KOMUNIKASI KEPERAWATAN II
“Komunika Terapeutik Mengatasi Klien yang Marah-Marah, Komplain
dan Rewel ”
Diajukan untuk memenuhi salah satu Mata Ajar Komunikasi Keperawatan II
Rani I,S.Kom.,MPSi
Oleh :
Akah Saepul Anwar C1AA18008
Annisa Haryani Putri C1AA18018
Asep Ega Muharam C1AA18022
Endi Sugandi C1AA18039
Fataya Syailla C1AA18044
Rini Rindiani C1AA18094
Santi Nurjanah C1AA18103
Wulan Melani C1AA18120
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya. Makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik
Mengatasi Klien Yang Marah-Marah, Komplain, dan Rewel” ini disusun dan
dibuat berdasarkan materi yang sudah ada. Selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Komunikasi Keperawatan II, pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989)
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik pada klien yang marah -
marah?
D. Manfaat
PEMBAHASAN
Di sisi lain, pasien dapat benar-benar marah mengenai keadaan yang muncul
akibat pengalaman di layanan kesehatan. Karena banyaknya penyebab, kemarahan
harus dipahami sebagai respons unik terhadap situasi penuh tekanan dan dinilai
secara individual untuk memahami perilaku pasien.
Perawat perlu bisa mendengarkan tanpa menjadi defensif atau menarik diri,
yang merupakan respon yang umum terhadap kemarahan demikian pula, keinginan
untuk menghindari kemarahan lebih jauh dan bahkan merasa di serang secara
pribadi merupakan ilmiah. Seringnya pasien perlu mengeksfresikan kemarahan
sebagai bagian dari proses mengatasi situasi tersebut kadang-kadang perilaku
perawat atau kurangnya tindakan dapat menjadi sumber kemarahan jika respon atau
tindakan perawat(atau kurangnya tindakan) telah mendorong kemarahan pasien
atau mendengarkan aktif tetaplah merupakan pendekatan terbaik di ikuti
permintaan maaf jika perlu.
1. Dengarkan.
Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti
permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan
dengan perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi
selalu menutupi maksud pasien yang sesungguhnyaDengarkan
dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang
telahgelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll. Fokus. Jauhkan
semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien (telepon,
tamu lain, dll).
Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita
benar-benar mendengarkan mereka.
2. Berusaha sependapat dengan pasien
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah
satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point
dalam pernyataan pasien yang bisa kita setujui. Misalnya, "Ya Pak,
saya sependapat bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama
untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar perawatan kami
memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan keluarnya
dan melaporkannya pada Bapak sesegera mungkin."
3. Tetap tenang dan kuasai diri.
Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang
sedang cemas, gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau
keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa dalam
kondisi seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung tinggi
dan cepat
Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukannya, dan sebut pasien dengan namanya.
Studi Kasus
Ny. R. tiba dengan kursi roda di pusat rawat jalan untuk menerima
infus intravena pamidronat agar mencegah deteriorasi lebih jauh dari
tulangnya yang mengalami osteoporosis. Di masa lampau, osteoporosis
telah menyebabkan beberapa frakatur yang membatasi kemampuannya
berjalan. Perawat, yang mengenal Ny. R. pada kunjungan sebelumnya,
tiba di ruang tunggu untuk membawa Ny. R. kembali diinfus.
Ny. R.: “Siap? Apa baiknya hal ini untuk saya? Anda pikir saya ingin seperti
ini?”
Ny. R.: “Anda tidak tahu bagaimana rasanya. Saya hanyalah seorang pasien
untuk
Arti kata rewel menurut KBBI adalah sikap atau perilaku seseorang yang
suka membantah, tidak mau menurut, dan tidak mudah mengerjakan sesuatu yang
harusnya di kerjakan.
Rewel adalah tindakan atau ekspresi saat mereka ingin menyampaikan apa
yang mereka inginkan, dengan menyampaikan dengan banyak bicara atau dengan
sering dan terkadang mengganggu orang lain.
1. Faktor fisik
a. Kekesalan yang berlebihan
b. Adanya hal-hal tertentu
c. Hormon kelamin, seperti pada wanita menstruasi.
d. Umur
2. Faktror psikis
a. Rendah hati
b. Sombong
c. Egois
3. Tingkat pengetahua/pendidikan
1. Didengarkan
Biarkan pasien melepaskan kemarahannya, cari fakta inti permasalahan,
jangan lupa bahwa pada tahap ini berurusan dengan perasaan dan emosi,
bukan sesuatu rasional. Emosi selalu menutupi maksud pasien yang
sesungguhnya.
2. Berusaha sependapat dengan pasien
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai salah satu
taktik meredakannya, perawat mencari poin-poin dalam pernyataan pasien
yang bisa perawat setujui.
3. Tahap tenang dan kuasai diri
Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedamg
cemas, gelisah, dan khawatirakan kondisi diri dan keluarganya, sehingga
sangat bisa dimengerti bahwa dalam kondisi seoerti itu seseorang cenderung
bertindak emosional.
Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, posistif dan
menenangkan. Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan,
gunakan kata-kata hormat seperti silahkan, terimasihatas masukannya, dan
sebut pasien dengan namanya.
4. Perawat berbicara dengan nada suara yang rendah dan lambat agar pasien
dapat mengerti hal yang di kaitkan perawatn
5. Ketika berkomunikasi dengan pasien anak di perlukan sentuhan agar anak
merasa nyaman dan dekat dengan perawat, namun perlu diingat bahwa
perawat harus meminta izin terlebih dahulu.
6. Perawat di harapkan dapat memperhatikan posisi badan jetika berinteraksi
dengan pasien anak agar anak merasa nyaman.
7. Perawat sebaiknya membuat jadwal yang tidak monoton antara terapi medis
dengan hal yang di sukai anak misalnya bermain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah
atau menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya
bersikap menuntut, komplen dan rewel, dan terang-terangan memperlihatkan sikap
bermusuhan. Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang
bersifat merendahkan perawat atau bahkan dokter yang sudah berpengalaman.
Tenaga kesehatan mungkin frustasi merasa sebal, marah, kewibawaannya
terganggu tidak sabar atau tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini
adalah respons pasien terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons
terhadap perawat. Tiap perawat harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti
marah, iri, atau takut ada pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang
menanganinya. Seorang pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga
kesehatan, yang harus bertindak secara professional dan obyektif, dan tidak merasa
diserang atau menjadi defensif.
B.Saran
Erlangga
Available
through:
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/menangani%20keluhan%20customer.pdf
King, H. V. n.d. Handling Violent or Aggressive Patients: A Plan for Your Hospital.
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-komplain-atau-keluhan/
http://informasiuntukumum.blogspot.co.id/2016/05/jenis-macam-macam-
pengeluh-kompalin-dan.html