Anda di halaman 1dari 3

Banjir Bandang Bojonegoro 2007

Bojonegoro adalah daerah yang sebagian wilayahnya dilalui aliran sungai Bengawan
Solo. Banjir setiap tahun yang terjadi adalah akibat dari luapan sungai bengawan solo. Luapan
sungai berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama,
meskipun proses itu bisa jadi lolos dari pengamatan sehingga datangnya banjir terasa mendadak
dan mengejutkan. Selain itu banjir luapan sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan
bisa berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.

Banjir di aliran Sungai Bengawan Solo, tercatat sebagai yang terbesar dalam 50 tahun
terakhir. Air bahkan meluap hingga ke sejumlah kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menjelang akhir tahun, yakni tanggal 26 Desember 2007 Kabupaten Bojonegoro dilanda banjir
bandang yang berasal dari luapan Bengawan Solo yang berhari – hari sebelumnya diguyur hujan
deras. Banjir bandang kali ini merupakan banjir bandang terbesar sepanjang sejarah Bojonegoro
yang menggelamkan 16 kecamatan diantaranya Kecamatan Kasiman, Perwosari, Dander, Kapas,
Balen, Kanor, Margomulyo, Ngraho, Tambakrejo. Padangan, Kalitidu, Malo, Trucuk,
Bojonegoro, Baureno, Sumber Rejo. Artinya lebih dari separuh wilayah Bojonegoro terendam
banjir. Akibatnya tidak hanya aktivitas warga kota yang lumpuh, kegiatan perekonomian
lumpuh. Aliran listrik juga padam an beberapa operator telepon seluler terpaksa memutus
jaringannya. Dalam tanggap bencana, hampir semua tim SAR di Surabaya dikirim ke
Bojonegoro, Sebanyak 15 perahu karet bermesin juga telah dikerahkan. Sebanyak 13 perahu
karet bermesin didatangkan dari Jakarta maupun Surabaya. Badan SAR Nasional juga
menerjunkan 13 helikopter untuk melakukan distribusi bahanmakanan kepada warga di daerah
terpencil yang ada di 16 kecamatan.

Bojonegoro telah berubah menjadi hamparan air. Tak terhitung jumlah rumah yang
terendam. Ratusan bahkan ribuan hektare sawah terendam. Banyak warga yang tak sempat
menyelamatkan barang berharga mereka karena banjir datang tiba-tiba Uniknya, sebagian warga
justru menganggap bencana ini sebagai fenomena alam tersendiri. Mereka sengaja datang untuk
menyaksikan langsung air menghampar sejauh mata. Sebagian lainnya berenang-renang di
dinginnya air. Maklum, baru kali ini kawasan tersebut dilanda banjir besar. Akibat bencana
banjir, bangunan-bangunan akan rusak atau hancur yang disebabkan oleh daya terjang air banjir,
terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya tanah di seputar atau di bawah pondasi,
tertabrak atau terkikis oleh benturan dengan benda-benda berat yang terseret arus. Kerugian fisik
cenderung lebih besar bila letak bangunan di lembah-lembah pegunungan dibanding di dataran
rendah terbuka. Banjir dadakan akan menghantam apa saja yang dilaluinya

Saat itu aku masih duduk dibangku SD kelas satu, umurku baru enam tahun. Aku masih
ingat betul saat heboh hebonya berita bahwa Bojonegoro akan dilanda banjir bandang besar
semua orang panik tidak terkecuali keluargaku. Pada pagi hari pertama, aku dan tetanggaku
melihat bahwa sekolahku yang berada tepat didepan gang rumahku sudah terendam air banjir.
Semua warga panik, takut, dan bingung jika air banjir tersebut akan meluas dan masuk
pemukiman rumah kami. Siang hari semua warga sibuk menyelamakan barang barang mereka
yang sekiranya penting. Pada sore harinya jalanan raya kota rumahku yaitu jalan Untung
Suropati sudah dialiri air yang deras kurang kebih beberapa sentimeter. Yang mana jalanan
sudah sepi tidak dilalui kendaraan. Warga semakin panik karena tidak lama pasti air banjir
tersebut akan tetap masuk ke pemukiman gangku.
Beberapa jam kemudian air tersebut masuk dengan aliran yang begitu derasnya masuk
kedalam rumah rumah penduduk.waktu terus berputar hari menujukkan menuju malam. Saat itu
beberapa dari rumah tetanggaku sudah terendam banjir namun airnya masih belum tinggi.
Rumahku yang saat itu terbilang cukup tinggi belum terendam banjir. Beberapa warga tetanggku
sempat mengungsi dirumahku. Kami juga sempat memasak bersama dan menonton tv bersama.
Tidak lama kemudian air terus mengalir deras hingga merendam semua rumah pemukiman
penduduk hingga mencapai satu lutut orang dewasa. Tetap saja air tersebut masuk kedalam
rumahku, namun masih beberapa senti. Karena rumahku ikut terendam air sebagian warga yang
sempat mengungsi dirumahku, pergi mencari tempat pengungsian yang sekiranya menurut
mereka aman. Keluargaku memutuskan untuk tetap bertahan dirumah karena hari sudah malam
dan masih aman jka harus tinggal diumah.

Keesokan harinya, ayahku memutuskan agar semua orang mengungsi karena diperkiran
air akan terus naik. Saat itu aku mash kecil dan aku mempunyai dua orang adik yang masih kecil
juga. Adikku yang perempuan umurnya baru dua tahun dan yang laki – laki masih berumur
beberapa bulan. Ayah dan ibuku bingung dan khawatir bagaimana untuk membawa aku dan dua
adikku pergi mengungsi. Dan dirumahku juga ada nenekku yang umurnya sudah cukup tua.
Ayahku bingung untuk mengajaknya atau tidak namun nenekku sendiri yang memutuskan ia
tidak akan ikut, ia berkata ia akan berjaga dirumah saja yang mana ditemani oleh bibiku. Lalu
ibuku bersiap – siap membawa barang yang sekiranya perlu untuk dibawa. Saat itu hari kedua
jalan raya masih bisa dilewati oleh orang dewasa namun tidak dengan anak – anak. Kami
memutuskan untuk mengungsi di SMKN 1 jalan panglima polim yang letaknya cukup tidak jauh
dari rumahku. Namun tetap saja dikiranya cukup jauh karena kami harus berjalan kaki karena
jalanan raya yang tidak memungkinan untuk dilaluinya kendaraan. Saat itu aku digendong oleh
ayahku, ibuku menggendong adikku laki – laki yang umurnya baru beberapa bulan dan adekku
yang perempuan digendong oleh tetanggaku yang masih saudara dengan keluargaku.

Sampai tepat di SMKN 1 Bojonegoro kami langsung naik ke lantai atas untuk
mengungsi. Yang mana ramai juga pengungsi yang datang dari pemukiman lain. Kami
memutuskan untuk menginap beberapa hari sekiranya aman hingga banjir mulai surut. Terhitung
3 hari aku dan keluargaku mengungsi disana. Karena rumah nenekku yang dekat dengan
sekolahan itu, setiap hari kami selalu dijenguk dan dikirim makan untuk disana. Kami cukup
tenang disana karena sekiranya aman dari banjir. Air banjir terus saja mengalir deras dan terus
naik jalanan semakin sepi karena air yang tinggi samap kurang lebih sedada orang dewasa. Kami
berdiam disana hingga beberapa hari kemudian. Disana kami juga mendapatkan bantuan
langsung dari pemerintah yang berupa mie instan, bahan bahan makanan lainnya, sembako, obat
obatan, pakaian, air bersih, selimut dan lain lain. Seiap hari makin banyak orang orang yang
mengungsi, tempat pun makin ramai dan tidak nyaman. Adikku rewel dan selalu menangis.
Banyak juga anak – anak yang menderita diare dan gatal – gatal karena kurangnya air bersih.
Situasi pengungsi saat itu sibuk dan bingung mencari banuan dan obat – obatan kesana kesini
karena keterbatasan distribusi yang tidak merata. Setiap saat warga selalu berdoa agar banjir
cepat surut.

Terhitung satu pekan air masih belum surut jalanan masih tergenang air kurang lebih satu
meter. Tetapi keluargaku memutuskan untuk pulang kerumah karena memungkinkan jalan sudah
bisa dilewati. Walaupun sempat takut karena apakah akan ada banjir susulan atau tidak. Tetapi
pemerintah sudah memberi kabar bahwa situasi akan segera membaik dan baik – baik saja
hingga air surut. Semua keluargaku dan saudara – saudaraku yang ikut mengungsi bersiap – siap
untuk membereskan barang bawaan dan pulang kerumah. Masih banyak warga pengungsi yang
belum pulang kerumah masing masing dan masih memilih untuk tetap tinggal disana untuk
sementara waktu. Kali ini kami pulang menggunakan perahu karet yang telah disediakan oleh
relawan. Aku dan dua adikku bisa naik dengan aman tanpa harus digendong oleh ayah dan
ibuku. Hanya saja mereka yang mendorong perahu kami. Jalanan yang kami lalui saat itu cukup
ramai dipenuhi orang orang yang berlalu lalang naik ban karet dan perahu karet. Tidak hanya
anak anak, orang dewasa pun juga. Tidak juga banyak anak anak kecil yang memanfaatkan
moment ini untuk keseruan bersama demi menutupi kesedihan mereka.

Kami sampai dirumah siang, saat itu kondisi rumahku terbilang cukup aman, perlahan air
sudah mulai surut. Nenekku yang dirumah saat aku tinggal mengungsi alhamdulillah juga sehat.
Tidak banyak juga peralatan rumahku yang rusak karena banjir itu. Sesampainya dirumah ibuku
pun langsung membersihkan rumah dibantu oleh nenekku. Sementara ayahku membersihkan
bagian halaman rumah yang dipenuhi oleh sampah sampah dan juga lumpur yang dibawa air
banjir. Banyak juga harta benda milik kami seperti binatang ternak, tanam – tanaman yang
musnah. Itulah hari dimana air mulai surut semua rumah warga bersih dan hanya tersisa lumpur
lumpur tebal yang sore itu juga kami bergotong royong untuk membersihkannya. Keesokan
harinya semua rumah warga bersih dan kami semua bisa menjalankan aktivitas seperti biasa.
Akses jalan raya pun sudah kembali terbuka dan banyak dipenuhi oeh kendaraan. Dan aku pun
senang bisa kembali pergi ke sekolah bertemu dengan teman – temanku setelah sekitar dua pekan
sekolah diliburkan.

Bencana banjir yang melanda meninggalkan kenangan yang pahit bagi semua korban
banjir bandang. Tetapi apa daya kita sebagai umat manusia hanya bisa berdoa agar kejadian ini
tidak lagi terjadi dan pemerintah bisa memperkuat tanggul dan sarana pencegahan bencana
banjir. Faktor manusia memang lebih banyak menyebabkan banjir. Kurang pedulinya masyarakat
terhadap lingkungan dengan membuang sampah sembarangan dan penebangan pohon secara
tidak bertanggung jawab adalah faktor klasik yang tidak juga kunjung hilang. Pencegahan telah
dilakukan pemerintah dengan membangun DAM pengendali di bagian hulu sungai dan resapan
agar air tak terlalu cepat turun dalam waktu bersamaan ke daratan. Air di dalam dam pengendali
harus dimasukkan ke tanah secara intensif. Namun, perbaikan dan pembangunan harus juga
seimbang dengan kepedulian masyarakat kepada alam itu sendiri. Lingkungan adalah bagian dari
hidup kita. Maka, sudah sepatutnya kita turut menjaga lingkungan kita agar selalu bersih.
Penanganan dan daur ulang sampah harus digalakkan. Selain itu, penanaman pohon juga harus
terus dilakukan dan dirawat.

Disamping banyak menimbulkan kerugian yang amat sangat besar banjir juga dapat
membawa keuntungan seperti bisa menggelontor bahan-bahan pencemar air yang mengendap
dan menyumbat saluran air; bisa menjaga kelembaban tanah dan mengembalikan kelembaban
tanah tandus atau kering; bisa menambah cadangan air tanah; Juga bisa menjaga lingkungan
hayati (ekosistem) sungai dengan cara menyediakan tempat bersarang, tempat berbiak dan
makanan bagi ikan, burung dan binatang- binatang liar.

Anda mungkin juga menyukai