP, TT, DT, dan HB

Terjadi karena tidak mengikuti petunjuk, bahwa Cold Pack HARUS dikeluarkan dulu dari freezer dan
tunggu selama 30 menit sampai 1 jam baru kemudian masuk ke dalam box vaksin.

Yang terjadi di lapangan:


Dengan alasan karena waktu mendesak, tidak sempat melakukan aturan yang dianjurkan sehingga cold
pack dari freezer langsung masuk ke dalam box vaksin. Sehingga aturan penggunaaan Cold Pack untuk
Freeze Sensitive Vaccine di ubah menjadi Cool Pack.
CARA MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN

1. Lemari Es dengan Buka Atas


• Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB jauh dari evaporator.
• Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
• Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yang peka pembekuan.

2. Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)


• Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB) jauh dari evaporator
• Jangan letakkan vaksin di pintu
• Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
• Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
• Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.

PEMELIHARAAN LEMARI PENDINGIN VAKSIN


Perawatan Harian
• Periksa dan catat suhu lemari 3 x sehari pagi, siang, dan sore.
• Periksa kondisi Freeze-Tag.
• Hindarkan seringnya buka tutup pada lemari es.
• Bila suhu sudah stabil antara 2-8 oC pada lemari es atau -15 s/d -25 oC pada freezer.
• Posisi termostat jangan diubah-ubah dan agar diberi selotip.

Perawatan Mingguan
• Periksa kestabilan bunga es pada dinding bagian dalam lemari es.
• Bersihkan bagian luar lemari es untuk menghindari karat.
• Periksa steker listrik pada stop kontak, jangan sampai kendor.

Perawatan Bulanan
• Bersihkan bagian dalam lemari es.
• Bersihkan kerapatan karet pintu.
• Bersihkan engsel pintu, bila perlu diberi pelumas.
• Bersihkan karet pintu, bila perlu beri bedak.

PENCAIRAN BUNGA ES
• Dilakukan apabila ketebalan bunga es mencapai 0,5 cm.
• Pindahkan vaksin ke dalam kotak vaksin atau lemari es lain.
• Cabut stop kontak lemari es/freezer (jangan mematikan lemari es/freezer dengan memutar
termostat).
• Selama pencairan bunga es, pintu lemari es/freezer harus tetap terbuka.
• Biarkan posisi tersebut sampai bunga es mencair semuanya.
• Pencairan dapat dipercepat dengan menyiram air hangat ke dalam lemari es. Jangan
menggunakan pisau atau benda tajam lainnya untuk mencongkel bunga es. Setelah cair,
bersihkan embun/uap air yang menempel pada dinding bagian dalam lemari es.

PENANGANAN VAKSIN BILA LISTRIK PADAM


• Jangan membuka pintu lemari es/freezer.
• Periksa termometer, pastikan suhu masih diantara 2oC s/d 8oC untuk lemari Es (chiller) atau -
15o s/d -25 oC untuk freezer.
• Hidupkan generator.
• Apabila suhu lemari es/chiller mendekati +8 oC masukkan coolpack secukupnya.
• Apabila suhu freezer mendekati -15 oC masukkan cold pack secukupnya.
• Tindakan ini hanya berlaku 2 x 24 jam.
• Selanjutnya setelah 2 x 24 jam selamatkan vaksin dengan mengirim ke tempat lain yang bisa
menyimpan vaksin.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN VAKSIN


1. Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau
pengiriman.
2. Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x sehari).
3. Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
4. Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus mengetahui
cara penyimpanan yang benar.
5. Refrigerator Vaksin hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
6. Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama proses
pendefrosan vaksin harus disimpan pada Lemari Es dan dimonitor suhunya.
7. Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap penanganan
vaksin
8. Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan
dikalibrasi.
9. Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
10. Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan dan
setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi suhu yang
diisyaratkan.
11. Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan &
transportasi vaksin yang baik.
12. Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk setiap produk.
13. Diluent (pelarut) harus disimpan pada suhu kamar.
14. Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan kontak
langsung dengan es.

Apa Itu Vaksin?

Vaksin adalah produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman yang
telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Semua vaksin merupakan produk
biologis yang rentan, memiliki karakteristik tertentu sehingga memerlukan penanganan
khusus. Penyimpangan ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin
sehingga potensi vaksin akan berkurang atau bahkan hilang. Sekali potensi vaksin
berkurang atau hilang tidak dapat diperbaiki. Kualitas vaksin tidak hanya ditentukan
dengan test laboratorium (uji potensi vaksin), namun juga sangat tergantung pada
kualitas pengelolaannya.
Suhu beku dapat merusak potensi vaksin pada vaksin-vaksin yang disyaratkan
untuk disimpan pada suhu 2-8oC. Hal ini disebabkan vaksin golongan freeze
sensitive menggunakan ajuvan berupa garam aluminium yang akan mengendap saat
terpapar suhu beku. Percobaan tentang efek pembekuan terhadap vaksin DPT di India
(2001) menunjukkan pada pembekuan pertama, potensi komponen tetanus berkurang
menjadi
85,5% dibanding sebelumnya, pembekuan kedua berkurang menjadi 38,5% dan pada
pembekuan ketiga berkurang menjadi 20%. Potensi komponen difteri berkurang 94%
dibanding kondisi awal pada pembekuan pertama, pembekuan kedua menjadi 80%
dan pembekuan ketiga menjadi 44%. Pembekuan pertama pada komponen pertusis
tidak merubah potensi vaksin, namun pada pembekuan kedua potensi berkurang
menjadi
77% dan pada pembekuan ketiga kalinya menjadi 45%.7
Semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio,campak
dan BCG lebih cepat rusak pada paparan panas dibandingkan vaksin lainnya.
Penelitian hubungan potensi vaksin campak dengan rantai dingin di Kabupaten
Kebumen (1999) menunjukan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan, potensi
vaksin campak akan semakin berkurang (r=- 0,6326, p=0,002).
Untuk mempertahankan mutu, semua vaksin secara kontinu harus disimpan dalam
suhu yang tepat sejak saat dibuat sampai digunakan. Sekali potensi vaksin hilang atau
rusak, tidak dapat diperoleh kembali atau diperbaiki. Tanpa penanganan yang tepat,
setiap vaksin menjadi tidak efektif untuk memberikan perlindungan terhadap sasaran.
Pada beberapa kasus, hilangnya potensi dapat pula menyebabkan vaksin lebih mudah
menimbulkan reaksi (reactogenic).
Kerusakan potensi vaksin dapat dicegah dengan melakukan transportasi,
penyimpanan dan penanganan vaksin secara benar, sejak vaksin diproduksi di pabrik
hingga dipergunakan di unit pelayanan. Proses produksi di pabrik umumnya memiliki
prosedur khusus sesuai dengan ketentuan GMP (Good Manufacturing Practices)
dibawah pengawasan NRA (National Regulatory Authority) setempat. Oleh karena itu
monitoring kualitas pengelolaan vaksin lebih ditujukan pada pengelolaan vaksin di
gudang penyimpanan vaksin di tingkat primer sampai di unit pelayanan (Puskemas,
Rumah Bersalin, Badan Pengobatan Swasta, dll.)

Tugas Analisis Kasus


1. Bacalah dengan cermat Kasus No. 1 – 7
2. Carilah penyebab terjadinya setiap kasus (1 – 7)
3. Penanganan seperti apa yang harus dilakukan untuk mengatasi setiap kasus yang terjadi
(1 – 7) → tuliskan teori yang sesuai yang sudah dipaparkan di awal tulisan ini!

Kerjakan pada kertas folio bergaris, kemudian scan dengan pdf


Simpan file dengan format Nama Kalian_ColdChain
Upload ke EMAS
Kasus 1
Rabies Meluas di Kalbar Karena Vaksin Rusak
Kamis, 30 April 2015

Pontianak – Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat, Abdul
Manaf mengungkapkan, salah satu penyebab meluasnya penyakit rabies di Kalbar dikarenakan
kerusakan vaksin rabies.

“Salah satu penyebab kembali mencuatnya kasus rabies di Kalbar dikarenakan kerusakan
vaksin yang diberikan untuk hewan,” kata Abdul Manaf saat menyampaikan keterangan dalam
rapat kerja pengendalian penyakit rabies di Kalbar, Kamis.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menggelar rapat kerja untuk mengantisipasi penyebaran
virus rabies bersama pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota yang ada di provinsi
itu.

“Secara geografis, Kalbar menjadi daerah yang rawan terhadap penyakit rabies. Makanya saat
ini kita terus melakukan berbagai upaya pencegahan untuk mengatasi penyebarluasan
penyakit ini,” tuturnya.

Dia menjelaskan, secara historis sampai tahun 2004 Kalbar memang menjadi daerah yang
aman dari penyakit itu. Namun, pada Januari sampai April tahun 2005 ada beberapa kasus
penyakit rabies di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kalteng seperti Ketapang,
dimana ada 29 orang yang digigit dan satu orang meninggal.

Menanggapi hal itu, Pemprov Kalbar segera mengambil tindakan untuk upaya pencegahan
meluasnya penyakit itu dengan membuat sabuk sakti untuk mencegahnya. Dengan upaya
tersebut, Kalbar mendapat tiga sertifikat dari pemerintah pusat, dimana provinsi itu menjadi
daerah yang bebas dari penyakit rabies dan flu burung.

Sejak saat itu, Pemprov Kalbar setiap tahunnya selalu melakukan vaksinasi terhadap binatang
peliharaan masyarakat seperti anjing dan kucing untuk mencegah penyakit tersebut kembali.
Namun, pada tahun bulan November 2014, kasus rabies di Kalbar kembali mencuat dimana
salah satu penyebabnya adalah kerusakan vaksin sebesar 29 persen yang disalurkan kepada
masyarakat karena Kalbar tidak memiliki penyimpanan yang baik. Saat disalurkan kepada
masyarakat, vaksin yang ada disimpan oleh petugas kesehatan hewan di lapangan, khususnya
di daerah pedalaman, tidak mendapatkan perlakuan yang baik.

“Seperti yang kita ketahui, kondisi listrik di daerah pedalaman tidak semuanya teraliri
listrik dan ada daerah yang mendapatkan listrik namun hidup pada malam hari. Nah,
vaksin ini memang disimpan di kulkas, namun karena listriknya tidak stabil, menyebabkan
penyimpanan vaksin tidak baik dan mengalami kerusakan,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya
lainnya salah satunya dengan melibatkan pemerintah pusat dan pihak terkait lainnya untuk
melakukan upaya pencegahan bersama. “Kita harap, dari hasil rapat hari ini bisa melahirkan
suatu upaya pencegahan yang lebih baik dalam mengantisipasi semakin menyebarnya penyakit
ini,” kata Manaf
Aliran Listrik Disegel, Puluhan Jenis Vaksin Milik Dinkes Parepare Rusak

PAREPARE, PIJARENEWS.COM — Puluhan jenis vaksin serta obat-obatan milik Dinas


Kesehatan (Dinkes) Kota Parepare, rusak berat yang disebabkan tempat pendingin vaksin serta
obat-obatan itu tidak berfungsi.

Puluhan jenis vaksin serta obat-obatan yang tersimpan di ruang penyimpanan gudang farmasi
milik Dinkes Kota Parepare ini rusak, lantaran kotak khusus pendingin obat-obatan tidak
mendapatkan aliran listrik karena meter Kilo Watt Hour (KWh) listrik milik Pemerintah
daerah Kota Parepare ini, tersegel dan tidak mendapatkan aliran listrik dari PLN.

Informasi yang diperoleh Pijarnews, penyegelan meter KWh tersebut dilakukan oleh pihak PLN
Cabang Parepare, lantaran rekening listrik atas nama Dinkes Kota Parepare, sudah menunggak
selama dua bulan, namun hingga kini, pihak terkait belum memberikan tindakan apapun,
akibatnya Dinkes Kota Parepare, ditaksir mengalami kerugian hingga Miliaran Rupiah atas
rusaknya puluhan jenis vaksin serta obat-obatan itu.

Saat dikonfirmasi, pihak pengelola imunisasi Dinkes Kota Parepare, Muliadi menjelaskan,
dirinya tidak mengetahui jika KWh milik kantor Dinkes Kota Parepare disegel oleh pihak PLN
Cabang Parepare, namun dia menyayangkan banyaknya kerugian yang dialami oleh pihak
Dinkes karena puluhan jenis vaksin serta obat-obatan itu rusak berat.
PLN Putuskan Aliran Listrik, Vaksin Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas Tanoyan Rusak

Saat ini Puskesmas Tanoyan, Kecamatan Lolayan, tidak bisa memberikan vaksin bagi ibu hamil
dan balita. Semua vaksin yang disimpan di puskesmas tersebut rusak. Kepala Puskesmas
Tanoyan, Elly Lauma Mokobombang mengatakan, vaksin yang tersimpan rusak akibat tidak
ada jaringan listrik sejak 17 Juni 2018.

“Saat masuk kantor pascalibur, tidak ada listrik dan vaksin rusak semua. Warga sekitar
menuturkan aliran listrik di Puskesmas diputuskan PLN sejak 17 Juni lalu,” ungkap Elly, Jumat
(22/6/2018).

“Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Pihak PLN tidak berkoordinasi terlebih dahulu pada
kami sebelum menyegel meteran. Ada banyak peralatan dan obat-obatan yang memang harus
disimpan pada suhu dingin. Karena tak ada listrik, semua jadi rusak,” katanya kesal.

Dia menjelaskan, puskesmas Tanoyan selalu tepat waktu membayar tagihan listrik. “Tagihan
bulan mei sudah kami bayarkan. Batas waktu pembayaran untuk bulan berjalan sampai tanggal
20. Tapi, tanggal 17 Juni sudah dilakukan penyegelan dan meteran listrik dalam keadaan off.
Kami tidak berani membuka karena ada ancaman pasal bila segel dibuka,” kata Elly.

Meski demikian, pihaknya langsung melapor ke PLN. “Tidak ada tindak lanjut atas kejadian ini
dan kami telah melayangkan aduan ke penegak hukum. Ini soal kemanusiaan,” ucapnya.

Sementara itu, pihak PLN saat dikonfirmasi melalui Leo Manurung menegaskan, tidak pernah
ada pemutusan listrik di Puskemas Tanoyan.
“Pihak kami tidak melakukan pemutusan aliran listrik di Puskesmas,” kata Leo.
Terkait dengan segel yang ada pada meteran, menurut Leo, pihaknya masih akan melakukan
pengecekan.

“Kita akan cek lagi pak, karena setelah kami lihat ini segel lama. Dan tidak ada petugas kami
yang lakukan penyegelan meteran. Kemungkinan besar terjadi trip,” ujarnya
Ratusan Ribu Vaksin Untuk Anak Di China Rusak KAMIS, 16 – 8 – 2018
Artikel ini telah tayang di Rmol.id dengan judul "Ratusan Ribu Vaksin Untuk Anak Di China
Rusak", https://rmol.id/read/2018/08/16/352729/Ratusan -Ribu-Vaksin-Untuk-Anak-Di-China-Rusak-.

Ratusan ribu vaksin tambahan yang ditujukan untuk anak-anak di China kedapatan rusak.
Angka tersebut meningkatkan jumlah vaksin yang diketahui cacat di negara itu menjadi hampir
satu juta. Dalam sebuah pernyataan, Dewan Negara China mengumumkan batch kedua vaksin
difteri, pertussis dan tetanus (DPT), yang diproduksi oleh Changchun Changsheng
Biotechnology, telah ditemukan menjadi "kurang lancar". Total vaksin yang rusak berjumlah
247.200.

Sebagian besar vaksin telah dijual kepada pemerintah provinsi di Shandong, di timur laut
China, dan beberapa telah diberikan kepada anak-anak. Tetapi pemerintah China bersikeras
bahwa selain tidak efektif, vaksin yang rusak itu tidak berbahaya dengan cara apa pun.
"Komisi Kesehatan Nasional dan Administrasi Obat Negara telah merencanakan vaksinasi ulang
untuk anak-anak yang telah (disuntik) dengan vaksin DPT di bawah standar," kata pernyataan
itu seperti dimuat CNN. Pada bulan November, pemerintah mengumumkan bahwa 253.338
vaksin DPT lain yang dihasilkan oleh perusahaan yang sama rusak, serta lebih dari 400.000
dosis yang diproduksi oleh perusahaan terpisah, Institut Produk Biologi Wuhan.

Kasus 5
Ribuan Vaksin Milik Dinkes Rusak
Mataram (Suara NTB) – Ribuan vaksin milik Dinas Kesehatan Kota Mataram tidak bisa
digunakan alias rusak. Vaksin ini rusak setelah terjadi kebakaran di ruang penyimpanan obat.
Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Usman Hadi menjelaskan, Sabtu (24/6) pekan
lalu terjadi kebakaran di ruang penyimpanan obat. Vaksin, alat kesehatan serta alat kantor
turut terbakar. Akibatnya, ribuan vaksin di dalam tumpukan kardus rusak.
“Vaksin ini kan tidak boleh kena panas. Kalau kena panas sudah tidak bisa digunakan lagi,” kata
Usman.

Ia menjelaskan, kebakaran tersebut dipicu oleh arus pendek listrik. Secara kebetulan tidak ada
petugas berjaga karena libur. Ia bersyukur Pemadam Kebakaran dibantu Badan
Penanggulangan Bencana Daerah segera memadamkan api, sehingga tidak menyambar ruang
lain. “Kalau ndak segera dipadamkan bisa – bisa kantor saya kebakaran juga,” tandasnya.

Ia memastikan bahwa tidak akan terjadi kelangkaan vaksin di Kota Mataram. Sebab, pihaknya
telah meminta ke Dinas Kesehatan Provinsi NTB untuk mendistribusikan kembali untuk
persediaan.
Ia menambahkan, vaksin ini banyak dibutuhkan oleh puskesmas maupun posyandu untuk
imunisasi.

Secara keseluruhan Usman menyebutkan, total kerugian mencapai ratusan juta.


Terhadap kerusakan alat kerja, vaksin dan lain sebagainya, Dinas Kesehatan telah mengajukan
tambahan anggaran ke Badan Keuangan Daerah.

Kepala BKD Kota Mataram, Drs. H.M. Syakirin Hukmi membenarkan jika Dikes telah meminta
penambahan anggaran untuk pengadaan beberapa item alat kerja kantor yang rusak akibat
kebakaran.

Syakirin tidak mengetahui secara persis angka yang diminta Dikes. Tetapi, usulan itu sudah
dimasukan dalam anggaran perubahan.
“Angkanya saya tidak tahu persis. Yang jelas, itu ratusan juga,” sebutnya.

Kasus 6
3 Anak Dilarikan ke Rumah Sakit usai Disuntik Vaksin MR Kompas.com -
14/08/2018, 13:03 WIB
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Anak Dilarikan ke Rumah Sakit usai Disuntik Vaksin
MR", https://regional.kompas.com/read/2018/08/14/13033361/3-anak-dilarikan-ke-rumah-sakit-usai-disuntik-
vaksin-mr.
Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi
Editor : Farid Assifa

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Tiga anak di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, dilarikan
ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi berhari-hari usai disuntik vaksin Measles
Rubella (MR) oleh petugas puskesmas setempat. Seluruh korban kini menjalani perawatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar. Ketiga anak tersebut berasal dari Kecamatan
Wonomulyo. Menurut perawat, dua anak telah diperbolehkan pulang karena kondisinya telah
membaik setelah menjalani perawatan beberapa hari. Sementara satu orang anak kini masih
menjalani perawatan. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar Suaib
Nawawi membantah anak tersebut sakit akibat vaksin rubella. Menurut Suaib, dari hasil rekam
medik, ketiga anak tersebut memang memiliki riwayat penyakit yang berbeda. “Memang ada
tiga anak dilaporkan dilarikan ke rumah sakit, tapi belum pasti itu karena vaksin Rubella,” kata
Suaib. Baca juga: Target 110.072 Anak Ikut Vaksin MR, Dinkes Luwu Tetap Lakukan Vaksinasi Ia
mengimbau masyarakat agar tidak resah dengan maraknya berita tentang anak yang sakit
setelah divaksin Rubella. Dinkes Polewali Mandar sendiri tetap memberikan vaksian MR secara
massal di sekolah-sekolah meski masih polemik soal status halal. Sejumlah petugas kesehatan
yang menggelar vaksin menyatakan, vaksin MR terancam rusak jika tidak digunakan.
Alasannya, tempat penyimpanan vaksin di puskesmas tidak memenuhi standar dan tidak
aman untuk jangka waktu lama. “Ada sekitar 6 miliar vaksin bisa rusak kalau ditunda
karena tidak bisa disimpan dalam waktu lama di puskesmas,” kata petugas kesehatan saat
sibuk melayani vaksin massal di salah satu sekolah di Polewali Mandar.
Kasus 7

Dinkes Kirim 1.000 vaksin ke Puncak Jaya

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua akan mengirimkan 1.000 vial vaksin measles -
rubella beserta pelarutnya ke Kabupaten Puncak Jaya.

"Kami akan mengirim 1.000 vial vaksin MR ke Kabupaten Puncak Jaya," Kata Kepala
Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Papua, dr Aaron Rumainum ketika
dikonfirmasi dari Jayapura, Minggu (5/8/2018).

Selain itu, ia mengataakan, pihaknya juga akan mengirim 1.000 pelarut vaksin, sesuai
jumlah permintaan vaksin.

Menurut Aaron, pengiriman ini disesuaikan dengan kapasitas penyimpanan vaksin di


Puncak Jaya, karena dikhawatirkan jika pengirimannya berlebih maka akan rusak .

"Kalau kami kirim terlalu banyak takutnya nanti rusak dan jadi persoalan. Kalau
vaksinnya rusak kita rugi semua," ujarnya.

Sementara terkait sosialisasi imunisasi MR, katanya, sudah dilakukan di 28


kabupaten/kota di Papua, hanya Kabupaten Mamberamo Tengah (Mamteng) yang belum.

"Kami baru ke Mamteng pada Sabtu (4/8) untuk sosilisasi MR dan kemudian akan
dilakukan imunisasi oleh petugas kesehatan setempat," ujarnya.

Aaron berharap pelaksanaan imunisasi MR dilakukan secara baik di 28 kabupaten dan


satu kota di Provinsi Papua.

Anda mungkin juga menyukai