Referensi PLTMH PDF
Referensi PLTMH PDF
PENDAHULUAN
Selama ini bahan bakar fosil (minyak bumi) merupakan sumber energi utama dunia.
Namun bahan bakar ini mempunyai cadangan yang terbatas dengan jumlah konsumsi yang
semakin meningkat. Karena itu ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak
dapat dipertahankan lagi.
Pengembangan dalam sektor energi harus mengikuti kaidah pembangunan
berkelanjutan. Aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah adanya kebijakan yang
kondusif dan didukung oleh kemandirian finansial, teknologi dan sumber daya manusia. Salah
satu opsi dalam pengembangan sector energi adalah pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) untuk daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh jaringan PT PLN
(Persero). Berbeda dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar yang memerlukan
waduk, PLTMH memanfaatkan debit aliran air dengan beda ketinggian yang tidak terlalu tinggi
(sistem run of river). Pembangunan PLTMH tidak memerlukan relokasi tempat tinggal
masyarakat setempat akibat pembuatan bendungan atau waduk. Lebih jauh pemanfaatan PLTMH
diharapkan dapat menyediakan tenaga listrik yang murah dan ramah lingkungan serta dapat
berdampak pada kesadaran masyarakat untuk melestarikan hutan sebagai penjaga kalestarian
sumber daya air.
PEMBAHASAN
A. Pengertian PLTMH
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai
tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah
yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Secara teknis,
mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai
sumber energi), turbin dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi
potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air
yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi
jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi
tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya
dibagun di bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin atau kincir air mikrohidro. Energi
mekanik yang berasal dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh
sebuah generator. Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar,
misalnya dengan ketinggian air 2.5 meter dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya
energi yang dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada
relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan
pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro, yakni
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) dengan mikrohidro terutama pada besarnya tenaga listrik yang dihasilkan, PLTA dibawah
ukuran 200 KW digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan demikian, sistem pembangkit
mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan jaringan energi listrik di daerah-daerah
terpencil dan pedesaan.
Saluran Pembawa
Bak Penenang
Penstock (Pipa Pesat/Penstock)
Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air, dikenal sebagai
sebuah Turbin.
Penstock
Banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai sebuah contoh, air dimasukkan secara
langsung ke turbin dari sebuah saluran tanpa sebuah penstock seperti yang terlihat pada
penggergajian kayu pada gambar diatas. Tipe ini adalah metode paling sederhana untuk
mendapatkan tenaga air, tetapi belakangan ini tidak digunakan untuk pembangkit listrik karena
efisiensinya rendah. Kemungkinan lain adalah bahwa saluran dapat dihilangkan dan sebuah
penstock dapat langsung ke turbin dari bak pengendap pertama. Variasi seperti ini akan
tergantung pada karakteristik khusus dari lokasi dan skema keperluan-keperluan dari pengguna.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembangunan PLTMH
Kelebihan PLTMH
1. Merupakan sumber daya terbarukan (proses alam yang berkelanjutan)
2. Biaya operasional dan pemeliharaan lebih murah dibanding mesin dengan energi fosil
3. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
4. Efisiensinya tinggi
5. Aman bila dipakai untuk memompa air, karena tidak digerakkan motor listrik. Selain itu
efisiensinya lebih baik.
6. Produk sampingan seperti air keluaran bisa dimanfaatkan untuk keperluan irigasi. Selain itu
panas yang dihasilkan juga bisa dipakai.
7. Masyarakat yang menikmati manfaat mikrohidro dapat membantu menjaga kondisi lingkungan
daerah tangkapan airnya.
Kekurangan PLTMH
Berikut adalah beberapa kekurangan PLTMH yang ada di Indonesia sehingga perlu dicari
solusinya:
1. Biaya investasi untuk teknologi mikrohidro masih tinggi.
2. Kurangnya sosialisasi PLTMH, terutama potensinya sebagai penggerak mekanis seperti pompa
air, penggiling padi, dll
3. Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positif penerapan mikro hidro terhadap pengembangan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan seperti industri kecil/rumah, perbengkelan,
pertanian, peternakan, pendidikan, dll.
KESIMPULAN
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah
suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya
seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan
(head) dan jumlah debit air.
PLTMH di Indonesia memiliki potensi pengembangan yang banyak. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Harga BBM yang terus meningkat, membuat sumber energi terbarukan diperlukan
2. Potensi mikrohidro di Indonesia sebesar 7500 MW, baru termanfaatkan 600 MW (Data tahun
2008)
3. Belum terjaringnya semua wilayah di indonesia dengan listrik dari PLN, membuat diperlukan
sumber energi listrik dari dekat lingkungan wilayah tersebut, salah satunya dengan PLTMH
4. Dari analisis terhadap alternatif sumber energi seperti kincir angin, tenaga surya panas bumi, dan
mikrohidro, menunjukkan mikrohidro lebih direkomendasikan. Terutama karena potensinya yang
tersebar di banyak wilayah.
Bali memiliki cukup banyak potensi pengembangan PLTMH skala kecil atau disebut Picohydro
yang layak dikembangkan baik pada aliran sungai maupun pada aliran irigasi subak.
Sumber: http://resashogi.blogspot.co.id/2016/07/pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro.html
PENGARUH KETINGGIAN DAN DEBIT AIR TERHADAP ENERGI LISTRIK YANG
DIHASILKAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui komparasi energi listrik yang dihasilkan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro (PLTMH) pada ketinggian dan debit air di Ciater Subang Jawa Barat.
Adapun dalam pelaksanaannya menggunakan metode eksperimen dengan cara mengoperasikan
alat PLTMH dengan variasi mengubah ketinggian dan debit air. Percobaan ini memperoleh data
V dan I untuk menghitung daya listrik yang dihasilkan (P). Analisis dilakukan secara diskriptif
dengan membandingkan data yang diperoleh untuk mengamati pengaruh tinggi air ( h) dan debit
air (Q) terhadap daya listrik ( P). Dari hasil percobaan didapat semakin besar harga h dan Q
semakin besar pula P yang dihasilkan. Sehingga dari percobaan ini kita dapat diimplementasikan
dalam pembangun PLTMH dengan mengetahui ketinggian dan debit air maksimal dari sumber
air.
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini minyak bumi (bahan bakar fosil) merupakan sumber utama pemakaian energi di
dalam negeri. Penggunaannya terus meningkat, sedang jumlah persediaan terbatas. Naiknya
harga BBM (bahan bakar minyak) berakibat harga energi listrik naik. Adapun minyak bumi
merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui dan segera akan habis. Dalam situasi seperti ini
sumber energi terbarukan khususnya sumber daya air dan lebih khusus lagi adalah Mikrohidro
menjadi alternatif yang sangat penting untuk dikedepankan dan dikembangkan yang
memanfaatkan sumber air.
Dalam kehidupan modern sekarang ini, energi listrik merupakan kebutuhan pokok manusia
sama seperti makanan. Sebagian besar energi listrik yang dipakai saat ini berasal dari minyak
bumi. Dengan naiknya harga minyak bumi maka harga listrik akan terus membumbung tinggi.
Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak terbarukan yang sebentar lagi akan habis.
Disamping itu minyak bumi menyebabkan pemanasan global.
Oleh karena itu perlu dipikirkan energi listrik yang dapat dipakai dalam waktu yang lama
serta ramah lingkungan, contohnya energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik mikrohidro.
Pembangkit listrik ini dapat dimanfaatkan untuk jangka yang lama selama kita bisa memelihara
sumber air dan hutan kita dengan menggalakkan penghijauan.
Di daerah Ciater kabupaten Subang Jawa Barat banyak ditemukan energi sumber daya air
yang melimpah. Hal ini terlihat dari banyaknya perbukitan dengan aliran yang berpotensi
menjadi sumber energi listrik. Oleh karena itu pada percobaan pembangkit listrik micro hidro,
dengan pengaruh ketinggian, dan debit air terhadap jumlah energi listrik yang dihasilkan. Prinsip
pembangkit listrik mikrohidro (PLMH) adalah pengubahan energi potensial air yang dapat
menggerak generator menjadi energi listrik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh ketinggian air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh debit air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh ketinggian air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan
2. Mengetahui pengaruh debit air terhadah jumlah energi listrik yang dihasilkan.
D. Manfaat
2. Memperoleh gambaran pengaruh ketinggian dan debit air terhadah jumlah energi listrik
yang dihasilkan pada pembangkit listrik micro hidro.
E. Tempat
Percobaan ini dilaksanakan saat diklat riset ilmiah yang bertempat di Sari Ater Hotel dan
Resort, Ciater Kab. Subang, Jawa Barat.
F. Waktu Pelaksanaan
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada dasarnya suatu pembangkit listrik tenaga hidro berfungsi untuk mengubah potensi
tenaga air yang berupa aliran air (sungai) yang mempunyai debit dan tinggi jatuh (head) untuk
menghasilkan energi listrik.
Secara umum Pusat Listrik Tenaga Air terdiri dari :
Pembangkit listrik tenaga hidro dapat dikatagorikan dan diklasifikasikan sesuai besar daya
yang dihasilkannya, sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut:
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil
(kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga (aliran) air sebagai sumber penghasil energi.
PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut clean energi karena ramah
lingkungan. Dari segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana, mudah
dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang.
Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatif murah, sedangkan biaya investasinya
cukup bersaing dengan pembangkit listrik lainnya. Secara sosial, PLTMH mudah diterima
masyarakat luas (bandingkan misalnya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). PLTMH
biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil 17 yang belum mendapatkan listrik
dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran air pada sistem irigasi, sungai yang
dibendung atau air terjun.
PLT Mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per
detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar
poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan
generator dan menghasilkan listrik.
Pembangunan PLTMH perlu diawali dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran
air yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak PLTMH. Bendungan ini dapat berupa
bendungan beton atau bendungan beronjong. Bendungan perlu dilengkapi dengan pintu air dan
saringan sampah untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan lumpur. Bendungan
sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan aman terhadap banjir.
Di dekat bendungan dibangun bangunan pengambilan (intake). Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan saluran penghantar yang berfungsi mengalirkan air dari intake. Saluran ini dilengkapi
dengan saluran pelimpah pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih.
Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup. Di ujung saluran pelimpah dibangun
kolam pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir dan meny aring kotoran
sehingga air yang masuk ke turbin relative bersih. Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan
memperlebar saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras. Kolam penenang
(forebay) juga dibangun untuk menenangkan aliran air y ang akan masuk ke turbin dan
mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan konstruksi beton dan
berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat.
Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi
potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin.
Biasany a terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa digunakan
flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis dan dinamisnya.
Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan
kondisi tanah.
Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam sebuah rumah yang
terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya
adalah untuk menghindari masalah akibat getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian
agar memudahkan perawatan dan pemeriksaan.
Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya
terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta mengatur jumlah air
yang masuk ke runner/blade (komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan
tarik tinggi y ang dilas pada dua buah piringan sejajar. Aliran air akan memutar runner dan
menghasilkan energi kinetic yang akan memutar poros turbin. Energi y ang timbul akibat putaran
poros kemudian ditransmisikan ke generator. Seluruh sistem ini harus balance. Turbin perlu
dilengkapi casing yang berfungsi mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat
pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi
untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan lancar.
Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke generator agar dapat diubah menjadi
energi listrik. Generator yang dapat digunakan pada mikrohidro adalah generator sinkron dan
generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat berupa sistem transmisi langsung (daya poros
langsung dihubungkan dengan poros generator dengan bantuan kopling), atau sistem transmisi
daya tidak langsung, yaitu menggunakan sabuk atau belt untuk memindahkan daya antara dua
poros sejajar. Keuntungan sistem transmisi langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan
efisiensinya lebih tinggi. Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros
generator harus sama dengan kecepatan putar poros turbin.
Masalah ketidaklurusan sumbu dapat diatasi dengan bantuan kopling fleksibel. Gearbox
dapat digunakan untuk mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem transmisi tidak langsung
memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan generator secara lebih luas karena kecepatan
putar poros generator tidak perlu sama dengan kecepatan putar poros turbin. Jenis sabuk yang
biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt, sedang V-belt digunakan untuk
skala di bawah 20 kW. Komponen pendukung yang diperlukan pada sistem ini adalah pulley,
bantalan dan kopling. Listrik yang dihasilkan oleh generator dapat langsung ditransmisikan lewat
kabel pada tiang-tiang listrik menuju rumah konsumen.
C. Perhitungan Teknis
di mana:
P = Daya (kW)
h = efisiensi keseluruhan.
Misalnya, diketahui data di suatu lokasi adalah sebagai berikut: Q = 300 m3/s2, Hn = 12
P = 9.8 x Q x Hn x h
= 17 640 W
= 17.64 kW
Pembangkit Listrik Tenaga Minihdro adalah pembangkit listrik tenaga air dengan kisaran
output daya antara 100 kW sampai dengan 5000 kW. Keuntungan utama dari pembangkit mini
hidro adalah:
Efisiensi tinggi (70 – 90%), sejauh ini yang terbaik dari semua teknologi energi.
BAB III
METODE KERJA
3. Display LED
5. Kabel penghubung
6. Stopwatch
7. Penggaris
8. Kamera digital
B. Prosedur Percobaan
1. Merangkai peralatan pembangkit listrik mikrohidro yang telah disiapkan.
2. Mengalirkan air melalui kran agar baling-baling berputar sampai lampu menyala.
4. Mengukur tegangan yang dihasilkan untuk berbagai bukaan kran, dengan mengukur pada
posisi terbuka penuh dan setengah terbuka.
6. Mengulangi percobaan tersebut untuk ketinggian (jarak kran dan baling-baling) dengan 4
variasi, pada ketinggian 30 cm, 39,5 cm, 49 cm dan 58,5 cm.
BAB IV
Setelah dilakukan percobaan alat pembangkit listrik mikrohidro, maka diperoleh sejumlah data
sebagai berikut:
Keterangan: Debet air pada percobaan 1 = 8,8. 10-8 m3/s. Debet air percobaan 2 = 1,31.10-8m3
h = Tinggi Air
I = Kuat Arus
V = Besar Tegangan
P = Daya Listrik
Dari hasil percobaan tersebut dapat dikatakan semakin tinggi air ke generator, maka energi
listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan energi potensial yang
dimilikinya. Makin besar energi potensial benda berarti semakin besar pula energi listriknya.
Dari data perbandingan percobaan 1 dan 2 didapat data besarnya debet air sangat mempengaruhi
besarnya energi/daya listrik yang dihasilkan. Hal ini disebabkan massa air yang besar akan
mengenai turbin sehingga putaran generator makin cepat, sehingga dihasilkan energi mekanik
yang besar. Sehingga untuk membangun suatu PLTMH, harus diperhatikan debet air dan
ketinggiannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisis, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi air, semakin besar
besar energi listrik yang dihasilkan dan semakin besar debet air, semakin besar energi listrik yang
dihasilkan.
Referensi: http://bdksemarang.kemenag.go.id/pengaruh-ketinggian-dan-debit-air-terhadap-energi-
listrik-yang-dihasilkan-pada-pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro-pltmh/
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)
PLTMH di desa Padasuka, telah dibangun pada tahun 1982, dengan kapasitas daya sebesar
25 kVA. Pada mulanya digunakan untuk mensuplai daya listrik perkebunan teh, dan penduduk
setempat. Bertambahnya beban listrik membuat kapasitas daya listrik yang ada sudah tidak
mampu lagi mensuplay beban, sehingga direncanakan untuk menambah kapasitas daya listrik.
Sehingga perlu dilakukan studi analisis lebih lanjut. Tujuan yang ingin di capai adalah
meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA, menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya
teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar air, menghasilkan data beban listrik
tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas turbin dan generator, serta type jaringan
listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan antara -5% s.d + 10 % dari tegangan
listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Metodologi yang dilakukan
adalah melakukan pengukuran ulang debit air ( Q), diamater pipa pesat (d), tinggi jatuh air ( H),
mendata jumlah beban terpasang, hingga dapat menentukan turbin dan generator. Hasil yang
diperoleh debit air (Q) di sungai mencapai 3,9 m3/dt, , serta tinggi jatuh air 12 m, sehingga
daya teoritis PLTMH yang dapat dibangkitkan sebesar 450 kW. Sementara debit air yang
digunakan sebesar 0,9 m3/dt, dengan ketinggian jatuh air 12 meter, efisiensi turbin 0,88 dan
efisiensi generator 0,9, maka daya yang diperoleh sebesar 105 kW. Berdasarkan hasil survai
pendataan beban listrik jumlah daya terpasang direncanakan sebesar 50,325 kW, sehingga
dapat dipilih type turbin Francis dan generator sinkron kapasitas 60 kW atau 75 kVA.
1. PENDAHULUAN
PLTMH mulai dibangun pada tahun 1982 di desa Padasuka, Kecamatan Pegalaran
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Pada mulanya digunakan untuk keperluan perkebunan Teh.
Tenaga penggerak berupa kincir air over shoot untuk menggerakan dynamo listrik. Unjuk kerja
PLTMH sangat buruk, efisiensi daya listrik hanya 40 %, tidak aman dan mudah rusak. Daya
listrik yang dibangkitkan 20 kVA pada sistem tegangan listrik 380/220 volt. (Yayasan Mandiri,
2007).
Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah memodifikasi instalasi PLTMH, mulai
perbaikan bendungan, konstruksi kincir air menggunakan plat baja, tetapi masih banyak
masalah karena berat dan tidak balance menyebabkan bantalan poros mudah rusak, selain dari
itu putaran kincir air sangat rendah ( 512 rpm), membutuhkan sistem transmisi daya yang
komplek, dan hasilnya tidak memuaskan, frekuensi listrik tidak stabil dan merusak peralatan
elektronik. Sementara beban listrik setiap tahunya terus bertambah dari tahun 2002, 20 kVA
dan pada tahun 2006 menjadi 45 kVA (Yayasan Mandiri, 2007).
Tujuan yang ingin dicapai adalah, meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA,
menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran penghantar
air, menghasilkan data beban listrik tersambung, sehingga dapat direncanakan kapasitas
turbin dan generator, serta type jaringan listrik, dan menghasilkan tegangan listrik yang konstan
antara -5% s.d + 10 % dari tegangan listrik efektif sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL
2000).
1. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air sebagai
media utama untuk penggerak turbin dan generator. Tenaga mikro hidro, dengan skala daya
yang dapat dibangkitkan 5 kilo watt hingga 50 kilo watt. Pada PLTMH proses perubahan energy
kinetic berupa (kecepatan dan tekanan air), yang digunakan untuk menggerakan turbin air dan
generator listrik hingga menghasilkan energi listrik(NOTOSUDJONO, D. 2002).
Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga komponen utama yaitu air sumber energi,
turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan ketinggian
tertentu melalui pipa pesat menuju rumah instalasi (powerhouse). Di rumah instalasi, air
tersebut akan menumbuk turbin sehingga akan menghasilkan energi mekanik berupa
berputarnya poros turbin. Putaran poros turbin ini akan memutar generator sehingga dihasilkan
energi listrik. Secara skematis ditunjukkan pada gambar 2.1. berikut ini :
b. Kolam penenang dihubungkan dengan pipa pesat, dan pada bagian paling bawah di pasang
turbin air.
c. Turbin air akan berputar setelah mendapat tekanan air ( P ), dan perputaran turbin
dimanfaatkan untuk memutar generator,
d. Setelah mendapat putaran yang constan maka generator akan menghasilkan tegangan listrik,
yang dikirim kekonsumen melalui saluran kabel distribusi ( JTM atau JTR).
Dimana :
ρ : Masa jenis air (kg/m3)
Q : Debita air dalam (m3/dt)
H : Tinggi jatuh air dalam (m)
Daya teoritis PLTMH tersebut di atas, akan berkurang setelah melalui turbin dan generator,
yang diformulasikan sebagai berikut :
Dimana :
eff T : Efisiensi Turbin antara ( 0,8 s/d 0,95)
eff G : Efisiensi Generador ( 0,8 s/d 0,95)
Kecepatan medan putar di dalam generator sinkron dinyatakan oleh persamaan :(THERAJA,
BL. 2001).
Dimana :
ns = Kecepatan medan putar (rpm)
f = Frekuensi (Hz)
p = Jumlah kutub motor induksi
Kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan medan putar, perbedaan tersebut
dinyatakan dengan slip :
Dimana :
s = slip
ns = kecepatan medan putar stator (rpm)
nr = kecepatan putar rotor (rpm)
Peninjauan lapangan untuk survai potensi ini bersifat pengecekan/konfirmasi hasil desk
study terhadap situasi-kondisi lokasi yang sebenarnya. Survai potensi ini sering juga disebut
sebagai survai identifikasi lokasi. Disamping mengidentifikasi lokasi, di dalam survai potensi
juga dilakukan evaluasi, modifikasi dan sebagainya sehingga prospek selanjutnya dari rencana
lokasi tersebut dapat diperkirakan. Tidak selalu bahwa lokasi yang dimaksud akan mempunyai
prospek untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Ada kalanya suatu lokasi terlihat sulit untuk
dikembangkan, kemungkinan karena faktor kondisi air sungainya, situasi topografinya, sulit dan
jauh dari lokasi penduduk.
Kegiatan pokok di dalam lapangan (survai, pengukuran, dan lain-lain) pada survai potensi
antara lain sebagai berikut :( WIBAWA,U. 2006)
Penentuan debit dan head pada PLTMH mempunyai arti yang sangat penting dalam
menghitung potensi tenaga listrik.Seperti pada gambar 2. Variabel debit “diwakili” oleh jumlah
rata-rata bulan kering dalam satu tahun. Artinya dicari areal-areal yang jumlah bulan keringnya
kecil atau bahkan tidak ada bulan keringnya sama Pengukuran debit air (Q) sungai pada
dasarnya terdapat banyak metode pengukuran debit air. Untuk sistem konversi energi air skala
besar pengukuran debit bisa berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem konversi
energi air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk beberapa musim
yang berbeda saja. (WIBAWA,U. 2006). Tingkat kemiringan yang diwakili oleh indikator gradien
skematik, semakin miring areal, semakin besar kemungkinan untuk ditemukannya head yang
cukup untuk PLTMH.
Gambar 2.2. Pengukuran tinggi jatuh air
Dimana :
h1 = Elevasi titik tertinggi (m)
h2 = Elevasi titik terendah (m)
A = Luas areal (m2)
Terdapat banyak metode pengukuran debit air. Sistem konversi energi air skala besar
pengukuran debit dapat berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem konversi energi
air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk beberapa musim yang
berbeda saja. . (WIBAWA,U. 2006) Menegukur luas permukaan sungai, dan kecepatan aliran
air sungai dapat dilakukan seperti langkah – langkah pengukuran berikut: ( SUBROTO, I .
2002).
a. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan di beberapa titik berbeda X1 – Xn (seperti ditunjukkan
gambar 2.3).
d. Luas diperoleh dengan mengalikan kedalaman rata-rata dengan lebar sungai, yaitu :
A = X(rata). l
Mengukur kecepatan aliran sungai (v), langkah – langkah pengukuran:. Carilah bagian
sungai yang lurus dengan panjang sekitar 20 meter, dan tidak mempunyai arus putar yang
menghambat jalannya pelampung. ( SUBROTO, I . 2002)
A. Ikatlah sebuah pelampung kemudian dihanyutkan dari titik t 0 – t1 seperti terlihat pada gambar
2.3 berikut.
a. Pengukuran luas permukaan sungai b. Pengukuran kecepatan aliran air sungai
trata = (sigma t) / n
D. Kecepatan aliran air sungai (v) diperoleh dengan membagi jarak sungai (s) dengan waktu
tempuh rata-rata dari pelampung tersebut, yaitu :
Setelah luas dan kecepatan aliran sungai diketahui, maka besar debit pada sungai tersebut
dapat dianalisis:
Q = A xv (m3/det)
3. METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat keselamatan kerja, seperti P3K, sepatu boat, tali pendaki gunung, sarung tangan, dan helm
atau topi.
b. Alat Kerja, rol meter, alat tulis, slang plastic, papan mistar, serta beberapa alat pendukung
lainnya.
Beberapa alat ukur dan alat pengujian yang digunakan adalah, debit meter 1 unit,
spidometer 1 unit, volt meter, amper meter dan watt meter masing-masing satu unit, osiloskop
kapasitas 20MHz, unit dan taco meter 1 unit, serta beberapa Mini Circuit Breaker.
Setelah dilakukan pengukuran ulang diperoleh tinggi jatuh air 12 meter dan debit air di
sungai Cisuka pada musim kemarau 2,6 m3/dt dan pada musim hujan mencapai 5,2 m3/dt, dan
rata-rata debit harian 3,9 m3/dt. Mengacu persamaan (2.1), maka daya listrik yang dapat
dibangkitkan secara teoritis :
P = 9,8 x 3,9 x 12
= 460 kW.
Debit air dan tinggi jatuh air diperlihatkan pada gambar 4.1 berikut.
Sumber: Foto Lalu & M. Hariansyah, Juni 2006.
Gambar 4.1 Pengukuran Debit air Sungai
Sumber:
Olah Data M. Hariansyah,2006
Efisiensi adalah perbandingan daya output maksimum dengan daya input yang dapat
dibangkitkan. Mengacu persamaan ( 2.7) dihasilkan efisiensi :
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari peningkatan kapasitas daya listrik dari PLTMH di Padasuka dari 25 kVA menjadi 60 kVA
dapat dilakukan dengan cara:
a. Debit air sungai yang tersedia cukup besar yaitu 3,9 m3/dt, sementara yang dimanfaatkan
hanya 0,996 m3/dt, dan dapat menghasilkan daya listrik 105 kW. pada ketinggian jatuh air 12
meter, efisiensi turbin 88%, dan generator 90%, sehingga dari debit 0,996 m3/dt tersebut di atas
masih banyak yang terbuang.
b. Beban maksimum 42 kW, terjadi pada pukul 09.00 – 12.00 dan 17.00 – 22.00, dan rata-rata
konsumsi energy listrik sebanyak 702 kWh perhari, sementara daya terpasang 60 kVA atau 51
kW.
c. Tegangan listrik yang dibangkitkan pada saat melayani beban maksimum dan minimum berkisar
378 – 382 volt ( system phasa-ke phasa), masih memenuhi ketentuan PUIL 2000 yaitu ( - 5 %
s.d + 10 % ) dari tegangan efektif.
6. DAFTAR PUSTAKA
Mandiri. Y, 2007. Perencanaan PLTMH- Padasuka. Yayasan Bina Desa Mandiri. Bandung
Masonyi. 2007. Water Power Development. Volume – 1. Low Head Power Plants.
Akademiai Kiado, Budapest.
Mashudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Erlangga. Jakarta. Hal 138.
PUIL. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik. PLN. Jakarta. Hal 602
Theraja, BL.2001 . Electrical of Tehnology. 8 th. Prentice Hall International Inc. New York. 1.215 hal.
Wibawa, U. 2006. Sumber Daya Energi. Universitas Brawijaya. Malang. Hal 128.
Zuhal. 2001. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jembatan, Jakarta, Hal 88.
Referensi : http://basuhpower.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_14.html
Proposal Tugas akhir
MOJOKERTO
Disusun oleh :
ADI FIRMAN H
NIM : 12041015
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan
sehari-hari/rumah tangga. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi
listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari
sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian
sumber energi ini perlu diupayakan langkah-langkah strategis yang dapat
menunjang penyediaan energi listrik secara optimal dan terjangkau. Sumber energi
yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh
penggunaan bahan bakar fosil, khususnya batubara. Daerah yang mengalami
kekurangan daya listrik seperti Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua
pembangkit listriknya masih menggunakan BBM (bahan bakar minyak). Minyak
bumi dan batubara merupakan energi tidak terbarukan yang lama-kelamaan akan
habis.
Saat ini Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi dalam
negeri sendiri. Kelangkaan bahan bakar minyak masih terjadi di sejumlah lokasi
begitu pula dengan adanya pemadaman listrik yang terjadi di berbagai daerah. Hal
ini tentu bertolak belakang dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi energi
yang sangat melimpah. Dalam kondisi dinamika, solusi yang memadai adalah
dengan menyediakan pembangkit listrik setempat seperti generator (genset) yang
menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Solusi lainnya adalah menggunakan
sumber energi lain yang berasal dari air, angin,cahaya matahari, dan biomass.
System ini lazim disebut dengan pembangkit listrik skala kecil tersebar (PSK
Tersebar) yang dianjurkan untuk menggunakan energi terbarukan. Hal ini juga tidak
memungkinkan bagi perumahan di perkotaan mengingat krisisnya energi yang ada
pada saat ini.
Agar ruang lingkup permasalahan tidak terlalu meluas maka penulis membuat
batasan-batasan sebagai berikut :
1.4 Tujuan
BAB II
Pembangkit Tenaga Air adalah suatu bentuk tenaga air dengan ketinggian dan
debit air tertentu menjadi tenaga listrik dengan menggunakan turbin dan generator.
Turbin air merupakan suatu alat yang berputar karena adanya lairan air dengan
perputaran turbin, dimanfaatkan dengan menggunakan geneator, maka demikian
akan menghasilkan aliran listrik yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan.
Pada proses kerja turbin air dalam pembangkit listrik sampai dengan pemkaian
listrik telah terjadi beberapa perubahan energy :
1. Perubahan energy potensial yang ada di dalam aliran air menjadi energy
perubahan mekanik (gerak) oleh turbin.
2. Energy mekanik ini akan memutar generator, akibat perputaran generator
terjadilah lompatan elektron, hal ini yang menghasilkan energy listrik, proses
selanjutnya energy listriik yang didistribusikan ke produsen atau apa saja yang
membutuhkan.
Di sini arus listrik diubah tergantung keperluan. Dapat menjadi energy panas,
energy tanpa penggerak, Besarnya daya yang dibangkitkan oleh sebuah
pembangkit tenaga air ditentukan oleh :
Besarnaya aliran air atau istilah lainnya debit atau kapasitas aliran.
Besarnya perbedaan tinggi muka air atau istilah lainnya tinngi terjun yang dapat
dimanfaatkan.
Menurut Mosonyi (1963) yang dikutip dari Asteriyadi dan Adikesuma (2007),
pembagian PLTA berdasarkan kapasitas pembangkit dibagi menjadi 4, yaitu :
Hidrologi
Kelistrikan
Bangunan sipil
Permesinan
Ekonomi untuk studi kelayakan.
2. Saluran pembawa
Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air
yang disalurkan. Ada berbagai macam saluran pembawa, antara lain terowongan,
saluran terbuka dan saluran tertutup. Konstruksi saluran pembawa dapat berupa
pasangan batu kali atau hanya berupa tanah yang digali. Pada saluran yang
panjang perlu dilengkapi dengan saluran pelimpah pada jarak tertentu. Ini untuk
menjaga jika terjadi banjir maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran
tersebut.
Fungsi dari bak penenang adalah untuk menenangkan air yang akan masuk
turbin melalui penstock sesuai dengan debit yang diinginkan, dan untuk pemisahan
akhir kotoran dalam air seperti pasir dan kayu-kayuan. Untuk kasus-kasus tertentu,
adalah memungkinkan untuk menggabungkan bak penenang sekaligus juga untuk
bak pengendap. Terkait dengan fungsi-fungsi tersebut maka bak penenang
dilengkapi dengan pintu air untuk masuk ke penstock, pintu penguras, saluran
pelimpah serta saluran penguras.
4. Pipa pesat / Penstock
Pipa pesat berfungsi untuk mengubah energi potensial air di bak penenang
menjadi energi kinetik air di dalam pipa pesat, dan kemudian mengarahkan energi
kinetic tersebut untuk memutar roda gerak turbin air.
Konstruksi dasar dari turbin air terdiri dari dua bagian utama yaitu rotor dan stator.
Rotor adalah bagian–bagian dari turbin yang bergerak atau berputar seperti roda
turbin (runner), poros, kopling, roda gaya, puly dan bagian – bagian dari turbin yang
diam seperti saluran masuk (pipa pesat), rumah –rumah, sudu antar, sudu pengarah
(nozzle), saluran buang dan lain–lain.
Dari gambar turbin air poros vertical tersebut di atas dapat dilihat komponen utama
yaitu :
1. Sudu tetap (nozzle), yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida kerja (air)
masuk de dalam sudu gerak.
2. Sudu gerak, sudu gerak ini dipasang pada sekeliling roda turbin, yang mana
fungsinya adalah untuk menerima tekanan dari kecepatan fluida kerja air masuk
dan keluar sudu.
3. Rotor (roda turbin), suatu tempat dudukan sudu gerak, berfungsi untuk meneruskan
daya putar yang diterima dari sudu gerak keporos.
4. Poros, yang berfungsi untuk mentransmisikan daya atau tenaga bersama –sama
dengan putaran roda turbin dan juga dapat berfungsi untuk mendukung suatu
momen putar.
5. Stator (rumah turbin), berfungsi untuk melindungi atau untuk pengamanan dari
proses kerja turbin, dan juga untuk mendukung konstruksi turbin secara
keseluruhan.
6. Generator listrik, berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis dari poros turbin
menjadi tenaga listrik.
Prinsip Kerja Turbin Air
Pada roda turbin terdapat sudu yaitu suatu konstruksi lempengan dengan
bentuk dan penampang tertentu, air sebagai fluida kerja mengalir melalui ruang
diantara sudu tersebut, dengan demikian roda turbin akan dapat berputar dan pada
sudu akan ada suatu gaya yang bekerja. Gaya tersebut akan terjadi karena ada
perubahan momentum dari fluida kerja air yang mengalir diantara sudunya. Sudu
hendaknya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubahan momentum
pada fluida kerja air tersebut.
Turbin air juga dibedakan dalam dua golongan utama, yaitu dipandang dari segi
pengubahan momentum fluida kerjanya :
1. Turbin Impuls
Turbin impuls disebut juga dengan turbin air tekanan sama karena tekanan air yang
keluar dari nozel tekanannya sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Sehingga
energi tempat dan energi tekanan yang dimiliki oleh aliran air dirubah semuanya
menjadi energi kecepatan. Contoh dari turbin impuls ini adalah
Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan
yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang
disebut nozzle. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling
efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 m
tetapi untuk skala mikro head 20 m sudah mencukupi
Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton turbin
turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozzle
membentur sudu pada sudut 20o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari
turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-Banki
yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Osberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow. Turbin crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m 3/sec dan head antara 1 s/d 200 m.
2. Turbin reaksi
Turbin reaksi disebut juga dengan turbin tekanan lebih karena tekanan air sebelum
masuk roda turbin lebih besar dari pada tekanan air saat keluar roda turbin. Secara
umum dapat dikatakan bahwa aliran air yang masuk keroda turbin mempunyai
energi penuh, kemudian energi ini dipakai sebagian untuk menggerakkan roda
turbin dan sebagian lagi dipergunakan untuk mengeluarkan air kesaluran
pembuangan. Jenis turbin reaksi yang sering digunakan antara lain.
Jenis-jenis turbin reaksi antara lain :
Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber
air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar.
Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin francis dapat merupakan
suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur
sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu
pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
Turbin Kaplan dan propeller
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu.
8. Generator
Sebuah peralatan konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari
bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator
sinkron (alternator) merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk
menghasilkan tegangan bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Energi mekanis diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh
penggerak mula (prime mover), sedangkan energi listrik diperoleh dari proses
induksi elektromagnetik yang terjadi pada kumparan stator dan rotornya.
Generator sinkron sering kita jumpai pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik
(dengan kapasitas yang relatif besar). Misalnya, pada PLTA, PLTU, PLTD dan lain-lain.
Selain generator dengan kapasitas besar, kita mengenal juga generator dengan
kapasitas yang relatif kecil, misalnya generator yang digunakan untuk penerangan
darurat yang sering disebut Generator Set atau generator cadangan.
1. Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber eksitasi
tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan medan. Dengan
adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan medan maka akan
menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah tetap.
2. Penggerak mula (Prime Mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya.
3. Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor, akan diinduksikan
pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar yang terletak di stator
akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah besarnya terhadap waktu.
Adanya perubahan fluks magnetik yang melingkupi suatu kumparan akan
menimbulkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan tersebut hal tersebut sesuai
dengan Persamaan berikut :
Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang
ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan
kumparan jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada
ketiga kumparan jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200 satu sama
lain Setelah itu ketiga terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk
menghasilkan energi listrik.
9. Panel atau peralatan pengontrol listrik
Biasanya berbentuk kotak menempel di dinding, berisi peralatan elektronik untuk
mengatur listrik yang dihasilkan.
Metode kontrol yang di gunakan adalah :
Selain itu sebuah PLTMH harus juga dilengkapi dengan kebutuhan minimum untuk
suatu sistem pembangkit listrik pedesaan, meliputi :
Peralatan Pengaman
Untuk melindungi dan mengatasi gangguan yang timbul pada sistem pembangkit
seperti :
1. NFB ( No Fuse Breaker ) atau MCCB ( Molded Case Circuit Breaker) untuk
mendeteksi kelebihan arus.
Di bawah ini adalah gambar NFB dalam bahasa indonesia bisa diartikan sebagai
pemutus tanpa sekring, berfungsi untuk menghubungkan dan memutus
tegangan/arus utama dengan sirkuit atau beban, selain itu berfungsi juga untuk
memutuskan/melindungi beban dari arus yang berlebihan ataupun jika terjadi
hubung singkat.
2. IGC ( Induction Generator Controller) atau ELC ( Electronic Load
Controller) untuk mengatur dummy sebagai kontrol terhadap perubahan kecepatan
dan tegangan.
10. Jaringan kabel
Berikut adalah beberapa kekurangan PLTMH yang ada di Indonesia sehingga perlu
dicari solusinya :
Biaya investasi untuk teknologi mikrohidro masih tinggi.
Kurangnya sosialisasi PLTMH, terutama potensinya sebagai penggerak mekanis
seperti pompa air, penggiling padi, dll
Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positip penerapan mikro hidro terhadap
pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan seperti industri
kecil/rumah, perbengkelan, pertanian, peternakan, pendidikan, dll.
Pada Bab ini berisi tentang hasil perhitungan penambah daya dari Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro.
BAB V Penutup
Pada bagian ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dan bab ini juga
merupakan bab terakhir dari saluran pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Hafid, Ari Satmoko. (2007), Pemeliharaan prediktif dengan jaringan listrik
dengan thermography inframerah, Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir
Puspitek Serpong.
2. Ari Satmoko (2008). Analisis kualitatif teknik Thermography Inframerah dalam
rangka pemeliharaan secara prediktif pada pompa, Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir Puspitek Serpong.
3. Miko (2009), Dasar Termografi. http:/termografi.blog.ac.id di akses tanggal 5
November 2009.
4. M Ozgun Korukcu, Muhsin Kilic. (2009). Penggunaan IR Thermography untuk
pengukuran suhu di dalam kabin mobil, Jurnal online, Department of Mechanical
Engineering, Uludag University, 16059 Bursa, Turkey , akses 18 November 2009.
5. Serway Jewet (1994). Physics for Scientist and Engineers. California State
Politechnic University, Ponoma.
6. Sri Sugiarti, Hani Rama Putri (2008), Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik
pada ponsel tergadap kesehatan manusia. Seminar mahasiswa Fisika 2008, FMIPA
ITB, Bandung.
7. Rita Lambros. (2009). http.Electricalbody.com. Akses tanggal 20 September 2009.
8. J Andrzej Wrotniak. (2009). http// Digital Camera Infrared.com. Akses tanggal 2
Oktober 2009.
9. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jte/article/download/3555/335
Referensi : http://firman12041015.blogspot.co.id/2016/01/proposaltugas-akhir-
analisapembangkit.html