Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

“PENGUKURAN PADA BENDA PADAT”

Disusun Oleh :
1. Selin Radja 065119039
2. Bunga Dhiya Amalia 065119045

Kelas : A+B
Tanggal Percobaan : 03 oktober 2019
Asisten Dosen:
1. Shani zinaa 3. Suci putri utami
2. Vina Mourena 4. Nurma Angeliani K,S.Si

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
BOGOR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
Dengan dilakukannya percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti dan hasil pengukuran / perhitungan.
3. Menghitung besaran-besaran lain berdasarkan ukuran-ukuran dasar.

1.2 DASAR TEORI


Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang menunjukkan perbandingan langsung dari
benda yang diukur langsung dengan beberapa skala asli. Untuk pengukuran dengan
ketelitian rendah, penggaris besi sangat sering digunakan, karena penggaris besi itu
merupakan salah satu alat ukur dengan ketelitian 1 mm. Jika menginginkan hasil yang lebih
berkualitas, yaitu dengan menggunakan pengukuran degan alat ukur yang memiliki
ketelitian yang lebih teliti lagi.

Alat yang dapat digunakan dalam pengukuran ini, yaitu alat ukur jangka sorong dan
mikrometer sekrup.

A. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang digunakan di laboratorium, dapat
digunakan untuk mengukur ukuran luar, ukuran dalam, dan mengukur kedalaman dalam
satuan mm ataupun inchi. Jangka sorong umumnya terdiri dari batang pengukur yang terbuat
dari baja anti karat yang dikeraskan, mempunyai rahang ukur tetap pada salah satu ujungnya
dan bagian yang bergerak yang mempunyai rahang ukur dan skala nonius.
Skala nonius digerakan dalam satu bagian (unit) sepanjang batang sampai kedua
rahangnya bertemu benda kerja yang diukur. Umumnya dua macam skala dibuat dalan
batang, satu dalam mm dan satunya lagi dalam inchi. Bagian yang bergerak juga mempunyai
dua macam skala nonius, yaitu dalam mm dan inchi mengikuti skala dari batang.
Macam – macam jangka sorong yang umum digunakan adalah :
- Jangka sorong dengan rahang normal dan rahang pisau.
- Jangka sorong dengan rahang normal dan berbentuk “bevel” dimuka, rahang silang dan
batang kedalaman.
Skala nonius adalah skala yang kedua. Pembagian garisnya lebih pendek dari pembagian
garis pada skala utama. Perbedaan dari kedua skala ini adalah untuk memungkinkan
mengukur benda kerja dengan lebih teliti lagi. Ketelitian dari skala nonius ada bermacam –
macam, diantaranya :
- dalam millimeter (mm) :
1/10 = 0,1 mm;
1/20 = 0,2 mm;
1/50 = 0,05 mm;
- dan dalam inchi:
1”/128, dan 1”/1000.

B. Mikrometer Sekrup
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur ketebalan suatu benda. Pada industri –
industri modern, dituntut ketelitian dari alat – alat ukur untuk mengukur pekerjaan yang
presisi. Jangka sorong tidak dapat dipergunakan untuk pembacaan dengan ketelitian 0,01 mm
dengan tepat. Maka dibuatlah Mikrometer, sebab dengan mikrometer dapat mengukur dari
ketelitian 0,01 mm sampai 0,002 mm. Kekurangan dari mikrometer ini adalah jarak
pengukurannya pendek, hanya sampai 25 mm (bagian luar mikrometer).
Mikrometer terdiri dari bentuk dasar bingkai U dengan landasan tetap, pada cabangnya
terdapat batang pengukur dan pada ujungnya terdapat rahang bergerak, dan melalui cabang
lain dari bingkai U, terdapat bidal/sarung pengukur yang terpasang pada batang pengukur.
Putaran dari bidal/sarung pengukur tersebut menyebabkan batang pengukur berputar pada
sumbu yang sama. Tingkatan ukuran pada bidal/sarung pangukur dan pada laras skala dapat
dibaca sebagai jarak antara dua permukaan yang diukur. Bingkai dilindungi oleh penahan
panas yang terbuat dari plastik untuk menghindari panas yang timbul langsung dari badan.
Gigi geser menjamin meratanya tekanan dan menyebabkan pengukuran bebas dari
‘sentuhan/touch operator’.

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokkan yang didasarkan pada aplikasi


berikut:
1. Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok,
dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
3. Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan
slot slot.
a. Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa
tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah
kilogram (kg).Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca,
antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan,
neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan
yang berbeda-beda.

Hukum Archimedes
Setiap benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida (air/gas) akan
mendapat gaya keatas sebesar besar zat cair yang dipindahkan, dijabarkan oleh Archimedes
(287 – 212 SM) yang disebut Hukum Archimedes.
FA = Vb . ρf . g
Keterangan :
FA : gaya ke atas/gaya angkat Archimedes (Newton)
Vb : volume benda yang tercelup dalam fluida (m3 )
ρf : massa jenis fluida (kg/m3 )
g : percepatan gravitasi (m/s 2 )
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila di ukur dalam air dibandingkan
di udara karena dalam air benda mendapat gaya keatas. Sementara ketika diudara, benda
memiliki berat yang sesungguhnya.
Wu = m. g
Ketika di dalam air benda dikatakan memiliki berat semu yang dinyatakan dengan :
Ws = Wu − FA
Keterangan :
Wu : berat sesungguhnya (N)
Ws : berat semu (N)
FA : gaya angkat ke atas (N)
Gaya angkat ke atas ini disebut juga gaya apung. Definisi gaya apung adalah gaya yang
dikerjakan fluida pada benda yang timbul karena selisih gaya hidrostatik yang dikerjakan
fluida antara permukaan bawah dan permukaan atas.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT
1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Skrup
3. Neraca Teknis
4. Bejana gelas
5. Thermometer

2.2 BAHAN
1. Balok Alumunium
2. Silinder Kuningan
3. Kunci
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 CARA STATIS
1. Diukur panjang dan lebar benda padat dengan tempat yang berbada. Kemudian dibuat
hasil pengukuran dalam bentuk tabel (masing-masing tersendiri)
2. Diukur tebalnya dengan mikrometer skrup sama halnya dengan No. 1
3. Ditentukan massa benda padat dengan cara ditimbang (cukup sekali saja)
4. Dicatat suhu ruangan pada awal dan akhir percobaan
5. Diukur benda padat yang lain dengan harga rata-rata masing-masing penyimpanan.

3.2 CARA DINAMIS


1. Ditentukan massa benda padat dengaan cara ditimbang.
2. Ditimbang sekali lagi benda tersebut yang digantung pada tali tipis.
3. Ditimbang sekali lagi benda yang diggantung tersebut kemudian direndam seluruhnya
dalam air (airnya tidak ikut tertimbang dan benda tersebut tidak mengenai dasar bejana)
4. Dicatat suhu air dalam ruangan pada awal dan akhir percobaan.
5. Diulang seluruh pengukuran tersebut untuk benda pada yang lain.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

DATA PENGAMATAN

Keadaan ruangan P ( cm) Hg T(ᵒC) C(%)

Sebelum percobaan 75.56 28 62


Sesudah percobaan 75.58 28 64

1. Cara Statis
Balok : Alumunium massa Balok = 11 gr

No
1 2.51 1.61 1.35 5.455 2.016
2 2.51 1.61 1.45 5.953 1.848
3 2.51 1.64 1.45 5.969 1.843
2.52 1.62 1.41 5.78 1.902

Silinder : Kuningan massa udara = 41.9 gr


No
1 1.586 0.783 2.515 4.966 8.437
2 1.587 0.7935 2.513 4.968 8.434
3 1.586 0.793 2.512 4.960 8.448
1,596 0.793 2.51 4.97 8.440

2. Cara Dinamis
No Benda mudara (gr) Mair (gr) V (cm3 ) ρ (gr/cm3 )
1 Kunci 13,6 11,450 2,15 6,33
PERHITUNGAN
1. Cara Statis
a. Balok Alumunium :
Percobaan 1
Volume = p×l×t
= 2.51 cm × 1.61 cm × 1.35 cm
= 5,455 cm3
massa
Masa jenis = volume
11 gr
= 5,455cm3
gr
= 2.016 ⁄cm3
Percobaan 2
Volume = p×l×t
= 2.55 cm × 1.61 cm × 1,45 cm
= 5.953 cm3
massa
Masa jenis = volume
11 gr
= 5.953cm3
gr
= 1.848 ⁄cm3
Percobaan 3
Volume = p×l×t
= 2.51 cm × 1,64 cm × 1,45 cm
= 5.969 cm3
massa
Masa jenis = volume
11 gr
= 5.969cm3
gr
= 1.843 ⁄cm3

V1+V2+V3
Volume rata-rata = n
5,455+5.953+5.969
= 3
17.377
= 3
= 5,792 cm3
ρ1+ρ2+ρ3
Massa jenis rata-rata = n
gr gr gr
2,016 ⁄ 3 +1.848 ⁄ 3 +1.843 ⁄ 3
cm cm cm
= 3
gr
= 1.902
⁄cm3
Plit−Pperc
Ketelitian = (1 − | Plit |) × 100%
2,7−1.902
= (1 − | 2,7 |) × 100%
= (1 − 0,295) × 100%
= 73.5%
b. Silinder Kuningan :
Percobaan 1
Volume = πr 2 t
= 3,14 × (0,793 cm)2 × 2.515 cm
= 3,14 × 0.628 cm2 × 2.515 cm
=4.966 cm3
massa
Masa jenis = volume
41.9 gr
= 4.966cm3
gr
= 8.437 ⁄cm3
Percobaan 2
Volume = πr 2 t
= 3,14 × (0,7935 cm)2 × 2.513 cm
= 3,14 × 0.629 cm2 2.513 cm
=4.968 cm3
massa
Masa jenis = volume
41.9 gr
= 4.968cm3
gr
= 8.434 ⁄cm3
Percobaan 3
Volume = πr 2 t
= 3,14 × (0,793 cm)2 × 2.512 cm
= 3,14 × 0,628 × 2.512 cm
= 4.960 cm3
massa
Masa jenis = volume
41.9 gr
= 8.448 cm3
gr
= 8.440 ⁄cm3

V1 +V2 +V3
Volume rata-rata = 3
4.966 cm3 +4.968 cm3 +4.960 cm3
= 3
14.894 cm3
= 3
= 11.587 cm3
ρ1+ρ2+ρ3
Massa jenis rata-rata =
n
gr gr gr
8,437 ⁄ 3 +8.434 ⁄ 3 +8.440 ⁄ 3
cm cm cm
= 3
gr
= 19.687
⁄cm3
Plit−Pperc
Ketelitian = (1 − | Plit |) × 100%
8.6−8.440
= (1 − | 8.6 |) × 100%
= (1 − 0,01) × 100%
= 98.1%
1. Cara Dinamis
a. Kunci
Volume = massaudara - massaair
= 13,6 gr – 11,450 gr
= 2,15 gr
massaudara 𝑀𝑢
Massa jenis = volume = 𝑚𝑢−𝑚
𝑎𝑖𝑟
13,6 gr 13.6
= 2,15 cm3 = 13.6−11.450
gr
= 6,33 ⁄cm3
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini kita melakukan pengukuran dengan menggunakan alat pengukur
jangka sorong dan mikrometer skrup. Alat pengukur tersebut memiliki fungsi dan ketelitian
yang berbeda. Misalnya jangka sorong memiliki ketelitian 0,1 mm serta memiliki skala utama
dan skala nonius. Pada jangka sorong memiliki fungsi untuk mengukur ketebalan suatu benda,
diameter suatu benda dan panjang benda sampai nilai <15 cm. Mikrometer skrup memiliki
ketelitian 0,01 mm serta memiliki skala utama dan skala putar. Mikrometer skrup memiliki
fungsi untuk mengukur tebal benda dengan sangat teliti. Jadi, setiap alat pengukur mempunyai
fungsi yang khusus untuk mengukur setiap benda yang berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dari suatu pengukuran yaitu, akurasi, presisi,
kesalahan, dan kemampuan individu dalam membaca alat ukur. Dalam percoban kali ini
pengukuran dilakukan oleh beberapa orang sebanyak 3 kali pengukuran di tempat yang
berbeda.
Untuk menentukan volume benda padat dapat dilakukan dengan pengukuran dimensi
(untuk yang bentuknya beraturan) dan untuk yang ukurannya tidak beraturan dengan
menggunakan prinsip Archimedes. Cara pengukuran dimensi ini dapat disebut juga dengan
metode statis yaitu dengan mengukur panjang, lebar dan tebal benda di tempat-tempat yang
berlainan serta menentukan massa benda tersebut (untuk massa benda cukup menimbang satu
kali saja). Setelah diketahui volume dan massa jenis benda padat tersebut maka massa jenis zat
padat tersebut dapat diketahui. Sehingga dapat diketahui pula bahan tersebut terbuat dari bahan
apa. Sedangkan untuk prinsip Archimedes disebut juga dengan cara dinamis yaitu dengan
mencelupkan zat padat di luar zat cair yang diketahui massa jenisnya. Dengan menimbang
zat padat di luar zat cair dan di dalam zat cair maka volume zat padat dapat ditentukan.
Pengukuran yang dilakukan berkali-kali pasti memiliki nilai ketidakpastian. Adapun sebab-
sebabnya antara lain :
1. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang timbul oleh keterbatasan alat ukur.
2. Adanya ketidakpastian bersistem.
3. Adanya ketidakpastian titik nol.
4. Keterbatasan pengamat.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran pada benda padat dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode pengukuran,
yaitu pengukuran statis dan pengukuran dinamis
2. Metode statis digunakan untuk mengukur benda yang memiliki bentuk beraturan, sedangkan
untuk mengukur benda yang memiliki bentuk tidak beraturan dapat menggunakan metode
dinamis dengan rumus archimendes
3. Untuk mengukur panjang dan lebar benda bisa menggunakan alat ukur jangka sorong
sedangkan jika kita akan mengukur ketebalan atau diameter suatu benda harus
menggunakan alat ukur micrometer sekrup yang memiliki ketelitian lebih kecil.
4. Suhu di dalam ruangan dapat berubah jika di dalam suatu ruangan terdapat beberapa orang
yang memiliki suhu tubuh yang berbeda
DAFTAR PUSTAKA
 Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar Ilmu Komputer. Bogor: Universitas Pakuan.
 Gita Latifah Serviyanti. (2012). Laporan Praktik Pengukuran Benda Padat,
http://www.academia.edu/7690199/Laporan_praktik_pengukuran_benda_padat, 19
November 2014
 Zaida. 2010. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjajaran.
TUGAS AKHIR
1. Berikan keterangan mengapa tebal benda tidak diukur dengan jangka sorong, melainkan
dengan mikrometer skrup?
Jawab :
Mikrometer sekrup berguna untuk mengukur tebal suatu bahan yang tipis, karena
ketelitian mikrometer sekrup lebih baik dibandingkan jangka sorong, yaitu 0,01
milimeter. Jika digunakan untuk mengukur tebal benda dengan maksimal 2,5 cm. Jadi
mikrometer sekruplah yang digunakan, sedangkan jangka sorong digunakan untuk
mengukur panjang atau lebar suatu bahan dengan ketelitian 0,05 milimeter.

2. Apakah massa tali tipis dapat diabaikan dalam ketelitian 1 %?


Jawab :
Tidak bisa, karena itu dapat mempengaruhi ketelitian.

3. Tentukan volume benda-benda padat dengan kedua cara!


Jawab :
 Dengan cara statis
Menghitung volume benda yang memiliki bentuk teratur, dihitung dengan
menghitung volume benda secara matematis.
 Dengan cara dinamis
Menghitung volume benda yang memiliki bentuk tidak teratur, dengan
menghitung volume fluida yang dipindahkan ketika benda dimasukkan kedalam
fluida tersebut. (menghitung massa benda di udara dan massa benda di fluida,
volume benda merupakan selisih massa di udara dan massa di fluida).

4. Dari kedua cara di atas, manakah menurut pengamatan yang paling teliti?
Jawab :
Cara statis, karena memiliki pengamatan yang lebih teliti, karena pengukuran ini
dilakukan dengan alat bantu yang memiliki ketelitian yang signifikan.

5. Tentukan massa jenis benda-benda padat tersebut?


Jawab :
massa
 Masa jenis Balok = volume
11.95 gr
= 5,707cm3
gr
= 1,927 ⁄cm3

44.99 gr
 Masa jenis Silinder = 14.896cm3
gr
= 3.013 ⁄cm3
13,6 gr
 Massa jenis Kunci = 2,15 cm3
gr
= 6,325 ⁄cm3
6. Dari langkah 5, tentukan jenis benda-benda tersebut!
Jawab :
Literatur massa jenis :

 ρ Aluminium = 2,7 g/cm3


 ρ Kuningan = 8,6 g/cm3
Jadi, balok merupakan jenis alumunium, silinder merupakan jenis besi, dan kunci
merupakan jenis besi.

7. Tentukan volume benda-benda tersebut pada suhu ℃, langkah 6?


Jawab :
Pada suhu (28℃), Volume
 Balok = 5,066 cm3
 Silinder = 7,716 cm3
 Kunci = 2,175 cm3

8. Sebutkanlah salah satu cara lain untuk menentukan volume benda padat!
Jawab :
Dengan cara mencelupkan benda yang akan diukur volumenya ke dalam wadah berisi
air yang telah dicatat volume awalnya dan volume benda dapat dilihat dari besar
perubahan volume air dalam wadah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai