Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR

NAMA - NAMA KELOMPOK 7


1.AKHMAD KHANAFI
2.DEVI HANDAYANI
3.FIRMANSYAH
4.IRVAN SEPTIAWAN
5.RANI RAMADHANI
Modul 7
Pengukuran Besaran,
Kinematika dan Dinamika
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran

Pertemuan (Tuweb) ke 5
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
A. SATUAN
Suatu ciri khas dalam fisika adalah pengukuran besaran.
Setiap pengukuran adalah perbandingan. Ketika mengatakan
panjang sebuah meja adalah 120 cm, kita maksudkan bahwa
panjangnya adalah 120 kali satuan panjang tertentu yang disebut
sentimeter. Hasil setiap pengukuran adalah bilangan (120 untuk
meja) dan satuan (disini sentimeter), sedangkan panjang disebut
besaran fisika.
BESARAN SATUAN

Tabel 7.1 Satuan Dasar dalam SI Panjang Meter (m)


Masa Kilogram (kg)

Modul 7 Waktu Sekon (s)

Halaman 7.4 Temperatur Kelvin (K)


Arus Listrik Ampere (A)
Intensitas cahaya Candela (cd)
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran

Satuan – satuan baku tersebut merupakan bagian dari sistem


internasional atau SI yang merupakan versi baru dari sistem
metrik meter-kilogram-sekon (mks). Sistem metrik yang lain
adalah sistem cgs (sentimeter-gram-sekon). Satuan baku
panjang, massa dan waktu secara berturut – turut adalah
sentimeter (cm), gram (g) dan sekon (s).
Sekarang, satuan SI digunakan oleh semua ilmuwan dan dalam
sebagian besar kehidupan sehari – hari.

Keuntungan dalam SI adalah penggunaan sistem desimal


yang memudahkan perhitungan, misalnya 1 km = 1000 m =
100000 cm. awalan yang digunakan dalam satuan SI ditunjukkan
dalam Tabel 7.2. satuan panjang yang lebih tua adalah angstrom
(disingkat Aº) dengan 1 Aº = 10-10 m.
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran

PANGKAT DARI
AWALAN SEPULUH SINKATAN CONTOH

atto- 10-18 a 1 aC = 1 attocoulomb = 10-18 c Tabel 7.2


femto- 10-15 f 1 fm = 1 femtometer = 10-15 m
pico- 10-12 p 1 pf = 1 picofarad = 10-12 F
nano- 10-9 n 1 ns = 1 nanosecond = 10-9 s
micro- 10-6 µ 1 µA = 1 microampere = 10-6 A
milli- 10-3 m 1 mg = 1 milligram = 10-3 gram
centi- 10-2 c 1 cm = 1 centimeter = 10-2 m
kilo- 103 k 1 kV = 1 kilovolt = 103 V
mega- 106 M 1 MW = 1 megawatt = 106 W
giga- 109 G 1 GeV = 1 gigaelectronovolt = 109 eV
tera- 1012 T 1 Tm = 1 terameter = 1012 m
peta- 1015 P 1 Ps = 1 petasecond = 1015 s
exa- 1018 E 1 EJ = 1 exajoule = 1018 J
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Hasil pengukuran besaran terdiri atas bilangan
Dan satuan, misalnya panjang sebuah meja 120 cm. sering kali
memperoleh besaran terukur dalam satuan tertentu, tetapi kita
ingin menyatakan besaran itu dalam satuan lainnya.
Untuk keperluan ini, kita harus menggunakan faktor konversi,
kemudian, kita menerapkan dua aturan untuk konversi semacam
itu.
1. Satuan – satuan diperlakukan dalam suatu persamaan
dengan cara yang tepat sama, seperti besaran aljabar, yang
bisa dikalikan dan dibagi satu sama lain
2. Mengalikan atau membagi suatu besaran dengan 1 tidak
mempengaruhi nilainya
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
B. PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
Pengukuran teliti sangat diperlukan dalam fisika. Namun
demikian, tidak ada pengukuran yang tepat secara mutlak. Dalam
pengukuran, terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini
bersumber pada ketelitian alat ukur yang terbatas dan
ketidakmampuan kita membaca diluar bagian skala terkecil yang
ditunjukkan. sebagai contoh, mengukur lebar buku dengan mistar
berskala terkecil 1 mm. hasilnya dapat dinyatakan sampai
ketelitian kira-kira 0,1 cm, yaitu bagian skala terkecil mistar itu.

Jika ketidakpastian dalam suatu nilai pengkuran tidak


ditetapkan secara eksplisit, ketidakpastian itu biasanya dianggap
satu atau dua (atau bahkan tiga) satuan pada angka terakhir
yang ditetapkan.sebagai contoh, jika lebar buku diberikan 20,6,
ketidakpastiannya dianggap 0,1 (atau mungkin 0,2)
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
C. PENGUKURAN PANJANG, LUAS DAN VOLUME
1. Pengukuran Panjang
Dalam eksperimen fisika ketelitian yang baik diarahkan kira –
kira 1% atau 1 dalam 100 bagian. Sebagai contoh, kita dapat
mengukur diameter kawat yang tebalnya kira – kira 1 mm sampai
paling dekat 0,01 mm dengan menggunakan mikrometer sekrup
dan pengukuran ini memberikan ketelitian 0,01 dalam 1,00 mm
yang menunjukkan 1 dalam 100 bagian atau 1% jangka sorong
yang digunakan untuk mengukur kawat yang sama sampai paling
dekat 0,1 mm akan memberikan ketelitian lebih rendah, yaitu 1
dalam 10 bagian atau 10%.
Beberapa alat ukut dan panjang yang sesuai dalam pengukuran,
terdapat dalam Tabel 7.3
Modul 7
Halaman 7.9
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Perhatikan Gambar 7.1 menunjukkan panjang
dengan menggunakan mistar.
Seperti ditunjukkan Gambar 7.1 (a). Oleh
karena itu, perlu diperhatikan hal-hal berikut
dalam menggunakan mistar
a. Hindari celah antara mistar dan benda
yang akan diukur
b. Hindari kesalahan ujung
c. Hindari kesalahan paralaks
Seperti ditunjukkan Gambar 7.1 (b).
Menunjukkan cara yang lebih teliti dalam
menggunakan mistar untuk pengukuran
panjang benda

Modul 7
Halaman 7.10
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Gambar 7.2 menunjukan jangka sorong yang
Digunakan untuk mengukur lebar sendok teh. Langkah – langkah
yang perlu dilakukan dalam menggunakan jangka sorong
sebagai berikut :
a. Tempatkan benda yang akan diukur di antara rahang luar
jangka sorong, kemudian tutuplah rahang geser sampai
menjepit benda itu
b. Bacalah skala utama didepan tanda nol pada rahang geser
untuk memperoleh pembacaan sampai dengan ketelitian
sampai 0,1 atau 1 mm
c. Pada rahang geser, terdapat skalah khusus yang
memberikan pembacaan sampai persepuluhan milimeter
yang sedikit lebih kecil dari satu milimeter (tepatnya 0,9 mm)
yang disebut skala vernier atau skala nonius.
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran

Gambar 7.2
Pengukuran
panjang dengan
menggunakan
jangka sorong
(Avison, 1989:59)

Modul 7
Halaman 7.11
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran

Gambar 7.3
Pengukuran
panjang dengan
menggunakan
Mikrometer
(Avison, 1989:60)

Modul 7
Halaman 7.12
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Gambar 7.3 menunjukan mikro meter sekrup yang
Digunakan untuk mengukur diameter pensil. Langkah – langkah
yang perlu dilakukan dalam menggunakan alat ukur mikrometer
sekrup sebagai berikut :
a. Tempatkan benda diantara rahang – rahang mikrometer
terbuka, kemudian sekrupkan rahang – rahang itu agar
menutup dan menjepit benda itu dengan menggunakan roda
bergerigi
b. Skala utama diberi tanda sepanjang lengan mikrometer dan
diberi angka dalam mm serta mempunyai tanda mm dan
tanda ½ mm
c. Roda bergerigi memutar tudung putar dengan satu putaran
akan membuka atau menutup jarak antara rahang – rahang
mikrometer sebesar ½ mm
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Gambar 7.3 menunjukan jangka sorong yang
Digunakan untuk mengukur lebar sendok teh. Langkah – langkah
yang perlu dilakukan dalam menggunakan jangka sorong
sebagai berikut :
a. Tempatkan benda yang akan diukur di antara rahang luar
jangka sorong, kemudian tutuplah rahang geser sampai
menjepit benda itu
b. Bacalah skala utama didepan tanda nol pada rahang geser
untuk memperoleh pembacaan sampai dengan ketelitian
sampai 0,1 atau 1 mm
c. Pada rahang geser, terdapat skalah khusus yang
memberikan pembacaan sampai persepuluhan milimeter
yang sedikit lebih kecil dari satu milimeter (tepatnya 0,9 mm)
yang disebut skala vernier atau skala nonius.
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
2. Pengukuran Luas
Menghitung luas suatu permukaan. Kita dapat menggunakan
rumus baku untuk bentuk – bentuk teratur. Sebagai contoh, luas
permukaan benda berbentuk persegi panjang yang mempunyai
panjang 1 dan lebar w sebagai berikut

Luas penampang lingkaran suatu benda yang berdiameter d


atau berjari – jari r sebagai berikut :

Hal itu dengan dalam hal ini, panjang, lebar, dan


diameter diukur dengan alat ukur yang sesuai
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
3. Pengukuran Volume
Zat padat dan zat cair mempunyai volume hampir konstan,
tetapi mempunyai berbagai bentuk. Oleh karena itu, pengukuran
volume benda – benda itu itu sukar dilakukan, kecuali untuk zat
padat berbentuk teratur, seperti balok persegi, kubus, silinder,
dan bola.
VOLUME YANG DI UKUR ALAT UKUR

Zat padat berbentuk teratur Mistar, jangka sorong, mikrometer, memakai rumus
Zat padat berbentuk tak teratur Gelas ukur
Zat cair (volume besar) Gelas ukur
Zat cair (volume kecil) Buret. Pipet, labu takar

Beberapa metode dasar untuk mengukur Volume Zat padat dan


Zat cair, terdapat dalam Tabel 7.4
Modul 7
Halaman 7.13
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
Volume zat padat berbentuk teratur dihitung
dengan menggunakan rumus baku. Volume balok dengan
panjang l, lebar w, dan tinggi h sebagai berikut

Volume silinder yang berdiameter d atau berjari – jari r dan tinggi


h sebagai berikut

Volume bola pejal berdiameter d atau berjari – jari r sebagai


berikut

Dalam hal ini l, w, h dan d diukur dengan alat ukur yang sesuai.
Terdapat pada gambar 7.4 halaman 7.14 – Pembacaan Meniskus
(Avison 1989:61)
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
4. Pengukuran Masa dan Berat
Dua jenis neraca (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1990:2) terdapat dalam Tabel 7.6
Mencari massa benda yang tidak diketahui dengan asas balok
setimbang (Avison, 1989:64) terdapat dalam Tabel 7.7
Modul 7
Halaman 7.18
Perlu diperhatikan beberapa catatan berikut
1. Massa baku sering disebut ‘anak timbangan’
2. Kesetimbangan balok akan berlaku di bulan dan memberikan
nilai – nilai yang benar untuk massa yang tidak diketahui
3. Neraca pegas yang digunakan untuk mengukur berat di bulan
akan menghasilkan pembacaan berat yang benar
4. Ketika mencari massa suatu zat cair, timbanglah duu
wadahnya ketika kosong dan kering, lalu kurangkan massa
wadag itu dari massa zat cair + wadahnya
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
5. Pengukuran Masa Jenis
Massa jeni zat cair memberitahukan kita banyaknya materi
yang terkandung dalam volume tertentu zat itu (biasanya 1 cm3
atau 1 m3).
Massa jenis suatu zat didefinisikan sebagai massa zat itu per
satuan volume. Jika masa suatu zat adalah m dan volume
adalah V, masa jenis (huruf yunani) zat itu sebagai berikut.

Satuan massa jenis dalam SI adalah kg/m3 atau cgs adalah g/


cm3.
Sebagai contoh, massa jenis air pada 4ºC adalah 1,0 x 103
kg/m3 atau dapat dinyatakan sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1
Pengukuran Besaran
6. Pengukuran Waktu
Sering dengan perkembangan teknologi, kita memerlukan
jam dengan ketelitian tinggi.
Beberapa jenis jam yang berlainan diperlukan karena
luasnya jangkaun waktu yang akan kita coba ukur. Beberapa jam
yang berguna secara khusus sebagai berikut.
a. Osilasi suatu kristal seperti kristal kuarsa yang digunakan
dalam arloji
b. Osilasi elektron-elektron dalam rangkaian listrik seperti
frekuensi listrik 50 hertz yang digunakan untuk menjalankan
jam dan penggerak rekaman pada laju konstan
c. Osilasi mekanis bandul atau roda kesetimbangan
d. Rotasi bumi pada sumbunya
e. Jam peluruh radioaktif; umur-paruh suatu isotop radioaktif
yang menyeluruh secara perlahan, seperti 14C (carbon 14)
dapat digunakan untuk mengukur umur fosil ribuan tahun
Modul 7
Pengukuran Besaran,
Kinematika dan Dinamika
Kegiatan Belajar 2
Kinemtika

Pertemuan (Tuweb) ke 5
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
A. KERANGKA ACUAN DAN PERGESERAN
Dalam fisika, kita sering menggunakan suatu himpunan
sumbu koordinat untuk menggambarkan kerangka acuan, seperti
dalam gambar 7.11 (a) dan gambar 7.11 (b)
Gambar 7.11
Sistem Koordinat
Cartesian
(a) Dua dimensi
(b) Tiga dimensi

Modul 7
Halaman 7.32
Untuk gerak suatu dimensi, cukup menggambarkan sumbu x.
posisi benda pada suatu saat ditentukan oleh koordinat x benda
itu.
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
Pergeseran termasuk besaran yang mempunyai
besar dan arah, yang disebut vektor, yang digambarkan dengan
anak panah. Terdapat pada gambar 7.12 (a) Modul 7 Halaman
7.33
Gambar 7.12
(a) Seorang
berjalan 50 m
ke timur,
kemudian balik
berjalan 20 ke
barat;

Anak panah ke kanan dari O menunjukkan pergeseran yang


mempunyai besar 30 m dan arah ke kanan (timur)
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
Pergeseran benda itu yang digambarkan
dengan anak panah yang menunjukkan ke kanan. Terdapat pada
gambar 7.12 (b) Modul 7 Halaman 7.33
Gambar 7.12
(b) Anak panah ke
kanan
menunjukkan
pergesaran

ke kanan
Dengan lambang (huruf yunani, delta) yang berarti perubahan
dalam. Jadi, adalah “perubahan dalam x” yaitu perubahan
pergeseran. Dituliskan dengan rumus
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
pada saat benda itu berada pada posisi mula
- mula dan pada saat kemudian benda pada posisi
akhir sehingga berikut ini. Terdapat pada gambar 7.12
(c) Modul 7 Halaman 7.33
Gambar 7.12
(c) Pergesaran

ke kiri

Dituliskan dengan rumus


Kegiatan Belajar 2
Kinematika
B. KECEPATAN
Dalam fisika, dikenal istilah laju (speed) yang mengacu pada
beberapa jauh sebuah benda melintas dalam selang waktu
tertentu. Laju rata – rata sebuah benda didefinisikan sebagai
jarak yang ditempuh sepanjang lintasannya dibagi dengan waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak ini.

Isitilah laju dan kecepatan (velocity) sering kali dapat


dipertukaran. Laju didefinisikan dalam jarak total yang ditempuh,
sedangkan kecepatan didefinisikan dalam pergeseran sebagai
berikut.

Untuk contoh terdapat pada gambar 7.12 (a), (b), dan (c) Modul
7 Halaman 7.33
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
C. KECEPATAN SESAAT
Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata
dalam selang waktu sangat kecil. Berdasarkan persamaan (7.8),
kita mendefinisikan kecepatan sesaat sebagai kecepatan rata –
rata dalam batas (limit) menjadi sangat kecil, mendekati nol.
Untuk gerak satu dimensi, dapat menuliskan kecepatan sesaat, v
sebagai berikut.

Notasi dapat diartikan bahwa selama mendekati nol,


juga.
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
D. PERCEPATAN
Percepatan rata – rata didefinisikan sebagai perubahan
kecepatan dibagi dengan waktu yang diperlukan untuk memuat
perubahan ini sehingga diperoleh sebagai berikut

Dalam selang waktu itu dapat didefinisikan sebagai berikut

Dengan arloji pada kecepatan, percepatan a pada suatu saat


tertentu dapat didefinisikan sebagai berikut.

Dalam hal ini, adalah perubahan kecepatan


yang sangat kecil dalam selang waktu yang
sangat pendek.
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
E. GERAK DENGAN PERCEPATAN KONSTAN
Misalkan, kecapatan benda mula – mula adalah dan
percepatan atau perlambatan yang dialami benda adalah a.
setelah t detik kemudian kecepatan benda adalah v dan posisi
benda menjadi x dari posisi mula – mula, dan memperoleh rumus
– rumus sebagai berikut

atau
Kegiatan Belajar 2
Kinematika
F. GERAK VERTIKAL
Salah satu contoh gerak vertikal adalah gerak benda jatuh.
Percepatan yang dialami oleh benda – benda yang bergerak
jatuh disebut percepatan gravitasi (g) bumi yang besarnya g =
9,80 m/ss . Sebenarnya percepatan bumi tidak sama dari suatu
tempat ke tempat yang lain.

Gambar 7.14
Gerak Vertikal ke
Atas dan Jatuh

Modul 7
Halaman 7.41
Modul 7
Pengukuran Besaran,
Kinematika dan Dinamika
Kegiatan Belajar 3
Dinamika

Pertemuan (Tuweb) ke 5
Kegiatan Belajar 3
Dinamika
A. GAYA DAN GERAK
Cabang mekanika yang berhubungan dengan gaya dan
mengapa benda – benda bergerak disebut dinamika
1. Hukum Pertama Newton
Isaac Newton (1642-1727) menyusun teori tentang gerak.
Dalam bukunya Principia (diterbitkan tahun 1687) terangkum
dalam “tiga hukum gerak”. Hukum pertama mirip dengan
gagasan Galileo yang dapat dinyatakan sebagai berikut.

Sebuah benda yang diam akan tetap diam dan sebuah benda
yang bergerak akan melanjutkan geraknya dengan kecepatan
konstan (laju konstan dalam garis lurus) jika tidak ada interaksi
dengan benda lain.

Kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan diamnya


atau gerak seragam dalam garis lurus disebut inersia.
Kegiatan Belajar 3
Dinamika

2. Gaya
Gaya dapat didefinisikan sebagai suatu pengaruh yang dapat
mengubah kecepatan suatu benda. Definisi ini sesuai dengan
istilah dorongan atau tarikan, bahkan mempunyai makna lebih
jauh karena berlaku untuk benda – benda yang tidak
bersentuhan.
Gaya termasuk besaran vektor yang mempunyai besar dan
arah tertentu. Gaya dapat diukur dengan menggunakan neraca
pegas
Kegiatan Belajar 3
Dinamika

3. Hukum Kedua Newton


Hukum kedua Newton memberikan definisi kuantitatif tentang
gaya yang dapat dinyatakan sebagai berikut.
Gaya neto yang bekerja pada suatu benda sama dengan
hasil kali massa benda dan percepatannya. Arah gaya ini sama
dengan arah percepatan itu.
Dalam bentuk persamaan hukum kedua Newton, dapat dituliskan
sebagai berikut.

Dengan ΣF adalah gaya neto (Σ adalah huruf besar, yunanai


sigma), m adalah massa benda dan a adalah percepatannya.
Satuan benda dalam SI adalah newton (N). Satu newton adalag
gaya neto yang diberikan pada suatu benda bermassa 1 kg
sehingga memberikan percepatannya 1 m/s2. jadi

1 N = (1 kg)(1 m/s2) = 1 kg.m/ss


Kegiatan Belajar 3
Dinamika

4. Hukum Ketiga Newton


Dalam hukum ketiga Newton, terdapat dua gaya yang
berkerja pada benda yang berbeda, yaitu gaya aksi yang
dilakukan oleh benda pertama pada benda kedua dan gaya
reaksi yang dilakukan oleh benda kedua pada benda pertama.
Dalam hal ini, kita dapat menuliskannya sebagai berikut

a. Berat dan gaya normal


Percepatan yang disebabkan oleh gravitasi g sehingga kita
dapat menuliskannya sebagai berikut

Dalam SI g = 9,80 m/s2 sehingga berat benda bermassa 1 kg


di bumi adalah (1 kg x 1 m/s2) = 9,80 N.
Kegiatan Belajar 3
Dinamika
b. Gesekan
Gaya gesekan kinetik bekerja pada benda yang sedang
meluncur arah berlawanan dengan arah geraknya. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa besar gaya gesekan kinetik
ini berbanding lurus dengan gaya normalnya sehingga

dengan adalah koefisien gesekan kinetik. Gaya gesekan


bekerja sejajar permukaan antara dua benda yang
bersentuhan dan gaya normal tegak lurus pada permukaan
itu.

Karena gaya gesekan statis bisa mempunyai nilai dari nol


sampai maksimum, dapat menuliskan hal berikut ini
Kegiatan Belajar 3
Dinamika
c. Gerak melingkar
Gaya yang diperlukan agar suatu benda mengikuti lintasan
lingkaran disebut gaya sentripetal.
Hubungan antara periode dan frekuensi dinyatakan sebagao
berikut

Dalam SI, periode dinyatakan dalam s, frekuensi dinyatakan


hertz (atau Hz), yang didefinisikan sebagao cps (cycle per
second). Kadang – kadang frekuensi gerak melingkar
dinyatakan dalam rps (revolution per second) atau rpm
(revolution per minute). Dalam satu revolusi benda
menempuh satu keliling lingkaran (= ), besar kecepatan
benda tersebut sebagai berikut

Percepatan sentripental dengan rumus


sendangkan komponen radikal dengan rumus
Kegiatan Belajar 3
Dinamika
B. ENERGI
Energi dibagi 3 bagian diantaranya :
1. Usaha
Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan F yang
berkerja pada suatu benda yang mengalami
pergeseran x sama dengan hasil kali besar
komponen gaya Fx dalam arah pergeseran itu dan
besar pergeseran x

2. Energi
a. Energi kinetik
b. Energi potensial

3. Energi Mekanik dan Kekekalannya


Kegiatan Belajar 3
Dinamika
C. ASAS PESAWAT SEDERHANA
Asas pesawat sederhana dibagi 2 bagian diantaranya :
1. Gaya Putar
a. Torka atau momen gaya
b. Gaya – gaya sejajar
c. Kopel

2. Pesawat
a. Pengganda gaya dan pengganda jarak
b. efisiensi pesawat
c. beberapa pesawat sederhana
1). Tuas
2). Katrol
3). Bidang miring
4). Roda dan Gandar
5). Gir
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai