Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN PADA KLIEN


MARAH, KOMPLAIN, DAN REWEL

Mata Kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan


Dosen Pembimbing :
Nur Wulan Agustina, SKep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :
1. Rissia Eka Endriana (202301070)
2. Salsa Bila Azizah (202301071)
3. Sekar Septianingrum (202301072)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Wulan Agustina, SKep, Ns,
M.Kep atas tugas yang telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami
pelajari melalui penelitian dalam makalah ini. Makalah dengan judul “Komunikasi
Terapeutik Pada Klien Marah, Komplain, dan Rewel” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan perbaikan pada
makalah.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Klaten, 1 April 2024

P
enyusun
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
D. Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
Marah
A. Pengertian Marah....................................................................................................... 3
B. Karakteristik Marah................................................................................................... 3
C. Faktor Faktor Penyebab Marah.................................................................................. 4
D. Teknik Berkomunikasi Terapeutik Untuk Mengatasi Klien Marah........................... 5
Komplain
A. Definisi Keluhan Atau Komplain.............................................................................. 6
B. Penyebab Terjadinya Komplain................................................................................. 6
C. Sintem Managemen Komplain .................................................................................. 6
Rewel
A. Pengertian Rewel Pada Pasien................................................................................... 8
B. Faktor Faktor Penyebab Rewel.................................................................................. 9
C. Teknik Penanganan Terhadap Pasien Rewel
BAB III PENUTUPAN........................................................................................................ 10
A. Kesimpulan................................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 11
iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik
perawat -klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat pada
klien.kelemahan dan komunikasi masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien
karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan ketidak
nyamanan pasien.pasien sering mengeluh terhadap pelayanan keperawatan kurang
memuaskan dan membuat pasien menjadi marah.hal tersebut terkadang disebabkan
kesalah pahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang tidak mengerti maksud
pesan yang disampaikan pasien.
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah atau
menjengkelkan,sebagian meredahkan diri atau sarkastik,sedangkan lainnya bersikap
menuntut,agresif,dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan. Terkadang
pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat merendahkan pemula atau
bahkan dokter yang sudah berpengalaman. Tenanga kesehatan mungkin merasa sebal,
marah, kewibawaan terganggu, tidak sabar, atau frustasi, tenaga kesehatan harus
menyadari bahwa reaksi ini adalah respond pasien terhadap penyakitnya, dan belum tentu
menunjukkan respons terhadap pewawancara. Pasien dan tenaga kesehatan yang
menanganinya. Seorang pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga
kesehatan, yang harus bertindak secara profesional dan obyektif ,dan tidak merasa
diserang atau menjadi defensif .

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari marah, komplain, dan rewel pada pasien ?
2. Bagaimana teknik penanganan pasien dengan kondisi marah, komplain, dan rewel ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kondisi marah, komplain, dan rewel pada
pasien ?
1
C. Tujuan
1. Tujuan utama
Setelah mengikuti pembelajaran komunikasi dalam keperawatan mengenai
komunikasi terapeutik, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami dan
mengatasi klien dalam situasi tertentu khususnya klien yang sedang marah
2. Tujuan khusus
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui karakteristik klien yang marah di rumah sakit
b. Mengetahui teknik dalam komunikasi terapeotik khususnya pada klien yang
marah
c. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab marah pada klien di rumah
sakit
d. Mengetahui dan memahami definisi dari pasien marah

D. Manfaat
1. Memahami dan menerapkan komunikasi terapeotik dalam berhubungan dengan
seorang klien yang sedang marah.
2. Sebagai bekal perawat pada saat akan melakuakan asuahan keperawatan kepada klien.
3. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
2
BAB II
TINJAUAN MATERI

Marah
A. Pengertian Marah
Charlest rycorft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi emosional
kuat yang didatangkan oleh ancaman, campur tangan, serangan kata-kata, penyerangan
jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi gawat dari sistem syaraf yang bebas
dengan balasan – balasan serangan yang tersembunyi.
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri
aktivitas sistem sistem syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat disebabkan adanya kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan
pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau
emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan
sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif dapat membuat perasaan lega.

B. Karakteristik Marah
Menurut Beck dalam Purwanto & Mulyono (2006), pada dasarnya emosi marah dapat
dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek biologi
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap
sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi, wajah memerah, dan
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tubuh kaku dan refleks cepat.
2. Aspek emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi,
dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek Intelektual
Pada gangguan fungsi panca indera dapat terjadi penyimpangan persepsi seseorang
sehingga hal itu dapat menimbulkan marah. Sebagian besar pengalaman kehidupan
seseorang melalui proses intelektual. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara marah,
mengidentifikasi penyebab marah, klasifikasi informasi dan penyimpangan persepsi.
3
4. Aspek Sosial
Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain dan menimbulkan
penolakan dari orang lain. Sebagian orang menyalurkan kemarahan dengan menilai
dan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit hati. Aspek
sosial ini meliputi interaksi sosial, budaya, kepercayaan dan ketergantungan.
5. Aspek Spiritual
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
dan dimanifestasi dengan amoral dan rasa.

C. Faktor-Faktor Penyebab Marah


Orang marah sebenarnya dapat datang dari luar dan dalam diri orang itu, sehingga
secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik dan psikis
(Purwanto & Mulyono, 2006).
1. Faktor Fisik
a. Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras,
akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung.
b. Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang
mendapatkan zat asam, orang itu akan lebih mudah marah.
c. Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Hal ini dapat
dibuktikan pada sebagaimana wanita yang sedang haid, rasa marah merupakan ciri
khasnya yang utama.
2. Faktor Psikis
Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan
kepribadian seseorang. Terutama yang menyangkut "self-concept yang salah yaitu
anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri salah. Self-concept yang salah
menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena, seseorang akan
menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada.
Beberapaself-concept yang salah dapat kita bagi menjadi:
a. Rasa rendah diri (MC = Minderwaardigheid Complex)
b. Sombong (Superiority Complex)
c. Egoistis atau terlalu mementingkan diri sendiri atau menilai dirinya sangat penting
melebihi kenyataan.

4
D. Teknik Berkomunikasi Terapeutik Untuk Mengatasi Klien Marah
Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat terkadang perlu
mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut beberapa cara menangani pasien
atau anggota keluarga pasien yang marah :
1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam ketika menghadapi orang sakit, anda
mungkin akan menemukan berbagai reaksi emosi. Anda juga perlu mengidentifikasi
kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, berdasarkan bahasa tubuh pasien.
2. Tunjukkan empati ketika ada pasien marah. Cobalah posisikan diri Anda di posisi
mereka dan rasakan sakit yang mereka rasakan. Tidak perlu menghiraukan ketika
mereka mengeluarkan kata-kata kasar ke diri Anda.
3. Hati-hati dalam berbicara, dalam situasi marah, tenaga medis perlu berhati-hati saat
berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata memiliki kekuatan, jadi
daripada memperpanas kemarahan, mungkin bisa membiarkan pasien mencurahkan.
4. Jangan menghiraukan perasaan mereka. Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan
Cara Anda menunjukkan respek akan menunjukkan kepedulian Anda terhadap situasi
yang sedang mereka hadapi.
5. Hibur mereka jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil,
biarkan saja marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien ingin marah,
biarkan mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah memberi yang terbaik.
6. Dengarkan
a. Biarkan pasien melepas kemarahannya. Emosi selalu menutupi maksud
sebenarnya.
b. Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien.
c. Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita dari pasien.
d. Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita mendengarkan.
7. Berusaha sependapat dengan pasien.
Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien, namun sebagai taktik meredakan
marahnya pasien, kita mencari point dalam pernyataan pasien yang bisa kita setujui.
8. Tetap tenang dan kuasai diri.
a. Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang cemas.
b. Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan menenangkan.
c. Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
d. Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan dan terimakasih.

5
Komplain
A. Definisi Keluhan atau Komplain
Berdasarkan kamus bahasa Indonesia “keluhan” berasal dari kata keluh yang berarti
“terlahirnya perasaan susah”. Keluhan (complain) adalah sebuah kata yang sering
berkonotasi negatif bagi kedua pihak, baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen.
Complain pada umumnya dipersepsikan sebagai kesalahan, masalah, stres, frustasi,
kemarahan, konflik, hukuman, tuntutan, ganti rugi, dan sejenisnya. (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional). Keluhan atau komplain pelayanan adalah ekspresi
perasaan keidakpuasan atas standar pelayanan, tindakan atau tidak adanya tindakan
pemberi pelayanan yang berpengaruh terhadap pelanggan. Prosesnya berawal dari
konsumen merasakan ketidakpuasan setelah menerima pelayanan atau melakukan
transaksi.

B. Penyebab Terjadinya Komplain


Pada dasarnya pelanggan yang mengeluh karena merasa tidak puas ada beberapa
penyebabnya. Menurut Soeharto A. Majid (2009:149) banyak hal yang dapat
menimbulkan terjadi keluhan dari klien, seperti :
a. Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka harapkan
b. Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan
c. Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak ada yang mau mendengarkan
d. Tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap suatu kesalahan
e. Adanya kegagalan dalam komunikasi, dll.

C. Sistem Manajemen Komplain


Manajemen penanganan komplain yang efektif membutuhkan prosedure yang jelas dan
terstruktur dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah serta didukung oleh sumber
daya dan infrastruktur yang memadai agar dapat kinerja kerja yang memuaskan.
Karakteristik penilaian manajemen komplain yang efektif menurut Tjiptono dan
Anastasia (2003) adalah sebagai berikut :
1. Komitmen
Pihak manajemen dan semua anggota memiliki komitmen yang tinggi untuk
mendengarkan dan menyelesaikan masalah komplain dalam rangka peningkatan
produk dan jasa.
6
2. Vesible
Manajemen dapat memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada pelanggan
tentang prosedure penyampaian komplain dan pihk-pihak yang dapat dihubungi.
3. Acessible
Menjamin bahwa pelanggan dapat menyampaikan komplain secara bebas dan mudah.
4. Kesederhanaan
Prosedure komplain sederhana dan mudah dipahami pelanggan
5. Kecepatan
Komplain ditangani secepat mungkin. Rentang waktu penyelesaian yang realistis dan
diinformasikan kepada pelanggan.
6. Fairness
Setiap komplain mendapatkan perlakuan yang sama, adil, tanpa membeda-bedakan.
7. Confidential
Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan.
8. Records
Data mengenai komplain disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan.
9. Sumber daya
Mengalokasikan sumber daya dan infrastruktur yang memadai untuk pengembangan
dan penyempurnaan sisitem penanganan komplain termasuk pelatihan tenaga kerja.
10. Remedy
Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan maaf, hadiah, ganti
rugi) untuk setiap komplain ditetapkan dan diimplementasikan secara konsekuen.
Menurut Edvardsson dari Universitas Karlstad, Swedia (dikutip ari Kawan Lama News,
2008) Cara menangani keluhan dari pelanggan adalah sebagai berikut :
1. Jangan membuat bertambah rumit dengan segala macam formulir;
2. Jangan pernah mengirim surat tanpa berkomunikasi verbal terlebih dahulu;
3. Segera mencari tahu apa yang diinginkan pelanggan yang komplain;
4. Untuk komplain yang tidak terlalu serius, minta maaf akan jauh lebih baik daripada
mengirim berlembar-lembar surat permohonan maaf
5. Ketikan menghadapi pelanggan yang menyampaiakan keluhan, ikutilah prinsip
empati
6. Jika memang komplain itu tidak ditujukan kepada anda, dan anda harus membuat
referensi kepada siapa pelanggan harus melapor, jelaskan secara rinci alasannya

7
Rewel
A. Pengertian Rewel Pada Pasien
Rewel merupakan suatu kondisi dimana pasien banyak bicara, suka membantah, tidak
mudah menurut, ada-ada saja yang diminta atau kondisi dimana seseorang mendapatkan
perlakuan tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Karakteristik Rewel :
1. Tingkat Aktivitasnya
dilihat dari Apakah biasanya terlihat cukup senang dengan aktivitas yang dilakukan.
2. Keteraturan
dilihat dari Apakah dapat dengan mudah tidur, makan, bahkan BAB teratur pada jam-
jam tertentu? Atau, ia selalu melawan ?
3. Supel Atau Pemalu
dilihat dari Apakah ia tersenyum dan mengoceh pada siapa saja yang mengajaknya
main atau berbicara? Atau, selalu tampak khawatir saat melihat orang asing?
4. Kemampuan Beradaptasi
dilihat dari Apakah termasuk seorang yang go with the flow atau sulit tidur .
5. Intensitas Perilakunya
dilihat dari Saat merasa tidak nyaman, apakah berteriak dan menangis keras .
6. Kecenderungan Mood
dilihat dari apahakah bangun pagi dengan ceria dan terus begitu sepanjang hari? Atau,
ia cenderung memulai hari dengan rengekan rewel atau cemas ?
7. Rentang Perhatian
dilihat dari Apakah mudah ditenangkan hanya dengan ‘ganti pemandangan’ atau
memberinya sesuatu yang baru?
8. Kegigihan
dilihat dari Apakah ia tipe pantang menyerah?
9. Kepekaan
dilihat dari Apakah mudah rewel dan resah hanya karena sedikit suara berisik, ada
orang yang tidak ia kenal, atau merasa kepanasan? Atau, ia cenderung tidak terlalu
terpengaruh dengan perubahan di sekelilingnya?

8
B. Faktor Faktor Penyebab Rewel
1. Stress
Permasalaha yang menumpuk, lalu lintas yang padat, pekerjaan dengan deadline
yang ketat, dan sebagainya. Hal tersebut bisa memicu seseorang mengalami stres
yang berlebihan, bisa dalam tingkatan ringan sampai berat. Akibat stres yang timbul
memicu suasana hati dan juga bad mood menjadi keluar.
2. Pengaruh Obat – obatan
Penyebab bad mood tanpa alasan yang harus Anda waspadai adalah dampak dan
efek samping akibat mengkonsumsi obat – obatan, seperti ekstasi, sabu, obat
penenang atau obat psikotropika lainnya.
3. Kurang Tidur
Dampak lain dari penyebab bad mood tanpa alasan adalah karena kurangnya jam
tidur Anda. Anda yang tidak terbiasa begadang atau melek sampai pagi, akan
merasakan kondisi lemah dan lemas.
4. Depresi
Tingkat stres yang tinggi dan serius akan berujung kepada perasaan depresi.
Perasaan depresi pada seseorang memang tidak sama, namun pengaruh yang bisa
diakibatkan dari hal tersebut hampir semua sama yaitu pengaruh kepada mood.
5. Marah Dan Kesal
Apabila Anda mengalami perasaan kesal dan marah di pagi hari, pastinya akan
merambat kepada suasana hati dan mood yang jelek di siang harinya. Hal ini akibat
dari emosi yang terpendam dan juga luapan yang tidak terselesaikan sampai di situ.
6. Merasa Capek dan Lelah
Salah satu penyebab rewel tanpa alasan lainnya bisa karena tubuh, pikiran dan
perasaan Anda terasa lelah dan capek. Menghadapi kehidupan yang penat dan tidak
ada habisnya membuat
C. Teknik Penanganan Terhadap Pasien Rewel
1. Mempersiapkan diri
Ketika menghadapi orang sakit, Anda mungkin akan menemukan berbagai reaksi
emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda perlu mempersiapkan diri untuk
menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul. Anda juga perlu
mengidentifikasi kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, mengikuti bahasa tubuh
pasien.
9
2. Tunjukkan empati
Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah mendengarkan dan
menunjukkan empati daripada ikut berdebat dan berargumen. Sulit mengetahui akar
penyebab kemarahan, bisa jadi karena mereka sedang kesakitan, ketakutan, atau hal
lain.
3. Hati-hati dalam berbicara
Kata-kata dokter bisa dijadikan alat oleh pasien. Dalam situasi marah, dokter
perlu berhati-hati saat berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata
memiliki kekuatan, jadi daripada memperpanas kemarahan. Dengan cara bicara yang
benar, Anda mungkin bisa menemukan alasan frustasi dan kemarahan mereka,
darimana itu berasal dan menyelesaikan akar permasalahannya.
4. Jangan menghiraukan perasaan mereka
Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan oleh dokter atau perawat. Tenaga
kesehatan justru perlu memberi perhatian khusus ke pasien ini. Cara Anda
menunjukkan respek akan menunjukkan kepedulian Anda terhadap situasi yang
sedang mereka hadapi.
5. Hiburlah mereka
Jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil, biarkan
saja pasien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien ingin marah,
biarkan mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah memberi yang terbaik
dan Anda tahu tidak Ada lagi yang bisa Anda lakukan.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik
perawat -klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat pada klien.
tenanga kesehatan mungkin merasa sebal, marah, kewibawaan terganggu, tidak sabar,
atau frustasi, tenaga kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respond pasien
terhadap penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap pewawancara .tiap
pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah, iri, atau takut ada
pada kedua belah pihak.
Marah sebagai suatu reaksi emosional kuat yang didatangkan oleh ancaman, campur
tangan, serangan kata-kata, penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi
gawat dari sistem syaraf yang bebas dengan balasan – balasan serangan yang
tersembunyi. Keluhan atau Komplain Berdasarkan kamus bahasa Indonesia “keluhan”
berasal dari kata keluh yang berarti “terlahirnya perasaan susah”. Keluhan (complain)
adalah sebuah kata yang sering berkonotasi negatif bagi kedua pihak, baik bagi
perusahaan maupun bagi konsumen. Rewel merupakan suatu kondisi dimana pasien
banyak bicara, suka membantah, tidak mudah menurut, ada-ada saja yang diminta atau
kondisi dimana seseorang mendapatkan perlakuan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkannya.

B. Saran
Dalam melayani klien hendak nya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang dilakukan, dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh kilen dan perawat hendak nya selalu memegang teguh etika keperawatan Perawat
harus sabar merawat pasien, agar pasien tidak memberontak untuk melakukan tindakan
yang di lakukan

11
DAFTAR PUSTAKA

Ramdhani T. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasein. 2016; tersedia dari
: URL http://repository.ump.ac.id/2068/3/TAUFIKRAMDHANIBABII.pdf [Diakses 6
September 2019]

Imanuel I. Tehnik Berkomunikasi Terapeutik untuk Mengatasi Klien Marah. 2017; tersedia
dari : URL https://www.scribd.com/document/359108363/Tehnik-Berkomunikasi-
Terapeutik-Untuk-Mengatasi-Klien-Marah [Diakses 6 September 2019]

Aziz W. B. Hubungan Asertivitas dengan Pengungkapan Emosi Marah pada Orang dengan
Diabetes Melitus Tipe II.
2017; tersedia dari: URL http://digilib.uinsby.ac.id/19512 [Diakses 6 September 2019]

Damalyanti, S.kep, Ns., Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. PT


Reflika Aditama : Bandung Mahmud mahfudz, peran komunikasi terapeutik,edisi
pertama2009, Ganbika, Yogyakarta

Ns. NunungNurhasanah, S. kep, ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan, cetakan


pertama 2010, Cv. Trans info media, Jakarta Timur Poatricia A. Poter, anne G. Perry,
fundamental of nursing, edisi 7 buku 1, salemba medika, Jakarta
12

Anda mungkin juga menyukai