Anda di halaman 1dari 6

MEKANISME KERJA ANTI INFLAMASI / ANTI RADANG

Anti Inflamasi

· Pengertian

Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi dapat disertai dengan gejala panas, kemerahan,
bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,
meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan radang, dengan gejala panas,
kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain
histamin, bradikinin, leukotrin, Prostaglandin dan PAF. Obat-obat anti inflamasi adalah golongan
obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Obat ini terbagi atas-dua
golongan, yaitu golongan anti inflamasi non steroid (AINS) dan anti inflamasi steroid (AIS). Kedua
golongan obat ini selain berguna untuk mengobati juga memiliki efek samping yang dapat
menimbulkan reaksi toksisitas kronis bagi tubuh (Katzung, 1992).

· Anti Inflamasi Non Steroid

Obat anti-inflamasi non streoid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi
di seluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetika, antipiretika, dan anti-inflamasi.9 OAINS
merupakan pengobatan dasar untuk mengatasi peradangan-peradangan di dalam dan sekitar sendi
seperti lumbago, artralgia, osteoartritis, artritis reumatoid, dan gout artritis. Disamping itu, OAINS
juga banyak pada penyakit-penyakit non-rematik, seperti kolik empedu dan saluran kemih,
trombosis serebri, infark miokardium, dan dismenorea.

OAINS merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda
secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping. NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu :

1) golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat,


salisil salisilat, dan salisilamid),

2) golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin, dan


oksametasin),

3) golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen,


indoprofen, naproxen, dan ketorolac),

4) golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat, asam


flufenamat, dan asam tolfenamat),

5) golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan fenazon),

6) golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam),

7) golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib),


8) golongan sulfonanilida (nimesulide), serta

9) golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).

Sedangkan menurut waktu paruhnya, OAINS dibedakan menjadi:

a) AINS dengan waktu paruh pendek (3-5 jam), yaitu aspirin, asam flufenamat, asam
meklofenamat, asam mefenamat, asam niflumat, asam tiaprofenamat, diklofenak, indometasin,
karprofen, ibuprofen, dan ketoprofen.

b) AINS dengan waktu paruh sedang (5-9 jam), yaitu fenbufen dan piroprofen.

c) AINS dengan waktu paruh tengah (kira-kira 12 jam), yaitu diflunisal dan naproksen.

d) AINS dengan waktu paruh panjang (24-45 jam), yaitu piroksikam dan tenoksikam.

AINS dengan waktu paruh sangat panjang (lebih dari 60 jam), yaitu fenilbutazon dan oksifenbutazon.

· Anti Inflamasi Steroid

Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat kuat. Karena Obat-obat ini menghambat enzim
phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidak terbentuk
berarti prostaglandin juga tidak akan terbantuk. Namun, obat anti inflamasi golongan ini tidak boleh
digunakan seenaknya. Karena efek sampingnya besar. Bisa menyebabkan moon face, hipertensi,
osteoporosis dll.

Senyawa teroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia tertentu yang memiliki
tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara
alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.

Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan
mineralokortikosteroid memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama adalah
kortisol atau hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain steroid
alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk golongan obat yang penting
karena secara luas digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi. Contoh antara
lain adalah deksametason, prednison, metil prednisolon, triamsinolon dan betametason (Ikawati,
2006). Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang disekresi dari bagian
terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus
distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air,
ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah.

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis protein. Molekul hormon


memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini
bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks
reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan
berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik.

Induksi sintetis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid (Darmansjah, 2005).

Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :

o Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang termasuk golongan ini adalah
kortisol/hidrokortison, kortison, kortikosteron, fludrokortison

o Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 – 36 jam, yaitu metilprednisolon, prednison,
prednisolon, dan triamsinolon.

o Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36 jam, adalah parametason, betametason dan
deksametason.

· Mekanisme Kerja Anti Inflamasi Non Steroid

Golongan salisilat dan salisilamid

§ asetosal (aspirin)

Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)


merupakan analgetika nonsteroid, non-narkotik (Reynolds, 1982). Kerja utama asam asetilsaIisilat
dan kebanyakan obat antiradang nonsteroid lainnya sebagai penghambat enzim
siklooksigenase(enzim yang membuat prostaglandin yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit
dan demam) yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik. Kedua
senyawa ini merupakan pra zat semua senyawa prostaglandin, dengan demikian sintesis
rostaglandin akan terhenti.

Prostaglandin: adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon diproduksi dalam berbagai jaringan
tubuh sebagai berasal dari asam amino, dan memainkan peran mediator untuk sejumlah besar
fungsi fisiologis.

§ Metil salisilat

Metil salisilat bekerja sebagai anti iritan lokal dan mampu berpenetrasi sehingga menghasilkan efek
analgesik. Dan berfungsi sebagai penghantar hormon.

Golongan Profen/Asam 2-Arilpropionat

§ Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non steroid.
Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin,
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.

Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian maka
ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping
yang lebih ringan terhadap lambung.

Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan
kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di
hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif, sempurna dalam 24 jam.Indikasi Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoartritis,
mengurangi rasa nyeri setelah operasi pada gigi dan dismenore

§ Naproxen

Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon dengan menyebabkan pembengkakan dan rasa
nyeri di tubuh.

· Mekanisme Kerja Anti Inflamasi Steroid

Kortikosteroid kerja sedang

§ Metilprednisolon

Deksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek antiinflamasi, antialergi dan
anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai antirematik. Tidak menimbulkan efek retensi
natrium dan dapat diterima oleh tubuh dengan baik.

Adrenokortikoid:

Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati membran dan membentuk komplek


dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut kemudian memasuki inti sel, berikatan
dengan DNA, dan menstimulasi rekaman messenger RNA (mRNA) dan selanjutnya sintesis protein
dari berbagai enzim akan bertanggung jawab pada efek sistemik adrenokortikoid. Bagaimanapun,
obat ini dapat menekan perekaman mRNA di beberapa sel (contohnya: limfosit).

Efek Glukokortikoid:

Anti-inflamasi (steroidal)

Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi, karena itu
menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.

Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi
inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan
atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum
diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag (MIF),
menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan
mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan
migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin (macrocortin), suatu inhibitor fosfolipase
A2-mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan hambatan selanjutnya
terhadap sintesis asam arakhidonat-mediator inflamasi derivat (prostaglandin, tromboksan dan
leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat mempengaruhi efek antiinflamasi.

Immunosupresan

Mekanisme kerja immunosupresan belum dimengerti secara lengkap tetapi kemungkinan dengan
pencegahan atau penekanan sel mediasi (hipersensitivitas tertunda) reaksi imun seperti halnya
tindakan yang lebih spesifik yang mempengaruhi respon imun, Glukokortikoid mengurangi
konsentrasi limfosit timus (T-limfosit), monosit, dan eosinofil. Metilprednisolon juga menurunkan
ikatan immunoglobulin ke reseptor permukaan sel dan menghambat sintesis dan atau pelepasan
interleukin, sehingga T-limfosit blastogenesis menurun dan mengurangi perluasan respon immun
primer. Glukokortikoid juga dapat menurunkan lintasan kompleks immun melalui dasar membran,
konsentrasi komponen pelengkap dan immunoglobulin.

§ Prednison

Prednisone adalah hormon kortikosteroid (glukokortikoid). Ini mengurangi respon sistem kekebalan
Anda terhadap berbagai penyakit untuk mengurangi gejala seperti pembengkakan dan reaksi alergi
tipe. Hal ini digunakan untuk mengobati kondisi seperti radang sendi, gangguan darah, masalah
pernapasan, kanker tertentu, masalah mata, penyakit sistem kekebalan tubuh, dan penyakit kulit.

Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), umumnya
digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi adrenokortikal.
Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek imunosupresan dan anti
radangnya yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik. Glukokortikoid bekerja
melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel
jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini
kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya
memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ
sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi
lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif ,
dan efek anti radang. Apabila terapi prednison diberikan lebih dari 7 hari, dapat terjadi penekanan
fungsi adrenal, artinya tubuh tidak dapat mensintesis kortikosteroid alami dan menjadi tergantung
pada prednison yang diperoleh dari luar. Oleh sebab itu jika sudah diberikan lebih dari 7 hari,
penghentian terapi prednison tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba, tetapi harus bertahap dan
perlahan-lahan. Pengurangan dosis bertahap ini dapat dilakukan selama beberapa hari, jika
pemberian terapinya hanya beberapa hari, tetapi dapat memerlukan berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan jika terapi yang sudah diberikan merupakan terapi jangka panjang.
Penghentian terapi secara tiba-tiba dapat menyebabkan krisis Addisonian, yang dapat membawa
kematian. Untuk pasien yang mendapat terapi kronis, dosis berseling hari kemungkinan dapat
mempertahankan fungsi kelenjar adrenal, sehingga dapat mengurangi efek samping ini. Pemberian
prednison per oral diabsorpsi dengan baik. Prednison dimetabolisme di dalam hati menjadi
prednisolon, hormon kortikosteroid yang aktif.
Kortikosteroid kerja lama

§ Deksametason

Deksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek antiinflamasi, antialergi dan
anti shock yang sangat kuat, di samping sebagai antirematik. Tidak menimbulkan efek retensi
natrium dan dapat diterima oleh tubuh dengan baik.

Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi,
dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun.

§ Betametason

Betametason adalah glukokortikoid sintetik yang mempunyai efek sebagai antiinflamasi dan
imunosupresan. Karena efek retensi natriumnya (sifat mineralokortikosteroid) sangat sedikit, maka
bila digunakan untuk pengobatan insufisiensi adrenokortikal, betametason harus dikombinasikan
dengan suatu mineralokortikoid.

Efek antiinflamasi terjadi karena betametason menstabilkan leukosit lisosomal, mencegah pelepasan
hidrolase perusak asam dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada daerah radang,
mengurangi daya pelekatan leukosit pada kapiler endotelium, mengurangi permeabilitas dinding
kapiler dan terjadinya edema, melawan aktivitas histamin dan pelepasan kinin dari substrat,
mengurangi proliferasi fibroblast, mengendapkan kolagen dan mekanisme lainnya. Durasi aktivitas
antiinflamasi sejalan dengan durasi penekanan HPA (Hipotalamik-Pituitari-Adrenal) aksis. Obat dapat
mengurangi aktivitas dan volume limfatik, menghasilkan limpositopenia, menurunkan konsentrasi
imunologi reaktivitas jaringan interaksi antigen-antibodi sehingga menekan respon imun.

Betametason juga menstimulasi sel-sel eritroid dari sumsum tulang; memperpanjang masa hidup
eritrosit dan platelet darah; menghasilkan neutrofilia dan eosinopenia; meningkatkan katabolisme
protein, glukoneogenesis dan penyebaran kembali lemak dari perifer ke daerah pusat tubuh. Juga
mengurangi absorbsi intestinal dan menambah ekskresi kalsium melalui ginjal. Deksklorfeniramin
maleat adalah antihistamin derivat propilamin. Deksklorfeniramin menghambat aksi farmakologis
histamin secara kompetitif (antagonis histamin reseptor H1).

Kesimpulan

Obat anti inflamasi non steroid lebih banyak digunanan karena lebih aman dan mempunyai efek yg
lebih kecil dari pada obat anti inflamasi steroid.

Anda mungkin juga menyukai