Anda di halaman 1dari 5

TEKS NARASI DAN EKSPLANASI

Nama : Ana Yunita Nuraini / NIM : 210151601794

a. Teks Narasi
Musibah Banjir yang Melanda Desaku
Aku dan keluargaku tinggal di Dayeuhkolot, Citereup, kabupaten Bandung. Wilayah tersebut
merupakan area pinggiran kota Bandung yang dikenal sebagai daerah macet. Namun, bukan itu
saja, wilayah kami juga sudah diketahui sebagai daerah yang rutin terkena musibah banjir.
Padahal, dahulu ketika aku masih kecil, rumahku adalah tempat yang amat nyaman. Meskipun
terkadang memang banjir, namun tidak separah sekarang. Ketinggian air hanya akan mencapai
pertengahan betis kakiku saja yang kala itu masih terhitung cukup pendek. Waktunya juga tidak
lama, beberapa jam saja, banjir tersebut biasanya sudah surut. Banjir hanya menjadi musibah
tahunan yang untuk anak kecil sepertiku justru terasa cukup menyenangkan. Terkadang Aku dan
teman-temanku malah asyik mencari ikan di genangan air dekat rumah kami. Namun semua itu
berubah ketika Aku mulai duduk di bangku SMP.

Banjir yang melanda desa kami berubah menjadi petaka yang mengerikan. Tingginya dapat
mencapai dadaku, dan membuatku tidak bisa pergi ke sekolah. Sebetulnya aku cukup beruntung
karena rumah kami berada di permukaan yang cukup tinggi. Meskipun sederhana, rumah kami
juga sudah memiliki lantai dua yang menjadi pelarian kami saat banjir seperti ini menerpa.

Sementara itu, tetangga kami yang berada di ketinggian rendah tidak dapat berdiam diri di
rumahnya. Banjir menenggelamkan rumah mereka hingga langit-langit dan bahkan atap rumah
mereka. Mereka terpaksa mengungsi ke area jembatan sungai di jalan raya Dayeuhkolot yang
memang memiliki permukaan tanah lebih tinggi. Di sana para TNI dan aktivis sosial telah
mendirikan perkemahan sementara untuk pengungsi, sambil menjemput korban banjir lainnya di
sekitar. Banjir seperti ini terus melanda wilayah kami hingga aku duduk di bangku SMA.
Perlahan-lahan warung dan tempat usaha lain di sekitar sini mulai tutup. Kontrakan yang biasa
disewa oleh karyawan pabrik yang berada dekat di desa kami pun mulai kosong. Kawasan kami
menjadi sangat sepi dari berbagai aktivitas ekonomi.

Padahal, pemerintah sudah melakukan upaya untuk mengurangi banjir dengan mengeruk,
memperluas, dan memperdalam anak sungai Citarum yang memang sangat dekat dengan
rumahku. Namun, banjir ini tidak pernah berhenti dan malah seakan semakin parah. Tembok
rumah kami kotor, terdapat bekas rendaman air di seluruh bagiannya. Kulkas kami tidak selamat
karena sempat beberapa kali terendam banjir. Pompa air kami juga mengalami nasib yang sama.
Selain itu, sepeda motor ayahku juga harus beberapa kali turun mesin karena terendam banjir.
Sebetulnya aku tidak begitu mengetahui apa penyebab pasti dari banjir yang menerpa desa
kami. Informasi yang kuketahui kembali pada kelestarian lingkungan yang kurang terjaga.
Beberapa mahasiswa yang sempat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Dayeuhkolot sempat
memberikan berbagai kegiatan soalisasi mengenai penanggulangan dan pencegahan bencana
banjir.

Dalam kegiatan tersebutlah aku mendapatkan informasi mengenai keseimbangan alam yang
tidak berjalan dapat menyebabkan bencana semacam ini. Mulai dari membuang sampah tidak
pada tempatnya, atau bahkan membuangnya ke sungai. Memang membuang sampah adalah
salah satu permasalahan yang terjadi di desa kami. Masih banyak warga yang membuang sampah
sembarangan ke anak sungai Citarum di desaku. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya
penyebab banjir ini. Pembangunan di daerah resapan air juga menjadi salah satu kontributor
tersbesarnya. Sehingga pemerintah juga mulai menggalangkan kegiatan untuk memperbaiki
permasalahan tersebut. Desa kami mulai memberlakukan wajib menggunakan paving blok untuk
jalanan di wilayah kami, agar jalan tetap nyaman namun tetap dapat meresap air.

Hingga kini berbagai upaya lainnya juga sudah dilakukan, dari hulu hingga ke hilir sungai
citarum. Kini, saat aku duduk di bangku kuliah, Dayeuhkolot masih menjadi daerah banjir.
Beberapa upaya pemerintah sebetulnya mulai terasa meskipun hanya berpengaruh sedikit.
Namun, kini desaku benar-benar seakan menjadi kota mati. Hanya ada satu warung yang masih
berjualan di dekat rumahku. Sisanya memutuskan untuk tutup dan pindah ke wilayah lain karena
tidak tahan dengan bencana banjir.Sementara itu Aku sendiri memilih untuk belajar teknik tata
lingkungan untuk mengetahui seperti apa seharusnya suatu wilayah dikelola agar tidak terjadi
banjir. Agar kelak ketika aku sudah menyelesaikan kuliah, aku dapat memberikan kontribusi
bagi desaku sendiri. Karena ini adalah rumahku, tempat tinggalku yang dahulu jauh lebih asri,
tidak menjadi genangan air berlumpur yang dicemari sampah seperti ini.
Sumber : https://serupa.id/contoh-teks-narasi-beserta-strukturnya-bermacam-tema/

Analisis :

 Teks diatas dapat dikatakan teks narasi karena paragrafnya menceritakan tentang
kronologi atau rentetan sebuah peristiwa atau kejadian, yaitu musibah banjir yang dialami
oleh tokoh Aku didaerah tempat tinggalnya.
 Menceritakan sebuah kejadian nyata secara detail dan menarik untuk dibaca.
 Dilengkapi konflik, yaitu pada paragraph 2-5 yang menceritakan tentang banjir yang
melanda desanya mengerikan, tingginya bisa sampai ke dada dan membuatnya tidak bisa
berangkat ke sekolah. Banjir seperti ini terus melanda wilayah kami hingga tokoh Aku
duduk di bangku SMA dan membuat daerah tersebut sepertikota mati karena ditinggal
para penduduknya. Pemerintah memang sudah berusaha untuk mengatasi banjir, tetapi
masih saja seolah banjir yang melanda tidak dapat teratasi.
 Dilengkapi resolusi/ penyelesaiaan masalah, yaitu pada paragraph 6-7 yang menceritakn
upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah banjir, yaitu dengan adanya mahasiswa yang
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Dayeuhkolot sempat memberikan berbagai kegiatan
soalisasi mengenai penanggulangan dan pencegahan bencana banjir. Dalam kegiatan
tersebutlah aku mendapatkan informasi mengenai keseimbangan alam yang tidak berjalan
dapat menyebabkan bencana semacam ini yaitu maraknya pembuangan sampah tidak
pada tempatnya. Kurangnya resapan air juga menjadi salah satu contributor terbesarnya,
sehingga pemerintah juga mulai menggalangkan kegiatan untuk memperbaiki
permasalahan tersebut. Desa kami mulai memberlakukan wajib menggunakan paving
blok untuk jalanan di wilayah kami, agar jalan tetap nyaman namun tetap dapat meresap
air.
 Dilengkapi koda/ pesan, yaitu pada pragaraf 8 yang menceritakan bahwa desa tokoh Aku
seperti kota mati, hanya ada satu warung yang bertahan. Tokoh Aku memilih untuk
belajar teknik tata lingkungan untuk mengetahui seperti apa seharusnya suatu wilayah
dikelola agar tidak terjadi banjir. Agar kelak ketika tokoh Aku sudah menyelesaikan
kuliah, aku dapat memberikan kontribusi bagi desaku sendiri. Karena ini adalah rumahku,
tempat tinggalku yang dahulu jauh lebih asri, tidak menjadi genangan air berlumpur yang
dicemari sampah seperti ini.
 Pemilihan kata dan susunan kalimatnya mudah dipahami
 Terdapat latar suasana yaitu tegang dan sedih, latar waktu yaitu masa SMP hingga SMA,
latar tempat yaitu Dayeuhkolot, Citereup, kabupaten Bandung

b. Teks Eksplanasi
Banjir

Mendengar kata banjir memang sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Banjir adalah
fenomena alam yang bersumber dari curah hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama pada
daerah aliran sungai (DAS). Banjir terjadi karena sebab alam dan tindakan manusia. Penyebab
alami banjir adalah erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh fisiografi/geofisik sungai,
kapasitas sungai, drainase lahan, dan pengaruh air pasang. Penyebab banjir karena tindakan
manusia adalah perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, kawasan padat penduduk di
sepanjang sungai, dan kerusakan bangunan pengendali banjir.

Sebagai akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi sehingga sedimentasi masuk ke sungai
dan daya tampung sungai menjadi berkurang. Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi
aliran permukaan (run-off) di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah, yang tentunya
bergantung pada kondisi tanahnya. Ketika suatu kawasan hutan diubah menjadi permukiman,
hutan yang bisa menahan aliran permukaan cukup besar diganti menjadi permukiman dengan
resistensi aliran permukaan kecil. Akibatnya ada aliran permukaan tanah menuju sungai dan hal
ini berakibat adanya peningkatan debit aliran sungai yang besar.

Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang
lainnya. Apabila suatu hutan yang berada dalam suatu aliran sungai diubah menjadi permukiman,
debit puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini
bergantung pada jenis hutan dan jenis permukiman. Demikian pula untuk perubahan yang
lainnya akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Deforestasi, degradasi lingkungan
dan pembangunan kota yang penuh dengan bangunan beton dan jalan-jalan aspal tanpa
memperhitungkan drainase, daerah resapan, dan tanpa memperhatikan data intensitas hujan dapat
menyebabkan bencana alam banjir.

Pembuangan sampah di DAS membuat sungai tersumbat sampah. Jika air melimpah, air akan
keluar dari sungai karena daya tampung saluran berkurang. Kawasan padat penduduk di
sepanjang sungai/drainase dapat menjadi penghambat aliran dan daya tampung sungai.Oleh
karena itu, masalah kawasan kumuh dikenal sangat penting sebagai faktor sosial terhadap
masalah banjir daerah perkotaan.
sumber : https://www.ruangguru.com/blog/ciri-ciri-dan-contoh-teks-eksplanasi

Analisis:

 Teks diatas dapat dikatakan teks eksplanasi sebab teks tersebut berisi tentang proses
‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ kejadian-kejadian alam yaitu banjir. Kejadian alam tersebut
lam terjadi di sekitar kita dan selalu memiliki hubungan sebab akibat dibuktikan pada
kalimat “Penyebab alami banjir adalah erosi dan sedimentasi, curah hujan, pengaruh
fisiografi/geofisik sungai, kapasitas sungai, drainase lahan, dan pengaruh air pasang” dan
pada paragraph ke dua.
 Informasi yang dimuat bersifat factual/kejadian nyata

 Hal- hal yang dibahas yaitu suatu fenomena (banjir) dan bersifat keilmuan atau
berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
 Bersifat informatif atau dengan maksud agar pembaca memperoleh pengetahuan
 Pola kalimat disusun berdasarkan kronologi atau sesuai urutan waktu saat peristiwa itu
terjadi, yaitu pada paragraph “Sebagai akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi
sehingga sedimentasi masuk ke sungai dan daya tampung sungai menjadi berkurang.
Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan (run-off) di atas tanah
dan sebagian meresap ke dalam tanah, yang tentunya bergantung pada kondisi tanahnya.
Ketika suatu kawasan hutan diubah menjadi permukiman, hutan yang bisa menahan
aliran permukaan cukup besar diganti menjadi permukiman dengan resistensi aliran
permukaan kecil. Akibatnya ada aliran permukaan tanah menuju sungai dan hal ini
berakibat adanya peningkatan debit aliran sungai yang besar”
 Banyak menggunakan konjungsi kausalitas seperti sebagai akibat, akibatnya, oleh karena
itu.
 Terdapat struktur teks berupa pernyataan umum pada paragraph 1, urutan sebab akibat
pada paragraph 2 dan 3, dan interpretasi pada paragraph 4

Anda mungkin juga menyukai