Anda di halaman 1dari 9

Ekspestasi Realita

Karya :Egi Alfiannissa


XII IPA 4

Menjadi anak dari sepasang orang tua perantau memang menjadi suatu hal
yang akan bergelut dengan rasa sedih ataupun bahagia. Sungguh menyenangkan
bukan berdamai dengan segarnya udara alam, heningnya suara bising, suara
sautan dan obrolan orang yang berlalu lalang di pagi buta. Sinar cahaya mentari
pagi telah membangunkannya dari mimpi indah yang memaksakan alunan kaki
yang terus berjalan menyusuri segala keberuntungan di sebuah desa.

“ Rara!.., cepat bangun sudah jam berapa ini?” teriak Ibu Rara.

“ Iya bu.., sebentar” jawab Rara sambil bergegas untuk mandi.

“ Ibu sudah siapkan sarapan di meja, nanti kamu makan ya, ibu mau
berangkat sekarang yaa” ucap Ibu Rara.

“ Iya buu siap!” jawab Rara setelah berseragam sekolah rapi.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15, Rara segera bergegas ke


sekolah dengan diantar oleh pembantu rumah. Cuaca yang begitu indah dan
sangat bersahabat pada pagi hari itu membuatnya enggan berlari di tengah
perasaan bahagia itu, yap Rara adalah anak Jakarta yang berusia 17 tahun yang
sedang menghabiskan masa akhir sekolah di sebuah desa di Jawa Barat sebagai
murid baru pindahan.

Sesampainya di sekolah Rara menghabiskan waktu belajarnya di kelas


sebagai siswa kelas 2 SMA. Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi.

“ Hai, nama aku Riska kamu anak baru ya?” tanya Riska, teman sekelas
Rara dengan logat sundanya.

“ Ohh, iya salam kenal juga” jawab Rara yang sedang menghabiskan
sepotong roti yang ia bawa dari rumah.
Tanpa banyak basa-basi Riska mulai menyudutkan obrolan tersebut pada hal
petualangan, Riska pernah mengutarakan keinginan nya untuk mendaki gunung di
media sosial miliknya dan Rara sambil smpat melihat story instagram milik Rara
tersebut

“ Hey, ayo ke semeru?” ajak Riska.

“ Sudah gila kah kamu, gunung itu tinggi banget dan bagaimana kamu tahu
kalau aku pengen banget mendaki gunung?”

“ Sudahlah ada pokoknya, gimana nih mau tidak?” tanya Riska dengan
penuh harapan.

Dengan segala perdebatan dan pertimbangan, akhirnya Riska dan Rara


sepakat untuk pergi mendaki ke gunung semeru di liburan akhir tahun. Gunung
Semeru merupakan gunung dengan puncak tertinggi di Pulau Jawa yang mencapai
titik puncak 3676 meter diatas permukaan laut, dengan jalur berpasir untuk
mencapai puncak.

“ Masa cuma kita berdua?” tanya Rara dengan ragu dan bimbang.

“ Aku punya teman namanya Galih dan Galuh mereka berdua kakak adik
dan sudah biasa mendaki hingga puncak, terakhir kali dia naik Gunung Raung,
Jawa Timur” jawab

“ Wahhh, padahal gunung itu gunung dengan jalur pendakian terekstrim


yaa. Okedeh setuju, jadi gak sabar” ucap Rara dengan bersemangat.

Bulan Desember pun tiba, dimana mereka berdua sepakat untuk mendaki
Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur via Kota Malang.

Memutuskan untuk pergi mendaki di akhir tahun adalah salah satu impian
Rara yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Mereka sepakat untuk bertemu di
Stasiun Malang, Riska yang sudah mengatur segala kelengkapan persyaratan dan
perjanjian antara Galih dan Galuh maupun pihak petugas Semeru. Galih dan
Galuh yang berdomisili di Malang sedangkan Riska dan Rara harus menaiki
kereta untuk sampai ke Kota Malang. Perjalanan yang sangat panjang dan
melelahkan, mereka harus duduk selama kurang lebih 10 jam di kereta.
Sesampainya di Stasiun Malang mereka berdua sudah disambut oleh kakak
beradik yang siap memandu perjalanan Riska dan Rara selama di Malang maupun
pada saat mendaki.

Dari Stasiun Malang ia menyewa mobil jeep untuk mengantar mereka


pada sebuah wilayah yang bernama pasar tumpang, yap wilayah inilah yang
menjadi langkah awal dari Pendakian.

“ Duhh harga sewa mobil jeepnya mahal banget kalo hanya kita
berempat.., bisa membludak nih pengeluaran uang” ucap Galuh.

Dari kejauhan terdapat 2 orang pendaki yang berasal dari Bandung yang
juga sedang mencari teman untuk membayar sewa mobil jeep tersebut secara
bersama sama , agar meminimalisir pengeluaran uang selama perjalanan
pendakian.

“ Mbak, mas kita boleh bareng nggak naik jeep bareng kalian nanti biara
kita bisa patungan dan pengeluaran biaya bisa terkontral” ucap salah seorang
pendaki Jakarta tadi.

“ Ohhhh boleh banget, ini kami juga sedang mencari tambahan orang
untuk menaiki mobil jeep ini” jawab Galuh dengan bersemangat.

Tak lama kemudian mobil segera bergegas menuju kawasan pendakian


Gunung Semeru.

Mereka pun tiba. Setelah mengurus semua surat izin untuk mendaki atau
SIMAKSI ( Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) mereka berempat bergegasa
memulai pendakian dan mereka melakukan doa bersama sebelum mendaki lebih
jauh, agar dijauhkan dari hal-hal negatif yang memungkinkan terjadi. Langkah
kakipun berjalan hingga Pos Ranu Pane atau pos pertama disana terdapat orang
yang menyediakan dan menjual berbagai macam makanan atau logistik bagi
pendaki.

“ Oh iya Riska, Rara kalian harus benar benar terbuka ya saat pendakian,
jika kalian capek atau ada masalah apa saja bilang saja yaa, tapi ingat kalau
mengalami hal janggal diceritakan nanti pada saat turun saja ya” ucap tegas Galih.
“ Siapp! Kak” jawab mereka yang sudah paham dengan segala peraturan
pendakian

Gunung memang menyimpan banyak misteri dan alam tidak akan pernah
bisa tertebak. Perjalanan mereka telah sampai pada sebuah danau fenomenal yang
banyak diketahui oleh banyak orang karena film yang sempat viral pada tahun
2012 dan mereka sampai danau pada jam 12 siang . Yap, Danau Ranu Kumbolo.
Mereka mendirikan tenda dan beristirahat

“ Kamu bawa apa aja nih” tanya Galuh pada Riska untuk memulai
obrolan perkenalannya.

“ Ini nih aku bawa mie sama beberapa snack dan nugget, kayaknya sihh
enak hahaha” canda Riska pada Galuh.

“ Ahh kamu bisa aja, ayo segera makan, tidak lama lagi kita akan
melanjutkan perjalanan sampai di pos perbatasan atau Pos Kalimati atau bisa
dibilang batas vegetasi sebelum kita mendaki hingga puncak dengan jalur yang
penuh dengan pasir hingga puncak mahameru dan kita nantinya akan beristirahat
disitu ” ucap Galuh.

“ Ohh iya, nanti kalian juga akan melewati suatu tanjakan yang bernama
Tanjakan Cinta. Tanjakan Cinta merupakan jalan setapak menuju bukit, dengan
kemiringan sekitar 45 derajat. Letaknya tepat setelah Ranu Kumbolo menuju Oro-
Oro Ombo. Saat melewati Tanjakan Cinta, para pendaki dihimbau untuk tidak
menoleh ke belakang. Kalau menoleh, konon akan putus cinta. Jadi.. paham kan
maksud ku hahaha” ucap Galih sambil melirik Rara yang diam diam memendam
rasa padanya.

Setelah 1 jam beristirahat di Danau Ranu Kumbolo, mereka melanjutkan


perjalanan kembali untuk mencapai Puncuk Mahameru. Puncak mahameru adalah
nama beken atau populer dari puncak Gunung Semeru atau puncak tertinggi di
pulau jawa itu. Mulai dari pos keempat atau Danau Ranu Kumbolo tersebut
mereka melanjutkan perjalanan hingga pada Pos Kalimati butuh waktu selama
kurang lebih selama 4 jam untuk mencapai sana.
“ Ehh tunggu bentar aku capek bangett” henti Riska saat mencapai
kawasan yang bernama arcopodo.

“ Okayy kita berhenti sebentar disini” ucap Galih.

Setelah beristirahat kurang lebih 15 menit mereka mulai lanjut berjalan


dengan jalur yang mulai berpasir, jalur yang menyulitkan para pendaki karna dua
langkah kedepan kaki akan tergeser 1 langkah kebawah. Estimasi waktu yang
akan ditempuh dari kalimati hingga puncak sekitar 8-11 jam, bagi mereka yang
ingin menikmati sunrise atau terbitnya matahari hendaknya berangkat sejak awal
atau harus pintar mengatur waktu agar bisa sampai puncak pada saat sunrise.
Angin kencang yang bercampur dengan debu pasir, suhu dingin yang ekstrim
membuat siapa saja yang lalai akan berdampak bahaya bagi fisik maupun mental
pendaki. Tak terlepas bagi mereka berempat karena ini adalah kali ketiga Galih
dan Galuh mendaki puncak mahameru jadi mereka lebih paham dengan kondisi
dan antisipasi untuk keadaan keadaan yang membutuhkan penanganan lebih,
sedangkan Riska dan Rara adalah kali pertama mendaki hingga puncak
mahameru.

“ Awas!! ada batu yang menggelinding ke arah Galih, minggir!!” teriak


Rara.

“ Bersembunyilah di batu besar samping mu!!” teriak Galuh.

“ Haduhh nafasku sudah gak kuat, energiku mulai melemah” ucap Riska.

“ Bagaimana ini apa kita hanya sampai sini saja?” ucap Galih.

“ Jangann lih, aku masih kuat untuk sampai puncak, aku tidak mau
membatalkan rencana kita untuk mencapai puncak” ucap Riska yang terlihat
sangat letih.

“ Percayalah puncak itu hanyalah bonus dari sebuah pendakian,


keselamatan adalah hal yang paling utama Ris...” Ucap Galih karena keadaan
mulai tidak kondusif.
Jam menunjukkan pukul 2 pagi, Riska terlihat mulai membaik karena
mereka bertiga memberikan pertolongan yang cepat dan tepat pada Riska.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Langit mulai memperlihatkan keindahan pagi yang akan segera tiba.

“ Ayoo guys semangat!!, puncak didepan mata” teriak Galih dengan penuh
harapan.

Yap Puncak Mahameru Gunung Semeru telah dicapai mereka berempat


pada pukul 5, tidak sadar air mata mulai mengalir. Terlihat dari ketinggian 3676
mdpl indahnya matahari terbit dengan awan yang berkumpul dengan indah
membentuk suatu gelombang yang tak henti ya membuat kagum siapa saja yang
berhasil melihat itu.

“ Alhamdulillah...” Ucap mereka saat sampai pada puncak.

Riska dan Rara merasa sangat bangga karena ini adalah kali pertama
mereka berdua mendaki hingga puncak di gunung tertinggi di Pulau Jawa. Tak
henti ga mereka mengucap syukur karena telah diberikan nikmat dan keberhasilan
dan pejalan pendakian itu. Mereka lalu berfoto bersama dan mengabadikan
momen saat berada di puncak.

Setelah sekitar 1 jam di puncak mereka pun harus bersegera untuk turun
karena semakin siang udara yang berada dipuncak membahayakan bagi diri
pendaki. Dengan membawa segenap rasa bahagia yang terpuaskan, mereka mulai
menikmati perjalanan turun dengan lebih santai.

Tibalah mereka pada Pos Kalimati dimana mereka sebelumnya mendirikan


tenda dan meninggalkan barang yang tidak perlu dibawa untuk ke puncak di pos
tersebut. Segala perlengkapan pun sudah dirapikan, lalu mereka melanjutkan
perjalanan ke Danau Ranu Kumbolo sebagai tempat singgah terakhir sebelum
pulang. Pada saat itu danau terlihat sangat indah dan tidak lupa mereka berempat
lagi lagi mengabadikan momen berharga itu bersama.

Perjalanan terus berjalan hingga mereka berempat telah sampai di


basecamp atau tempat awal mereka melakukan registrasi pendakian. Di tempat
tersebut mereka kembali mengkonfirmasi bahwa mereka telah kembali dari
pendakian dengan sesuai batas yang sudah disepakati sebelumnya pada pihak atau
petugas TNBTS ( Taman Nasional Bromo Tengger Semeru). Dan kemudian
mereka melanjutkan perjalanan ke Stasiun Malang untuk mengantar pulang Rara
dan Riska.

Rara dan Riska kembali ke Jawa Barat, kemudian Galih dan Galuh
kembali ke rumah mereka. Dan pada saat di stasiun, saat sebelum kereta datang
mereka bersenda gurau dan bertukar nomor telfon agar suatu saat nanti bisa
melakukan perjalanan hebat lainnya lagi bersama sama.

Tidak lama kemudian kereta yang akan membawa Riska dan Rara pun
tiba, mereka dengan segera masuk kedalam kereta dan 10 menit kemudian kereta
tersebut berangkat.

Dalam gerbong kereta mereka berbincang.

“ Riss aku nggak nyangka banget bisa punya teman se-peka kamu,
huhuhu. Tau aja ya kamu kalo aku mau mendaki, dan aku masih gak nyangka bisa
berhasil sampai puncak tertinggi pulau jawa” ucap Rara pada Riska.

“ Iya ra, sebenarnya aku ngajak kamu karna aku juga pengen banget
kesana, makasih juga ya ra udah mau main main sama aku, besok senin kamu
harus traktir aku pokoknya” ledek Riska.

“ Lohh, traktir dalam rangka apa nih” curiga Rara pada Riska.

“ Kelihatannya ada yang sama sama memendam rasa nihh, heisssa. Bilang
aja sama aku kalo kamu suka sama Galih kan. Kalo dilihat dari cara perhatian dia
ke kamu dan kamu merespon dia atas perhatian itu dengan baik, fiks. Pertahanin
Ra! Hahaha” ucap Riska.

“ Hushh, apasih kamu” jawab Rara dengan pipinya yang terlihat memerah
atau tanda malu.

“ Halah sok atuh bilang aja weh sama aku. Aku itu berteman dengan Galih
dan Galuh sudah sejak SD karena dulu dari kecil aku dibesarkan di Malang dan
satu sekolah dengan mereka, jadi aku paham betul lah bagaimana Galih itu,
hahaha” ucap Riska.

“ Eh Ris aku jadi ingat sebuah kata kata mutiara dari Fiersa Besari” ucap
Rara.

“ Apatuhh” tanya Riska kembali.

Kata kata mutiara Fiersa Besari:

Kau tahu, kenapa kebanyakan pegiat alam susah dapat jodoh? Karena, di
gunung, kami banyak belajar tentang cara berbagi, cara mendengarkan, cara
merawat, juga cara mencintai. Tapi, kami tidak pernah belajar tentang cara
memiliki. ~ Fiersa Besari ~

Semakin jauh kereta melaju tak terasa dinginnya malam tanah jawa
membawa perbincangan mereka hingga larut malam, kemudian mereka terdiur
hingga pagi tiba. Speaker pramugari kereta pun terdengar, jam menunjukkan
pukul 8 pagi, mereka tiba di Stasiun Bandung dan sesampainya di pintu masuk
stasiun, Rara dan Riska lalu pulang ke rumah masing masing dengan keadaan
sangat letih.

Dari perjalanan ini Rara berpikir bahwa segala sesuatu itu perlu impian
tapi jangan sampai ekspestasi kita tidak sesuai dengan realita yang telah kita
harapkan. Gunung mengajari banyak hal dalam kehidupan, gunung membuat
sesorang lebih menjadikan orang yang suatu gunung tempat terbaik saat semua
masalah datang satu persatu dalam kehidupan dan siapapun yang melakukan
pendakian akan menyadari bahwa pentingnya melihat keindahan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa agar kita senantiasa bersyukur dengan segala keadaan yang sudah
kita miliki. Dan juga gunung membuktikan bahwa adanya ego dalam diri manusia
yang akan terlihat pada saat perjalanan pendakian, bagaimana seorang pendaki
bisa menahan ego.

Sesungguhnya dalam sebuah pendakian Menuruni gunung memang lebih


mudah daripada mendaki, tetapi keindahan bukan terlihat di bawah, melainkan
pada puncaknya. Benar, proses itu tidak ada yang enak. Seperti halnya mendaki
gunung. Kita lelah, tapi saat di puncak lelahnya terbayar semua. Mendaki gunung
itu sebuah tujuan, tujuan kita sampai ke puncak tertinggi seperti halnya kita
menentukan tujuan hidup kita. Ada sebuah kalimat yang menjadi panutan seorang
pendaki, yaitu : Tunduk saat mendaki, Tegak kala menurun.

Anda mungkin juga menyukai