I Cipancuh
Di Kabupaten Indramayu
LAMPIRAN B
DEBIT PEMBUANG RENCANA
Untuk menghitung dimensi saluran pembuang, baik buangan air dari luar daerah irigasi
(eksternal) maupun dari dalam daerah irigasi (internal), maka perlu diketahui besarnya
debit yang akan dibuang airnya tersebut.
Berdasarkan besarnya curah hujan harian yang tercatat pada stasiun yang dapat
dianggap mewakili untuk daerah tangkapan saluran pembuang, sesuai dengan perioda
ulang yang diinginkan, debit pembuang rencana dapat ditentukan.
Data yang digunakan untuk menghitung debit pembuang internal adalah data curah
hujan 3 harian berturut-turut dengan perioda ulang 5 tahun.
Adapun data tersebut diambil dari stasiun Cipancuh No.CBN.18 yang terletak di
sekitar lokasi yang tercatat dari mulai tahun 1993 sampai dengan 2007.
Data curah hujan harian maksimun dan 3 harian maksimum tersebut disajikan pada
Tabel. B.1 dan B.2.
Xt = Xmean + K x SDEV
Keterangan :
Xt = Hujan rencana dengan perioda ulang t
Xmean = Hujan rata - rata
SDEV = Simpangan baku
K = Faktor frekuensi yang bergantung dari jenis sebaran / metode yang
digunakan.
Perhitungan faktor frekuensi (K) dari beberapa metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
(C0 + C1 x W + C2 x W2)
K = W - -------------------------------------------
(1+ D1 x W + D2 x W2 + D3 x W3)
Keterangan :
C0 = 2,515517 D1 = 1,432788
C1 = 0,802853 D2 = 0,892690
C2 = 0,010328 D3 = 0,001308
W = ( Ln (p2))0.5
P = peluang ( probabilitas )
Xmean dan SDEV adalah hujan rata-rata dan simpangan baku logaritmis.
Faktor frekuensi dari Log-Normal 2 parameter dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
Xt = Hujan rencana dengan perioda ulang t
Xmean = Hujan rata-rata dalam logaritmis
SDEV = Simpangan baku dalam logaritmis
K1 = Faktor frekuensi Log - Normal 2 parameter.
Keterangan :
K = faktor frekuensi Normal
Cs = koefisien kemiringan (asimetri)
Keterangan :
Xt = Hujan rencana dengan perioda ulang t
Xmean = Hujan rata-rata dalam logaritmis
SDEV = Simpangan baku dalam logaritmis
K3 = faktor frekuensi Log – Pearson tipe III.
Keterangan :
Yt = ( 0,834 +2,303 Log Log { T / (T-1) } atau - Ln [ -Ln { (T-1) / T } ]
Yt = Reduksi variabel
Yn = Reduksi rata-rata
Sn = Reduksi standar deviasi
Xt = Xmean + Kx SDEV
Keterangan :
Xt = Hujan rencana dengan perioda ulang t
Xmean = Hujan rata-rata
SDEV = Simpangan baku
K4 = faktor frekuensi Gumbel.
Mengingat perhitungan faktor frekwensi yang cocok dengan kondisi dilokasi pekerjaan,
maka faktor frekwensi yang akan digunakan untuk menghitung analisis curah hujan 3
harian adalah metoda gumbel (dapat diperiksa pada tabel B.4).
Data hujan harian yang dapat dikumpulkan adalah dari tahun 1993 sampai dengan
tahun 2007. Tahap awal dalam analisis frekuensi hujan adalah mengevaluasi
persamaan yang cocok dengan cara mengadakan uji statistik dengan menggunakan
metode Chi-Kuadrat (X2). Rumusnya adalah sebagai berikut :
X2 =(Ef – Of) / Ef
Keterangan :
X2 = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Harga Pengamatan
Of = Harga perhitungan
Dari hasil uji statistik Chi - Kuadrat yang dikumpulkan, menunjukkan distribusi
gumbel cocok digunakan di Jaringan Irigasi D.I. Cipancuh.
Rekapitulasi hasil uji statistik dan hujan rencana pada perioda ulang 5 tahun
disajikan pada Tabel B.3. dan B.4.
Qd = 1,62 . Dm . A0,92
Keterangan :
Qd = debit pembuang rencana, l/det.
Dm= modulus pembuang, l/det ha.
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha.
Modulus pembuang rencana dipilih dari curah hujan 3 harian maksimum dengan
perioda ulang 5 tahun dan rumusnya adalah sebagai berikut :
Buangan air permukaan untuk satuan luas dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
Dn = R(n)T + n (IR – ET – P) – ds
Keterangan :
Dn = limpasan air permukaan selama n hari, mm.
R(n)T = curah hujan selama n hari berturut - turut dengan perioda ulang t
tahun ,mm.
n = jumlah hari berturut-turut.
IR = pemberian air irigasi, mm/hr
ET = evapotranspirasi, mm/hr.
P = perkolasi, mm/hr.
ds = tampungan tambahan, mm.
2. Dataran terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan perkolasi 2,00 mm/hari.
Maka :