PENGUKURAN
1.1 PENDAHULUAN
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain yang sejenis yang telah disepakati sebagai acuan,
misalnya untuk mengukur panjang sebuah pensil digunakan penggaris. Dalam
hal ini, besaran yang dibandingkan adalah panjang dari pensil tersebut.
Sedangkan besaran pembandingnya adalah penggaris. Penggaris merupakan
salah satu alat ukur besaran panjang yang satuannya baku dan telah disepakati.
Bukan hanya dalam ilmu sains, pengukuran baik secara sadar maupun tidak
sadar juga memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pengukuran adalah suatu aspek matematika yang tidak akan pernah
bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena dengan pengukuran ini, pekerjaan
manusia dapat menjadi lebih mudah, tepat guna, efisien karena pengukuran
dapat meminimalisir kerugian atau kehilangan, dan efektif karena dengan
pengukuran yang tepat dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan maksimal.
1.2 DASAR TEORI
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses
pengukuran disebut alat ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat
banyak, misalnya alat ukur panjang (mistas, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup), alat ukur massa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll
1.2.1 Alat Ukur
a. Mistar
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering
digunakan. Alat ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm.
Mistar memiliki ketelitian pengukuran setengah dari skala
terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm.
1
2
𝑚
𝜌 =
𝑣
Suatu massa jenis dalam SI adalah kg/m3 atau kg.m-3. Satuan massa jenis
yang sering digunakan adalah g/cm3, dimana : 1 g/cm3 = 1000 kg/m3
2.3 TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
Hari/Tanggal : Jumat, 06-Desember-2019
Waktu : Pukul 15.00-17.00 WIB
Tempat : Laboratorium MIPA Terpadu Universitas Muhammadiyah
Palangka Raya
2.4 ALAT DAN BAHAN
2.4.1 Alat :
1. Neraca
2. Mikrometer sekrup
3. Jangka sorong
4. Gelas ukur
2.4.2 Bahan :
1. Kubus (Rubik)
2. Tabung (Baterai)
3. Bola (Kelereng)
4. Benda dengan bentuk tidak teratur (Batu)
5. Air
2.5 PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Menimbang benda padat berturut-turut : kubus, bola (kelereng), tabung
(baterai), dan benda padat dengan bentuk tidak beraturan (batu) menggunakan
neraca untuk mengetahui massanya;
2. Mengukur volume benda padat dengan bentuk tidak beraturan menggunakan
gelas ukur yang berisi air;
3. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi kubus (rubik) menggunakan jangka
sorong;
4. Mengukur tinggi dan diameter dari benda bentuk tabung (kelereng)
menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup;
8
= 2,1596 cm3
2. Volume Kubus
V=p×l×t
= 5,49 × 5,49 × 5,49
= 165,4691 cm3
3. Volume Silinder
Diketahui diameter = 1,335 cm
D 1,335
Jari jari (r) = 2 = = 0,6675 cm
2
V = π × r2 × t
= 3,14 × 0,66752 × 4,54
= 6,3516 cm3
4. Volume Batu
V = (Volume air + batu) – (Volume air mula-mula)
Diketahui : volume air mula-mula = 60 ml
Volume air setelah ditambah batu = 65 ml
Maka, V = 65 ml – 60 ml = 5 ml = 5 cm3
2.6.2 Perhitungan Berat dan Massa Jenis
g = 10 m/dt2 dikonversi menjadi 1000 cm/dt2
1. Berat dan Massa Jenis Bola (Kelereng)
w = m.g
9
= 5,65 . 1000
= 5650 gram-cm/dt2
𝑚 5,65
ρ= = = 2,6162 gr/cm3
𝑣 2,1596
BAB III
GAYA GESEKAN
3.1 PENDAHULUAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk
padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara dua
buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya
antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes. Di mana suku
pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis dan kinetis,
sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada benda dalam fluida.
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang
disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat
berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas
lantai. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya
akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek
juga tidak dapat tercipta parasut.
3.2 DASAR TEORI
Bila sebuah balok m dilepaskan dengan kecepatan awal V0 pada sebuah
bidang horizontal, maka balok itu akhirnya akan berhenti. Ini berarti didalam
gerakan balok mengalami perlambatan, atau ada gaya yang menahan balik. Gaya
ini yang menahan balok. Perumusan gaya gesekan dapat di tuliskan :
fg = 𝜇 . N
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat sentuhan antara permukaan dua
benda dengan arah gaya berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak benda.
Balok yang mempunyai berat W diletakkan diatas bidang datar dan balok tidak
diberi gaya lurus, gaya normal (N) yang bekerja pada balok besarnya sama
dengan gaya berat (W) balok sesuai dengan persamaan :
N=W
13
Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang tempat benda
terletak yang arahnya tegak lurus terhadap bidang
N = m g Cos 𝜃
18
19
= 9,5258 m/s²
2. Percobaan 2 dengan simpangan 45o
L = 50 cm = 0,5 m
22
π=
7
t 14,9
T= = = 1,49 s
n 10
𝐿 222 0,5
g = 4π² 𝑇² = 4 ×
7 1,492
= 4 × 9,8775 × 0,2252
= 8,8976 m/s²
3. Percobaan 3 dengan simpangan 60o
L = 50 cm = 0,5 m
22
π=
7
t 15,2
T= = = 1,52 s
n 10
𝐿 22² 0,5
g = 4π² =4 ×
𝑇² 7 1,522
= 4 × 9,8775 × 0,2164
= 8,5499 m/s²
4.7.2 Perhitungan Deviasi Percepatan Gravitasi
Gravitasi bumi (g) = 9,8067 m/s2
1. Deviasi percepatan gravitasi (%) (gravitasi bumi = 9,8067 m/s2) pada
sudut 30o
Gravitasi bumi = 9,8067 m/s2 disetarakan dengan 100% maka deviasi
dapat dihitung dengan perbandingan berikut :
gravitasi yang didapat
x = 100 - ( × 100)
gravitasi bumi
9,5258
x = 100 - ( × 100)
9,8067
x = 100 - (0,9713 × 100)
x = 100 - 97,1356
22
x = 2,8644 %
Jadi deviasi yang didapat pada kemiringan sudut 30o yaitu sebesar
2,8644 %
2. Deviasi percepatan gravitasi (%) (gravitasi bumi = 9,8067 m/s2) pada
sudut 45o
Gravitasi bumi = 9,8067 m/s2 disetarakan dengan 100% maka deviasi
dapat dihitung dengan perbandingan berikut :
gravitasi yang didapat
x = 100 - ( × 100)
gravitasi bumi
8,8976
x = 100 - ( × 100)
9,8067
x = 100 - (0,9072 × 100)
x = 100 – 90,7298
x = 9,2702 %
Jadi deviasi yang didapat pada kemiringan sudut 45o yaitu sebesar
9,2702 %
3. Deviasi percepatan gravitasi (%) (gravitasi bumi = 9,8067 m/s2) pada
sudut 60o
Gravitasi bumi = 9,8067 m/s2 disetarakan dengan 100% maka deviasi
dapat dihitung dengan perbandingan berikut :
gravitasi yang didapat
x = 100 - ( × 100)
gravitasi bumi
8,5499
x = 100 - ( × 100)
9,8067
x = 100 - (0,8718 × 100)
x = 100 – 87,1842
x = 12,8158 %
Jadi deviasi yang didapat pada kemiringan sudut 60o yaitu sebesar
12,8158 %
4.8 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.8.1 HASIL
23