Anda di halaman 1dari 40

Anemia post partum didefinisikan sebagai

kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl.


Meskipun wanita hamil dengan kadar besi
yang terjamin, konsentrasi haemoglobin
biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum
melahirkan. Hal ini diperburuk dengan
kehilangan darah saat melahirkan dan pada
masa nifas.
Kategori tingkat keparahan pada anemia
(Nugraheni E, 2009) adalah sebagai berikut :
 Kadar HB < 10 gr % disebut anemia ringan
 Kadar HB 7 – 8 gr% disebut anemia sedang
 Kadar HB< 6 gr % disebut anemia berat
 Kadar HB normal pada ibu nifas adalah 11-
12 gr %
a. Anemia, kehilangan darah akut
b. Anemia karena infeksi akut
c. Anemia aplastik
d. Anemia, gangguan hemolitik autoimun
didapat
e. Anemia hipoplastik
f. Anemia neoplastik
g. Anemia pernisiosa
h. Anemia sel sabit
Anemia defisiensi besi merupakan
penyebab paling sering dari anemia
postpartum yang disebabkan oleh intake zat
besi yang tidak cukup serta kehilangan darah
selama kehamilan dan persalinan. Anemia
postpartum berhubungan dengan lamanya
perawatan di rumah sakit, depresi, kecemasan,
dan pertumbuhan janin terhambat.
 Lemah,letih,lesu,mudah lelah,lunglai
(5 L)
 Wajah tampak pucat
 Mata berkunang kunang
 Nafsu makan berkurang
 Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
 Sering sakit.
Tergantung dari derajat berat atau tidaknya
anemia, hal ini dapat berdampak negatif bagi
ibu selama masa nifas, kemampuan untuk
menyusui, masa perawatan di rumah sakit
bertambah, dan perasaan sehat dari ibu.
Masalah yang muncul kemudian seperti
pusing, lemas, tidak mampu merawat dan
menjaga bayinya selama masa nifas umumnya
terjadi.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita
dengan anemia postpartum memiliki
gejala yang dapat mengganggu kondisi
kesehatan ibu dan meningkatkan risiko
terjadinya depresi postpartum jika
dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia
Pengaruh anemia pada masa nifas
adalah terjadinya subvolusi yang dapat
menimbulkan perdarahan post
partum,memudahkan infeksi
puerperium,pengeluaran ASI berkurang
mudah terjadi infeksi mamae
(Prawirohardjo, 2005).
Faktor dasar
a. Faktor ekonomi
b. Faktor pengetahuan
c. Faktor pendidikan
d. Faktor Budaya
Faktor langsung
a. Penyakit infeksi
b. Perdarahan
Faktor tidak langsung
a. Paritas
b. Umur
Pengobatan terhadap anemia meliputi
pemberian preparat besi secara oral, besi
parenteral, transfusi darah, dan pilihan
lain yaitu rHuEPO (rekombinan human
erythropoietin).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian suplemen besi pada masa
kehamilan memberikan hasil kadar
hemoglobin ibu lebih tinggi sampai 2 bulan
postpartum dan konsentrasi serum feritin lebih
tinggi sampai 6 bulan postpartum. Level
feritin memberikan gambaran jumlah
cadangan besi dalam tubuh.
a. Aktivitas
 Keletihan, kelemahan, malaise umum.
 Kehilangan produktifitas, penurunan semangat
untuk bekerja
 Toleransi terhadap latihan rendah.
 Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih
banyak
b. Sirkulasi
 Riwayat kehilangan darah kronis,
 Palpitasi.
 CRT lebih dari dua detik
c. Integritas Ego
 Cemas, gelisah, ketakutan
d. Eliminasi
 Konstipasi.
 Sering kencing.
e. Makanan / cairan
 Nafsu makan menurun
 Mual/ muntah
f. Nyeri / kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan
kepala.
g. Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun
aktifitas
h. Seksual
 Dapat terjadi pendarahan pervagina
 Pendarahan akut.sebelumnya
 Tinggi fundus tidak sesuai dengan
umurnya.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah
2. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke
sel
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen
4. Risiko cedera terhadap janin
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan pengetahuan mengenai anemia
DX 1 : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil:
 Berat badan klien dalam batas normal
 Klien tidak mengalami mual-muntah
 Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi
dulu/sekarang dengan menggunakan batasan 24
jam.
R: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada
nutrisi ibu selama kehamilan sebagaimana selama 2
tahun sebelum kehamilan
2. Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya
kurang dari 17 tahun, lebih dari 35 tahun).
R: remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia, dan
klien lansia mungkin cenderung obesitas/diabetes
gestasional.
3. Pastikan tingkat penegetahuan tentang
kebutuhan diet.
R: menentukan kebutuhan belajar khusus
4. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat
tentang diet pranatal dan suplemen vitamin/zat
besi setiap hari.
R: materi referensi yang dapat dipelajari
dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
5. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya
mual/muntah.
R: mual/muntah trimester pertama dapat
berdampak negatif pada status nutrisi pranatal,
khususnya pada periode kritis perkembangan
janin.
6. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: mengidentifikasi adanya anemia dan potensial
penurunan kapasitas pembawa oksigen ibu
DX 2 : : Gangguan perfungsi jaringan berhubungan
dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam,perfusi ke jaringan/ke sel efektif
Kriteria Hasil :
 Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit
(rambut, kuku, kelembaban)
 Tidak terdapat kebiruan pada kulit
 CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun
waktu kurang dari 2 detik)
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status
sirkulasi dan volume darah.
R: kejadian perdarahan potensial merusak
hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan
menekan kuku pasien.
R: keadaan capillary refill test yang tidak
kembali dalam waktu kurang dari 2 dapat
menandakan anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi,
atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas
janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: mengkaji berlanjutnya hipoksia janin.
4. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan
adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi
serviks, tirah baring dan medikasi mungkin
tidak efektif ddalam mempertahankan
kehamilan
5.Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: menghilangkan tekanan vena kava inferior
dan meningkatkan sirkulasi plasenta atau janin
dan pertukaran oksigen.
1. Berikan suplemen oksigen pada klien
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk
ambilan janin.sehingga kapasitas oksigen yang
dibawa janjin meningkat.
2. Lakukan/ ulang NST sesuai indikasi
R: mengevaluasi secara elektronik respon DJJ
terhadap gerakan janin
3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.
R: mempertahankan volume sirkulasi yang
adekuat untuk transport oksigen.
DX 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama ...x24 jam diharapkan pasien dapat
beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
 Nadi dan tekanan darah dalam batas normal
(nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90 mmHg)
 Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring,
penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring,
dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk
mempertahankan janin jauh dari serviks dan
meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat
menurunkan peka rangsang uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan
punggung, perubahan posisi, atau penurunan
stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan
serta meningkatkan rasa nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara
bertahap (aktif dan pasif).
R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi
pasien yang mengalami intoleransi aktivitas
karena kurang latihan akan menyebabkan otot
menjadi atrofi.
4. Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin,
seperti pemberian obat, tanda vital, dan
pengkajian.
R : Meningkatkan kesempatan klien untuk
beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk
tindakan berikutnya
5. Berikan periode tanpa interupsi untuk
istirahat/tidur.
R : Meningkatkan istirahat, mencegah
kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
6. Berikan aktivitas pengalihan, seperti
membaca, mendengarkan radio, dan menonton
televisi, atau kunjungan dengan teman yang
dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan
penurunan aktivitas.
Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan risiko
cedera pada janin dapat tertanggulangi
Kriteria Hasil :
 Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160
x/menit)
 Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda
abnormalitas.
 Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada
sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan
sirkulasi/oksigenasi ibu mempunyai dampak yang
sama pada kadar oksigen janin/plasenta.
2. Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.
R: Memajankan perkembangan janin pada status
asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat
IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.
3. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: secara normalnya dalam kandungan janin
bergerak dan merupakan tanda yang sehat
pada janin
4. Bantu dalam screening dan kelainan genetik.
R: Kelainan seperti anemia sel sabit
mengharuskan tindakan yang khusus untuk
mencegah efek negatif dalam pada
pertumbuhan janin.
5. Pantau DJJ selama krisis sel sabit
R: Asidosis /hipoksia ibu, khusus pada trimester
ketiga dapat mengakibatkan kelainan SSP janin.
Krisis berulang mempredisposisikan klien dan
janin pada peningkatan mortalitas dan laju
morbiditas.
6. Lakukan pemeriksaan leofold untuk mengetahui
keadaan janin terutama mengukur tinggi fundus.
R: tinggi fundus sesuai usia kehamilan
merupakan satu tanda bahwa pertumbuhan janin
dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
Dx 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan pengetahuan mengenai anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan pengetahuan pasien
mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
 Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian
anemia
 Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
 Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif
untuk menanggulangi anemia
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran
tentang kebutuhan terhadap informasi dapat
mempengaruhi kesiapan untuk belajar.
2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-
mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu
menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan
prinsip-prinsip belajar dan mengajar.
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila
klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan
pemantauan dan/atau tindakan.
4. Anjurkan periode istirahat reguler 2 sampai 3
kali sehari pada posisi miring kiri setelah pulang
R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi kelelahan.
Bila klien bangun dan bergerak, istirahat di
kamar tidur dapat memaksimalkan istirahat.
5. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak
nutrisi untuk kebutuhan ibu dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu dan janin terutama zat besi,
asam folat, vit. B 12, dll
1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan tidak adanya
mual muntah
2. Tidak terdapat perubahan karakteristik pada
kulit(rambut, kuku,dan kelembapan)
3. Pasien dapat beraktivitas dengan baik dengan tidak
mengeluh lemah dan lelah
4. Tidak adanya risiko cedera pada janin dengan tinggi
fundus sesuai kehamilan
5. Pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat
dengan mengikuti tindakan dan prosedur perawatan.

Anda mungkin juga menyukai