Assesment atau penilaian tidak bisa dilepaskan dengan peran guru sebagai tenaga
pengajar. Assesmenttermasuk salah satu indikator penentu untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan atau bahkan kegagalan yang dilakukan oleh guru atau dosen selaku agen
pembelajaran dan siswa sebagai subjek pembelajaran, sebelum memilih metode yang tepat
sasaran yang dianggap sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada sehingga untuk langkah
selanjutnya efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran dapat terselenggara dengan baik dan
dapat menghasilkan keluaran belajar yang kompeten yang dapat
membuat assesment pembelajaran di sekolah tersebut bernilai positif, sesuai tujuan pendidikan
nasional.
Bertolak dari ketentuan perundangan PP.No.19 tahun 2003, tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang menguraikan delapan standar mutu pendidikan yaitu, (1) standar isi, (2) standar
proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan, (5) standar
sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian
(assesment), maka kita dapat melihat bahwa standar penilaian (assesment) adalah ”standar
penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti
bahwa assesment(penilaian/evaluasi), merupakan indikator penting yang harus dikuasai oleh
setiap guru atau dosen untuk mengetahui apakah seluruh standar tersebut berhasil atau gagal
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakannya, setelah diperoleh hasil assesment dari proses
pembelajaran.
Dari assesment ini pula, kita dapat mengetahui apakah guru atau dosen sebagai perancang
dan pengelola proses pembelajaran, telah memenuhi standar kualifikasi akademik yang
dimaksud oleh PP. No.19 tahun 2005, dimana guru harus memenuhi empat standar kompetensi
sebagai agen pembelajaran, yaitu standar kompetensi pedagogis, standar kompetensi
kepribadian, standar kompetensi profesional, dan standar kompetensi sosial, yang
membuatassesment pembelajaran di sekolah tersebut berkualitas.
A. Pengertian Assesmen dan Pembelajaran
Assesmen yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Assesment” mengandung makna
taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau pemikulan. Menurut
H.A.R Tilaar assesment adalah alat tes untuk mengukur performan siswa dalam proses belajar.
Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi industri besar di Amerika adalah test TOEFL
(tes bahasa Inggris) yang digunakan untuk memasuki perguruan perguruan tinggi terkemuka di
Amerika. Hal senada diungkapkan oleh Tardif (1989) bahwa assesment adalah evaluasi terhadap
proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa, sesuai kriteria yang
ditetapkan, contoh assesment di Indonesia salah satunya adalah UN (Ujian Nasional) yang
dahulu dikenal dengan EBTANAS. Lebih lanjut Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa
assesmen adalah alat ukur/evaluasi, bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam,
mendorong, dan meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik
bagi diri siswa sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur diri.
Sedangkan Assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat ukur/evaluasi, bagi guru
untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran”. Lebih tegas lagi Gagne
& Briggs menjelaskan assesment adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa untuk
mengevaluasi diri mereka sendiri (self assesment) dalam meningkatkan keberhasilannya dan
inisiatif diri.
Dalam pendidikan assessmen sering dirangkai dengan kata
pembelajaran (Assesment Of Learning). Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng
adalah ”Upaya untuk membelajarkan siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard &
Senior (1980:76) mengungkapkan bahwa assesment of learning adalah evaluasi pada landasan
psikologis yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi
diri, dimana guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
1. Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.
2. Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil, dengan menginformasikannya kepada siswa,
3. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi diri,
4. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa assesmen dalam pembelajaran
secara istilah adalah upaya penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu proses
pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa assessmen dapat
dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki kompetensi setelah mengikuti proses
pembelajaran. Bagi guru assessmen dapat dijadikan alat evaluasi yang objektif untuk mengukur
sejauhmana kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
B. Kawasan Assesment dalam Pembelajaran
Assesment sebagai alat evaluasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pada tataran silabus, memiliki kompetensi dasar yang terfokus pada tiga kawasan/kategori ranah
(domain), yaitu kognitif ( hal yang harus diketahui dan dipahami oleh siswa) , psikomotor (hal
yang dapat dilakukan oleh siswa setelah memiliki pengetahuan) dan afektif (”sikap”siswa setelah
proses pembelajaran diberikan). Proses evaluasi dalam pembelajaran sebagaimana yang
diklasifikasikan oleh Bloom dan teman temannya (1956) melalui tahapan yang dimulai dari
jenjang yang mudah ke jenjang yang sulit. Artinya evaluasi sudah berlangsung sejak awal (pre
test) proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran (post test) dan jenjang tahapan dalam
klasifikasi Bloom adalah dimulai dari :
1. Pengetahuan (penyajian informasi,dimana siswa mampu mengulang apa yang
diuraikan guru/dosen).
2. Pemahaman (siswa menguraikan pesan / pengetahuan yang diterima dari guru
dan menguraikannya berdasarkan pemehamnnya/menambahkan atau mengkritisi).
3. Aplikasi (Siswa mampu membuat diagram / pola atas informasi / pesan / pengetahuan yang
diterima dari guru berdasarkan pemahamnnya sendiri,yang tentunya tidak keluar dari tujuan
pesan tersebut).
4. Analisis (memecahkan pesan/ide/pengetahuan menjadi bagian kecil dan menunjukan
hubungannya(keterkaitannya).
5. Sintesis,menyatukan bagian bagian kecil pesan/ide/pengetahuan menjadi satu kesatuan.
6. Evaluasi menjadi assesmen penilaian yang berdasarkan pada kriteria tertentu sesuai kondisi
pembelajaran yang ada.
C. Tujuan Assesment
Tujuan assesment dalam pembelajaran menurut Muhibbin, menjelaskan bahwa tujuan
dari assesment adalah
1. untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dan guru sebagai
pembimbing dalam suatu kurun waktu proses belajar yang sudah ditentukan;
2. untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok di kelasnya,sehingga guru dapat memberi test
sesuai dengan kemampuan siswa;
3. untuk mengetahui tingkat usaha siswa dalam upaya pembelajarannya;
4. untuk mengetahui sejauhmana siswa mengeksplorasi tingkat kecerdasannya dalam memahami
pelajaran;
5. untuk mengetahui ukuran daya guna dan hasilguna metode yang diterapkan oleh guru selaku
pembimbing.untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan sudah sesuai dengan kondisi
pembelajaran dan kondisi siswa yang ada dalam proses pembelajarannya.
D. Fungsi Assesment
Fungsi assesment dalam pembelajaran adalah
1. Fungsi administratif dalam penyusunan nilai dan buku raport;
2. Fungsi promosi,untuk menetapkan tingkat kelulusan siswa;
3. Fungsi diagnostik,untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar;
4. Fungsi data bagi BP(Bimbingan Penyuluhan);
5. Fungsi Pertimbangan , bagi pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.
Colin Rose, pakar accelerated learning, menjelaskan bahwa diri kita adalah hakim yang
terbaik untuk menilai kemampuan dan kekurangan diri sendiri (self assesment). Kita harus
menguasai 8 kecerdasan yang ada pada diri kita dan siswa didik , sebelum membuat
evaluasi/assesment ke arah tercapainya tujuan pembelajaran. Delapam kecerdasan itu adalah:
1. Kecerdasan linguistik (berminat pada drama, pendengar yang baik, pembicara yang
fasih, pandai menjelaskan sesuatu, senang menulis)
2. Kecerdasan matematis, logis (pemikir yang logis dan analisis).
3. Kecerdasan visual/spasial (pengamat,penentuarah pemikiran,pembuat pola diagram yang teliti).
4. Kecerdasan musikal(pendengar bunyi alam yang baik dan penghafal baik, penulis lirik atau musik
yang baik).
5. Interpersonal (mediator yang tangguh).
6. Intrapersonal (eksklusif, penyendiri, penghayal).
7. Fisik (bekerja dengan benda, senang bergerak,olahragawan).
8. Naturalis (Pencinta alam,yang mampu menyebut nama jenis tanaman ,hewan dan pemerhati
lingkungan yang baik).
Dalam membuat assesment pembelajaran, sebaiknya para pendidik memperhatikan
tingkat kecerdasan siswa dan perbedaan yang ada dalam diri masing-masing siswa sesuai 8
kecerdasan yang tersebut. Pendidik juga harus mampu memotivasi siswa sehingga dapat
memberikan hasil yang baik dalam melatih daya ingat dan menggali potensi kecerdasan mereka
sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Vernon dari Universitas Texas , yang dikutip oleh
Colin Rose bahwa terdapat perbedaan persentase ingatan dalam proses pembelajaran sebagai
berikut:
1) Belajar dengan Membaca akan menghasilkan daya ingat 20% saja
2) Belajar dengan Mendengar akan menghasilkan daya ingat 30% saja
3) Belajar dengan Melihat akan menghasilkan daya ingat 40% saja
4) Belajar dengan Mengucapkan akan menghasilkan daya ingat 50% saja
5) Belajar dengan Melakukan akan menghasilkan daya ingat 60% saja
6) Maka Belajar dengan Membaca,Mendengar,Melihat,Mengucapkan,dan Melakukan akan
menghasilkan daya ingat sebanyak 90% (Luar biasa).
Penelitian Vernon yang tersebut di atas dapat kita sandingkan dengan ”Gaya
Pembelajaran” Model Quantum Teaching dalam mengevaluasi pemahaman dan interaksi siswa
dalam proses pembelajaran, yang dipaparkan oleh Bobby De Porter, Mark Reardon dan Sarah
Singer Nourie dalam istilah TANDUR (singkatan kata dari, T= Tumbuhkan, A=Alami, N =
Namai, D = Demonstrasikan, U = Ulangi, R = Rayakan ). T = Tumbuhkan minat siswa dalam
pembelajaran, dengan AMBAK ( Apa Manfaatnya BAgiKu /siswa). Dalam hal ini guru
memotivasi minat belajar Siswa untuk ikut memberi keputusan kepada tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). A = Ciptakan ”pengalaman” yang membuat siswa, merasa mengalami peristiwa
yang disampaikan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. N =
Siapkan kata kunci untuk penamaan yang akan memudahkan daya ingat siswa. D =
Demonstrasikan , sebagai entuk aplikatif dari pengetahuan/ide/pesan yang disampaikan guru.U =
Ulangi , adakan tes formatif atau post test sebagai alat ukur pemahaman. R = Rayakan
keberhasilan Proses Pembelajaran yang interaktif , efisien dan efektif, di antara guru dan siswa.
G. ”10 Prinsip Assesment ”, untuk keberhasilan evaluator rofesional.
Dalam membuat assesment/evaluasi/penilaian, pendidik harus memperhatikan dan
menguasai sepuluh prinsipassesment , dengan melaksanakan tahapan-tahapan berikut ini :
a) Pendidik harus membuat Perencanaan yang efektif bagi dirinya dan
anak didiknya.
b) Assesmen harus terfokus pada siswa sebagai subjek pembelajaran
(student center).
c) Assesment harus interaktif , Reflektif dan dapat dilaksanakan.
d) Assesment adalah kunci ketrampilan Guru.
e) Assesment adalah alat evaluasi yang sensitif dan Konstruktif terhadap
dampak emosi siswa.
f) Assesment harus memperhitungkan Motivasi Belajar siswa.
g) Promosikan tujuan belajar, dan libatkan siswa sebagai pengambil
keputusan.
h) Assesment adalah Bimbingan Belajar sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan.
i) Assesment akan membangun jiwa kepemimpinan(kemandirian) dan
kepekaan. siswa.
j) Assesment harus sesuai dengan tingkat kecerdasan / kemampuan
siswa yang berbeda satu sama lainnya.
F. Assesmen Alternatif
Penilaian alternatif menawarkan pada murid lebih banyak pilihan ketimbang ujian
tradisional. Sebagai contoh guru bahasa Indonesia di sekolah memberi murid menu penilaian
seperti menulis laporan tentang wawancara, menulis sendiri cerita atau mewawancarai tokoh.
Penilaian demikian digolongkan dalam penilaian autentik. Artinya penilaian yang dilakukan
guru mengevalusi pengetahuan siswa dalam konteks yang mendekati kehidupan nyata. Namun,
dalam merancang atau memilih alat evaluasi guru harus memperhatikan setidaknya tiga
indikator sebelum assesment dalam bentuk evaluasi diberikan kepada siswa didik. Hal ini
dimaksudkan untuk suksesnya proses pembelajaran. Tiga indikator tersebut adalah :
1. Indikator kondisi yang ada di linkungan pembelajaran dengan terlebih dahulu memperhatikan
tujuan dan karakteristik bidang studi, kendala dan karakteristik bidang studi, karakteristik peserta
didik.
2. Memilih metode pembelajaran yang dapat memenuhi standar kompetensi yang sudah
diarahkan dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Metode pembelajaran yang
digunakan harus berpijak pada empat komponen KTSP yaitu :
a) Tujuan pendidikan sekolah
b) Struktur dan muatan kurikulum (content), yang mencakup mata
pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan dan
kelulusan,penjurusan,pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global.
c) Kalender Pendidikan
3. Silabus dan RPP
Memilih assesmen alternatif yang sesuai dengan standar kompetensi dengan tidak
mengabaikan indikator kondisi pembelajaran serta metode yang digunalkan dalam proses
pembelajaran tersebut. Intinya, sebagai guru dituntut untuk dapat merancang sistem
instruksional, merancang pesan, merancang strategi pembelajaran yang efisien dan efektif
sehingga proses pembelajaran dapat memberikan assesment yang baik bagi masyarakat
atas output yang dihasilkan oleh sekolah tersebut. Sebagai guru, untuk dapat mengelola proyek,
sumber, sistem dan informasi tentang assesment pembelajaran, khususnya dalam menganalisis
permasalahan di seputar assesment sekolah harus memiliki KSA yaitu :
1. Knowledge : pengetahuan dan wawasan
2. Attitude : Sikap yang baik sebagai seorang guru,dosen,atau manager lembaga pendidikan /
kepala sekolah.
3. Skill : Keahlian dalam menganalisa dan menyelesaikan permasalahan di
seputar assesment dalam kualitas proses pembelajaran.
Guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan Alat evaluasi yang tepat dan
bermanfaat dalam memberikan umpan balik yang bernilai positif bagi pendidik dan sekolah
sehingga pada akhirnya assesmentpembelajaran dari sekolah atau institusi dimana proses
pembelajaran itu berlangsung dapat menjadi nilai plus bagi kualitas sekolah itu sendiri.dan
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh para evaluator adalah dalam membuat
alat evaluasi sebagai assesment tools diantaranya :
1. Pembuatan Quiz
2. Pembuatan assignment untuk siswa
3. Pembuatan pre test dan post tes dalam berbagai tipe soal
4. Self test bagi siswa
5. Presentasi jawaban
Sehingga peserta didik (siswa didik) yang melaksanakan Evaluasi tersebut lebih mempersiapkan
diri dalam menghadapi berbagai test, baik pre test atau post test, test sumatif atau formatif, baik
evaluasi yang dilakukan oleh evaluator dari luar maupun dari dalam,tidak akan menjadi faktor
utama yang perlu dikhawatirkan dalam penilaian assesmen pembelajaran bagi hasil evaluasi
mereka.
H. Assessment Portofolio
Assesment portofolio adalah penilaian terhadap kumpulan berkas sebagai bukti fisik
setiap aktivitas siswa selama dan sesudah pembelajaran, bisa berupa dokumen hasil tes, tugas-
tugas, hasil karya, catatan tentang sikap-minat, ketrampilan, dan kompetensi
siswa. Assesment ini adalah salah satu bentuk penilaian autentik yang diadaptasi secara luas di
sekolah-sekolah saat ini. Diane Hart mendefinisikan portofolio sebagai "sebuah wadah yang
memegang bukti keterampilan individu, ide, minat, dan prestasi." Penilaian portofolio
merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data
secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Seluruh hasil belajar peserta
didik (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum atau hasil pekerjaan rumah) dicatat dan
diorganisir secara sistematik.
Fungsi penilaian fortopolio adalah sebagai alat untuk mengetahui kemajuan kompetensi
yang telah dicapai peserta didik dan mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, memberikan
umpan balik untuk kepentingan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Kumpulan
hasil pekerjaan peserta didik dapat berupa: (1) puisi; (2) karangan; (3) gambar/tulisan; (4)
peta/denah; (5) desain; (6) paper; (7) laporan observasi; (8 ) laporan penyelidikan; (9) laporan
penelitian; (10) laporan eksperimen; (11) sinopsis;(12) naskah pidato/kotbah; (13) naskah drama;
(14) doa; (15) rumus;(16) kartu ucapan; (17) surat; (18 ) komposisi musik; (19) teks lagu; (20)
resep masakan.
Penilaian portofolio sering diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan yang
merekam aktivitas program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering dianggap sebagai
suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan, penilaian portofolio cukup sering
digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan pencapaian masing-masing siswa. Penilaian
portofolio jika dilakukan secara benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur praktek,
prosedur, dan keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.
Tidak semua portofolio merupakan portofolio penilaian. Portofolio juga bisa berisi hasil
kerja dan catatan tersendiri dari guru, atau dari seorang profesional, atau bahkan portofolio suatu
perusahaan. Portofolio penilaian sendiri memiliki beberapa komponen yang harus ada atau
terdapat dalam portofolio tersebut. Komponen-komponen tersebut antara lain :
· Merupakan bagian dari komponen hasil mata pelajaran
· Didasarkan pada hasil keluaran program
· Mencakup dokumentasi dari semua yang didemonstrasikan siswa dari setiap keluaran
· Dinilai oleh guru dengan menggunakan rubrik yang umum
Pada dasarnya ada beberapa tipe portofolio, seperti:
· Showcase – siswa meletakkan semua contoh terbaik atau produk terbaik yang dihasilkannya
dari setiap objektif.
· Kumulatif – Siswa meletakkan semua pekerjaan yang relevan untuk setiap objektif dalam
portofolionya.
· Proses – Siswa meletakkan pre/post sample dari pekerjaan untuk setiap objektif dalam
portofolionya.
Dalam setiap tipe portofolio harus terdapat komponen dasar sebagai mana tercantum
diatas. Beberapa ahli membagi portofolio menjadi dua yaitu Portofolio Proses dan Portofolio
Produk. Portofolio proses berisi dokumentasi dari tahapan-tahapan pembelajaran dan catatan
kemajuan siswa. Sedangkan Portofolio Produk hanya berisi kumpulan hasil kerja terbaik siswa.
Untuk mengetahui proses dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru
menggunakan portofolio proses, sedangkan untuk mengetahui penguasaan akhir digunakan
portofolio produk.
Ada beberapa kelebihan dari Penilaian Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia
Scherba dari Venn ) seperti:
· Menunjukkan evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis
· Mengukur Kinerja dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa
· Memberikan fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan
· Memungkinkan guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan belajar dan
untuk evaluasi kemajuan.
Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari
proses pembelajaran
Memfasilitasi pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring
Memungkinkan pembentukan struktur pembelajaran bertahap
Memungkinkan guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan
dalam dialog yang terstruktur maupun tidak.
Memungkinkan pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan
berbagai tipe data dan material.
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki banyak
kegunaan. Seperti misalnya:
Mendorong pembelajaran mandiri
Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
Membantu mempelajari pembelajaran
Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan
Dengan demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian portofolio
merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan, keobjektifan dan
tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan bersumber imajinatif. Hal ini
menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan evaluasi harus berkelanjutan dari satu
kegiatan kepada kegiatan lain guna peningkatan mutu kualitas pendidikan bagi input maupun
output di sekolah. Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara baik dan profesional baik di
lembaga formal maupun non formal. Assesment positif sebagai penilaian hasil evaluasi terhadap
program atau proses haruslah diakui oleh masyarakat luas yang menjadi penilai objektif bukan
penilaian individualistis.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bertolak dari ketentuan perundangan PP.No.19 tahun 2003 , tentang standar Nasional Pendidikan
, yang menguraikan delapan standar mutu pendidikan yaitu , (1) standar isi , (2) standar proses ,
(3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan , (5) standar sarana dan
prasarana, (6) standar pengelolaan , (7) standar pembiayaan , dan (8) standar penilaian
(assesment) , maka kita dapat melihat bahwa standar penilaian (assesment) adalah ”Standar
Penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran.artinya , Assesment (Penilaian/Evaluasi) ,
merupakan indikator penting yang harus dikuasai oleh setiap guru dan dosen untuk mengetahui
apakah seluruh standar yang tersebut di atas berhasil atau gagal dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakannya, tentunya , setelah diperoleh hasil assesmen dari proses pembelajaran tersebut.
Dari Assesment ini pula,kita dapat mengetahui apakah guru dan dosen sebagai perancang dan
pengelola proses pembelajaran, telah memenuhi standar kualifikasi akademik yang dimaksud
oleh PP. No.19 tahun 2005 , dimana guru harus memenuhi empat standar kompetensi sebagai
agen pembelajaran , yaitu standar Kompetensi pedagogis, standar Kompetensi Kepribadian ,
standar Kompetensi profesional , dan standar Kompetensi sosial,yang membuat assesmen
pembelajaran di sekolah tersebut berkualitas.
Urgensi Assesmen Pembelajaran di bidang Teknologi Pendidikan sesuai Tujuan Instruksional
dari AECT 1994 menurut Seels dan Richey harus dikuasai oleh para teknolog pendidikan di era
globalisasi teknologi saat ini, ,yang menjelaskan bahwa seorang teknolog pendidikan harus
mampu menjadi agen pembelajaran yang berkompeten sebagai : (1).Designer (Perancang),(2)
Developer(Pengembang),(3).Utilizer(Pemanfaat),(4) Manager,(5)Evaluator.[1]
[1] Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar , Mozaik Teknologi Pendidikan,diterbitkan
Kencana Prenada
Media Group bekerjasama dengan UNJ
BAB II
ISI MATERI
Assesmen menurut H.A.R Tilaar,adalah alat test untuk mengukur performance siswa dalam
proses belajar.
Salah satu contoh test (assesment) yang menjadi industri besar di Amerika adalah test TOEFL
(test bahasa inggris) SAT dan GRE yang digunakan untuk memasuki perguruan perguruan tinggi
terkemuka di Amerika.[4]
Menurut Lefrancois (,1982:336), Assesmen adalah “Alat Ukur / Evaluasi, bagi Guru / Dosen
untuk ,1.Mengetahui , 2.Memonitor , 3.Merekam , 4.Mendorong , dan 5.Meningkatkan atau
meotivasi Prestasi Siswa yang akan menjadi umpan balik bagi diri siswa sendiri untuk mengukur
kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur diri.
Assesment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah Alat Ukur / Evaluasi,bagi Guru
untuk,“Mengetahui Kemajuan Siswa ,sesuai dalam Tujuan Pembelajaran”.
Assesment menurut Gagne & Briggs (1979-157), Soekamto (1994), Bohlin,Martin & Brigss
(1987:11-14), Alat Ukur Keberuntungan Guru dan Siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri
(Self Assesment) dalam meningkatkan keberhasilannya,dan inisiatif diri “,
Assesment Of Learning menurut Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior
(1980:76) , adalah Evaluasi pada Landasan Psikologis yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi
diri,dimana guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :
[2] An English – Indonesian Dictionary oleh : John M.Echols dan Hassan Shadily
[3] Degeng dan Yusufhadi Miarso,Buku Landasan Teknologi Pendidikan
[4] H.A.R Tilaar,Standarisasi Pendidikan Nasional,Suatu Tinjauan Kritis,Rineka Cipta,Oktober
2006
1.Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik 2.Memilih alat evaluasi yang objective dan
Adil,dengan menginformasikannya kepada siswa,3.memberi kesempatan siswa untuk
mengevaluasi diri,4.Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.[5]
Menurut Tardif (1989),Assesment adalah evaluasi terhadap proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa,sesuai criteria yang ditetapkan,contoh
assesmen di Indonesia salahsatunya adalah UAN (Ujian Akhir Nasional) yang dahulu dikenal
dengan EBTANAS.[6]
Assesmen sebagai alat evaluasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, pada tataran silabus ,
memiliki tujuan instruksional yang terfokus pada tiga kawasan / kategori ranah (domain) , yaitu :
Kognitif ( hal yang harus diketahui dan difahami oleh siswa) , psikomotor (hal yang dapat
dilakukan oleh siswa setelah memiliki pengetahuan) dan afektif (”sikap”siswa setelah proses
pembelajaran diberikan).
Proses Evaluasi sebagai dalam pembelajaran diklasifikasikan oleh Bloom dan teman temannya
(1956) melalui tahapan yang dimulai dari jenjang yang mudah ke jenjang yang sulit,artinya,
evaluasi sudah berlangsung sejak awal (pre test) proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran
(post test) dan Jenjang tahapan dalam klasifikasi Bloom adalah dimulai dari :
1. Pengetahuan (penyajian informasi,dimana siswa mampu mengulang apa yang diuraikan
guru/dosen)
2. Pemahaman (siswa menguraikan pesan / pengetahuan yang diterima dari guru dan
menguraikannya berdasarkan pemehamnnya/menambahkan atau mengkritisi)
3. Aplikasi (Siswa mampu membuat diagram / pola atas informasi / pesan / pengetahuan yang
diterima dari guru berdasarkan pemahamnnya sendiri,yang tentunya tidak keluar dari tujuan
pesan tersebut)
2. Untuk mengetahui posisi siswa dalam kelompok di kelasnya,sehingga guru dapat memberi test
sesuai dengan kemampuan siswa.
5. Untuk mengetahui ukuran daya guna dan hasilguna metode yang diterapkan oleh guru selaku
pembimbing.untuk mengetahui apakah metode yang diterapkan sudah sesuai dengan kondisi
pembelajaran dan kondisi siswa yang ada dalam proses pembelajarannya.
Dalam Buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru , Muhibbin Syah M.Ed, menjelaskan
bahwa ragam evaluasi terdiri atas beberapa bentuk test ,diantaranya adalah :
1. Pre test (diberikan guru pada setiap awal penyajian pelajaran) dan
Post test (diberikan pada setiap akhir penyajian pelajaran).
2. Evaluasi Prasyarat (appersepsi)
3. Evaluasi Diagnostik,yang diberikan setelah selesai penyajian,yang menitik beratkan pada
bahasan tertentu yang membuat siswa kesulitan,untuk dibahas solusi pemahamannya.
4. Evaluasi Formatif,sejenis”ulangan” yang diberikan pada akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul.
5. Evaluasi Sumatif,sejenis ”ulangan umum” yang diberikan pada setiap akhir semester atau
akhir periode pelaksanaan program pengajaran.
6. UAN (Ujian Akhir Nasional),
Penelitian Dr. Vernon Megnesen yang tersebut di atas dapat kita sandingkan dengan ”Gaya
Pembelajaran” Model Quantum Teaching dalam mengevaluasi pemahaman dan interaksi siswa
dalam proses pembelajaran , yang dipaparkan oleh Bobby De Porter , Mark Reardon dan Sarah
Singer Nourie dalam istilah TANDUR (singkatan kata dari , T= Tumbuhkan , A=Alami, N =
Namai, D = Demonstrasikan , U = Ulangi, R = Rayakan )
T = Tumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran,dengan AMBAK ( Apa
Manfaatnya BAgiKu (siswa) dalam hal ini guru memotivasi minat belajar
Siswa untuk ikut memberi keputusan kepada Tujuan Pembelajaran yang
akan dicapai)
A = Ciptakan ”pengalaman” yang membuat siswa , merasa mengalami
peristiwa yang disampaikan , untuk menumbuhkan minat belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
N = Siapkan kata kunci untuk penamaan yang akan memudahkan daya
ingat siswa. [15]
BAB III
Sesuai dengan tuntutan Undang undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 , pasal 11
ayat 1 , yang mengamanahkan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, di
Era Globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) peran para teknolog pendidikan
menjadi sangat penting sebagai ”Agen Of Changes” untuk penyelenggaraan pendidikan berbasis
teknologi.namun untuk mengetahui peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
Undang undang tersebut ,kita hanya dapat mengetahuinya melalui Evaluasi yang akan menjadi
assesmen atas peningkatan kualitas pendidikan yang sangat bergantung pada peningkatan
kualitas pembelajaran atau proses belajar yang sudah direncanakan dan dirancang sebelumnya
dan sekali lagi,peran para teknolog pendidikan yang kompeten di bidang TIK Menjadi sangat
penting karena :
Teknolog Pendidikan sebagai Perancang (Disainer) dalam merancang atau memilih Alat
Evaluasi sebagai Assesmen Alternatif yang tepat (efektif dan efisien) harus memperhatikan
setidaknya tiga indikator sebelum Assesmen dalam bentuk Evaluasi diberikan kepada siswa
didik ,untuk suksenya proses pembelajaran , tiga indikator tersebut adalah :
[18]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
3. Kalender Pendidikan
4. Silabus dan RPP
3. Memilih Assesmen Alternatif yang sesuai dengan standar kompetensi dengan tidak
mengabaikan indikator kondisi pembelajaran serta metode yang digunalkan dalam proses
pembelajaran tersebut.
Intinya,sebagai disainer para teknolog pendidikan dituntut untuk dapat merancang sistem
instruksional ,merancang pesan,merancang strategi pembelajaran yang efisien dan efektif
sehingga proses pembelajaran dapat memberikan assesmen yang baik bagi masyarakat atas
output yang dihasilkan oleh sekolah tersebut.
Para Teknolog Pendidikan dituntut untuk mampu mengembangkan model assesmen yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan globalisasi informasi dan teknologi di bidang pendidikan tanpa
mengabaikan kondisi yang ada pada lingkungan belajar baik dari kondisi kultur budaya
masyarakat setempat,kondisi sekolah,kondisi pendidik,kondisi siswa didik serta bahkan kondisi
religius yang dianut oleh masyarakat setempat. para pendidik ,guru,dosen,trainner atau motivator
pelatihan pembelajaran , harus mampu mengembangkan segala sesuatu yang ada di lokasi atau
lingkungan pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana , media belajar, pemilihan metode
belajar yang tepat , dan suasana belajar dengan ketrampilan dalam memilih dan menggunakan
teknologi cetak (buku,gambar,peta dll),teknologi audio visual (Radio,tape recorder,TV dll.),
teknologi berbasis komputer(pembelajaran dengan jaringan internet secara global , atau
pembelajaran berjaringan dalam lokal kelas/sekolah),dan teknologi terpadu (pembelajaran
berbasis multimedia).
C. Teknolog Pendidikan adalah Utilizer ( Pengguna yang mampu memanfaatkan sesuatu) dalam
perancangan assesmen yang kompeten.
Sebagai Teknolog Pendidikan yang kompeten, para pendidik dituntut untuk mampu bahkan
mahir dalam memanfaatkan media belajar yang sudah diuraikan di atas,dan menyebarkan
informasi dan inovasi yang dibuatnya dalam dunia pendidikan kepada masyarakat di lingkungan
belajar,sehingga pemetaan assesmen pembelajaran menjadi lebih merata
[19]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
(sesuai yang diharapkan oleh Prof.Cony Semiawan pada dialog seputar
UAN dan keputusan MA , di TV One) , sehingga implementasi dan
pelembagaan , serta kebijakan dan peraturan yang berlaku di seputar
assesmen sekolah tidak lagi menjadi pembicaraan yang ”enak
dibicarakan” tetapi ”tidak enak untuk dilaksanakan”.
D. Teknolog Pendidikan sebagai Manager yang kompeten dalam memimpin dan mengelola
proses pembelajaran ke arah perbaikan assesmen sekolah.
[20]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
1. Adanya Subjektifitas dari evaluator dalam mengevaluasi program atau proses pembelajaran,
sehingga penilaian atau assesmen pembelajaran pastinya akan selalu positif,dan menginginkan
kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula sesuai kehendak evaluator .
2. Karena sudah memahami seluk beluk program atau proses evaluasi,terkadang evaluator
tergesa gesa dalam menilai hasil evaluasi , sehingga kurang cermat dalam memberi penilaian.
[21]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
Sehingga peserta didik (siswa didik) yang melaksanakan Evaluasi tersebut lebih mempersiapkan
diri dalam menghadapi berbagai Test,baik pre test atau post test,test sumatif atau formatif,baik
evaluasi yang dilakukan oleh evaluator dari luar maupun dari dalam,tidak akan menjadi factor
utama yang perlu dikhawatirkan dalam penilaian assesmen pembelajaran bagi hasil evaluasi
mereka.
Karena tim guru di sekolah tersebut adalah teknolog yang handal dalam memberikat Alat
Evaluasi yang tepat sasaran sehingga efektifitas dan efesiensi belajar di sekolah dapat berdampak
assesmen yang baik pada pendidik,siswa didik,sekolah ,bahkan kurikulum yang digunakan
dalam program pembelajaran di sekolah tersebut.
2. Pengertian Assesmen sebagai Penilaian dari Hasil Evaluasi
Ada tiga istilah yang dipergunakan sebagai Alat Evaluasi yaitu Test
Pengukuran dan penilaian (test,measurement, dan assesment ).
[22]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
Guilford mendefinisikan measurement sebagai “assigning
numbers to,Quantifying things according to a set of rules(Griffin &
Nix,1991:3)
[23]http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam- evaluasi-program-
pembelajaran.html
Assesmen Alternatif adalah pilhan yang tepat , karena pemilihan Alat Evaluasi sebagai unsur
terpenting dan pamungkas dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh bagi assesmen
sekolah dan unsur yang terlibat di sekolah tersebut.dengan terlebih dahulu memperhatikan
kondisi lingkungan masyarakat,lingkungan sekolah,melihat ketersediaan sarana dan prasarana
(ketersediaan jaringan yang menjadi indikator penting bagi pembelajaran yang berbasis TIK).
Dengan memperhatikan aspek kemampuan individu (self assesment) dalam delapan kecerdasan
yang berbeda dan kemampuan kinerja kelompok (performance assesment) dalam wujud
assesmen kinerja siswa dalam mengadaptasi test berbasis komputer,internet,maupun
pembelajaran berjaringan atau pembelajaran multimedia,baik pre test maupun post test,test
pilihan ganda yang diperluas,test jawaban terbuka,tugas individu,tugas kelompok,baik dalam
bentuk wawancara,observasi,assesmen portofolio ( dalam tahap persiapan,tahap pelaksanaan,dan
tahap penilaian) ,proyek pameran,atau demonstrasi karya.
F. Ragam dan Sejarah Alat Evaluasi Sebagai Assesmen dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan di Indonesia.
( ” Sabar dulu yah? Masih disusun , maklum stripping task from Teacher ”,)
BAB IV
KESIMPULAN
Nilai Positif Assesmen Penilaian terhadap proses atau program yang Pembelajaran yang
diketahui melalui proses evaluasi adalah peningkatan bagi pembelajaran atau pendidikan yang
menjadi Tujuan Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi Informasi dan Komputer (TIK).
Peran teknolog pendidikan yang kompeten di bidangnya sangat berpengaruh bagi kesuksesan
evaluasi yang akan berdampak assesmen yang positif bagi input dan output di sekolah itu.dengan
memperhatikan tahapan sebagai berikut.
1. Sebelum Para Evaluator mengevaluasi program atau proses pembelajaran,,para pengelola
pendidikan baik kepala sekolah,guru dan teknolog pendidikan harus merencanakan dengan
matang proses pembelajaran yang akan memberikan assesmen yang positif bagi sekolah
tersebut.
3. Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara baik dan profesional baik di
lembaga formal maupun non formal.
Demikianlah pemaparan kami tentang pentingnya Evaluasi dan Assesmen dalam upaya
peningkatan mutu kualitas pendidikan yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional.
Dalam hal evaluasi diri sebagai upaya peningkatan mutu seseorang, Allah SWT,telah
mengingatkan kita dalam Al Qur’an pada ayat :
“ Bacalah Kitabmu,cukuplah dirimu sendiri sebagai penghisab terhadapmu (sebelum Allah SWT
yang menghisabmu)” (QS.17:14)
DAFTAR PUSTAKA
Idi Abdullah ,”Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,” Arruz Media,Mei 2009
http://www.um.pwr.ac.id/web/article/409-optimalisasi-peran-guru-dalam-evaluasi-program-
pembelajaran.html
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan
evaluasi dan selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum
memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak orang
yang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut dengan suatu pengertian yang sama.
Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena
aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi
merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat
contoh berikut :
Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu
panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan
cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali
memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya.
Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar,
sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya
kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian
tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli.
Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian
sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan
memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih
panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan
menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak
tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang
manis.
Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1
diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang
maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita
akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing
penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang
ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.
Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun
jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan
beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan
pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran
yang kita tetapkan yang akan dibeli.
Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran,
yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal,
langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.
Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang
dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan
evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.
Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi
sebagai berikut :
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif.
Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria
baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian
C. Evaluasi dalam Pendidikan
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful
information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan
suatu alternatif keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui
kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan
tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan
Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas
sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2002).
Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih
meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi
formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara
itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan
(Lehman, 1990).
D. Penilaian Dalam Pendidikan
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang
sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru)
dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh
mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu
dapat dinyatakan dengan nilai.
E. Pengukuran dalam pendidikan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar
atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau
misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan
pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang
relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar
apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar,
menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran
memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut
suatu aturan atau formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau
suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi
tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan
demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik
peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi
karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto
dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
F. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes
dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah
kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-
bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing :
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-
judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan
merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud
pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of
Education and Culture.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice.
Japan: Shizuoka University.
Lehmann, H. (1990). The Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in
The International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila. Innotech
Publications-Vol 20 No. 05.
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College
Publishing Company
Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.