Oleh :
ASNAWI
NIM. 144012017000091
Diajukan Oleh:
ASNAWI
NIM. 144012017000091
ASNAWI
NIM. 144012017000091
Karya Tulis ini telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di
depan Tim Penguji Pada Hari/Tanggal : Rabu/ 01 Agustus 2018
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Menyetujui :
Mengetahui :
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : Asnawi
NIM : 144012017000091
TAHUN 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
ASNAWI
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
v
HALAMAN MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Apendiktomi Pada Ny. P Di Ruang Mawar BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan
Tahun 2018”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
4. Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan yang telah memberikan izin
7. Buat istri tercinta Normawati, Amd.Kep yang telah memberikan semangat dan
doanya, semoga Allah SWT memberi jalan yang indah pada kita
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidik, dan perawat seringkali harus melakukan peran lebih dari satu dalam
spiritual, dan sosial. pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2005).
laser, peralatan yang lebih canggih, dan peralatan pemantauan yang sangat
sensitif. Pada tahun 1980, tujuh dari delapan pasien bedah memerlukan
1
mengharuskan perawat untuk mempunyai pengetahuan yang baik mengenai
pasien ke PACU (postanesthesia care unit) dan berakhir pada waktu pasien
ujung sekum) (Sodikin, 2011). apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-
sering diderita oleh laki-laki dari pada wanita dan prevalensinya pada
remaja lebih sering dari pada orang dewasa (Suratun dan Lusiana, 2010).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) apendiksitis dapat terjadi pada usia
dan tersering pada rentang usia 10-30 tahun. WHO memperkirakan insidens
populasi dengan insiden 1,1 kasus per 1000 penduduk pertahun. Data yang
2
dirilis oleh departemen kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita
apendiksitis dindonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009
diperoleh data jumlah kasus pasien dengan appendisitis akut yang masuk di
Kamar Operasi Instalasi Instalasi Bedah Sentral BLUD Rumah Sakit Konawe
Selatan dalam tahun 2018 bulan Januari sampai Juni mencapai 126 pasien.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil kasus
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
b. Mampu menganalisa masalah-masalah yang muncul pada pasien
dilaksanakan.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
apendiktomi.
apendiktomi.
2. Bagi institusi
4
3. Bagi lahan praktik
mutu pelayanan yang baik khususnya pada pasien dengan post operasi
apendiktomi.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan
3. Langkah-Langkah
5
pembahasan tentang penalaran hasil pengkajian, perpaduan teori dengan
Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran yang berisi tentang sintesis
pengetahuan.
4. Analisa data
muncul pada teori didukung dengan hasil jurnal yang mempunyai tema
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
menyebabkan sumbatan.
B. Etiologi
faktor pencetus penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen
penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
7
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis yaitu
C. Patofisiologi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis
perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
8
yang di sebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling
atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau
dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen.
D. Manifestasi Klinis
apendisitis adalah:
1. Tanda awal
anoreksia.
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lepas
c. Defans muskuler
9
b. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg)
E. Pemeriksaan Diagnostik
2. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masuh ada keraguan untuk
4. CT scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau di mana penyebab lain masih
F. Komplikasi
309)
1. Perforasi apendiks
2. Peritonitis
3. Abses
G. Penatalaksanan
10
appendiktomi yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong
maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot
(Syamsuhidayat, 2004).
H. Fokus Pengkajian
a. Identitas
11
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah
didapatkan.
penyembuhan luka.
3) Pola aktivitas
12
5) Pola sensorik dan kognitif
f. Pemeriksaan fisik.
2) Integumen
pucat.
13
5) Abdomen
flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine,
6) Ekstermitas
b. Intervensi
peritonitis
14
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perewatan luka aseptik
dimasukkan), eritema
sebelumnya.
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
b. Intervensi
15
Rasional : tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler
seluler
jenis.
pemasukan peroral
perlindungan bibir
pecah-pecah
16
volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia, dehidrasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya insisi bedah, laporan nyeri, wajah
b. Intervensi
kemajuan penyembuhan.
ketidaknyamanan abdomen.
indikasi.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Islam, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, klien bekerja sebagai ibu rumah
tangga, alamat Desa Bumi Raya, nomor rekam medic 057800, klien masuk ke
rumah sakit pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA di ruang Mawar
penulis melakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2018 pada jam 14.15
WITA. Sebagai penanggung jawab Tn. K selaku suami klien, umur 65 tahun,
agama Islam, pekerjaan tani, pendidikan Sekolah Dasar, alamat Desa Desa
Bumi Raya.
yang lalu klien pernah dirawat dirumah sakit karena penyakit thypus. Riwayat
penyakit sekarang Satu minggu yang lalu, klien mengeluh lagi sakit pada
perutnya dan kemudian klien dibawa oleh keluargnya ke BLUD Rumah Sakit
Konawe Selatan pada tanggal 24 Juni 2018 jam 11.39 WITA dan dirawat di
ruang mawar dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. Pada tanggal 25
Juni 2018 klien menjalani operasi apendiktomi oleh dr. I dari pukul 09.15
WITA dan selesai pukul 11.00 WITA. Keluhan utama pada saat pengkajian
tanggal 26 Juni 2018 jam 14.15 WITA didapatkan data subjektif klien
nyeri terus menerus pada saat bergerak di bagian perut, klien mengatakan
18
setelah menjalani operasi, klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan
terasa sakit, klien tampak lemas, hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu
cm dan lebar 2cm di perut kanan bawah luka masih basah, wajah tampak
oleh keluarga karena klien merasa sakit pada bekas luka operasi dan lemas.
tetes/menit.
B. Data Fokus
19
C. Perumusan Masalah
Kemungkinan
No Masalah penyebab (pohon Data
masalah)
1. Nyeri akut Pembedahan Data subjektif:
apendiktomi - klien mengatakan
nyeri pada luka
Luka insisi operasi seperti di
remas-remas skala 6
Inkontinuitas jaringan dan nyeri dirasaakan
terputus saat bergerak
dibagian perut.
Aktivasi reseptor Data objektif:
nyeri - klien terlihat
meringis menahan
Merangsang thalamus nyeri dan ada luka
dan konteks serebri bekas operasi di
bagian perut
Nyeri
20
2. Hambatan Pembedahan Data subjektif:
mobilitas fisik apendiktomi - klien mengatakan
untuk beraktifitas sulit
Luka insisi terasa sakit dan lemas
sehingga semua
Inkontinuitas jaringan aktivitas dibantu
terputus suaminya.
Data objektif:
Aktivasi reseptor - klien terlihat lemas
nyeri - tekanan darah 120/90
mmHg, suhu 37,60C,
Merangsang thalamus nadi 80x/menit,
dan konteks serebri respiratori rate
Nyeri Kelemahan 19x/menit
fisik
Keterbatasan
gerakterhambat
Hambatan
mobilitas fisik
21
D. Rencana Tindakan Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Objektif
1. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri, catat lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan
dengan insisi bedah keperawatan selama 3 x 24 karakteristik, beratnya (skala keefektifan obat, kemajuan
ditandai dengan: jam diharapkan klien akan 0-10) penyembuhan
Data subjektif: mengalami penurunan rasa 2. Pertahankan istirahat dengan 2. Gravitasi melokalisasi eksudat
- klien mengatakan nyeri dengan kriteria hasil: posisi semi fowler dalam abdomen bawah/pervis,
nyeri pada luka - klien mengatakan nyeri 3. Dorong ambulansi dini menghilangkan ketegangan
operasi seperti di hilang atau terkontrol 4. Berikan aktivitas hiburan abdomen yang bertambah dengan
remas-remas skala 6 dengan skala angka 5. Kolaborasi dengan dokter posisi terlentang
dan nyeri dirasaakan nyeri 2 untuk memberikan analgesic 3. Meningkatkan normalisasi fungsi
saat bergerak - klien tampak rileks sesuai indikasi organ, contoh merangsang
dibagian perut. peristaltik dan kelancaran flatus,
Data objektif: menurunkan ketidaknyamanan
- klien terlihat abdomen
meringis menahan 4. Fokus perhatian kembali,
22
nyeri dan ada luka meningkatkan relaksasi, dan dapat
bekas operasi di meningkatkan kemampuan koping
bagian perut 5. Menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji repon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter,
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 aktivitas, dipsnea atau nyeri membantu mengkaji respon
peningkatan kebutuhan jam diharapkan klien akan dada, keletihan dan kelemahan fisiologi terhadap stress aktivitas
metabolik sekunder mampu beraktivitas sesuai berlebihan, diaphoresis, dan bila ada merupakan indikator
akibat operasi kemampuan dengan pusing atau pingsan. dari kelebihan kerja yang berkaitan
apendiktomi ditandai kriteria hasil: 2. Instruksikan pasien tentang dengan aktivitas.
dengan: - Klien mampu tehknik penghematan energi 2. Tehnik menghemat energi
Data subjektif: beraktivitas sesuai misalnya, menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,
- klien mengatakan toleran tanpa bantuan saat mandi, duduk saat juga membantu, keseimbangan
untuk beraktifitas - Tampak segar dan menyisir atau menyikat gigi, antarasuplei dan kebutuhan
sulit terasa sakit dan tidak lemas melakukan istirahat dengan oksigen.
lemas sehingga perlahan. 3. Kemajuan aktivitas bertahap
semua aktivitas 3. Beri dorongan untuk mencegah peningkatan kerja
dibantu suaminya. melakukan aktivitas jantung tiba-tiba. Memberikan
Data objektif: perawatan diri bertahap jika bantuan hanya sebatas kebutuhan
- klien terlihat lemas dapat ditoleransi. Berikan akan mendorong kemandirian
- tekanan darah bantuan sesuai kebutuhan. dalam melakukan aktivitas.
120/90 mmHg, suhu 4. Ajarkan rom pasif pada 4. Membantu proses penyembuhan
37,60C, nadi keluarga pasien luka insisi dan rileks tubuh
80x/menit, respiratori
rate 19x/menit
23
E. Implementasi dan Evaluasi
24
3. Mendorong ambulansi dini 14.30 analgesic sesuai indikasi
Hasil: klien mengatakan agak
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan 14.40
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
15.00
5. Memberikan analgesic sesuai
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Selasa, 1. Mengkaji respon pasien 14.25 Selasa, Subjektif: 16.20
mobilitas fisik 26 terhadap aktivitas 26 - klien mengatakan pusing
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni Objektif:
dengan
peningkatan 2018 dan susah bangun tidur, klien 2018 - klien terlihat lemah
kebutuhan jam tampak lemah jam Asesment:
metabolik 14.15 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.35 21.00 Masalah intoleransi aktivitas belum
sekunder sampai penghematan energy WITA teratasi
akibat
jam Hasil: istirahat dengan perlahan, Planning:
operasi
20.00 selalu meminta bantuan Kaji respon pasien terhadap
apendiktomi
WITA keluarga bila ingin bergerak aktivitas, ajarkan tehnik
bangun penghematan enegy, beri dorongan
3. Memberikan dorongan untuk 14.45 untuk melakukan perawatan diri,
melakukan aktivitas perawatan ajarkan keluarga cara rom pasif
diri
Hasil: pasien diajarkan mandiri
menyisir rambut dan merapikan
kancing pakaiannya sendiri
14.50
4. Mengajarkan keluarga pasien
25
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Rabu, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 14.22 Rabu, Subjektif:
berhubungan 27 karakteristik dan beratnya 27 - klien mengatakan nyeri skala 4 16.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (sedang) seperti teriris pada
bedah 2018 dengan skala angka nyeri 4 2018 bagian perut saat bergerak
jam (sedang), lokasi nyeri disekitar jam Objektif:
14.15 luka, karakteristik terasa teriris, 21.00 - klien terlihat rileks
sampai nyeri terasa hilang timbul WITA Asesment:
jam 2. Mempertahankan istirahat 14.53 Masalah nyeri akut belum teratasi
20.00 dengan posisi semi fowler Planning:
WITA Hasil: klien mengatakan agak kaji ulang nyeri, pertahankan
nyaman posisi setengah duduk, istirahat dengan posisi semi fowler,
klien tampak tenang dorong ambulansi dini, kolaborasi
3. Mendorong ambulansi dini 15.15 dengan dokter untuk memberikan
Hasil: klien mengatakan agak analgesic sesuai indikasi
kaku dan takut bergerak, klien
tampak berhati-hati bergerak
4. Memberikan aktivitas hiburan 15.30
Hasil: klien mengatakan ingin
26
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 16.00
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
Hambatan Rabu, 1. Mengkaji respon pasien 14.20 Rabu, Subjektif:
mobilitas fisik 27 terhadap aktivitas 27 - klien mengatakan pusing bila 16.00
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan pusing Juni langsung duduk, klien
dengan
peningkatan 2018 bila langsung duduk, klien 2018 mengatakan sudah belajar jalan
kebutuhan jam mengatakan sudah belajar jalan jam kekamar mandi tapi dibantu
metabolik 14.15 kekamar mandi tapi dibantu 21.00 anaknya
sekunder sampai anaknya, klien tampak lemah WITA Objektif:
akibat
jam 2. Menginstruksikan pasien tehnik 14.50 - klien terlihat lemah, klien
operasi
20.00 penghematan energy tampak rileks
apendiktomi
WITA Hasil: istirahat dengan perlahan, Asesment:
selalu meminta bantuan Masalah intoleransi aktivitas belum
keluarga bila ingin bergerak teratasi
bangun Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 15.00 Kaji ulang respon pasien terhadap
melakukan aktivitas perawatan aktivitas, ajarkan tehnik
diri penghematan enegy, beri dorongan
Hasil: pasien diajarkan mandiri untuk melakukan perawatan diri,
menyisir rambut, lap basah ajarkan keluarga cara rom pasif
badan sendiri dan merapikan
pakaiannya sendiri
4. Mengajarkan keluarga pasien 15.15
rom pasif
Hasil: klien mengatakan takut
bergerak, klien tampak hati-hati
27
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
Nyeri akut Kamis, 1. Mengkaji nyeri, catat lokasi, 08.00 Kamis, Subjektif:
berhubungan 28 karakteristik dan beratnya 28 - klien mengatakan nyeri skala 2 14.00
dengan insisi Juni Hasil: klien mengatakan nyeri Juni (ringan) seperti teriris pada
bedah 2018 dengan skala angka nyeri 2 2018 bagian perut saat bergerak tapi
jam (ringan), lokasi nyeri disekitar jam kadang tidak nyeri
07.30 luka, karakteristik terasa teriris, 14.15 Objektif:
WITA nyeri terasa hilang timbul WITA - klien terlihat rileks, klien
sampai 2. Mempertahankan istirahat 09.00 tampak duduk di tempat tidur
jam dengan posisi semi fowler Asesment:
14.15 Hasil: klien mengatakan agak Masalah nyeri akut teratasi
WITA nyaman posisi setengah duduk, Planning:
klien tampak tenang Pertahankan istirahat posisi
10.00
3. Mendorong ambulansi dini nyaman, dorong lakukan ambulasi
Hasil: klien mengatakan agak sesuai kemampuan, kolaborasi
kaku dan takut bergerak, klien dengan dokter untuk memberikan
tampak berhati-hati bergerak analgesic sesuai indikasi
4. Memberikan aktivitas hiburan 11.00
Hasil: klien mengatakan ingin
mendengarkan lagu-lagu islami,
klien tampak tenang
mendengarkan lagu
5. Memberikan analgesic sesuai 12.00
indikasi
Hasil: injeksi ketorolac 30 mg
28
Hambatan Kamis, 1. Mengkaji respon pasien 08.00 Kamis, Subjektif:
mobilitas fisik 28 terhadap aktivitas 28 - klien mengatakan sudah nyaman 14.00
berhubungan Juni Hasil: klien mengatakan sudah Juni bergerak tapi barhati-hati
dengan 2018 nyaman bergerak tapi barhati- 2018 - Klien mengatakan sudah jalan
peningkatan jam hati, klien mengatakan sudah jam kekamar mandi sendiri tapi
kebutuhan 07.30 jalan kekamar mandi sendiri tapi 14.15 pelan-pelan
metabolik WITA pelan-pelan WITA Objektif:
sekunder sampai 2. Menginstruksikan pasien tehnik 09.00
- klien tampak rileks
akibat jam penghematan energy Asesment:
operasi 14.15 Hasil: istirahat dengan perlahan, Masalah intoleransi aktivitas
apendiktomi WITA selalu meminta bantuan teratasi
keluarga bila ingin berjalan Planning:
3. Memberikan dorongan untuk 10.00
Pertahankan kondisi nyaman dalam
melakukan aktivitas perawatan bergerak, beri dorongan untuk
diri melakukan perawatan diri secara
Hasil: pasien diajarkan mandiri mandiri
menyisir rambut, lap basah
badan sendiri, merapikan
pakaiannya sendiri dan sikat
gigi dikamar mandi
4. Mengajarkan keluarga pasien
11.00
rom pasif
Hasil: klien tampak hati-hati
saat melakukan rom pasif,
keluarga dapat mempraktekkan
rom pasif
29
BAB IV
PEMBAHASAN
BLUD Rumah Sakit Konawe Selatan dengan diagnosa post operasi apendiktomi
A. Pengkajian
jam 14.15 WITA. Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri
pada luka operasi, nyeri skala 6 seperti diremas-remas, nyeri terus menerus
pada saat bergerak di bagian perut. Menurut potter & perry ( 2006, h.1504 )
timbul implus saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut
saraf perifer yang akan membawa implus nsaraf ada dua jenis , yaitu serabut
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traknus spinotalamus. Hal ini
30
saraf pusat. Setelah implus saraf sampai di otak, otak mengolah implus saraf
Klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien lemas,
pada saat implus nyeri naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan
respon stres. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang
disebabkan oleh peredaeran darah yang tidak sampai ke otot dan akann
terjadi pucat yang disebabkan oleh suplai darah berpindah dari perifer.
luka operasi panjang 8 cm dan lebar 2 cm di perut kanan bawah luka masih
B. Diagnosa Keperawatan
31
nyeri yang dideskripsikan daan batasan karakteristik minor : perubahan
Diagnosis ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
terus menerus, adanya luka operasi, skala 6 saat bergerak pada perut
ini sebagai diagnosa pertama karena klien mengeluh nyeri pada luka
insisi, hal ini tentu akan mengganggu proses hospitalisasi dan aktivitas
32
batasan karakteristik mayor: pucat atau sianosis, konvusi, vertigo
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien
mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien tampak lemas,
abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik uretral); diuresis
2000, h. 139).
turgor kulit, rasa haus, urin memekat. Sehingga diagnosa resiko tinggi
33
Masalah ini tidak dimunculkan karena tidak ditemukannya data
ditegakan.
C. Intervensi
nyeri, hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan kualitas nyeri klien
untuk istirahat dengan posisi semi fowler, hal ini dilakukan untuk
telentang. Dorong ambulasi dini (duduk atau berjalan), hal ini dilakukan
sesuai dengan indikasi, hal ini dilakukan untuk menghilangkan nyeri dan
intervensi yaitu mengkaji respon individu terhadap aktivitas, hal ini dilakukan
34
mengetahui respon fisiologis terhadap stres. Aktivitas secara bertahap, hal ini
aktivitas, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan saat klien
D. Implementasi
tanggal 26 Juni sampai 28 Juni 2018 sebagai berikut: kaji tingkat nyeri,
adalah bisa memunculkan hasil yang salah saat mengakaji skala nyeri
sehingga dapat mempengaruhi tindakan yang lain. Solusinya adalah harus ada
alat yang dapat mengukur tingkat rasa nyeri. Menganjurkan klien istirahat
dengan posisi semi fowler. Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau
tindakan ini adalah klien merasakan nyeri saat bergerak. Solusinya saat
merubah posisi dari posisi tidur ke setengah duduk harus berhati-hati dan
Kekuatan dari implementasi ini adalah klien mau untuk duduk, sedangkan
kelemahan dari tindakan ini adalah kelurarga klien melarang klien untuk
duduk karena belum sembuh. Solusi untuk intervensi ini adalah memberikan
injeksi ketorolac 30 mg, kekuatan dari implementasi ini adalah klien bersedia
saat diberikan injeksi, sedangkan kelemahan dari tindakan ini pada saat
35
memberiakan injeksi tidak menggunakan prosedur pemberian obat yang
lengkap dan benar. Solusinya untuk tindakn ini adalah pada saat pemberian
obat harus dijelaskan efek samping dan kegunaan dari obat tersebut
yang bisa dilakukan klien. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas secara
tindakan ini adalah dengan adanya nyeri yang masih dirasakan klien dapat
kelemahan dari tindakan ini lingkungan berisik, solusi untuk tindakan ini
sebaiknya saat waktu istirahat klien pengunjung sebaiknya dibatasi agar tidak
terlalu berisik.
36
E. Evaluasi
evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah pada
terakhir pada tanggal 28 Juni 2018 sebagai berikut: masalah nyeri akut
berhubungan dengan insisi bedah belum teratasi sebagian dengan data klien
mengatakan nyeri skala 2 terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien
terlihat sudah rileks dan mampu berjalan mandiri ke kamar mandi, lanjutkan
klien posisi yang nyaman semi fowler, sedangkan kelemahannya adalah klien
saat mengubah ke posisi semi fowler terkadang klien masih merasakan nyeri.
data klien mengatakan sudah bisa beraktivitas mandiri dan klien mengatakan
berlatih kekamar mandi, klien tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien
dimiliki klien adalah mampu mematuhi intruksi pada saat dilakukan tindakan
keperawatan. Klien merasa senang saat berlatih untuk duduk dan berjalan
37
BAB V
A. Kesimpulan
terasa teriris pada bagian perut saat bergerak, klien terlihat sudah rileks
38
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
sulit terasa sakit dan lemas sehingga semua aktivitas dibantu suaminya.
tampak rileks dan mampu duduk sendiri klien terlihat ke kamar mandi
tanpa bantuan.
B. Saran
39
3. Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dengan
40
DAFTAR PUSTAKA
Reyes, Guy E dan Chang, Paul S. 2011. Prevention of Surgical Site Infections:
Being a Winner. Amerika Serikat: Elsevier
Sharon, A. 2011. Reducing Fall Risk for Surgical Patients. Amerika Serikat:
AORN Journal.
41
Syamsuhidayat, R.Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC
Weirich, Tara Lynn. 2008. Hypothermia/Warming Protocols: Why Are They Not
Widely Used in the OR. Amerika Serikat: AORN Journal.
42