Anda di halaman 1dari 51

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

07.00.00 Penyehatan Lingkungan, Teknik Sipil No comments

PENDAHULUAN
Selama ini bahan bakar fosil (minyak bumi) merupakan sumber energi utama dunia.
Namun bahan bakar ini mempunyai cadangan yang terbatas dengan jumlah konsumsi yang
semakin meningkat. Karena itu ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak
dapat dipertahankan lagi.
Pengembangan dalam sektor energi harus mengikuti kaidah pembangunan
berkelanjutan. Aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah adanya kebijakan yang
kondusif dan didukung oleh kemandirian finansial, teknologi dan sumber daya manusia. Salah
satu opsi dalam pengembangan sector energi adalah pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) untuk daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh jaringan PT PLN
(Persero). Berbeda dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar yang memerlukan
waduk, PLTMH memanfaatkan debit aliran air dengan beda ketinggian yang tidak terlalu tinggi
(sistem run of river). Pembangunan PLTMH tidak memerlukan relokasi tempat tinggal
masyarakat setempat akibat pembuatan bendungan atau waduk. Lebih jauh pemanfaatan PLTMH
diharapkan dapat menyediakan tenaga listrik yang murah dan ramah lingkungan serta dapat
berdampak pada kesadaran masyarakat untuk melestarikan hutan sebagai penjaga kalestarian
sumber daya air.

PEMBAHASAN
A. Pengertian PLTMH
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai
tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah
yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Secara teknis,
mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai
sumber energi), turbin dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi
potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air
yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi
jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi
tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya
dibagun di bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin atau kincir air mikrohidro. Energi
mekanik yang berasal dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh
sebuah generator. Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar,
misalnya dengan ketinggian air 2.5 meter dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya
energi yang dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada
relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan
pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) dengan mikrohidro terutama pada besarnya tenaga listrik yang dihasilkan, PLTA dibawah
ukuran 200 KW digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan demikian, sistem pembangkit
mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan jaringan energi listrik di daerah-daerah
terpencil dan pedesaan.

B. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro


PLTMH pada prinsipnya sama dengan PLTA yaitu memanfaatkan beda elevasi dan
jumlah debit air yang ada pada aliran air. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga
menghasilkan energi meknik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan
listrik.
Pembangunan PLTMH dimulai dengan membangun bendungan untuk mengatur supply
air. Bendungan perlu dilengkapi intake (pintu pembuka) dan saringan agar sampah bisa disaring.
Bendungan ini harus terletak pada dasar sungai yang stabil dan aman dari banjir. Dari intake, air
disalurkan melalui headrace yang dilengkapi saluran pelimpah untuk mengeluarkan air yang
berlebih. Tapi bisa juga saluran pelimpah tak diperlukan, tergantung kondisi. Selanjutnya, air
akan masuk ke kolam pengendap untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran agar air
yang masuk ke turbin bersih. Selanjutnya air akan masuk penstock dan dialirkan menuju turbin.
Dalam penstock, energi potensial air akan diubah menjadi energi kinetik.
Dalam turbin, air akan mengenai inlet. Di dalamnya ada guided vane untuk mengatur
jumlah air yang masuk ke baling-baling. Baling-baling ini terbuat dari baja yang kokoh yang
dilas pada 2 buah piringan sejajar agar system seimbang. Turbin dilengkapi casing untuk
mengarahkan ke baling-baling. Daya dari poros turbin ini ditransmisikan ke dalam generator
untuk diubah jadi energi listrik. Generator yang dipakai adalah generator sinkron dan generator
induksi. Sistem transmisinya bisa langsung maupun tidak langsung. Sistem transmisi langsung
memiliki kelebihan lebih kompak, mudah memindahkan daya serta efisiensi tinggi. Namun
sumbunya harus benar-benar lurus dan putaran turbin sama dengan putaran generator. Untuk
mengatasinya dapat dipakai gearbox. Gearbox dapat dipakai untuk mengubah rasio kecepatan
rotasi.
Turbin dan generator sebaiknya diletakkan pada sebuah rumah yang terpisah. Pondasi
dari turbin dan generator juga harus dipisahkan dari rumahnya. Hal ini bertujuan agar tidak ada
masalah yang muncul akibat getaran. Listrik yang dihasilkan oleh generator dapat langsung
ditransmisikan lewat kabel ataupun disimpan dalam storage.

C. Komponen-Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro


 Diversion Weir dan Intake (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake)
Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi sungai
(‘Intake’ pembuka) ke dalam sebuah bak pengendap (Settling Basin).

Bendung Pengalih dan Intake

 Settling Basin (Bak Pengendap)


Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air. Fungsi dari bak
pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya dari
dampak pasir.
Bak Pengendap

 Headrace (Saluran Pembawa)


Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air yang
disalurkan.

Saluran Pembawa

 Headtank (Bak Penenang)


Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air antara sebuah penstock
dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air seperti pasir, kayu-kayuan.

Bak Penenang
 Penstock (Pipa Pesat/Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air, dikenal sebagai
sebuah Turbin.

Penstock

 Turbine dan Generator


Perputaran gagang dari roda dapat digunakan untuk memutar sebuah alat mekanikal (seperti
sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut kayu dan sebagainya), atau untuk
mengoperasikan sebuah generator listrik. Mesin-mesin atau alat-alat, dimana diberi tenaga oleh
skema hidro, disebut dengan ‘Beban’ (Load).

Turbin dan Generator

Banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai sebuah contoh, air dimasukkan secara
langsung ke turbin dari sebuah saluran tanpa sebuah penstock seperti yang terlihat pada
penggergajian kayu pada gambar diatas. Tipe ini adalah metode paling sederhana untuk
mendapatkan tenaga air, tetapi belakangan ini tidak digunakan untuk pembangkit listrik karena
efisiensinya rendah. Kemungkinan lain adalah bahwa saluran dapat dihilangkan dan sebuah
penstock dapat langsung ke turbin dari bak pengendap pertama. Variasi seperti ini akan
tergantung pada karakteristik khusus dari lokasi dan skema keperluan-keperluan dari pengguna.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembangunan PLTMH
 Kelebihan PLTMH
1. Merupakan sumber daya terbarukan (proses alam yang berkelanjutan)
2. Biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibanding mesin dengan energi fosil
3. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
4. Efisiensinya tinggi
5. Aman bila dipakai untuk memompa air, karena tidak digerakkan motor listrik. Selain itu
efisiensinya lebih baik.
6. Produk sampingan seperti air keluaran bisa dimanfaatkan untuk keperluan irigasi. Selain itu
panas yang dihasilkan juga bisa dipakai.
7. Masyarakat yang menikmati manfaat mikrohidro dapat membantu menjaga kondisi lingkungan
daerah tangkapan airnya.

 Kekurangan PLTMH
Berikut adalah beberapa kekurangan PLTMH yang ada di Indonesia sehingga perlu dicari
solusinya:
1. Biaya investasi untuk teknologi mikrohidro masih tinggi.
2. Kurangnya sosialisasi PLTMH, terutama potensinya sebagai penggerak mekanis seperti pompa
air, penggiling padi, dll
3. Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positif penerapan mikro hidro terhadap pengembangan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan seperti industri kecil/rumah, perbengkelan,
pertanian, peternakan, pendidikan, dll.

E. Potensi PLTMH di Indonesia


PLTMH saat ini sudah banyak diterapkan di Indonesia. Karena banyak sekali potensi
aliran air yang bisa dimanfaatkan untuk teknologi ini, terutama di daerah yang sebelumnya
belum mendapat aliran listrik. Akhir-akhir ini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
mengembangkan PLTMH sebagai solusi energi listrik pedesaan yang selama ini belum
terjangkau listrik PLN. Pembangkit mikrohidro yang dikembangkan LIPI telah dibangun di
sejumlah daerah di Tanah Air seperti di Makki, Wamena, Papua, Enrekang, Sulawesi Selatan,
dan Nagrak, Subang, Jabar. Di kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan misalnya, telah dibangun
PLTMH dengan kapasitas 20 kW bagi 96 rumah, sarana umum, dan di masjid.
Selain dari LIPI, pihak swasta juga turut membantu mengembangkan teknologi ramah
lingkungan ini. Seperti di daerah Kemukiman Lhoong, Aceh. PLTMH ini terletak di Desa Kr
Kala yang didiami 107 KK. PLTMH Lhoong merupakan bantuan dari PT Coca Cola Indonesia
tahun 2005, pasca tsunami. Kapasitas yang terpasang pada mesin adalah 40 KW, sedangkan daya
yang dihasilkan adalah 23 KW, dapat mengaliri 3 desa sekitar. Masyarakat tidak perlu takut
dikenakan biaya listrik yang selangit karena tarif yang diberlakukan adalah tarif flat atau sesuai
Ampere yang mereka gunakan. Bagi yang menggunakan listrik 2 ampere dikenakan biaya Rp.60
ribu/bulan, untuk yang memakai 1 ampere membayar Rp.30 ribu/bulan, sedangkan bagi yang
cuma menggunakan ½ ampere cuma dikenakan biaya Rp.15 ribu/bulan.
PLTMH di Indonesia memiliki potensi pengembangan yang banyak. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Harga BBM yang terus meningkat, membuat sumber energi terbarukan diperlukan
2. Potensi mikrohidro di Indonesia sebesar 7500 MW, baru termanfaatkan 600 MW (Data tahun
2008)
3. Belum terjaringnya semua wilayah di indonesia dengan listrik dari PLN, membuat diperlukan
sumber energi listrik dari dekat lingkungan wilayah tersebut, salah satunya dengan PLTMH
4. Dari analisis terhadap alternatif sumber energi seperti kincir angin, tenaga surya panas bumi, dan
mikrohidro, menunjukkan mikrohidro lebih direkomendasikan. Terutama karena potensinya yang
tersebar di banyak wilayah.

F. Potensi PLTMH di Bali


Dalam hal ini materi didapat dari Jurnal Ilmiah “Kajian Teknis dan Ekonomis Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro di Bali” oleh Made Suarda (2009).
Potensi tenaga air di Bali memang tidak ada yang dalam kapasitas yang sangat besar,
karena di Bali tidak ada sungai-sungai besar seperti di Kalimantan atau Sumatra. Namun, di Bali
cukup banyak juga terdapat sumber-sumber energi air dalam kapasitas yang relatif kecil dan
tersebar. Demikian juga telah terdapat beberapa bendungan air seperti Bendungan Palasari,
Bendungan Telaga Tunjung dan beberapa bendungan yang masih dalam tahap perencanaan
seperti Bendungan Kubutambahan di Singaraja. Bendungan tersebut utamanya adalah untuk
menampung air dalam memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian, akan tetapi aliran air tersebut
mempunyai potensi tenaga air yang belum dimanfaatkan. Sebagai contoh, pada Bendungan
Telaga Tunjung di Tabanan, bendungan tersebut pada kondisi normal akan mengalirkan air
dengan kapasitas aliran 1,866 m3/det pada head 29 meter. Ini berarti bendungan ini mempunyai
potensi tenaga air 530 kW (0,53 MW). Dan saat ini sedang didesain yaitu bendungan Telagawaja
yang mempunyai kapasitas aliran 2 m3/det pada head 100 meter. Ini berarti bendungan ini
mempunyai potensi tenaga air 1,96 MW, dan daya listrik bangkitan sekitar 1,5 MW.
Lebih jauh, potensi tenaga air yang belum dimanfaatkan adalah tenaga air yang berada
di Sungai Ayung yang diperkirakan mempunyai potensi tenaga air sebesar 43,90 MW dan Sungai
Tukad Unda diperkirakan sebesar 32,30 MW (Profil Energi Bali, 2005), serta banyak lagi
sumber-sumber aliran air terjun yang ada di Bali. Namun untuk memanfaatkan energi aliran air
pada sungai tersebut dibutuhkan biaya yang cukup tinggi dalam pembuatan bendungannya dan
biaya pembebasan tanahnya serta permasalahan sosialnya.
Walau dengan kapasitas kecil-kecil, tetapi jika potensi-potensi sumber energi air
tersebut dimanfaatkan secara maksimal tentunya akan berkontribusi secara signifikan terhadap
pemenuhan kebutuhan energi di Bali. Dengan kapasitas debit yang kecil-kecil ini, sistem
pembangkit yang cocok dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) seperti terjunan air di areal Pura Goa Gajah, di Pura Samuan Tiga, dan aliran irigasi
Subak Taman-Bali di Gianyar.
Diantaranya sungai-sungai yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) antara lain Sungai Yeh Penet dan Yeh Hoo di Tabanan,
Sungai Kelampuak, Sungai Bingin, Sungai Oot, dan Sungai Sekumpul di Buleleng dengan
kapasitas aliran 0,8 m3/detik dan head 50 meter yang berarti daya yang mampu dibangkitkan
adalah 184 kW.
Sebagai contoh kajian teknis dan ekonomis PLTMH di Bali, disini akan dikaji potensi
PLTMH yang kecil namun pada daerah tersebut sangat dibutuhkan energi listrik, yaitu Sungai
Oot, aliran air di Pura Goa Gajah, dan di Pura Samuan Tiga, serta aliran air irigasi subak Taman-
Bali.
1. Untuk di Sungai Oot secara teoritis dapat dibangkitan energi listrik sebesar 13,5 kW-14 kW.
2. Untuk Aliran air di Pura Goa Gajah, dengan memanfaatkan energi aliran (dua kali terjunan yang
ada) yang tersedia, maka dapat dibangkitkan energi listrik yang secara teoritis mencapai 12
kiloWatt atau 15 kVA.
3. Aliran air di Pura Samuan Tiga, dengan memanfaatkan energi aliran yang ada, maka dapat
dibangkitkan energi listrik yang secara teoritis mencapai 3,07 kiloWatt atau 3,84 kVA.
4. Pada Saluran Irigasi Subak Taman Bali dapat dibangkitkan nergy listrik yang secara teoritis
mencapai 32,98 kWatt atau 36,65 Kva.

KESIMPULAN
 Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah
suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya
seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan
(head) dan jumlah debit air.
 PLTMH di Indonesia memiliki potensi pengembangan yang banyak. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Harga BBM yang terus meningkat, membuat sumber energi terbarukan diperlukan
2. Potensi mikrohidro di Indonesia sebesar 7500 MW, baru termanfaatkan 600 MW (Data tahun
2008)
3. Belum terjaringnya semua wilayah di indonesia dengan listrik dari PLN, membuat diperlukan
sumber energi listrik dari dekat lingkungan wilayah tersebut, salah satunya dengan PLTMH
4. Dari analisis terhadap alternatif sumber energi seperti kincir angin, tenaga surya panas bumi, dan
mikrohidro, menunjukkan mikrohidro lebih direkomendasikan. Terutama karena potensinya yang
tersebar di banyak wilayah.
 Bali memiliki cukup banyak potensi pengembangan PLTMH skala kecil atau disebut Picohydro
yang layak dikembangkan baik pada aliran sungai maupun pada aliran irigasi subak.

Sumber: http://resashogi.blogspot.co.id/2016/07/pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro.html
PENGARUH KETINGGIAN DAN DEBIT AIR TERHADAP ENERGI LISTRIK YANG
DIHASILKAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

Oleh: Rr Sri Sukarni Katamwatiningsih *)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui komparasi energi listrik yang dihasilkan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro (PLTMH) pada ketinggian dan debit air di Ciater Subang Jawa Barat.
Adapun dalam pelaksanaannya menggunakan metode eksperimen dengan cara mengoperasikan
alat PLTMH dengan variasi mengubah ketinggian dan debit air. Percobaan ini memperoleh data
V dan I untuk menghitung daya listrik yang dihasilkan (P). Analisis dilakukan secara diskriptif
dengan membandingkan data yang diperoleh untuk mengamati pengaruh tinggi air ( h) dan debit
air (Q) terhadap daya listrik ( P). Dari hasil percobaan didapat semakin besar harga h dan Q
semakin besar pula P yang dihasilkan. Sehingga dari percobaan ini kita dapat diimplementasikan
dalam pembangun PLTMH dengan mengetahui ketinggian dan debit air maksimal dari sumber
air.

Kata kunci: energi listrik, ketinggian, debit air, mikro hidro.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini minyak bumi (bahan bakar fosil) merupakan sumber utama pemakaian energi di
dalam negeri. Penggunaannya terus meningkat, sedang jumlah persediaan terbatas. Naiknya
harga BBM (bahan bakar minyak) berakibat harga energi listrik naik. Adapun minyak bumi
merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui dan segera akan habis. Dalam situasi seperti ini
sumber energi terbarukan khususnya sumber daya air dan lebih khusus lagi adalah Mikrohidro
menjadi alternatif yang sangat penting untuk dikedepankan dan dikembangkan yang
memanfaatkan sumber air.

Dalam kehidupan modern sekarang ini, energi listrik merupakan kebutuhan pokok manusia
sama seperti makanan. Sebagian besar energi listrik yang dipakai saat ini berasal dari minyak
bumi. Dengan naiknya harga minyak bumi maka harga listrik akan terus membumbung tinggi.
Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak terbarukan yang sebentar lagi akan habis.
Disamping itu minyak bumi menyebabkan pemanasan global.

Oleh karena itu perlu dipikirkan energi listrik yang dapat dipakai dalam waktu yang lama
serta ramah lingkungan, contohnya energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik mikrohidro.
Pembangkit listrik ini dapat dimanfaatkan untuk jangka yang lama selama kita bisa memelihara
sumber air dan hutan kita dengan menggalakkan penghijauan.
Di daerah Ciater kabupaten Subang Jawa Barat banyak ditemukan energi sumber daya air
yang melimpah. Hal ini terlihat dari banyaknya perbukitan dengan aliran yang berpotensi
menjadi sumber energi listrik. Oleh karena itu pada percobaan pembangkit listrik micro hidro,
dengan pengaruh ketinggian, dan debit air terhadap jumlah energi listrik yang dihasilkan. Prinsip
pembangkit listrik mikrohidro (PLMH) adalah pengubahan energi potensial air yang dapat
menggerak generator menjadi energi listrik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh ketinggian air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan?

2. Bagaimana pengaruh debit air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh ketinggian air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan

2. Mengetahui pengaruh debit air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan.

D. Manfaat

1. Memperoleh pengetahuan tentang manfaat air sebagai sumber energi listrik.

2. Memperoleh gambaran pengaruh ketinggian dan debit air terhadah jumlah energi listrik
yang dihasilkan pada pembangkit listrik micro hidro.

E. Tempat

Percobaan ini dilaksanakan saat diklat riset ilmiah yang bertempat di Sari Ater Hotel dan
Resort, Ciater Kab. Subang, Jawa Barat.

F. Waktu Pelaksanaan

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 10 – 12 September 2013, sesuai dengan lama


pengambilan data di lokasi tempat riset ilmiah.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIDRO

Pada dasarnya suatu pembangkit listrik tenaga hidro berfungsi untuk mengubah potensi
tenaga air yang berupa aliran air (sungai) yang mempunyai debit dan tinggi jatuh (head) untuk
menghasilkan energi listrik.
Secara umum Pusat Listrik Tenaga Air terdiri dari :

1. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro,

2. Pembangkit listrik tenaga minihidro, dan

3. Pembangkit listrik tenaga Air.

Pembangkit listrik tenaga hidro dapat dikatagorikan dan diklasifikasikan sesuai besar daya
yang dihasilkannya, sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut:

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil
(kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber penghasil energi.
PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut clean energi karena ramah
lingkungan. Dari segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah
dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang.

Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatif murah, sedangkan biaya investasinya
cukup bersaing dengan pembangkit listrik lainnya. Secara sosial, PLTMH mudah diterima
masyarakat luas (bandingkan misalnya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). PLTMH
biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil 17 yang belum mendapatkan listrik
dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem irigasi, sungai yang
dibendung atau air terjun.

B. PRINSIP KERJA PLT MIKROHIDRO

PLT Mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per
detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar
poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan
generator dan menghasilkan listrik.

Pembangunan PLTMH perlu diawali dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran
air yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak PLTMH. Bendungan ini dapat berupa
bendungan beton atau bendungan beronjong. Bendungan perlu dilengkapi dengan pintu air dan
saringan sampah untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan lumpur. Bendungan
sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan aman terhadap banjir.
Di dekat bendungan dibangun bangunan pengambilan (intake). Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan saluran penghantar yang berfungsi mengalirkan air dari intake. Saluran ini dilengkapi
dengan saluran pelimpah pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih.
Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup. Di ujung saluran pelimpah dibangun
kolam pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir dan meny aring kotoran
sehingga air yang masuk ke turbin relative bersih. Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan
memperlebar saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras. Kolam penenang
(forebay) juga dibangun untuk menenangkan aliran air y ang akan masuk ke turbin dan
mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan konstruksi beton dan
berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat.

Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi
potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin.
Biasany a terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa digunakan
flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis dan dinamisnya.
Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan
kondisi tanah.

Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam sebuah rumah yang
terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya
adalah untuk menghindari masalah akibat getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian
agar memudahkan perawatan dan pemeriksaan.

Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya
terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta mengatur jumlah air
yang masuk ke runner/blade (komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan
tarik tinggi y ang dilas pada dua buah piringan sejajar. Aliran air akan memutar runner dan
menghasilkan energi kinetic yang akan memutar poros turbin. Energi y ang timbul akibat putaran
poros kemudian ditransmisikan ke generator. Seluruh sistem ini harus balance. Turbin perlu
dilengkapi casing yang berfungsi mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat
pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi
untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan lancar.

Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke generator agar dapat diubah menjadi
energi listrik. Generator yang dapat digunakan pada mikrohidro adalah generator sinkron dan
generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat berupa sistem transmisi langsung (daya poros
langsung dihubungkan dengan poros generator dengan bantuan kopling), atau sistem transmisi
daya tidak langsung, yaitu menggunakan sabuk atau belt untuk memindahkan daya antara dua
poros sejajar. Keuntungan sistem transmisi langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan
efisiensinya lebih tinggi. Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros
generator harus sama dengan kecepatan putar poros turbin.

Masalah ketidaklurusan sumbu dapat diatasi dengan bantuan kopling fleksibel. Gearbox
dapat digunakan untuk mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem transmisi tidak langsung
memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan generator secara lebih luas karena kecepatan
putar poros generator tidak perlu sama dengan kecepatan putar poros turbin. Jenis sabuk yang
biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt, sedang V-belt digunakan untuk
skala di bawah 20 kW. Komponen pendukung yang diperlukan pada sistem ini adalah pulley,
bantalan dan kopling. Listrik yang dihasilkan oleh generator dapat langsung ditransmisikan lewat
kabel pada tiang-tiang listrik menuju rumah konsumen.

C. Perhitungan Teknis

Potensi daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan:

Daya (P) = 9.8 x Q x Hn x h;

di mana:

P = Daya (kW)

Q = debit aliran (m3/s)

Hn = Head net (m)

9.8 = konstanta gravitasi

h = efisiensi keseluruhan.

Misalnya, diketahui data di suatu lokasi adalah sebagai berikut: Q = 300 m3/s2, Hn = 12

m dan h = 0.5. Maka, besarnya potensi daya (P) adalah:

P = 9.8 x Q x Hn x h

= 9.8 x 300 x 12 x 0.5

= 17 640 W

= 17.64 kW

D. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO

Pembangkit Listrik Tenaga Minihdro adalah pembangkit listrik tenaga air dengan kisaran
output daya antara 100 kW sampai dengan 5000 kW. Keuntungan utama dari pembangkit mini
hidro adalah:

 Efisiensi tinggi (70 – 90%), sejauh ini yang terbaik dari semua teknologi energi.

 Faktor kapasitas tinggi (biasanya> 50%)

 Tingkat tinggi prediktabilitas, bervariasi dengan pola curah hujan tahunan


 Daya keluaran bervariasi hanya secara bertahap dari hari ke hari (tidak dari menit ke
menit).

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Sumber air dank ran

2. Pembangkit listrik mikrohidro

3. Display LED

4. Ampermeter dan voltmeter

5. Kabel penghubung

6. Stopwatch

7. Penggaris

8. Kamera digital

B. Prosedur Percobaan
1. Merangkai peralatan pembangkit listrik mikrohidro yang telah disiapkan.

2. Mengalirkan air melalui kran agar baling-baling berputar sampai lampu menyala.

3. Mengganti lampu dengan voltmeter.

4. Mengukur tegangan yang dihasilkan untuk berbagai bukaan kran, dengan mengukur pada
posisi terbuka penuh dan setengah terbuka.

5. Mencatat tegangan yang dilakukan masing-masing 5 kali percobaan.

6. Mengulangi percobaan tersebut untuk ketinggian (jarak kran dan baling-baling) dengan 4
variasi, pada ketinggian 30 cm, 39,5 cm, 49 cm dan 58,5 cm.

BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

Setelah dilakukan percobaan alat pembangkit listrik mikrohidro, maka diperoleh sejumlah data
sebagai berikut:
Keterangan: Debet air pada percobaan 1 = 8,8. 10-8 m3/s. Debet air percobaan 2 = 1,31.10-8m3

h = Tinggi Air

I = Kuat Arus

V = Besar Tegangan

P = Daya Listrik

Dari hasil percobaan tersebut dapat dikatakan semakin tinggi air ke generator, maka energi
listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan energi potensial yang
dimilikinya. Makin besar energi potensial benda berarti semakin besar pula energi listriknya.
Dari data perbandingan percobaan 1 dan 2 didapat data besarnya debet air sangat mempengaruhi
besarnya energi/daya listrik yang dihasilkan. Hal ini disebabkan massa air yang besar akan
mengenai turbin sehingga putaran generator makin cepat, sehingga dihasilkan energi mekanik
yang besar. Sehingga untuk membangun suatu PLTMH, harus diperhatikan debet air dan
ketinggiannya.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan analisis, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi air, semakin besar
besar energi listrik yang dihasilkan dan semakin besar debet air, semakin besar energi listrik yang
dihasilkan.

Referensi: http://bdksemarang.kemenag.go.id/pengaruh-ketinggian-dan-debit-air-terhadap-energi-
listrik-yang-dihasilkan-pada-pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro-pltmh/
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

RENCANA PENINGKATAN KAPASITAS DAYA LISTRIK DARI 20 kVA MENJADI 60


kVA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI DESA
PADASUKA KABUPATEN CIANJUR-JAWABARAT

M. Hariansyah, Ir., M.T

PLTMH di desa Padasuka, telah dibangun pada tahun 1982, dengan kapasitas daya sebesar
25 kVA. Pada mulanya digunakan untuk mensuplai daya listrik perkebunan teh, dan penduduk
setempat. Bertambahnya beban listrik membuat kapasitas daya listrik yang ada sudah tidak
mampu lagi mensuplay beban, sehingga direncanakan untuk menambah kapasitas daya listrik.
Sehingga perlu dilakukan studi analisis lebih lanjut. Tujuan yang ingin di capai adalah
meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA, menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya
teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar air, menghasilkan data beban listrik
tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas turbin dan generator, serta type jaringan
listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan antara -5% s.d + 10 % dari tegangan
listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Metodologi yang dilakukan
adalah melakukan pengukuran ulang debit air ( Q), diamater pipa pesat (d), tinggi jatuh air ( H),
mendata jumlah beban terpasang, hingga dapat menentukan turbin dan generator. Hasil yang
diperoleh debit air (Q) di sungai mencapai 3,9 m3/dt, , serta tinggi jatuh air 12 m, sehingga
daya teoritis PLTMH yang dapat dibangkitkan sebesar 450 kW. Sementara debit air yang
digunakan sebesar 0,9 m3/dt, dengan ketinggian jatuh air 12 meter, efisiensi turbin 0,88 dan
efisiensi generator 0,9, maka daya yang diperoleh sebesar 105 kW. Berdasarkan hasil survai
pendataan beban listrik jumlah daya terpasang direncanakan sebesar 50,325 kW, sehingga
dapat dipilih type turbin Francis dan generator sinkron kapasitas 60 kW atau 75 kVA.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

PLTMH mulai dibangun pada tahun 1982 di desa Padasuka, Kecamatan Pegalaran
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Pada mulanya digunakan untuk keperluan perkebunan Teh.
Tenaga penggerak berupa kincir air over shoot untuk menggerakan dynamo listrik. Unjuk kerja
PLTMH sangat buruk, efisiensi daya listrik hanya 40 %, tidak aman dan mudah rusak. Daya
listrik yang dibangkitkan 20 kVA pada sistem tegangan listrik 380/220 volt. (Yayasan Mandiri,
2007).

Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah memodifikasi instalasi PLTMH, mulai
perbaikan bendungan, konstruksi kincir air menggunakan plat baja, tetapi masih banyak
masalah karena berat dan tidak balance menyebabkan bantalan poros mudah rusak, selain dari
itu putaran kincir air sangat rendah ( 512 rpm), membutuhkan sistem transmisi daya yang
komplek, dan hasilnya tidak memuaskan, frekuensi listrik tidak stabil dan merusak peralatan
elektronik. Sementara beban listrik setiap tahunya terus bertambah dari tahun 2002, 20 kVA
dan pada tahun 2006 menjadi 45 kVA (Yayasan Mandiri, 2007).

Tujuan yang ingin dicapai adalah, meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA,
menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar
air, menghasilkan data beban listrik tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas
turbin dan generator, serta type jaringan listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan
antara -5% s.d + 10 % dari tegangan listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL
2000).

1. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sebagai
media utama untuk penggerak turbin dan generator. Tenaga mikro hidro, dengan skala daya
yang dapat dibangkitkan 5 kilo watt hingga 50 kilo watt. Pada PLTMH proses perubahan energy
kinetic berupa (kecepatan dan tekanan air), yang digunakan untuk menggerakan turbin air dan
generator listrik hingga menghasilkan energi listrik(NOTOSUDJONO, D. 2002).

2.1 Prinsip kerja PLTMH

Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga komponen utama yaitu air sumber energi,
turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan ketinggian
tertentu melalui pipa pesat menuju rumah instalasi (powerhouse). Di rumah instalasi, air
tersebut akan menumbuk turbin sehingga akan menghasilkan energi mekanik berupa
berputarnya poros turbin. Putaran poros turbin ini akan memutar generator sehingga dihasilkan
energi listrik. Secara skematis ditunjukkan pada gambar 2.1. berikut ini :

Gambar 2.1 Skema PLTMH

Cara kerja PLTMH sebagai berikut:


a. Aliran sungai dibendung agar mendapatkan debit air ( Q) dan tinggi jatuh air (H), kemudian air
yang dihasilkan disalurkan melalui saluran penghantar air menuju kolam penenang,

b. Kolam penenang dihubungkan dengan pipa pesat, dan pada bagian paling bawah di pasang
turbin air.

c. Turbin air akan berputar setelah mendapat tekanan air ( P ), dan perputaran turbin
dimanfaatkan untuk memutar generator,

d. Setelah mendapat putaran yang constan maka generator akan menghasilkan tegangan listrik,
yang dikirim kekonsumen melalui saluran kabel distribusi ( JTM atau JTR).

2.2 Pendekatan Analisis

Pendekatan analisis yang digunakan umumnya bersifat parametrik ZUHAL, 1981).


Secara teoritis daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTMH dilakukan dengan pendekatan :

Dimana :
ρ : Masa jenis air (kg/m3)
Q : Debita air dalam (m3/dt)
H : Tinggi jatuh air dalam (m)

Daya teoritis PLTMH tersebut di atas, akan berkurang setelah melalui turbin dan generator,
yang diformulasikan sebagai berikut :

Dimana :
eff T : Efisiensi Turbin antara ( 0,8 s/d 0,95)
eff G : Efisiensi Generador ( 0,8 s/d 0,95)

Perkiraan beban tersambung ( SUBROTO, I . 2002).

Dimana : n = banyaknya pelanggan


P = Daya listrik pada tiap pelanggan ( Watt)

Kecepatan medan putar di dalam generator sinkron dinyatakan oleh persamaan :(THERAJA,
BL. 2001).

Dimana :
ns = Kecepatan medan putar (rpm)
f = Frekuensi (Hz)
p = Jumlah kutub motor induksi

Kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan medan putar, perbedaan tersebut
dinyatakan dengan slip :

Dimana :
s = slip
ns = kecepatan medan putar stator (rpm)
nr = kecepatan putar rotor (rpm)

Dan daya maksimum yang di hasilkan dirumuskan :

Dan efisiensi dituliskan :

2.3 Survei potensi

Peninjauan lapangan untuk survai potensi ini bersifat pengecekan/konfirmasi hasil desk
study terhadap situasi-kondisi lokasi yang sebenarnya. Survai potensi ini sering juga disebut
sebagai survai identifikasi lokasi. Disamping mengidentifikasi lokasi, di dalam survai potensi
juga dilakukan evaluasi, modifikasi dan sebagainya sehingga prospek selanjutnya dari rencana
lokasi tersebut dapat diperkirakan. Tidak selalu bahwa lokasi yang dimaksud akan mempunyai
prospek untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Ada kalanya suatu lokasi terlihat sulit untuk
dikembangkan, kemungkinan karena faktor kondisi air sungainya, situasi topografinya, sulit dan
jauh dari lokasi penduduk.

Kegiatan pokok di dalam lapangan (survai, pengukuran, dan lain-lain) pada survai potensi
antara lain sebagai berikut :( WIBAWA,U. 2006)

a. Gambaran pencapaian lokasi, kondisi yang ada.


b. Pengukuran debit sesaat dari aliran air sungai.
c. Pengukuran tinggi jatuh (head).
d. Menentukan beberapa alternatif susunan konfigurasi dari PLTMH, yaitu gambaran di lapangan
mengenai posisi-posisi lokasi bangunan utama PLTMH (bendung, intake, saluran, kolam, pipa
pesat, gedung pembangkit, tail race, switchyard, jalan masuk, rute jaringan, dll).
e. Survai-survai yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut di atas yakni topografi, hidrologi,
geologi/geoteknik, sistem kelistrikan, metode pusat beban, sosial-ekonomi, fasilitas-fasilitas
yang mendukung, sumber material dan data pendukung lainnya.
Adapun karakteristik potensi untuk menentukan tingkat prospek pengembangan PLTMH
adalah sebagai berikut : (MASONYI, 2007)

a. Kapasitas lebih dari 100 kW.


b. Kemiringan dasar sungai minimum 2 % atau debit air relatif besar.
c. Jarak PLTMH ke pusat beban, maksimum 20 km.
d. Teknis pelaksanaan mudah.
Tahap survai potensi dalam hal ini harus dapat menghasilkan prediksi secara awal bahwa
potensi PLTMH yang dimaksud cukup layak untuk dikembangkan.

2.3.1 Tinggi Jatuh air (Head)

Penentuan debit dan head pada PLTMH mempunyai arti yang sangat penting dalam
menghitung potensi tenaga listrik.Seperti pada gambar 2. Variabel debit “diwakili” oleh jumlah
rata-rata bulan kering dalam satu tahun. Artinya dicari areal-areal yang jumlah bulan keringnya
kecil atau bahkan tidak ada bulan keringnya sama Pengukuran debit air (Q) sungai pada
dasarnya terdapat banyak metode pengukuran debit air. Untuk sistem konversi energi air skala
besar pengukuran debit bisa berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem konversi
energi air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk beberapa musim
yang berbeda saja. (WIBAWA,U. 2006). Tingkat kemiringan yang diwakili oleh indikator gradien
skematik, semakin miring areal, semakin besar kemungkinan untuk ditemukannya head yang
cukup untuk PLTMH.
Gambar 2.2. Pengukuran tinggi jatuh air

Gradien skematik rata-rata dirumuskan sebagai berikut : . (WIBAWA,U. 2006)

Dimana :
h1 = Elevasi titik tertinggi (m)
h2 = Elevasi titik terendah (m)
A = Luas areal (m2)

1.3.2 Pengukuran Debit air

Terdapat banyak metode pengukuran debit air. Sistem konversi energi air skala besar
pengukuran debit dapat berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem konversi energi
air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk beberapa musim yang
berbeda saja. . (WIBAWA,U. 2006) Menegukur luas permukaan sungai, dan kecepatan aliran
air sungai dapat dilakukan seperti langkah – langkah pengukuran berikut: ( SUBROTO, I .
2002).
a. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan di beberapa titik berbeda X1 – Xn (seperti ditunjukkan
gambar 2.3).

b. Lebar sungai (l) dimisalkan 10 m.

c. Hitung kedalaman rata-rata, menggunakan rumus:

d. Luas diperoleh dengan mengalikan kedalaman rata-rata dengan lebar sungai, yaitu :

A = X(rata). l

Mengukur kecepatan aliran sungai (v), langkah – langkah pengukuran:. Carilah bagian
sungai yang lurus dengan panjang sekitar 20 meter, dan tidak mempunyai arus putar yang
menghambat jalannya pelampung. ( SUBROTO, I . 2002)
A. Ikatlah sebuah pelampung kemudian dihanyutkan dari titik t 0 – t1 seperti terlihat pada gambar
2.3 berikut.
a. Pengukuran luas permukaan sungai b. Pengukuran kecepatan aliran air sungai

Gambar 2.3 Pengukuran luas permukaan dan kecepatan aliran sungai


B. Hal ini dilakukan 5 kali berturut – turut kemudian catat waktu tempuh pelampung tersebut (t 0 –
t1) dengan menggunakan stopwatch.
C. Hitunglah waktu tempuh rata-rata dari pelampung tersebut, yaitu :

trata = (sigma t) / n

D. Kecepatan aliran air sungai (v) diperoleh dengan membagi jarak sungai (s) dengan waktu
tempuh rata-rata dari pelampung tersebut, yaitu :

(t0 – t1), v = s / trata

Setelah luas dan kecepatan aliran sungai diketahui, maka besar debit pada sungai tersebut
dapat dianalisis:

Q = A xv (m3/det)
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Padasuka Kecamatan Pegalaran Kabupaten


Cianjur Jawa Barat. Lama waktu penelitian selama satu tahun ( Juni 2006 hingga Juni 2007),
dimulai survai lapangan hingga laporan akhir.

3.2 Pelaksanaan Survay Lapangan.

Pelaksanaan survey dan kerja lapangan meliputi:


a. Pengukuran ulang head (h) dan debit air (Q).
b. Pengecekan kondisi bendungan
c. Pengecekan pipa pesat
d. Pengecekan turbin dan generator serta proteksinya
e. Pendataan beban listrik dikonsumen.

3.3 Alat dan Bahan Kerja Survey Lapangan.


Beberapa unit alat dan bahan kerja yang perlu disipakan:

a. Alat keselamatan kerja, seperti P3K, sepatu boat, tali pendaki gunung, sarung tangan, dan helm
atau topi.

b. Alat Kerja, rol meter, alat tulis, slang plastic, papan mistar, serta beberapa alat pendukung
lainnya.

3.4 Alat Ukur dan Pengujian

Beberapa alat ukur dan alat pengujian yang digunakan adalah, debit meter 1 unit,
spidometer 1 unit, volt meter, amper meter dan watt meter masing-masing satu unit, osiloskop
kapasitas 20MHz, unit dan taco meter 1 unit, serta beberapa Mini Circuit Breaker.

3.5 Perlengkapan Fasilitas Penelitian

Perlengkapan fasilitas yang digunakan untuk melakukan penelitian terdiri:


a. Perlengkapan Teknik Sipil berupa bendungan air, saluran penghantar dan kolam air.
b. Perlengkapan Mekanik berupa, pipa pesat, turbin, gear box, dan governor.
c. Perlengkapan Listrik berupa generator singkron, alat control dan proteksi serta alat-alat
pengukuran listrik ( volt meter, amper meter, cos phi meter, watt meter dan frekuensi meter
serta beberapa alat ukur lainnya.
d. Alat-alat pendukung lainnya.
3.6 Pengolahan Data.
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data, agar pelaksanaan dan
keputusan yang diterapkan menjadi efisien. Data yang diperoleh berupa:
a. Data heat dan debit air
b. Data beban konsumen terpasang
c. Data saluran penghantar air
d. Data turbin
e. Data pipa pesat
f. Data Generator
g. Data Jaringan Listrik Tegangan Rendah ( JTR).

4. HASIL DAN BAHASAN


4.1 Data Debit dan Tinggi jatuh air.

Setelah dilakukan pengukuran ulang diperoleh tinggi jatuh air 12 meter dan debit air di
sungai Cisuka pada musim kemarau 2,6 m3/dt dan pada musim hujan mencapai 5,2 m3/dt, dan
rata-rata debit harian 3,9 m3/dt. Mengacu persamaan (2.1), maka daya listrik yang dapat
dibangkitkan secara teoritis :
P = 9,8 x 3,9 x 12

= 460 kW.
Debit air dan tinggi jatuh air diperlihatkan pada gambar 4.1 berikut.
Sumber: Foto Lalu & M. Hariansyah, Juni 2006.
Gambar 4.1 Pengukuran Debit air Sungai

4.2 Data Beban Konsumen


Beban konsumen di Desa Padasuka dibedakan menjadi 2 kelompok, beban pada rumah
permanen 450 VA atau 383 Watt, pada factor kerja 0,85 standar PT.PLN, rumah semi
permanen 250 VA atau 213 Watt. Tercatat 63 rumah permanen sudah termasuk 4 unit
bangunan fasilitas social, dan 123 rumah semi permanen. Mengacu kepada persamaan diatas
diperoleh perkiraan daya tersambung
PT = ( 63 x 383) + ( 123 x 383)
= 50,325 kW, perkiraan pada saat beban maksimum.
Kondisi beban tersambung diperlihatkan pada table 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Data Beban Terpasang

Sumber:
Olah Data M. Hariansyah,2006

1.3 Data saluran penghantar Air.


Debit air yang ada di sungai Cisuka, tidak dimanfaatkan semua untuk menggerakkan
turbin, dari bendungan air disalurkan melalui saluran penghantar air, dengan ukuran panjang
saluran air 328 meter, lebar permukaan atas saluran 1,4 meter, lebar bagian bawah 1,0 meter,
dan kecepatan aliran air di dalam saluran penghantar air 0,83 m/dt. Mengacu pada persamaan
(2.10 hingga 2. 14) diperoleh debit yang masuk kesaluran penghantar:
Q = (1,2 m2 x 0,83 m/dt )
= 0,996 m3/dt.
Saluran penghantar air diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut.

Sumber: Foto Lalu , PLTMH Padasuka, Januari 2007.


Gambar 4.2 Saluran penghantar air
1.3 Data Pipa Pesat dan data Turbin.
Panjang pipa pesat dari kolam penampung air hingga keturbin 44 meter, dengan
ketinggian jatuh air 12 m, kemiringn pipa pesat 30o, serta diameter dalam pipa pesat 600 mm,
dan diameter luar 760 mm, menggunakan pipa baja. Kecepatan air di dalam pipa pesat 3,52
m/dt. Sehingga debit air yang mengenai sudu turbin mengacu persamaan ( 2.10 – 1.14)
sebesar:
Q = 0,283 m2 x 3,52 m/dt
= 0,996 m3/dt.
Turbin yang dipergunakan untuk memutar generator jenis turbin air Franciss, dengan
karaketristik ketinggian jatuh air yang ideal untuk turbin ini 8 hingga 100 m, kapasitas 100 kVA,
dan putaran 512 rpm, sehingga diperlukan gearbox tranmisi putaran dari 512 rpm menjadi
1.500 rpm untuk memutar generator, dan efisiensi turbin mencapai 88 %. Mengacu pada
persamaan (2.2), maka daya listrik yang keluar dari turbin:
PT = 9,8 x 0,996 x 12 x 0,88
= 117 kW
Generator yang digunakan adalah generator sinkron, dengan kapasitas daya 80 kVA,
tegangan listrik efektif 400/232 volt, frekeunsi 50 Hz, dan efisiensi 90 % ,putaran 1500 rpm,
buatan Hitachi, tahun 2005. Mengacu persamaan (2.2), maka daya keluar dari generator
adalah:
PG = PT. effg
= 117 x 0,9
= 105 kW, adalah daya keluaran maksimum PLTMH Padasuka.
Foto pipa pesat dan turbin air serta generator desa Padasuka diperlihatkan pada gambar
4.4 berikut.
Sumber: Foto Lalu , PLTMH Padasuka, Maret, 2007.
Gambar 4.3 Pipa pesat, turbin dan Generator

4.5 Pengukuran Tegangan, arus dan beban listrik.


Data jaringan listrik menggunakan system radial, panjang jaringan dari Power house ke
pusat beban terjauh 720 meter, dengan drop tegangan 1,03 % masih dalam batas standar
PUIL 2000 yaitu sebesar 5 %.
Hasil pengamatan grafik arus dan tegangan menggunakan osiloskop 20 MHz, Yokogawa,
2 Chanel, dan grafik pengamatan beban diperlihatkan pada gambar 4.4 berikut. Pengamatan
dilakukan oleh operator petugas PLTMH pada saat beban puncak pukul 24.00 s.d 00.00, pada
tanggal 22 Juni 2007. Hasil pengamatan dibuat dalam bentuk tabel beban, kemudian dibuat
grafik beban listrik, dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Gambar 4.4. Gelombang arus dan tegangan output dari PLTMH


Pemakaian energy listrik selama 24 jam diperlihatkan pada table berikut.
Tabel 2. Pengukuran Besran Listrik
Dan bentuk dari grafik beban listrik diperlihatkan pada gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Grafik Daya listrik setiap jam


4.6 Efisiensi PLTMH

Efisiensi adalah perbandingan daya output maksimum dengan daya input yang dapat
dibangkitkan. Mengacu persamaan ( 2.7) dihasilkan efisiensi :

Dari perhitungan diatas didapatkan efisiensi sebesar 79 %.

4.7 Manfaat Untuk Masyarakat.

Manfaat penerapan PLTMH di Indonesia adalah sebagai berikut : ( MARTIN J. 2000)


Meningkatkan Kualitas hidup masyarakat:

a. Memberikan penerangan (lampu), dengang kualitas lebih baik, sehingga jam


belajar dan beraktifitas lebih panjang;

b. Membukakan akses pada informasi (radio, Televisi, internet);

c. Memberikan akses pada sumber air minum dan pertanian

d. Menciptakan bisnis baru didesa (jadi distributor/service center yang mampu


dilakukan oleh Koperasi,

e. Menciptakan lapangan kerja di desa (penjualan dan service center


memerlukan banyak tenaga lokal);

f. Menciptakan Tenaga Teknisi di desa.

g. Mengatur tata lahan air, untuk irigasi pertanian.

Gambar 4.6 menunjukkan manfaat PLTMH di masyarakat khususnya di pedesaan.

Sumber: Foto, M. Hariansyah. Agustus 2007. ( Padasuka-Kab. Cianjur)

Gambar 4.6. Manfaat PLTMH untuk masyarakat Pedesaan


5. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari peningkatan kapasitas daya listrik dari PLTMH di Padasuka dari 25 kVA menjadi 60 kVA
dapat dilakukan dengan cara:
a. Debit air sungai yang tersedia cukup besar yaitu 3,9 m3/dt, sementara yang dimanfaatkan
hanya 0,996 m3/dt, dan dapat menghasilkan daya listrik 105 kW. pada ketinggian jatuh air 12
meter, efisiensi turbin 88%, dan generator 90%, sehingga dari debit 0,996 m3/dt tersebut di atas
masih banyak yang terbuang.

b. Beban maksimum 42 kW, terjadi pada pukul 09.00 – 12.00 dan 17.00 – 22.00, dan rata-rata
konsumsi energy listrik sebanyak 702 kWh perhari, sementara daya terpasang 60 kVA atau 51
kW.

c. Tegangan listrik yang dibangkitkan pada saat melayani beban maksimum dan minimum berkisar
378 – 382 volt ( system phasa-ke phasa), masih memenuhi ketentuan PUIL 2000 yaitu ( - 5 %
s.d + 10 % ) dari tegangan efektif.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buyer, A. 2008. Micro Hydro Power System . Natural Resources Canada.

Notosudjono, D. 2002. Perencanaan PLTMH di Indonesia. BPPT. Hal 68.

Mandiri. Y, 2007. Perencanaan PLTMH- Padasuka. Yayasan Bina Desa Mandiri. Bandung

Masonyi. 2007. Water Power Development. Volume – 1. Low Head Power Plants.
Akademiai Kiado, Budapest.
Mashudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Erlangga. Jakarta. Hal 138.

PUIL. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik. PLN. Jakarta. Hal 602

Subroto, I. 2002. Perencanaan PLTM di Indonesia. BPPT. Jakarta

Theraja, BL.2001 . Electrical of Tehnology. 8 th. Prentice Hall International Inc. New York. 1.215 hal.

Wibawa, U. 2006. Sumber Daya Energi. Universitas Brawijaya. Malang. Hal 128.
Zuhal. 2001. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jembatan, Jakarta, Hal 88.

Referensi : http://basuhpower.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_14.html
Proposal Tugas akhir

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

(PLTMH) DI DESA PACET KECAMATAN PACET KABUPATEN

MOJOKERTO

Disusun oleh :

ADI FIRMAN H
NIM : 12041015

BIDANG STUDI SISTEM TENAGA

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS BHAYANGKARA

SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan
sehari-hari/rumah tangga. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi
listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari
sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian
sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat
menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau. Sumber energi
yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh
penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Daerah yang mengalami
kekurangan daya listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua
pembangkit listriknya masih menggunakan BBM (bahan bakar minyak). Minyak
bumi dan batubara merupakan energi tidak terbarukan yang lama-kelamaan akan
habis.

Saat ini Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi dalam
negeri sendiri. Kelangkaan bahan bakar minyak masih terjadi di sejumlah lokasi
begitu pula dengan adanya pemadaman listrik yang terjadi di berbagai daerah. Hal
ini tentu bertolak belakang dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi energi
yang sangat melimpah. Dalam kondisi dinamika, solusi yang memadai adalah
dengan menyediakan pembangkit listrik setempat seperti generator (genset) yang
menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Solusi lainnya adalah menggunakan
sumber energi lain yang berasal dari air, angin,cahaya matahari, dan biomass.
System ini lazim disebut dengan pembangkit listrik skala kecil tersebar (PSK
Tersebar) yang dianjurkan untuk menggunakan energi terbarukan. Hal ini juga tidak
memungkinkan bagi perumahan di perkotaan mengingat krisisnya energi yang ada
pada saat ini.

Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) merupakan salah satu alternatif


penghasil listrik yang murah dan ramah lingkungan. Umumnya PLTMH dibangun
untuk keperluan komunitas kecil dengan memanfaatkan laju aliran sungai.
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang
menggunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya
(resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian
tertentu dari instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari
instalasi maka semakin besar energi yang bias dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik.

Tepatnya di Desa Pacet Kecamatan Pacet kabupaten Mojokerto terdapat suatu


Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang dibangun sejak tahun 2007 dan
merupakan penyedia tenaga listrik satu-satunya di dusun tersebut, hal ini
dikarenakan listrik dari PLN tidak memasuki Dusun tersebut. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan terhadap kebutuhan energi juga
meningkat, sementara cadangan energi yang dimiliki semakin terbatas dan menipis
baik dalam hal kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini yang mendorong perlu adanya
konservasi dan diversifikasi energi.

Dengan melihat kondisi di atas maka penulis sanagat tertarik untuk


menganalisa penambahan kapasitas pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH) yang terdapat di dusun sendi kecamatan pacet kabupaten mojokerto.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang menjadi pembicaraan ini adalah :


1. Beban melebihi kapasitas PLTMH.
2. Analisa kelayakan peralatan PLTMH.
3. Perawatan PLTMH.
1.3 Batasan Masalah

Agar ruang lingkup permasalahan tidak terlalu meluas maka penulis membuat
batasan-batasan sebagai berikut :

1. Menganalisa penambahan daya pada PLTMH


2. Apakah peralatan PLTMH sudah sesuai dengan kriteria
3. Cara merawat PLTM

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah agar :


1. Dapat memahami tentang menganalisa penambahan kapasitas Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH).
2. Dapat memahami tentang peralatan PLTMH yang sesuai dengan kriteria.
3. Dalam sistem perawatan agar PLTMH dapat bekerja semaksimal mungkin.

BAB II

Dasar Teori PLTMH

3.1 Pembangkit Tenaga Air

Pembangkit Tenaga Air adalah suatu bentuk tenaga air dengan ketinggian dan
debit air tertentu menjadi tenaga listrik dengan menggunakan turbin dan generator.
Turbin air merupakan suatu alat yang berputar karena adanya lairan air dengan
perputaran turbin, dimanfaatkan dengan menggunakan geneator, maka demikian
akan menghasilkan aliran listrik yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan.

Pada proses kerja turbin air dalam pembangkit listrik sampai dengan pemkaian
listrik telah terjadi beberapa perubahan energy :

1. Perubahan energy potensial yang ada di dalam aliran air menjadi energy
perubahan mekanik (gerak) oleh turbin.
2. Energy mekanik ini akan memutar generator, akibat perputaran generator
terjadilah lompatan elektron, hal ini yang menghasilkan energy listrik, proses
selanjutnya energy listriik yang didistribusikan ke produsen atau apa saja yang
membutuhkan.

Di sini arus listrik diubah tergantung keperluan. Dapat menjadi energy panas,
energy tanpa penggerak, Besarnya daya yang dibangkitkan oleh sebuah
pembangkit tenaga air ditentukan oleh :

 Besarnaya aliran air atau istilah lainnya debit atau kapasitas aliran.
 Besarnya perbedaan tinggi muka air atau istilah lainnya tinngi terjun yang dapat
dimanfaatkan.

Menurut Mosonyi (1963) yang dikutip dari Asteriyadi dan Adikesuma (2007),
pembagian PLTA berdasarkan kapasitas pembangkit dibagi menjadi 4, yaitu :

 PLTA berukuran mikro dengan daya < 100 kW.


 PLTA dengan daya kapasitas listrik rendah antara 100 - 1.000 kW.
 PLTA dengan daya kapasitas listrik menengah antara 1.000 - 10.000 kW,
 PLTA dengan daya kapasitas listrik tinggi di atas 10.000 kW.

Berdasarkan pembatasan masalah maka tugas akhir ini penulis akan


membahas tentang tenaga air dengan kapasitas daya listrik terpasang di bawah
100 KVA, istilah yang umum dikenal untuk pembagkit jenis ini adalah “MikroHidro”.
Hidro yaitu Air sedangkan Mikro dipakai untuk menyatakan ukuran yang kecil.

3.2 Pengertian PLTMH

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), biasa disebut mikrohidro,


adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai
penggeraknya, misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun alam, dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunnya (head, dalam meter) dan jumlah debit airnya
(m3/detik). Gambar 3.1 menunjukkan contoh keseluruhan sistem PLTMH. Umumnya
PLTMH yang dibangun jenis run off river dimana head diperoleh tidak dengan
membangun bendungan besar, melainkan dengan mengalihkan aliaran air sungai
ke satu sisi dari sungai dan menjatuhkannya lagi ke sungai pada suatu tempat
dimana beda tinggi yang diperlukan sudah diperoleh. Dengan menggunakan pipa,
air dialirkan ke power house (rumah pembangkit) yang biasanya dibangun di pinggir
sungai. Melalui nosel air akan menyemprot keluar memutar roda turbin (runner),
kemudian air tersebut dikembalikan ke sungai asalnya. Energi mekanik putaran
poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.

Pembangkit listrik tenaga air dibawah ukuran 200 KW digolongkan sebagai


PLTMH (mikrohidro). Dalam perencanaan pembangunan sebuah PLTMH, diperlukan
pengetahuan tentang:

 Hidrologi
 Kelistrikan
 Bangunan sipil
 Permesinan
 Ekonomi untuk studi kelayakan.

Gambar 3.1 Gambaran Umum PLTMH

PLTMH mempunyai beberapa bagian penting yang mendukung kemampuan


kerjanya, seperti dijabarkan di bawah ini.
1. Intake dan bendung

Bendungan untuk instalasi PLTMH berfungsi untuk menampung aliran air


sungaidan/atau hanya sekedar untuk mengalihakn air supaya masuk ke dalam
intake. Sebuah bendungan biasanya dilengkapi dengan pintu air untuk membuang
kotoran dan endapan. Perlengkapan lainnya adalah: penjebak/saringan sampah.
PLTMH, umumnya adalah pembangkit tipe run of river, sehingga bangunan intake
dibangun berdekatan dengan bendungan dengan memilih dasar sungai yang stabil
dan aman terhadap banjir.

Gambar 3.2 Contoh bendung, intake, di PLTMH.

2. Saluran pembawa

Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air
yang disalurkan. Ada berbagai macam saluran pembawa, antara lain terowongan,
saluran terbuka dan saluran tertutup. Konstruksi saluran pembawa dapat berupa
pasangan batu kali atau hanya berupa tanah yang digali. Pada saluran yang
panjang perlu dilengkapi dengan saluran pelimpah pada jarak tertentu. Ini untuk
menjaga jika terjadi banjir maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran
tersebut.

Gambar 3.3 Contoh saluran pembawa di PLTMH.

3. Head Tank (Bak Penenang)

Fungsi dari bak penenang adalah untuk menenangkan air yang akan masuk
turbin melalui penstock sesuai dengan debit yang diinginkan, dan untuk pemisahan
akhir kotoran dalam air seperti pasir dan kayu-kayuan. Untuk kasus-kasus tertentu,
adalah memungkinkan untuk menggabungkan bak penenang sekaligus juga untuk
bak pengendap. Terkait dengan fungsi-fungsi tersebut maka bak penenang
dilengkapi dengan pintu air untuk masuk ke penstock, pintu penguras, saluran
pelimpah serta saluran penguras.
4. Pipa pesat / Penstock

Pipa pesat berfungsi untuk mengubah energi potensial air di bak penenang
menjadi energi kinetik air di dalam pipa pesat, dan kemudian mengarahkan energi
kinetic tersebut untuk memutar roda gerak turbin air.

5. Pondasi dan Dudukan Pipa Pesat


Dudukan pipa pesat harus mampu menahan beban statis dan dinamis dari pipa
pesat dan air yang mengalir di dalamnya. Oleh karena itu harus dihindari belokan-
belokan karena akan mengakibatkan gaya yang cukup besar.

6. Rumah Pembangkit (power house)


Rumah di mana semua peralatan mekanik dan elektrik PLTMH berada yang terdiri
dari:
 Turbin dan sistem mekanik
 Generator
 Panel control
 Ballast load
 Tempat peralatan/tools.

Rumah pembangkit dilengkapi dengan pengamanan terhadap petir dan


arus

berlebih (lightning arrester). Rumah pembangkit berupa pasangan bata dengan


bangunan coran bertulang pada pondasi turbin dan penampungan air di bawah
turbin sebelum keluar ke tail race. Hal utama yang menjadi perhatian dalam
pembangunan rumah pembangkit adalah aksesibilitas dan sirkulasi udara untuk
melepas panas pada ballast load. Sirkulasi udara yang baik akan menjaga
temperatur kerja sekitar rumah pembangkit tidak berlebih, sehingga temperatur
kerja mesin dapat dijaga dengan baik.

7. Mesin PLTMH atau disebut Turbin,


Merupakan peralatan PLTMH yng berada di dalam rumah pembangkit. Turbin
secara umum dapat diartikan sebagai mesin penggerak mula dimana energi fluida
kerja yang digunakan langsung memutar roda turbin, fluida kerjanya dapat berupa
air, uap air dan gas. Dengan demikian turbin air dapat diartikan sebagai suatu
mesin penggerak mula yang fluida kerjanya adalah air.
Secara umum prinsip kerja dari turbin air ini adalah aliran air di dalam pipa
pesat yang mengandung energi diarahkan ke roda turbin melalui nozzle, kemudian
energi yang di dalam air ini pada roda turbin di ubah bentuknya menjadi energi
mekanik berupa putaran. Putaran roda turbin inilah yang dimanfaatkan untuk
menggerakkan suatu beban, salah satu contohnya adalah untuk menggerakkan
generator pembangkit listrik.

Konstruksi dasar dari turbin air terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator.
Rotor adalah bagian–bagian dari turbin yang bergerak atau berputar seperti roda
turbin (runner), poros, kopling, roda gaya, puly dan bagian – bagian dari turbin yang
diam seperti saluran masuk (pipa pesat), rumah –rumah, sudu antar, sudu pengarah
(nozzle), saluran buang dan lain–lain.

Dari gambar turbin air poros vertical tersebut di atas dapat dilihat komponen utama
yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja (air)
masuk de dalam sudu gerak.

2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin, yang mana
fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida kerja air masuk
dan keluar sudu.

3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak, berfungsi untuk meneruskan
daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.

4. Poros, yang berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama –sama
dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk mendukung suatu
momen putar.

5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk pengamanan dari
proses kerja turbin, dan juga untuk mendukung konstruksi turbin secara
keseluruhan.

6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros turbin
menjadi tenaga listrik.
Prinsip Kerja Turbin Air

Pada roda turbin terdapat sudu yaitu suatu konstruksi lempengan dengan
bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang
diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada
sudu akan ada suatu gaya yang bekerja. Gaya tersebut akan terjadi karena ada
perubahan momentum dari fluida kerja air yang mengalir diantara sudunya. Sudu
hendaknya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubahan momentum
pada fluida kerja air tersebut.

Klasifikasi Turbin Air

Turbin air juga dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari segi
pengubahan momentum fluida kerjanya :

1. Turbin Impuls

Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena tekanan air yang
keluar dari nozel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Sehingga
energi tempat dan energi tekanan yang dimiliki oleh aliran air dirubah semuanya
menjadi energi kecepatan. Contoh dari turbin impuls ini adalah

 Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan
yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang
disebut nozzle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling
efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi.

Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 m
tetapi untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi

 Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton turbin
turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
 Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-Banki
yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Osberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m 3/sec dan head antara 1 s/d 200 m.
2. Turbin reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air sebelum
masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda turbin. Secara
umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda turbin mempunyai
energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk menggerakkan roda
turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk mengeluarkan air kesaluran
pembuangan. Jenis turbin reaksi yang sering digunakan antara lain.
Jenis-jenis turbin reaksi antara lain :
 Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber
air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar.
Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis dapat merupakan
suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur
sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu
pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
 Turbin Kaplan dan propeller

Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu.

8. Generator
Sebuah peralatan konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari
bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator
sinkron (alternator) merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk
menghasilkan tegangan bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Energi mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh
penggerak mula (prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses
induksi elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.

Generator sinkron dengan definisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa frekuensi


listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator tersebut.
Rotor generator sinkron yang diputar dengan penggerak mula (prime mover) yang
terdiri dari belitan medan dengan suplai arus searah akan menghasilkan medan
magnet putar dengan kecepatan dan arah putar yang sama dengan putaran rotor
tersebut.

Generator sinkron sering kita jumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik
(dengan kapasitas yang relatif besar). Misalnya, pada PLTA, PLTU, PLTD dan lain-lain.
Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga generator dengan
kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan untuk penerangan
darurat yang sering disebut Generator Set atau generator cadangan.

Prinsip Kerja Generator Sinkron


Adapun prinsip kerja dari generator sinkron secara umum adalah sebagai berikut :

1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi
tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan. Dengan
adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan
menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.

2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.

3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor, akan diinduksikan
pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak di stator
akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu.
Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan
menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut hal tersebut sesuai
dengan Persamaan berikut :

Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang
ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan
kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada
ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama
lain Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk
menghasilkan energi listrik.
9. Panel atau peralatan pengontrol listrik
Biasanya berbentuk kotak menempel di dinding, berisi peralatan elektronik untuk
mengatur listrik yang dihasilkan.
Metode kontrol yang di gunakan adalah :

 Metode kontrol supervisory yang diklasifikasi lagi menjadi : pengawasan terus


menerus, kontrol jarak jauh, dan kontrol berkala.
 Metode kontrol operasional yang diklasifikasi menjadi: kontrol manual, konrol
manusia, dan kontrol otomatis.
 Metode kontrol output yang meliputi kontrol jaringan, kontrol level air, kontrol debit,
dan kontrol operasional.

Selain itu sebuah PLTMH harus juga dilengkapi dengan kebutuhan minimum untuk
suatu sistem pembangkit listrik pedesaan, meliputi :

1. Voltmeter untuk tegangan keluaran.


2. Voltmeter untuk beban dummy.
3. Amperemeter untuk keluaran generator.
4. Hourmeter untuk waktu operasional.
5. kWH meter dan kVARH meter untuk mengetahui total energi yang diproduksi oleh
pembangkit.

Peralatan Pengaman

Untuk melindungi dan mengatasi gangguan yang timbul pada sistem pembangkit
seperti :

a. Kelebihan kecepatan turbin dan generator (over speed).


b. Kekurangan tegangan (voltage drop).
c. Kelebihan tegangan. (over voltage).
d. Kelebihan arus ( over load ).

Maka pada PLTMh dibutuhkan peralatan-peralatan pengaman seperti :

1. NFB ( No Fuse Breaker ) atau MCCB ( Molded Case Circuit Breaker) untuk
mendeteksi kelebihan arus.

Di bawah ini adalah gambar NFB dalam bahasa indonesia bisa diartikan sebagai
pemutus tanpa sekring, berfungsi untuk menghubungkan dan memutus
tegangan/arus utama dengan sirkuit atau beban, selain itu berfungsi juga untuk
memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika terjadi
hubung singkat.
2. IGC ( Induction Generator Controller) atau ELC ( Electronic Load
Controller) untuk mengatur dummy sebagai kontrol terhadap perubahan kecepatan
dan tegangan.
10. Jaringan kabel

Sistem transmisi dan distribusi perencanaan PLTMH tidak menggunakan transformer


untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Jarak transmisi dan distribusi sampai
dengan maksimum 3 km masih memungkinkan tanpa transformer. Losses
sepanjang transmisi dan distribusi diasumsikan maksimum 5%. Sistem transmisi
menggunakan tegangan 220 V/380 V Untuk mencapai kondisi tersebut, maka
digunakan kabel transmisi utama 3 phasa Twisted AI 4 x 70 mm2. Kabel distribusi
digunakan Twisted AI 4 x 35 mm2, dan kabel koneksi ke konsumen menggunakan
Twisted AI 2 x 10 mm2. Setiap sambungan rumah menggunakan pembatas arus
untuk membatasi penggunaan beban berlebih. Untuk instalasi rumah digunakan
kabel NYM 2 x 1,5 mm2 dan NYM 3 x 1,5 mm2 Setiap intalasi rumah dilengkapi 3
lampu, 1 saklar double, 1 saklar tunggal, dan 1 stop kontak.

3.2.1 Kelebihan dan Kekuranagn PLTMH

 Kelebihan PLTMH

Berikut adalah beberapa kelebihan PLTMH sehingga cocok untuk dimanfaatkan :

 Merupakan sumber saya terbarukan.


 Biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibanding mesin dengan energi
fosil.
 Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara
dan suara.
 Efisiensinya tinggi
 Aman bila dipakai untuk memompa air, karena tidak digerakkan motor listrik. Selain
itu efisiensinya lebih baik.
 Produk sampingan seperti air keluaran bisa dimanfaatkan untuk keperluan irigasi.
Selain itu panas yang dihasilkan juga bisa dipakai.
 Masyarakat yang menikmati manfaat mikrohidro dapat membantu menjaga kondisi
lingkungan daerah tangkapan airnya.

 Kekurangan PLTMH

Berikut adalah beberapa kekurangan PLTMH yang ada di Indonesia sehingga perlu
dicari solusinya :
 Biaya investasi untuk teknologi mikrohidro masih tinggi.
 Kurangnya sosialisasi PLTMH, terutama potensinya sebagai penggerak mekanis
seperti pompa air, penggiling padi, dll
 Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positip penerapan mikro hidro terhadap
pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan seperti industri
kecil/rumah, perbengkelan, pertanian, peternakan, pendidikan, dll.

BAB III Gambaran Umum PLTMH


Pada Bab ini berisi tentang Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang ada
di Desa Pacet.

BAB IVHasil Analisa

Pada Bab ini berisi tentang hasil perhitungan penambah daya dari Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro.

BAB V Penutup

Pada bagian ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dan bab ini juga
merupakan bab terakhir dari saluran pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Hafid, Ari Satmoko. (2007), Pemeliharaan prediktif dengan jaringan listrik
dengan thermography inframerah, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir
Puspitek Serpong.
2. Ari Satmoko (2008). Analisis kualitatif teknik Thermography Inframerah dalam
rangka pemeliharaan secara prediktif pada pompa, Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir Puspitek Serpong.
3. Miko (2009), Dasar Termografi. http:/termografi.blog.ac.id di akses tanggal 5
November 2009.
4. M Ozgun Korukcu, Muhsin Kilic. (2009). Penggunaan IR Thermography untuk
pengukuran suhu di dalam kabin mobil, Jurnal online, Department of Mechanical
Engineering, Uludag University, 16059 Bursa, Turkey , akses 18 November 2009.
5. Serway Jewet (1994). Physics for Scientist and Engineers. California State
Politechnic University, Ponoma.
6. Sri Sugiarti, Hani Rama Putri (2008), Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik
pada ponsel tergadap kesehatan manusia. Seminar mahasiswa Fisika 2008, FMIPA
ITB, Bandung.
7. Rita Lambros. (2009). http.Electricalbody.com. Akses tanggal 20 September 2009.
8. J Andrzej Wrotniak. (2009). http// Digital Camera Infrared.com. Akses tanggal 2
Oktober 2009.
9. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jte/article/download/3555/335

Referensi : http://firman12041015.blogspot.co.id/2016/01/proposaltugas-akhir-
analisapembangkit.html

Anda mungkin juga menyukai