Anda di halaman 1dari 3

Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNIP)berpusat di Jakarta telah berhasil dilaksanakan.

         Untuk memudahkan koordinasi dengan daerah,maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia
Daerah.

         Pada kesempatan itu,terbentuk kepengurusan yang terdiri dari:

a.       Mr. Kasman Singodimejo sebagai Ketua Umum


b.      Sutardjo Kartohadikusumo sebagai Wakil Ketua I
c.       Mr. Johannes Latuharhary sebagai Wakil Ketua II
d.      Adam Malik sebagai Wakil Ketua III

         KNIP bersidang pada tanggal 16 Oktober 1945 dan menghasilkan 2 keputusan:
1. membentuk Badan Pekerja KNIP yang terdiri dari 15 orang.
2. mengusulkan pada Presiden agar KNIP diberi hak legislatif sebelum terbentuknya
DPR/MPR.

         Pembentukan Badan Pekerja KNIP menghasilkan sebuah keputusan yang berani yaitu menolak
konsep satu partai Nasional yang pernah diutarakan dalam hasil sidang PPKI.

         Usul dituangkan dalam keputusan Badan Pekerja KNIP No.3 tanggal 30 Oktober 1945.

         Hal ini kemudian berpengaruh besar dalam perkembangan perpolitikan di tanah air, sehingga
dalam waktu singkat terbentuklah partai dengan ideologi yang beraneka ragam.

         Partai-partai itu antara lain:

a.       Partai Nasional Indonesia(PNI)


b.      Majelis Syuro Muslimin Indonesia(MASYUMI)
c.       Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia(PERMAI)
d.      Partai Komunis Indonesia(PKI)
e.      Partai Buruh Indonesia(PBI)
f.        Partai Kristen Indonesia(Parkindo)
g.       Partai Sosialis Indonesia(PSI)
h.      Partai Katolik Republik Indonesia(PKRI)

PPKI kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). KNIP ini adalah lembaga
sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan. Pemerintahan Republik Indonesia yang baru,
Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
Komite Nasional Indonesia Pusat (sering disingkat dengan KNIP) dibentuk berdasarkan Pasal
IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan dilantik serta mulai bertugas sejak
tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950.[1] KNIP merupakan Badan Pembantu
Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai golongan
dan daerah-daerah termasuk mantan Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.[2]

KNIP ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia, sehingga tanggal
pembentukannya diresmikan menjadi Hari Jadi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.[1]

erhubung dengan keadaan dalam negeri yang genting, pekerjaan sehari-hari KNIP dilakukan oleh
satu Badan Pekerja, yang keanggotaannya dipilih dikalangan anggota, dan bertanggung jawab
kepada KNIP. Badan Pekerja KNIP pada saat itu (BP-KNIP) dibentuk tanggal 16 Oktober 1945
yang diketuai oleh Sutan Sjahrir dan penulis oleh Soepeno dan beranggotakan 28 orang.[3][4]

Pada tanggal 14 November 1945, Sutan Syahrir diangkat menjadi Perdana Menteri, sehingga BP-
KNIP diketuai oleh Soepeno dan penulis dr. Abdul Halim.[5]. Kemudian pada tanggal 28 Januari
1948, Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I,
sehingga ketua adalah Mr. Assaat Datu Mudo, dan penulis tetap dr. Abdul Halim.[6]

Pada tanggal 21 Januari 1950, Mr. Assaat diangkat menjadi Pelaksana Tugas Presiden Republik
Indonesia dan dr. Abdul Halim diangkat menjadi Perdana Menteri, serta sebagian besar anggauta
BP-KNIP diangkat menjadi Menteri dalam Kabinet Halim tsb.

BP-KNIP tidak punya kantor tetap, waktu di Jakarta di Jl. Pejambon dan Jl. Cilacap (1945),
waktu di Cirebon di Grand Hotel Ribberink (1946), waktu di Purworejo di Grand Hotel Van
Laar (1947), dan waktu di Yogyakarta di Gedung Perwakilan Malioboro (1948-1950).[7]

Para anggota BP-KNIP tercatat antara lain: Sutan Syahrir, Mohamad Natsir, Soepeno, Mr.
Assaat Datuk Mudo, dr. Abdul Halim, Tan Leng Djie, Soegondo Djojopoespito, Soebadio
Sastrosatomo, Soesilowati, Rangkayo Rasuna Said, Adam Malik, Soekarni, Sarmidi
Mangunsarkoro, Ir. Tandiono Manoe, Nyoto, Mr. Abdul Gafar Pringgodigdo, Abdoel Moethalib
Sangadji, Hoetomo Soepardan, Mr. A.M. Tamboenan, Mr. I Gusti Pudja, Mr. Lukman Hakim,
Manai Sophiaan, Tadjudin Sutan Makmur, Mr. Mohamad Daljono, Sekarmadji Kartosoewirjo,
Mr. Prawoto Mangkusasmito, Sahjar Tedjasoekmana, I.J. Kasimo, Mr. Kasman Singodimedjo,
Maruto Nitimihardja, Mr. Abdoel Hakim, Hamdani, dll.[8]
tas usulan KNIP, dalam sidangnya pada tanggal 16-17 Oktober 1945 di Balai Muslimin,
Jakarta[3], diterbitkan Maklumat Wakil Presiden Nomor X (dibaca : eks) Tanggal 16 Oktober
1945, yang dalam diktumnya berbunyi:[2]

Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis


“ Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan
legislative dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta pekerjaan
Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. ”
Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden tersebut, terjadi perubahan-perubahan yang
mendasar atas kedudukan, tugas, dan wewenang KNIP. Sejak saat itu mulailah lembaran baru
dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.[2]

Sidang-sidang
KNIP telah mengadakan sidang-sidang di antaranya adalah:[1]

 Sidang Pleno ke-2 di Jakarta tanggal 16 - 17 Oktober 1945[4]


 Sidang Pleno ke-3 di Jakarta tanggal 25 - 27 November 1945.[4]
 Kota Solo pada tahun 1946,
 Sidang Pleno ke-5 di Kota Malang pada tanggal 25 Februari - 6 Maret 1947[4], dan
 Yogyakarta tahun 1949.

Anda mungkin juga menyukai