Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK

DENGAN DEMAM TYPOID

Disusun oleh : Rudi


NPM :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN ANAK
DENGAN DEMAM THYPOID

A. PENGERTIAN

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella

thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah

terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella

(Brunner dan Sudart, 1994)

Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella thypi (Arief Maeyer, 1999).

B. ETIOLOGI

Etiologi thypoid adalah salmonella thypi, basil gram negatif bergerak dengan rambut

getar tidak berspora. Mempunyai sekurangnya 4 macam antigen yaitu antigen O

(somatik), H (flagella), Vi dan protein membran hialin. Salmonella parathypi A, B, C

dan ada dua sumber penularan salmonella thypi yaitu pasien dengan carier. Carier

adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan masih terus mengekskresi

salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebihdari 1 tahun.
C. PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly

(lalat) dan melalui feses.

Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella thypi

kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana

lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.

Apabila orang tersebut tidak memperhatikan kebersihan dirinya, seperti mencuci

tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi kemudian kuman tersebut

masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Setelah itu, kuman masuk ke

lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi

masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limfoid. Di dalam jaringan

limfoid ini kuman berkembang biak lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel – sel

retikuloendotelial. Sel – sel retikuloendotial ini kemudian melepaskan kuman ke

dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk ke

limfa, usus halus dan kantung empedu.

           

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada thypoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam thypoid. Endotoksemia

berperan pada patogenesis thypoid. Karena membantu proses inflamasi lokal pada

intestinum. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang

meradang.
D. MANIFESTASI KLINIK

Masa tunas typhoid adalah 10 -14 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan

gejala prodromal berupa rasa tidak enak badan.

1.Minggu 1

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan

keluhan dan gejala demam, nyeri otot , nyeri kepala, anorexia, dan mual, batuk,

epistaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut.

2.Minggu 2

Pada minggu ke 2 gejala sudah jelas terlihat dapat berupa demam, bradikardi, ,idah

yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan

kesadaran (apatis – somnolen).

E. KOMPLIKASI

1.Komplikasi intestinal
a)Perdarahan usus

b)Perporasi usus

c)Ileus paralitik

2.Komplikasi extra intestinal


a)Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebhitis

b)Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, dan sindroma uremia

hemolitik

c)Komplikasi paru : pneumonia dan pleuritis

d)Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitits, kolesistitis

e)Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pyelonephritis, dan perinepritis

f)Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis, dan arthritis


g)Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis

perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia

F. PENATA LAKSANAAN

1.Perawatan

a)Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah

komplikasi perdarahan usus

b)Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya transfusi bila ada

komplikasi perdarahan

2.Diet

a)     Diet yang sesuai, tinggi kalori dan tinggi protein serta tidak mengandung banyak

serat

b)     Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring

c)      Setelah bebas demam, diberi makan bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim

d)     Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari

3.       Obat – obatan

a)     Kloramphenikol

b)     Tiampenikol

c)      Kotrimoxazol

d)     Amoxillin dan ampicillin


G. PENCEGAHAN

1. Cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan

makana

2.Hindari minum susu mentah (belum disterilkan)

3.Hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih

4.Hindari makanan pedas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat leukoponia

dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukoponia tidaklah sering dijumpai.

Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi

berada pada batas – batas normal bahkan kadang – kadang terdapat leukosit walaupun

tidak ada kompikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah

leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam thypoid.

2.Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapidapat kembali

normal setela sembuhnya typhoid.

3.Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan

hasil biakan tergantung dari beberapa faktor :

a)     Teknik pemeriksaan laboratorium

b)     Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit


c)      Vaksinasi di masa lampau

d)     Pengobatan dengan antimikroba

4.Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukkan adanya aglutinin dalam serum

klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien

membuat antibodi atau aglutinin, yaitu :

A. Aglutinin O yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman)

b)Aglutinin H yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel

kuman)

c)Aglutinin Vi yang dibuat karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai

kuman

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukkan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita
typhoid

I. PROGNOSIS

Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti dehidrasi, asidosis,

perforasi usus, dan gizi buruk. Prognosis demam tiphoid tergantung dari umur,

keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah vurulensi salmonella serta cepat dan

tepatnya pengobatan.
1. Pengkajian

Faktor prespitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh salmonella thyposa dan

salmonella paratyphoid A, B, dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan,

lalat, feses dan muntah serta diperberat bila klien makan tidak teratur.

Faktor predisposisinya adalah minuman mentah, makanan – makanan yang tidak

bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan

menyiapkan makanan.Riwayat keperawatan dan kaji adanya gejala dan tanda

meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak

nafsu makan, epistaksis dan penurunan kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan
A. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh

Tujuan :
Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadI
Kriteria hasil :
Membran mukosa dalam batas normal, bibir lembab, TTV dalam batas normal,
tanda – tanda dehidrasi tidak ada

Intervensi Rasional
1. Monitor TTV 1.Merupakan indikator secara dini tentang
2. Monitor intake dan output hipovolemia
cairan serta konsentrasi urine 2.Sebagai salah satu kesan adanya
3.Beri cairan sedikit demi dehidrasi dan membutuhkan peningkatan
sedikit tapi sering cairan
3.Untuk meminimalkan hilangnya cairan
B. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat

Tujuan :
Ø  Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Ø  Nafsu makan bertambah
Ø  BB stabil / ideal
Ø  Peristaltik usus normal
Ø  Nilai laboratorium normal
Ø  Konjungtiva dan membran mukosa tidak pucat

Intervensi Rasional
1.Kaji status nutrisi anak 1.Memberikan gambaran tentang status
2.Kaji makanan yang disukai nutrisi anak
dan tidak disukai anak 2.Dapat membantu untuk memenuhi
3.Anjurkan kepada orang tua kebutuhan nutrisi dari anak
untuk memberikan makanan 3.Dengan makan sedikit tapi sering dapat
sedikit demi sedikit tapi sering memenuhi nutrisi anak secara bertahap
4.    Berikan makanan sesuai 4.Diet yang sesuai dapat membantu proses
dengan diet yang diberikan penyembuhan dan pemenuhan nutrisi
atau tidak merangsang muntah 5.Memberikan informasi tentang
5.    Timbang BB tiap hari kebutuhan diet atau ketidakefektifan terapi
6.    Pertahankan kebersihan 6. Mulut yang bersih dapat meningkatkan
mulut anak nafsu makan anak

C. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan :
Ø  Hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
Ø  TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
1.Observasi suhu tubuh anak 1.Memantau status kondisi dari anak
2.Anjurkan keluarga untuk 2. Dengan melakukan pembatasan aktivitas
membatasi aktifitas anak anak, dapat mengurangi resiko terjadinya
3.Beri kompres air hangat komplikasi lebih lanjut
4.Anjurkan keluarga untuk 3.Membantu menurunkan suhu tubuh
memakaikan anak pakaian 4.Membantu agar anak merasa nyaman
yang dapat menyerap keringat 5.Antipiretik membantu menurunkan panas
5.Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
antipiretik
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif, dkk, (2000). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga. Jilid 2. FKUI. Jakarta :
Media Ausculapius

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak sakit. EGC : Jakarta

Suriadi, S.kep. MSN & Rita Yuliani, S.kep. M. Psi (2006). Asuhan keperawatan pada anak.
Edisi 2. Jakarta. ISBN 979-95115-4-2

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. Edisi I. CV sagung : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai