Anda di halaman 1dari 13

Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna

sebagai suatu negara. Oleh karena itu, langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui
PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu
PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus
1945, dan 22 Agustus 1945.

Pembentukan pemerintahan indonesia diawali dengan mengadakan sidang pertama PPKI,


tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Cuo Sangi-In yang menghasilkan:

Pembahasan dan Pengesahan UUD

Pengangkatan Presiden dan Wakil

Pembentukan Komite Nasional (Daerah)

1. Mengesahkan UUD

Sebelum rapat membahas pengesahan UUD , Sukarno-Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo,


K.H. Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimejo dan Teuku Moh. Hassan untuk membahas
kembali Piagam Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pemeluk agama lain merasa keberatan
terhadap kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya dalam rancangan Piagam Jakarta. Kemudian rapat sepakat untuk merubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Pengangkatan presiden dan wakil presiden.

Dalam pengangkatan presiden serta wakilnya,Oto Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan


presiden dilakukan secara aklamasi. Ia juga mengajukan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs.
Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Akhirnya usulan tersebut disetujui oleh para hadirin dan
kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

3. Pembentukan sebuah Komite Nasional (Daerah)

Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite
Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP
diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak
hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang
KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.

Sebelum sidang PPKI ditutup, Presiden meminta 9 orang anggota sebagai Panitia Kecil untuk
membahas hal-hal yang yang meminta perhatian mendesak. Panitia Kecil ini dipimpin oleh Oto
Iskandardinata.
Kemudian PPKI melaksanakan sidangnya yang kedua yaitu tgl 19 Agustus.Sidang tersebut
menghasilkan 3 buah keputusan,yaitu:

Pembagian Wilayah RI Menjadi 8 Propinsi

Menetapkan 12 Kementerian

Pembahasan anggota-anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

1. Pembagian Wilayah RI Menjadi 8 Provinsi

Hal pertama yang dilakukan PPKI adalah membagi Indonesia menjadi 8 Provinsi,yaitu:

1. Jawa Barat

2. Jawa Tengah

3. Jawa Timur

4. Borneo (Kalimantan)

5. Sulawesi

6. Maluku

7. Sunda Kecil

8. Sumatera

2. Membentuk 12 Kementrian

Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Provinsi beserta gubernurnya, PPKI kemudian
Membentuk 12 Kementrian. Awalnya AHMAD SUBARDJO mengusulkan dibentuknya 13
kementerian. Namun setelah diakukan pembahasan, sidang memutuskan adanya 12 kementerian
dan satu menteri negara, yaitu :

1. Departemen Dalam Negeri;

2. Departemen Luar Negeri;

3. Departemen Kehakiman;

4. Departemen Keuangan;

5. Departemen Kemakmuran;
6. Departemen Kesehatan;

7. Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan;

8. Departemen Sosial;

9. Departemen Pertahanan;

10. Departmen Perhubungan;

11. Departemen Pekerjaan Umum.

3. Membahas Anggota-Anggota KNIP

Setelah 2 poin dalam hasil sidang terlaksana, PPKI baru membentuk Komite Nasional. Anggota
KNIP berasal dari golongan muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai daerah jumlahnya
137 orang. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar
Baru, Jakarta.

Dalam pembentukan KNIP, diadakan sidang pertama yang berhasil memilih ketua dan wakil
ketua. Kasman Singodimedjo dipilih sebagai Ketua dengan Wakil Ketua I : M. Sutardjo; Wakil
Ketua II : Latuharhary; Wakil Ketua III : Adam Malik.

Pembentukan Komite Nasional Daerah gagal dibentuk karena suatu masalah.

Kebanyakan negara yang baru merdeka memilih bentuk pemerintahan demokrasi. Salah cirinya
adalah adanya Dewan Perwakilan Rakyat (Parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih langsung
oleh rakyat. Bentuk pemerintahan dianut oleh pemimpin Indonesia pada waktu itu adalah
demokrasi seperti di negeri Belanda yaitu multi-partai dan parlementer. Sebab pada masa
pergerakan nasional banyak kaum cendekiawan Indonesia yang menuntut ilmu di negeri
Belanda. Karena hal tersebut terjadilah perubahan Otoritas KNIP.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidato di radio menyatakan
pembentukan tiga badan baru, yaitu :

l Komite Nasional Indonesia(KNI)

l Partai Nasional Indonesia(PNI)

l Badan Keamanan Rakyat(BKR)

PEMBENTUKAN PNI

Pada mulanya pembentukan Partai Nasional Indonesia ini bertujuan untuk menjadikannya
sebagai partai tunggal di Indonesia yang baru merdeka. Adapun susunan pengurus Partai
Nasional Indonesia diantaranya sebagai berikut :
Pemimpin Utama : Ir. Sukarno

Pemimpin Kedua : Drs. Moh. Hatta

Dewan Pemimpin : Mr. Gatot T, Mr. Iwa K, Mr. A.A. Maramis, Sayuti Melik dan Mr. Sujono

PEMBENTUKAN BKR

Pada umumnya golongan muda menyambut kecewa pidato presiden tersebut. Karena mereka
menginginkan agar segera dibentuk Tentara Nasional. Tetapi sebagian yang lain, bekas tentara
PETA, KNIL dan Heiho menanggapinya dengan segera membentuk BKR di daerahnya sebagai
wadah perjuangan. Di Jakarta bekas tentara PETA membentuk BKR Pusat agar BKR-BKR
daerah dapat dikoordinasikan. KASMAN SINGODIMEDJO bekas daidanco Jakarta, terpilih
sebagai pimpinan BKR Pusat. Setelah Kasman diangkat sebagai Ketua KNIP, ketua BKR
digantikan oleh Kaprawi, bekas daidanco Sukabumi.

BKR hanya bertugas sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi
KNI daerah. Susunan pengurus BKR Pusat adalah sebagai berikut:

l Kaprawi (Ketua Umum),

l Sutalaksana (Ketua I),

l Latief Hendraningrat (Ketua II)

l Dibantu oleh Arifin Abdurachman, Mahmud dan Zulkifli Lubis.

KABINET PRESIDENTIL PERTAMA

Susunan Kementerian Pertama sesuai dengan ketentuan UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 2
September 1945 yang dipimpin sekaligus oleh Presiden Sukarno. Susunan kabinet pertama RI
tersebut sebagai berikut :

1. Perdana Menteri : Presiden Sukarno

2. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranatakusumah

3. Menteri Luar Negeri : Mr. Akhmad Subardjo

4. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Soepomo, SH

5. Menteri Kemakmuran : Ir. D.P. Surakhman

6. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis

7. Menteri Kesehatan : dr. R. Boentaran M.


8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara

9. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri

10. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin

11. Menteri Perhubungan : R. Abikusno Cokrosuyoso

12. Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi

13. Menteri Pekerjaan Umum : R. Abikusno Cokrosuyoso

14. Menteri Negara : K.H. Wachid Hasjim

15. Menteri Negara : Dr. M. Amir

16. Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono

17. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

18. Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis

PEJABAT TINGGI NEGARA

1. Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmadja

2. Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja

3. Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo

4. Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto

MAKLUMAT PEMERINTAH NO. X 16 OKTOBER 1945

Dalam kondisi politik yang belum stabil, usul BP-KNIP tersebut diterima oleh pemerintah. Maka
pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X tanggal 16 Oktober 1945. Yang
ditandatangani oleh Wakil Presiden Moh. Hatta dalam Kongres KNIP pada tanggal 16 Oktober
1945. Isi maklumat tersebut, yaitu :

1. KNIP sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislatif dan ikutmenetapkan
Garis-garis Besar Haluan Negara.
2. Pekerjaan KNIP sehari-hari berhubung gentingnya keadaan, dijalankan oleh suatuBadan
Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggungjawab kepada Komite Nasional
Pusat.

Maklumat tersebut terjadi karena

1 .Adanya kesan politik bahwa kekuasaan Presiden terlalu besar sehingga dikhawatirkan diktator

2. Adanya propaganda Belanda bahwa pemerintah RI adalah pemerintahan yang bersifat Fasis,
seperti yang menganut. Oleh karena itu Belanda menganjurkan kepada dunia internasional agar
tidak mengakui kedaulatan RI.

3. Untuk menunjukkan kepada dunia internasional khususnya pihak sekutu bahwa Indonesia
yang baru merdeka adalah demokratis, bukan negara fasis buatan Jepang.

MAKLUMAT PEMERINTAH 3 NOVEMBER 1945

Persetujuan pemerintah itu diwujudkan dengan dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3


November 1945 yang juga ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya antara lain :

Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai


itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat.

Maka pada bulan November dan Desember 1945 para pemimpin rakyat sibuk membentuk partai-
partai politik, seolah-olah negara sedang dalam keadaan aman. Padahal di beberapa tempat,
terutama di Surabaya pertempuran antara BKR dengan pasukan sekutu sedang bergelora.
Beberapa partai politik yang muncul setelah dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945 adalah
sebagai berikut :

1. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri 7 November 1945, dipimpin oleh Dr.
Sukiman Wirjosanjoyo

2. PKI berdiri 7 November 1945, dipimpin oleh Moh. Yusuf.

3. PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri 8 November 1945, dipimpin oleh Nyono

4. PRJ (Partai Rakyat Jelata) berdiri tanggal 8 November 1945, dipimpin olehSutan Dewanis

5. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri 10 November 1945, dipimpin oleh Probowinoto

6. Parsi (Partai Sosialis Indonesia) berdiri 10 November 1945, dipimpin olehAmir Syarifuddin

7. Paras (Partai Rakyat Sosialis) berdiri tanggal 20 November 1945, dipimpin oleh Sutan
Syahrir. Parsi dan Paras kemudian bergabung menjadi Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan
Syahrir, Amir Syarifuddin danOei Hwee Goat, pada bulan Desember 1945
8. PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia) berdiri 8 Desember 1945, dipimpin oleh I.J.
Kasimo.

9. Permai (Persatuan Rakyat Marhaen) berdiri 17 Desember 1945, didirikan oleh J.B. Assa

10. PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri tanggal 29 Januari 1946, dipimpin
oleh Sidik Joyosukarto.

Penyebab di keluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945,adalah:

Tanggal 30 Oktober 1945 BP-KNIP mengusulkan agar diberi kesempatan untuk mendirikan
partai-partai politik.

Hal itu juga sebagai persiapan bagi Pemilu DPR yang direncanakan pada Januari 1946.

Pemerintah menyetujui usulan tersebut, dengan batasan bahwa : Partai-partai politik itu
hendaknya memperkuat perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan menjamin
keamanan masyarakat.

Maka pada bulan November dan Desember 1945 para pemimpin rakyat sibuk membentuk
partai-partai politik, seolah-olah negara sedang dalam keadaan aman.

Padahal di beberapa tempat terutama di Surabaya pertempuran antara BKR dengan pasukan
sekutu sedang bergelora.

Beberapa partai politik yang muncul setelah dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945
adalah sebagai berikut :

MAKLUMAT PEMERINTAH 14 NOVEMBER 1945

Sejak permulaan bulan Oktober, beberapa tokoh seperti Supeno, Sukarni, Ir. Sakirman,
Mangunsarkoro dan anggota KNIP lainnya mempunyai rencana untuk mengubah sistem
pemerintahan presidentil itu menjadi sistem parlementer. Para kabinet bertanggungjawab
langsung kepada KNIP dengan kekuasaan legislatif yang sebenarnya. Untuk itu mereka
merencanakan untuk mengajukan veto tidak percaya kepada kabinet yang ada. Kemudian mereka
akan menunjuk Syahrir menjadi Perdana Menteri. Selanjutnya BP-KNIP secara resmi
mengajukan usul kepada pemerintah yang disiarkan dalam pengumuman Badan Pekerja KNIP
No. 5 tahun 1945 tanggal 11 November 1945. berbunyi :

Supaya lebih tegas adanya kedaulatan rakyat dalam susunan pemerintahan Republik Indonesia,
maka berdasarkan pasal IV Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar yang dirubah, badan Pekerja
dalam rapatnya telah membicarakan soal pertanggungjawaban para Menteri kepada Badan
perwakilan Rakyat (menurut sistem sementara kepada Komite Nasional Pusat).
Kemudian Pada tanggal 14 November 1945, pemerintah menyetujui usulan BP-KNIP tersebut.
Persetujuan pemerintah tersebut diumumkan melalui Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945 yang berbunyi :

Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan


selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menegakkan diri, merasa bahwa saat
sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna
menyempurnakan tata usaha Negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam
perubahan-perubahan susunan kabinet baru it ialah, tanggungjawab adalah di dalam
tangan Menteri.

KABINET KABINET

Nama Kabinet Lamanya Berjalan


Kabinet Presidentil Pertama 2 September 1945 14 November 1945
Kabinet Syahrir I 14 November 1945 12 Maret 1946
Kabinet Syahrir II 12 Maret 1946 20 Oktober 1946
Kabinet Syahrir III 20 Oktober 1946 27 Juni 1947
Kabinet Amir Syarifuddin I 3 Juli 1947 11 November 1947
Kabinet Amir Syarifuddin II 11 November 1947 29 Januari 1948
Kabinet Hatta I (Presidentil) 29 Januari 1948 4 Agustus 1948
Kabinet Darurat (PDRI) 19 Desember 1948 13 Juli 1949
Kabinet Hatta II (Presidentil) 4 Agustus 20 Agustus 1949
1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan siding untuk pertama kalinya dengan
keputusan mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Siding ini adalah kelanjutan sidang BPUPKI pada tanggal 10-16 Juli 1945 yang membahas
masalah Rancangan Undang-undang dasar. Pada waktu sidang PPKI membahas Bab III
rancangan UUD 1945, Otto Iskandardinata mengusulkan agar sekaligus memilih presiden dan
wakil presiden. Ia mengusulkan Soekarno menjadi presiden, dan Moh Hatta sebagai wakil
presiden. Ternyata ususl tersebut diterima secara bulat dan disambut dengan upacara
menyanyikan lagu Indonesia Raya sebanyak dua kali.

3. Pembentukan Lembaga-Lembaga Negara


Pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidangnya. Presiden
Soekarno menunjuk Mr. Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Mr. Kasman untuk
membentuk panitia kecil dan rapat dipimpin oleh Otto Iskandardinata.
Tanggal 19 Agustus 1945 Soekarno, Moh. Hatta, Mr. Sartono, Suwirjo, Otto Iskandardinata,
Sukarjo Wirjopranoto, dr. Buntara, Mr.A.G Pringgodigdo, Sutarjo Kartohadikusumo, berkumpul
untuk membahas orang-orang yang akan diangkat menjadi anggota KNI (Komite Nasional
Indonesia Pusat). Komite ini bertugas untuk membantu MPR dan DPR.
Pada tanggal 22 Agustus 1945 rapat PPKI dilanjutkan. Dan menghasilakan keputusan
sebagai berikut:
1. KNI adalah badan yang akan berfungsi sebagai DPR sebelum pemilihan umum diselenggarakan
dan disusun dari tingkat pusat hingga daerah.
2. PNI dirancang menjadi partai tunggal negara republic Indonesia, namun dibatalkan.
3. BKR berfungsi sebagai penjaga keamanan akhirnya dibentuk dan diketuai oleh Kasman
Singodimedjo dan Suwirjo sebagai sekertaris.

4. Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Berbagai Daerah


Dalam konstitusi disebutkan bahwa bentuk negara Republik Indonesia sesuai dengan yang
tercantum di dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 adalah negara kesatuan. Konsekuensi dari dibentuk
negara kesatuan adalah hanya ada satu pemerintahan (pusat) yang memiliki kekuasaan dan
wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan negara. Oleh karena itu, pada sidang
lanjutan PPKI tanggal 19 Agustus 1945 dibahas mengenai pembagian wilayah Republik
Indonesia menjadi 8 provinsi dengan wilayah seluruhnya meliputi wilayah bekas kekuasaan atau
daerah jajahan Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke.
Masing-masing provinsi diperintah oleh kepala daerah dengan jabatan Gubernur. Sesuai
dengan pasal 18 UUD 1945 bahwa seorang kepala daerah diberikan wewenang dalam
menyelenggarakan pemerintahannya sendiri namun tetap dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam membantu pemerintahannya, Gubernur diberi wewenang membuat
perangkat-perangkat pemerintahan dan aturan daerah sebagai pelengkap dalam menjalankan
tugas pemerintahan atasa daerah yang dikuasainya. Perangkat-perangkat daerah tersebut
mempunyai tugas dan wewenang yang telah diatur berdasarkan perundang-undangan pusat.

Proses Terbentuknya Negara dan Pemerintah RI dengan Kelengkapannya

Pada waktu Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, unsur negara yang baru
terpenuhi yaitu rakyat (penduduk) dan daerah (wilayah), untuk pemerintah yang berdaulat dan
pengakuan kedaulatan dari negara lain belum terpenuhi. Baru sesudah PPKI mengadakan sidang
tanggal 18 Agustus 1945, keseluruhan unsur tersebut dapat dilengkapi. Oleh karena itu para
pemimpin negara melalui PPKI menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan
negara.
1. Sidang PPKI pertama (18 Agustus 1945), yang menghasilkan:
a. Mengesahkan dan menetapkan UUD RI yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI, yang kemudian
dikenal dengan UUD 1945.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Pemilihan
presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi atas usulan Otto Iskandardinata.
c. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama MPR dan DPR belum
terbentuk.
2. Sidang PPKI kedua (19 Agustus 1945), yang memutuskan:
a. Pembagian wilayah yang terdiri dari 8 provinsi, yaitu:
1) Jawa Barat dengan gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo.
2) Jawa Tengah dengan gubernurnya R. Panji Suroso.
3) Jawa Timur dengan gubernurnya R.A. Suryo.
4) Borneo (Kalimantan) dengan gubernurnya Ir. Pangeran Muhammad Noor.
5) Sulawesi dengan gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi.
6) Maluku dengan gubernurnya Mr. J. Latuharhary.
7) Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dengan gubernurnya Mr. I. Gusti Ketut Pudja.
8) Sumatra dengan gubernurnya Mr. Teuku Mohammad Hassan.
b. Membentuk Komite Nasional (Daerah).
c. Menetapkan 12 departemen beserta menterinya dan 4 menteri negara.
1) Berikut ini 12 departemen tersebut:
a) Departemen Dalam Negeri dipimpin R.A.A. Wiranata Kusumah.
b) Departemen Luar Negeri dipimpin Mr. Achmad Soebardjo.
c) Departemen Kehakiman dipimpin Prof. Dr. Mr. Supomo.
d) Departemen Keuangan dipimpin Mr. A.A. Maramis.
e) Departemen Kemakmuran dipimpin Surachman Cokroadisurjo.
f) Departemen Kesehatan dipimpin Dr. Buntaran Martoatmojo.
g) Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dipimpin Ki Hajar Dewantara.
h) Departemen Sosial dipimpin Iwa Kusumasumantri.
i) Departemen Pertahanan dipimpin Supriyadi.
j) Departemen Perhubungan dipimpin Abikusno Tjokrosuyoso.
k) Departemen Pekerjaan Umum dipimpin Abikusno Tjokrosuyoso.
l) Departemen Penerangan dipimpin Mr. Amir Syarifudin.
2) Sedangkan 4 menteri negara yaitu:
a) Menteri negara KH. Wachid Hasyim.
b) Menteri negara M. Amir.
c) Menteri negara R. Otto Iskandardinata.
d. Menteri negara R.M. Sartono.
3) Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi negara yaitu:
a) Ketua Mahkamah Agung: Dr. Mr. Kusumaatmaja.
b) Jaksa Agung: Mr. Gatot Tarunamihardja.
c) Sekretaris Negara: Mr. A.G. Pringgodigdo.
d) Juru bicara Negara: Soekarjo Wirjopranoto.
3. Sidang PPKI ketiga (22 Agustus 1945), yang memutuskan:
a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI)
KNI adalah badan yang berfungsi sebagai DPR sebelum DPR hasil pemilu terbentuk. Di
tingkat pusat komite ini disebut KNIP yang diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo dan wakilnya
Sutarjo Kartohadikusumo, Mr. Latuharhary, Adam Malik. Sedang di tingkat daerah disebut
Komite Nasional Daerah.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas
tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.
Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam
rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X
yang isinya meliputi hal-hal berikut:
1) KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-
undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2) Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan
Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir.
b. Membentuk Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat yang pada intinya
berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu
kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang
muncul diantaranya Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo,
Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan
PNI.
c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengumumkan secara resmi berdirinya
BKR. BKR berfungsi sebagai Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang
merupakan induk organisasi pemelihara keselamatan rakyat. Pembentukan BKR dengan maksud
agar tidak membangkitkan permusuhan dan reaksi dari tentara Sekutu dan Jepang yang masih
berada di Indonesia.
Ketua umum BKR pusat yaitu Kafrawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg.
Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji
Kartawinata.
Para pemuda yang tidak setuju terhadap pembentukan BKR membentuk komite dengan
nama Komite van Actie yang dipelopori oleh Adam Malik. Laskar-laskar pemuda yang
tergabung dalam komite ini antara lain Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat
Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia, Barisan Banteng (BB), Kebaktian Rakyat
Indonesia Sulawesi (KRIS), Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), dan lain-lain.
Kebijakan pemerintah membentuk BKR ini mendapat kritikan dari Oerip Soemohardjo yang
menyatakan Aneh suatu negara zoonder tentara. Akhirnya pemerintah pada tanggal 5 Oktober
1945 membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berdasarkan maklumat pemerintah. Sebagai
panglima TKR, pemerintah menunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut,
dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di
Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi.
Karena Supriyadi tidak pernah muncul, maka pada bulan November 1945 digantikan oleh
Soedirman (Komandan Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel). Pada tanggal 18 Desember
1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Sedangkan
Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum dengan pangkat Letnan Jenderal. Selanjutnya
TKR mengalami perkembangan dan perubahan nama berikut:
1. 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) diganti dengan nama Tentara Keselamatan
Rakyat (TKR).
2. 11 Januari 1946, Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) berganti nama menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI).
3. 3 Juni 1947, Tentara Republik Indonesia (TRI) berganti nama menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI).

Anda mungkin juga menyukai