Anda di halaman 1dari 4

Pembentukan Lembaga-lembaga Kelengkapan Negara

Pembentukan lembaga-lembaga Negara tersebut bertujuan untuk memperlancar jalannya pemerintahan yang di pimpin oleh presiden. Sebab seorang presiden tidak mungkin dapat menjalankan seluruh bidang pemerintahan sendiri. Di samping itu, jalannya pemerintahan seorang presiden perlu mendapat pengawasan agar tindakantindakan yang dilakukan oleh seorang presiden tidak menyimpang dari perundangundangan yang berlaku. Dalam rangka pembentukan lembaga-lembaga Negara ini, presiden membentuk lembaga-lembaga Negara yang erat kaitannya dengan masalah-masalah awal yang dihadapi oleh pemerintah Republik Indonesia. Lembaga-lembaga Negara yang perlu dan mendesak untuk di bentuk oleh pemerintah pada saat itu adalah sebagai berikut. a. Pembentukan Lembaga Kmenterian(Departemen) Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno menunjukkan Achmad Subardji sebagai ketua panitia kecil. Panitia kecil itu bertugas untuk membantu presiden dalam membentuk dan menyusun kementrian Negara. Lembaga kementrian yang diusulkan oleh panitia kecil berjumlah 13 kementrian, tetapi yang disetujui oleh presiden hanya 12 kementrian.Menteri merupakan sebuah jabatan yang memimpin departemen-departemen. Oleh karena itu, pembentukan lembaga kementrian juga diikuti dengan pembentukan departemen-departemen. Departemen ini menangani bidang-bidang yang lebih sukses lagi, sehingga seorang menteri yang diangkat untuk memimpin sebuah departemen, hendaknya memahami bidang yang akan ditanganinya itu. Departemen-departemen yang dibentuk beserta menteri-menteri yang diangkat adalah sebagai berikut. 1. Departemen Dalam Negeri dengan menterinya adalah R.A.A Wiranata Kusumah, 2. Departemen Luar Negeri dengan menterinya adalah Mr. Achmad Soebardjo, 3. Departemen Keuangan dengan menterinya adalah Mr. A.A. Maramis, 4. Departemen Kehakiman dengan menterinya adalah Prof.Mr.Dr.Supomo, 5. Departemen Kemakmuran dengan menterinya adalah Ir. Surahman T. Adisurjo, 6. Departemen Keamanan Rakyat dengan menterinya adalah Supriyadi, 7. Departemen Kesehatan dengan menterinya adalah Dr. Buntaran Martoatmodjo, 8. Departemen Pengajaran dengan menterinya adalah Ki Hajar Dewantara, 9. Departemen Penerangan dengan menterinya adalah Mr. Amir Syarifuddin, 10. Departemen Sosial dengan menterinya adalah Mr. Iwa Kusumasumantri, 11. Departemen Pekerjaan Umum dengan menterinya adalah Abikusno Tjokrosujoso, 12. Departemen Perhubungan dengan menterinya (ad interim) adalah Abikusno Tjokrosujoso, Pembentukan lembaga kementerian (departemen) ini tidak menyimpang dari UUD 1945. Dalam UUD1945 telah dicantumkan bahwa pemerintahan

Republik Indonesia di jalankan oleh presiden dan dibantu oleh para menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. Presiden memiliki hak prerogatif dalam mengangkat dan memberhentikan para menterinya. Menteri sewaktuwaktu dapat diganti apabila dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh presiden. Sebab lain seorang menteri diberhentikan karena melakukan tindak pidana atau berurusan dengan masalah hukum yang berlaku di Indonesia. b. Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah Dalam rapat PPKI tanggal22 Agustus 1945 di gedung Kebaktian Rakyat Jawa (Gambir Selata, Jakarta) dibahas tiga masalah utama yang pernah dibicarakan dalam siding sebelumnya. Pertemuan itu dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammat Hatta. Hasil yang dapat dicapai adalah sebagai berikut. 1. Komite Nasional Indonesia (KNI) merupakan sebuah badan atau lembaga yang berfungsi sebagai Dewan Perwkilan Rakyat sebelum dilaksanakannya pemilihan Umum (Pemilu). Lembaga ini disusun dari tingkat pusat hingga ke tingkat daerah. 2. Partai Nasional Indonesia (PNI), dirancang menjadi partai tunggal negara Republik Indonesia, tetapi kemudian dibatalkan. 3. Badan Keamanan Rakyat (BKR) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum yang didirikan pada tiap-tiap daerah. Komite Nasional Indonesia akhirnya berhasil dibentuk, selanjutnya dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan juga dibentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Komite Nasional Indonesia Pusat dipimpin oleh Kasman Singodimedjo dan Suwiryo sebagai sekretarisnya. Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat terdiri dari 136 orang. Pada tanggal 25 Agustus 1945 pemerintah Republik Indonesia dengan resmi mengumumkan terbentuknya KNIP dan pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 1945. Dalam Rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan No. X yang isinya memberikan kekuasaan dan wewenang legislatif kepada KNIP untuk ikut serta di dalam menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terbentuk. Kemudian atas desakan Ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) Sutan Syahrir, pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan Maklumat Politik yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. Isi dari Maklumat Politik itu adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah mengkehendaki adanya partai-partai politik itu dapat membuka jalan bagi semua aliran atau paham yang ada dalam masyarakat. 2. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum dilaksanakannya pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari 1945 Dengan demikian, KNIP memiliki peran dan tugas yang sangat penting pada awal berdirinya Republik Indonesia, karena membantu presiden dalam menjalankan tugas-tugas kenegaran. Di samping itu, juga memberikan nesihat kepada presiden dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraannya.

c. Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara Pada rapat yang diadakan pada tanggal 19 Agustus 1945, dibahas mengenai pembentukan alat kelengkapan Keamanan Negara. Panitia kecil yang membahas masalah pertahanan dan keamanan Negara yang dipimpin oleh Oto Iskandardinata. Panitia kecil mengusulkan sebagai berikut. 1. Rencana pembelaan Negara dari BPUPKI yang mengandung unsure politik, tidak dapat diterima. 2. Tentara Peta di Jawa dan Bali, serta Laskar Rakyat di Sumatera dibubarkan, karena merupakan organisasi buatan Jepang yang kedudukannya di dalam dunia Internasional tidak memiliki ketentuan dan kekuatan. Negara Indonesia membutuhkan alat pertahanan Negara yang baik. Oleh sebab itu, siding mengusulkan agar presiden memanggil tokohtokoh yang cakap di bidang militer untuk membentuk tentara yang kuat. Sidang menerima usul tersebut secara aklamasi. Sedangkan kepolisian menjadi bagian dari Departemen Dalam Negeri. Oleh karena itu, peserta siding mengusulkan kepada presiden Republik Indonesia agar menunjukkan panitia pelaksana unutk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan dan kepolisian. Selanjutnya presiden menunjuk Abdul Kadir (ketua), Kasman Singodimedjo, dan Oto Iskandardinata untuk mempersiapkan pembentukannya. Di samping itu, peserta siding juga membahas perlu diciptakannya ketentaraan dan keamanan. Sementara itu, pada tanggal 19 Agustus 1945, para pemuda meminta presiden dan wakil presiden menghadiri rapat yang diselenggarakan di Jalan Prapatan No.10 Jakarta, pukul 14.55. Rapat dipimpin oleh Adam Malik, Kasman Singodimedjo, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam rapat itu, Adam Malik membacakan dekrit mengenai lahirnya Tentara Republik Indonesia yang berasal dari anggota-anggota Peta maupun Heiho. Presiden dan wakil presiden tidak keberatab terhadap usul tersebut, namun belum dapat memutuskan pada saat itu. Selanjutnya. Pada tanggal 23 Agustus 1945 Presiden Soekarno dalam pidatonya melalui siaran radio mengumumkan pembentukan tiga badan, termasuk Badan Keamanan Rakyat (BPR). Pimpinan pusat Badan Keamanan Rakyat dipegang oleh Kaprawi (ketua umum). Sutalaksana (ketua I) Latief Hendraningrat (ketua II), dengan dibantu oleh Arifin Abdurrahman Mahmud dan Zulkifli Lubis. Mereka mengadakan kontak dengan para bekas anggota KNIL di Jakarta dan Bandung, selain itu mereka juga berhubungan dengan tokoh-tokoh dari daerah lain, seperti drg. Moestopo (pimpinan BKR Jawa Timur), Sudirman (Pimpinan BKR Jawa Tengah), dan Aruji Kertawinata(pimpinan BKR Jawa Barat). Pada bulan September 1945, kelompok BKR pusat menghubungi para bekas perwira KNIL di Jakarta, agar mendukung perjuangan bangsa Indonesia dengan segala konsekuensinya. Di pihak lain, sebagian bangsa Indonesia yang berperan besar dalam mencetuskan proklamasi kemerdekaan Indonesia dan membentuk kelompok politik pada zaman pendudukan Jepang menyatak menolak kehadiran BKR. Mereka langsung menginginkan pembentukan tentara nasional, tetapi usul itu ditolakoleh presiden Soekarno. Kemudian kelompok itu menyebut dirinya KOmite Van Aksi yang anggotanya terdiri dari Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia(BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI), dan lain sebagainya. Badan-

badan lain yang juga dibentuk pada saat itu seperti Barisan Banteng, Pemuda Indonesia Maluku (PIM), dan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulwesi (KRIS). Di Sumatera dibentuk Pemuda Republik Indonesia Andalas dan di Aceh didirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API). Barisan pemuda Indonesia yang dibentuk pada zaman Jepang, akhirnya pada bulan September 1945 menyatakan diri berada di bawah naungan Komite Nasional Indonesia (KNI). Badan-badan perjauang yang bersifat khusu sperti Tentara Pelajar (TP), Tentara Genie Pelajar (TGP), dan Tentar Republik Indonesia (TRIP). Setelah mengalami gangguan dari pihak Belanda, pemerintah Republik Indonesia menyadari bahwa keberadaan suatu tentara regular merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, pemerintah akhirnya memanggil bekas Mayor KNIL, Urip Sumohardjo dari Yogyakarta unutk dating ke Jakarta. Tugas yang dibebankan kepadanya adalah menyusun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada tanggal 5 Oktober dikeluarkanlah Maklumat Presiden yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pimpinan TKR yang ditunjuk oleh presiden adalah Supriyadi, yaitu tokoh perlawanan Peta terhadap Jepang di Blitar. Karena Supriyadi sebagai pimpinan TKR tidak pernah jadir menjalankan tugasnya, Markas tertinggi TKR mengadakan pemilihan pemimpin TKR yang baru. Kolonel Sudirman (Komandan Divisi V Banyumas) terpilih menjadi pimpinan TKR. Pada tanggal 18 Desember 1945, ia dilantik menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Pemilihan Sudirman menjadi panglima tertinggi merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan dan keamanan. Ada perubahan nama dari TKR menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada bula Januari 1946 dan pada bulan Juni 1947 namanya berubah lagi menjadi menjadi Tentara Nasional Indonesia(TNI). Sebagai sebuah organisasi militer, TNI merupakan milik rakyat, serta alat revolusi bangsa Indonesia, dan bukan sebagai alat pemerintah atau alat kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai