1
PENENTUAN CURAH HUJAN RENCANA
Xt = X + k.S
k = (Yt – Yn) / Sn
Keterangan :
Xt = Curahhujanrencana (mm/hari)
k = Reducedvariate factor
X = Curah hujan rata – rata (mm/hari)
Yt = Reducedvariate
Yn = Reduced mean
S = Standart deviation
Sn =Reduced standart deviation
D-1
Tabel D.1.1
Data Curah Hujan Bulanan Maksimum Tahun 2009 – 2018
Tabel F.1.2
Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahun 2004 – 2015
D-2
1. Periode Ulang dan Resiko Hidrogeologi
Penentuan periode ulang dan resiko hidrologi dihitung dengan
menggunakan rumus :
1
Pr =1−(1− )
Tr Tl
Keterangan :
Pr = Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu
kali pada periode ulang tertentu).
Tr = Periode ulang (dalam rancangan ini digunakan periode ulang tiga tahun).
Tl = Umur tambang (10 tahun).
Contoh perhitungan :
Tr = 5 tahun
1
Pr = { 1 - ( 1 - )10 } x 100% = 89 %
5
(Hasil perhitungan selanjutnya lihat Tabel F.1.4)
Tabel F.1.3
Periode Ulang Hujan untuk Sarana Penyaliran
Kondisi Periode Ulang Hujan
Daerah Terbuka 0,5
Sarana Tambang 2–5
Lereng Tambang dan 5 – 10
Penimbunan
Sumuran Utama 10 – 25
Penyaliran Keliling 25
Tambang
Pemindahan aliran Tambang 100
(Sumber :Rudy S.Gautama,1990)
Tabel F.1.4
Resiko Hidrologi Pada Periode Ulang Berbeda
Periode
Resiko
ulang
Hidrologi
hujan
D-3
(Tahun)
1 100%
2 99%
3 98%
4 94%
5 89%
6 84%
7 78%
8 74%
9 69%
10 65%
D-4
C. Perhitungan Reduced Mean Rata-rata ( Yn )
Yn = 0,36+0,58+ 0,71+ 0,47−0,02+ 0,13+ 1,06+0,86+0,25+ 1,38
10
5,77
=
12
= 0,58
D. Perhitungan Standart Deviation (S)
Nilai dari Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
∑ ( X −X )2
S=
√ n−1
Maka nilai Standart Deviation (S) adalah :
∑ ( X −X )2 =
S=
√ n−1 √ 2153,14
10−1
=15,467
∑ ( Y n−Y n )2
S n=
√ n−1
Maka nilai Reduced Standart Deviation adalah :
∑ ( Y n −Y n )2 =
Sn=
√ n−1 √ 4.4
10−1
=0,699
D-5
Tabel F.1.5
Perhitungan Curah Hujan Rencana
D-6
3. Perhitungan Curah Hujan Rencana pada Periode Ulang Berbeda
Berdasarkan perhitungan data curah hujan diatas maka diperoleh :
D-7
Xt = X +k.S
Maka nilai curah hujan harian rencana adalah :
Xt = 76,71 mm/hari + (-0,08) x 15,467
= 75,47 mm/hari
D-8
LAMPIRAN D.2
PENENTUAN INTENSITAS CURAH HUJAN
Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk memperoleh kurva durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
perhitungan air limpasan didaerah penelitian. Penentuan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, salah satunya dengan menggunakan persamaan Monnonobe.
Harga R24 adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) yang telah ditentukan yaitu sebesar 89,4. Nilai t=1
jam, disebabkan tidak ada data curah hujan yang disajikan dalam durasi waktu satu jam lebih atau kurang. Pada perhitungan
intensitas curah hujan, dikonversikan dari curah hujan harian menjadi jumlah curah hujan dalam satuan jam.
Jadi besarnya intensitas curah hujan dalam1 jam adalah :
R 24 24 2/ 3
I= ( )
24 t
2/3
89,4 24
24 ( 1 )
I=
I= 31 mm/jam
Besarnya intensitas curah hujan selain untuk durasi 1 jam dapat dilihat pada Tabel F2.1 berikut ini :
F-9
Tabel D.2.1
Intensitas Curah Hujan
F-10
LAMPIRAN D.3
PERHITUNGAN DEBIT AIR TAMBANG
PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMPASAN TIAP PUSH BACK:
1. Push Back 5 :
Perhitungan Daerah Tangkapan Hujan (DTH)
Perhitungan untuk koefisien limpasan pada daerah tangkapan hujan
(catchment area):
a. Daerah Tangkapan Hujan I (DTH I)
Luas Daerah Tangkapan Hujan I = 0,12093 km2
Koefisien limpasan = 0,75
0,75 x 0.12093
Cv = = 0,12 km2
0,75
Penentuan koefisien limpasan berdasarkan parameter yaitu kerapatan
vegetasi, tata guna lahan dan kemiringan tanah. Setelah diamati langsung di
lapangan dan dilihat peta keadaan bukaan tambang terbaru, maka nilai koefisien
limpasan untuk masing-masing daerah tangkapan hujan adalah sebagai berikut :
a. Daerah Tangkapan Hujan I (DTH I)
D - 11
Merupakan daerah dasar pit dan jenjang tambang PT. Andesite Quality
Corporation daerah tambang sehingga mempunyai koefisien limpasan sebesar
0.75 dan dengan perhitungan menggunakan software 3D Mine diketahui DTH
ini memiliki luas 0,12093 km2.
Tabel.1
Nilai Koefisien Limpasan
No Macam Permukaan Koefisien Limpasan (C)
1 Lapisan Batubara (Coal Seam) 1,00
2 Jalan Pengangkutan (Haul Road) 0,90
3 Dasar Pit dan Jenjang (Pit Floor and Bench) 0,75
4 Lapisan Tanah Penutup (Fresh Overburden) 0,65
5 Lapisan Tanah Penutup yang telah ditanami 0,55
(Revegetated Overburden)
6 Hutan (Natural Rain Forest) 0,50
(Sumber : Sayoga, 1999)
D - 12
Luas bukaan tambang (A) = 0,042867557 km2
Curah hujan rencana (XtI) = 75,47 mm/jam (Lampiran F.1)
= 0,0 m/jam
Q = Xt x A
= 0,07447 m/jam x 0,042867557 m2
= 0,28m3/detik
Perhitungan Debit Air Tanah Pushback 10
Hasil Perhitungan di peta Muka Air Tanah
h = hA hB
s = jarak B –A A
Δh
h Δs
H =
s
B
Q = K .I .A
Keterangan :
K = hydraulic conductivity (m/hari)
I = hydraulic gradient (dh/dL)
A = luas penampang aquifer
K = 30 m/hari
Mencari I
Δh
I=
Δs
Mencari A
A = ( dari pembacaan data peta )
Maka :
Q = K.I.A
PUSH BACK 5
Qtotal = Qair limpasan + Qair hujan + Qair tanah
D - 13
Q total= 0,61+ 0,08+ 0
= 0,69 m3/detik
D - 14
Tabel 2 Hasil Perhitungan Debit Air Tambang pada setiap Pushback
D - 15
LAMPIRAN D.4
PERHITUNGAN PERSEN SOLID
Tabel D..1.
Variasi Nilai TSS PT. Dornier Resources Indo
Waktu Pengambilan Sampel TSS (mg/L)
14 Agustus 2019 24
15 Agustus 2019 20
16 Agustus 2019 25
Rata-rata 23
Sumber:Hasil Uji Laboratorium Sucofindo
Gambar E.7.1
Kecepatan Aliran Air dan Peren Solid Air yang Masuk Kolam Pengendapan
Besarnya TSS = 30,5 mg/L
1 1
= 30,5 x x gr/cm3
1000 1000
= 3.05 x 10-5gr/cm3
Tabel E.2.
Data Pengukuran Debit Limpasan (keadaan Pompa tidak beroprasi )Air yang
Masuk Kolam Pengendapan
D - 16
Debit Debit
( m3/s) (m3/jam)
0.249 896.25
Air yang akan masuk ke kolam pengendapan adalah debit air dari pompa
dan dari air limpasan yang masuk ke paritan menuju kolam pengendapan.
Debit limpasan 2499,47 m3/jam = 0.249 m3/dtk
Debit total air yang masuk kolam pengendapan I, RR
= Debit Pompa + Debit limpasan
= 0 m3/jam + m3/jam = 896.25 m3/jam
= 0.249 m3/dtk
Jadi berat residu yang masuk kedalam kolam pengendapan adalah sebagai
berikut:
Residu tersuspensi = 3.05 x 10-5gr/cm3 x 0.249 x 105 cm3/detik
= 2733.6 gr/detik
m
Dengan menggunakan persamaan ρ = , jika diketahui ρ (partikel padat)
V
2733.6 gr /detik
V= = 21.02 x10-5 m3/detik
1,3 x 106
Persentase padatan yang masuk terhadap total air dan padatan (pulp)
adalah:
1,26 x 10−5 m 3 /detik 1, 14 x 10−5 m3/detik 3.67 x 10−5 m 3/detik
%Solid=
0,282 m3 /detik 0.282 m3/detik 0.282 m3 /detik
D - 17
LAMPIRAN D.5
PERHITUNGAN KOLAM PENGENDAPAN
= 0,00108 m/detik
Debit Total
Luas kolam yang dibutuhkan =
Kecepatan Pengendapan
0,69
= 0,00108 = 638,89 m2
= 9 – 1 meter
= 8 meter
D - 18
Lebar kolam pengendapan = jangkauan gali horizontal
= 10 meter
638,89 m2
=
10 m
= 64 meter
= 64 x 10 x 8
= 5111 m3
h
Tv =
Vt
8m
=
0,00108 m/detik
= 7407,407 detik
= 123,4568 menit
Partikel padatan akan mengendap dengan baik jika waktu yang dibutuhkan
material untuk keluar dari kolam pengendapan tv < th.
Qtotal
Vh =
A
0,911 m3 /detik
=
10 m× 84 m
D - 19
= 0,00108 m2 /detik
A=Lxt
= 10 m x 8 m = 80 m2
P
Th =
Vh
84 m
=
0,00108 m/detik
= 78103,565 detik
= 1301,7261 menit
th
Persentase pengendapan = x 100 %
(th+tv)
1301,7261
= x 100 %
(1301,7261+123,4568)
= 0,91 %
Dengan persentase tersebut maka material yang terlarut dalam air tidak semuanya
terendapkan. Padatan yang berhasil diendapkan hanya 0,91 % dari total padatan
yang masuk ke kolam. Total padatan yang masuk kedalam kolam pengendapan
4,6 x10-5 m3/detik sehingga padatan yang berhasil diendapkan dalam waktu sehari
adalah:
= 4,6 x10-5 m3/detik x 3.600 detik/jam x 24 jam/hari x 0,91 %
= 187,3624875m3/hari
D - 20
Pembuatan kolam pengendapan dimaksudkan untuk menampung lumpur
dari hasil kegiatan penambangan. Lumpur akan dikeruk oleh Excavator sehingga
kolam harus dapat menampung volume lumpur sebelum dikeruk selama interval
waktu tertentu:
5111 m3
=
187,36 m3 /hari
= 27,28 hari
Dengan melihat situasi dan kondisi area tambang yang telah dipelajari maka
dari itu ditentukanlah sebuah metode sistem penyaliran air tambang dengan
menggunakan sistem kolam terbuka.
10
m
79
64
Gambar F.9.1
Sketsa Kolam Pengendapan.
D - 21
LAMPIRAN D.6
D - 22
Q
V=
A
504
V= 1
x 3,14 x 0,20 2
4
V = 16341,72 m/jam
V = 4,54 m/detik
3. Julang gesek
LV 2
hf1 = f ( )
2 Dg
Terlebih dahulu dicari nilai koefesien belokan ( f )dengan persamaan
0,020+0,0005
f=
D
0,020+0,0005
f=
200
f = 0.0001025 meter
LV 2
hf1 = f ( )
2 Dg
85 x 3.282
hf1 = 0,0001025 ( 2 x 0,20 x 9,8 )
hf1 = 0,88 meter
4. Julang belokan
V2
Hf2 = f2 ( )
2g
Terlebih dahulu dicari nilai koefesien belokan (f2) dengan persamaan
R = jari-jari lengkung belokan (m)
D 0,20
R= 1 = 1 = 0.12
tan θ tan 400
2 2
0,35 0,5
D θ
[
f2 = 0,131+1,847 ( )
2R ]( )
x
90
D - 23
No belokan D V2 R f2 Hf2
1 40 0,2 26,91 0.12 0,53 0,72
2 60 0,2 26,91 0.61 0,39 0,54
3 90 0,2 26,91 0.10 0,79 1,08
4 60 0,2 26,91 0,62 0,39 0,54
5 90 0,2 26,91 0,10 0,79 1,08
6 60 0,2 26,91 0,62 0,39 0,54
7 90 0,2 26,91 0,10 0,79 1,08
Total 5,58
hf2 = 5,58 meter
5. Julang katup isap
V2
( )
hf3 = f3
2g
2
4,54
h = 1,84 (
2 x 9,8 )
f3
hf4 = {V2 g² }
4,542
hf4 = ( 2 x 9,8 )
= 1,05 meter
Dengan demikian julang (head) total pada pemompaan dengan debit 103
liter/detik adalah :
H = hs + hf1 + hf 2+ hf 3 + hf4
H = 23 meter + 0,088 meter + 5,58 meter + 1,93 meter + 1,05 meter
H = 32,44 meter
b. Daya Pompa
Head total = 32,44 meter
Debit = 140 liter/s = 0,14 m3/detik
RPM = 1800 rpm
ῃp = 66 %
D - 24
1. Perhitungan Daya ( P ) :
H = 32,44 m
γ = 9.8 kN/ m3
W =1
Daya Air ( Pw ) = γxQxH
= (9.8 kN/m3 ) x 0,14 m3/detik x 32,44 m
= 82,66kw
Daya Poros ( P ) = Pw/ῃp
= 44,51 / 0,66
= 125,24kw
ω x H xQ
Daya Pompa = ( )x 1000
ῃ x 102 x 100
1 x 32,44 m x 140 l/s
¿( ) x 1000
0,66 x 102 x 100
= 1252,88 kw
D - 25
LAMPIRAN D.7
PERHITUNGAN SUMURAN
D - 26
50 m
40 m
5m
30 m
40 m
D - 27
LAMPIRAN D.8
PERHITUNGAN WAKTU PEMOMPAAN
Untuk mengeringkan air yang ada di Pit, diperlukan waktu 7,27 jam dengan
menggunakan 1 unit pompa multiflo MFC 180
D - 28
LAMPIRAN D.9
SPESIFIKASI ALAT