Anda di halaman 1dari 9

SKRINING SENYAWA KIMIA DAN PENGARUH METODE MASERASI

DAN REFLUKS PADA BIJI KELOR (Moringa oleifera, Lamk)


TERHADAP RENDEMEN EKSTRAK YANG DIHASILKAN

Agung Abadi Kiswandono

Dosen Kopertis Wil I NAD-Sumut dpk Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan
e-mail : nau_shila@yahoo.com

ABSTRACT

Chemical Compounds and Effect of Screening Method on Seeds maceration and


refluxing moringa (Moringa oleifera, Lamk) to the yield Extract Generated
Studies had been conducted with the goal of identifying chemical compounds and compare the two
methods of extraction, the maceration and reflux in moringa seeds (Moringa oleifera, Lamk) to the yield
generated. The study was conducted by using the method of extraction and maceration reflux with solvent hexane
and 80% methanol, and then the identification of classes of secondary metabolites phytochemical test done.
Moringa seed samples had 11.6% moisture content. Yield produced by the reflux method using n-hexane solvent
were 23.03% and 21.22% maceration method. While the 80% methanol solvent refluxing method had yield 6.16%
and 5.26% maceration method. Phytochemical test results on seed powder contained alkaloids and saponins.
Phytochemical test results on seed extract reflux method was an alkaloid, hydroquinone phenols, flavonoids and
saponins while the maceration method was a class of compounds alkaloids and saponins.

Keywords : Moringa oleifera, reflux, maceration, phytochemicals

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi senyawa kimia dan membandingkan dua
metode ekstraksi, yaitu maserasi dan refluks pada biji kelor (Moringa oleifera, Lamk) terhadap rendemen yang
dihasilkan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi dan refluks dengan pelarut
heksana dan metanol 80%, kemudian identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan uji
fitokimia. Sampel biji kelor memiliki kadar air 11,6%. Rendemen yang dihasilkan dengan metode refluks
menggunakan pelarut n-heksana adalah 23,03% dan metode maserasi 21,22%. Sedangkan dengan pelarut
Metanol 80% metode refluks mempunyai rendemen 6,16% dan metode maserasi 5,26%. Hasil uji fitokimia pada
serbuk biji mengandung alkaloid dan saponin. Hasil uji fitokimia pada ekstrak biji menggunakan metode refluks
adalah alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid, dan saponin sedangkan dengan metode maserasi adalah senyawa
golongan alkaloid dan saponin.

Kata kunci : Moringa oleifera, refluks, maserasi, fitokimia

PENDAHULUAN pada 20 tumbuhan dari Asia selatan dan


Asia Tenggara, Moringa oleifera L
Indonesia sangat kaya akan termasuk dalam dua besar tumbuhan yang
tumbuhan yang mengandung metabolit mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi.
sekunder yang dapat dijadikan sebagai Ekstraksi atau pemisahan senyawa
sumber obat tradisional oleh masyarakat. kimia dari sumber tanaman merupakan
Pencarian obat baru dalam upaya awal proses isolasi senyawa bioaktif yang
menyembuhkan berbagai penyakit berada pada tumbuhan, baik pada biji, biji,
mendorong banyak peneliti untuk berusaha akar ataupun batang (Sidik, 1997). Pada
menemukan dengan memanfaatkan proses pemisahan senyawa bioaktif,
tumbuh-tumbuhan. Diantara tumbuhan pemilihan metode pemisahan senyawa
yang berpotensi sebagai obat tradisional merupakan hal yang penting untuk
adalah tumbuhan kelor atau Moringa diperhatikan, karena pada proses
oleifera L (Siddhuraju dan Beccer, 2003). pemisahan ini akan ditentukan berapa
Menurut penelitian Sato, et al. (2002) besar rendemen yang dihasilkan.
....................................………………………… Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi 127

Gambar 1. Biji Tumbuhan Kelor

Metode pemisahan pada ekstraksi yang lama dan pelarut yang banyak
pelarut menggunakan prinsip kelarutan. sehingga tidak efisien (Meloan, 1999).
Prinsip kelarutan adalah like dissolve like, Metode refluks digunakan untuk
yaitu pelarut polar akan melarutkan mengekstrak sampel yang relative tahan
senyawa polar dan pelarut non polar akan panas. Metode ini dilakukan dengan cara
melarutkan senyawa non polar menggodok sampel dalam suatu pelarut
(Simanjuntak, 1988). Beberapa pelarut yang diletakan dalam wadah dan
organik yang sering digunakan sebagai dilengkapi dengan kondensor dengan
ekstraktan seperti benzena, toluena, jangka waktu lebih cepat, biasanya 3–7
petroleum eter, metilenklorida, klorofrom, jam. Kelebihan metode ini adalah
karbon tetraklorida, etil asetat dan dietil waktunya lebih singkat, terjadi kontak
eter. Dalam pemilihan pelarut, hal-hal langsung dengan pelarut secara terus
yang perlu dipertimbangkan adalah menerus, dan pelarut yang digunakan lebih
selektifitas, sifat racun dan kemudahannya sedikit sehingga efektif dan efisien.
untuk diuapkan. Alkohol merupakan Penelitian ini bertujuan untuk
pelarut yang baik untuk ekstraksi membandingan dua proses pemisahan atau
pendahuluan (Harborne, 1996). ekstraksi senyawa kimia yang terkandung
Ekstraksi digunakan untuk pada biji Moringa oleifera L, yakni dengan
memperoleh kandungan senyawa kimia cara dingin (menggunakan proses
yang larut pada pelarut. Ada beberapa maserasi) dan dengan cara panas
macam ekstraksi yang biasa digunakan (menggunakan proses refluks).
pada proses pemisahan senyawa bioaktif
dari tumbuhan dalam rangka mengetahui METODE PENELITIAN
rendemen yang akan dihasilkan, yakni
ekstraksi cara dingin yang terdiri dari Bahan
maserasi, perkolasi dan sokletasi serta
ekstraksi cara panas, yakni dengan cara Sampel biji kelor diambil pada
refluks. bulan April dari Nusa Tenggara Barat. Zat
Metode maserasi digunakan untuk kimia yang dipakai semua pure analysis,
mengekstrak sampel yang relatif tidak yaitu metanol, heksana, satu set pereaksi
tahan panas. Metode ini dilakukan hanya uji fitokimia (terdiri dari uji alkaloid,
dengan merendam sampel dalam suatu terpenoid, flavonoid, saponin dan tanin),
pelarut dalam jangka waktu tertentu, kertas saring, akuades, aluminium foil,
biasanya dilakukan selama 24 jam tanpa kapas bebas lemak dan tissue.
menggunakan pemanasan. Kelebihan
metode ini diantaranya adalah tidak Peralatan
memerlukan peralatan yang rumit, relatif
murah, dapat menghindari penguapan Alat yang digunakan adalah satu
komponen senyawa karena tidak set alat – alat gelas, alat ekstraksi refluks
menggunakan panas, sedangkan dan maserasi, oven, labu penguap putar,
kelemahannya adalah memerlukan waktu blender, neraca analitik, desikator,

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
128 Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi ....................................…………………………

refrigerator dan satu set alat untuk uji Ekstraksi Panas (Refluks)
fitokimia.
Sebanyak 20 – 25 g sample kering
Prosedur Kerja yang telah dihaluskan dimasukkan
kedalam labu bulat, ditambahkan heksana
Sampel biji kelor yang didapatkan, secukupnya dan direfluks selama 7 jam.
kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran Ekstraksi dilakukan sebanyak 4 kali
dan dikeringkan di udara terbuka. Sampel ulangan. Ekstrak yang dihasilkan disaring,
yang telah kering lalu dihaluskan dengan kemudian filtratnya di pekatkan dengan
menggunakan blender, kemudian dihitung menggunakan labu penguap putar pada
kadar airnya dan dilakukan proses suhu 40 oC sehingga diperoleh ekstrak
ekstraksi cara dingin dan panas. kental dan dihitung rendemennya.
Ampasnya dikering anginkan lalu setelah
Penentuan Kadar Air kering, direfluks kembali menggunakan
metanol 80% dengan cara yang sama
Penentuan kadar air sampel seperti heksana. Filtrat yang dihasilkan lalu
dengan cara sejumlah berat sampel kering dipekatkan sehingga didapatkan ekstrak
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang kasar dan dihitung rendemennya.
telah diketahui bobot kosongnya. Rendemen yang dihasilkan dari
Kemudian cawan tersebut dipanaskan di kedua metode ekstraksi tersebut lalu di uji
dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 dengan uji t. Untuk menarik kesimpulan
jam. Setelah itu didinginkan di dalam dapat dilihat dari nilai-t (t hitung) yang
desikator dan ditimbang untuk mengetahui kemudian dibandingkan dengan nilai t-
bobot keringnya, pemanasan sampel tabel. Jika nilai t hitung > dari t-tabel maka
diulang sampai diperoleh bobot yang kesimpulannya tolak H0 artinya terdapat
konstan. Kadar air ditentukan dengan perbedaan diantara kedua metode tersebut.
rumus Kadar Air (%) = [(B – C) / (B – A)] Ekstrak metanol 80% yang
x 100 dihasilkan dari proses maserasi dan refluks
serta sampel serbuk biji kelor diuji
Keterangan : fitokimia untuk mengetahui golongan
A : Berat cawan kosong senyawa kimianya. Uji fitokimia yang
B : Berat cawan + berat sampel dilakukan meliputi uji kualitatif untuk
C : Berat akhir sampel alkaloid, triterpenoid-steroid, saponin,
flavonoid, dan tanin.
Ekstraksi Dingin (Maserasi)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 20 - 25 g sample kering
yang telah dihaluskan dimaserasi dengan Bagian tumbuhan yang digunakan
heksana sampai bebas lemak. Ekstraksi dalam penelitian ini adalah biji. Biji kelor
dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. yang sudah kering lalu dihaluskan dengan
Ekstrak yang dihasilkan disaring, menggunakan blender. Tujuannya adalah
kemudian filtratnya di pekatkan dengan untuk memudahkan kontak dengan pelarut
menggunakan labu penguap putar pada sehingga pada tahap ekstraksi, interaksi
suhu 40 oC sehingga diperoleh ekstrak antara pelarut pengekstrak dengan sampel
kasar dan dihitung rendemennya. yang diekstraksi menjadi lebih efektif dan
Ampasnya dikering anginkan lalu setelah pelarut pengekstrak akan lebih mudah
kering, dimaserasi kembali dengan mengambil zat-zat yang terkandung dalam
metanol 80% dengan cara yang sama sampel.
seperti heksana. Filtrat yang dihasilkan lalu Sampel yang digunakan pada
dipekatkan dan didapatkan ekstrak kasar penelitian ini merupakan bahan yang
dan dihitung rendemennya. berasal dari tumbuh – tumbuhan, sehingga
sampel mengandung air yang jumlahnya
relatif tinggi. Oleh karena itu, dalam tahap

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
....................................………………………… Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi 129

persiapan sampel harus dilakukan senyawa yang kurang tahan terhadap


penentuan kadar air yang terkandung panas, biasanya digunakan untuk sampel
dalam sampel. Kadar air merupakan yang belum diketahui karakterisasi
parameter penting dalam bahan pangan, senyawanya, sedangkan metode refluks
karena akan mempengaruhi daya tahan menggunakan efek panas untuk membantu
bahan pangan terhadap serangan atau proses difusi pelarut ke dalam dinding sel
aktivitas mikroorganisme. Bahan pangan tumbuhan.
yang memiliki kadar air tinggi lebih mudah Pelarut yang digunakan pada
rusak karena akan menjadi media yang masing-masing sampel adalah heksana
kondusif bagi pertumbuhan dan metanol 80%. Senyawa yang akan
mikroorganisme. terbawa pada proses ini adalah senyawa-
Kadar air ditetapkan dengan cara senyawa yang memiliki polaritas yang
gravimetri, yaitu diperoleh dengan cara sesuai dengan pelarut yang digunakan.
menghitung bobot bahan sebelum dan Kemudian larutan yang dihasilkan (gambar
sesudah dikeringkan pada temperatur di 2) di kentalkan menggunakan labu
atas titik didih air, sehingga diharapkan penguap putar untuk mendapatkan ekstrak
semua air akan menguap pada suhu kental, kemudian dihitung rendemennya.
tersebut dan pada periode waktu tertentu Ampas dari ekstraksi lalu dikeringkan dan
(Harjadi, 1986). di lakukan ekstraksi kembali menggunakan
Berdasarkan penentuan kadar air pelarut matanol 80%, dengan perlakuan
yang telah dilakukan (tabel 1), didapatkan yang sama, larutan di kentalkan dan
bahwa sampel biji mempunyai kadar air di dihitung rendemennya. Setelah diperoleh
atas 10%, yakni 11,6%. Hal yang sama, ekstrak kasar metanol 80%.
pernah didapatkan oleh Budiman (2001), Pelarut heksana adalah pelarut non
yakni 11,9% dengan sampel kering giling polar, sehingga senyawa – senyawa yang
dari tumbuhan A. Sacrorum Ledeb, larut juga berfsifat non polar, sedangkan
Wulandari (2005) memperoleh 13,3% metanol 80% adalah pelarut yang bersifat
dengan sampel buah mahkota dewa, dan polar, digunakan untuk menarik senyawa-
Putri (2004) memperoleh 8,4 – 11,1% senyawa yang bersifat polar. Pemisahan
dengan sampel kulit buah kakao. Menurut pertama terhadap sampel digunakan
Winarno (1997), sampel yang baik untuk pelarut heksana dengan tujuan untuk
disimpan dalam jangka panjang adalah jika memisahkan senyawa-senyawa non polar
kadar air sampel kurang dari 10%. Kadar termasuk lemak yang terkandung pada
air dalam penelitian ini rata-rata diatas sampel. Setelah diperoleh ekstrak kasar
10%, oleh karena itu sampel tidak bisa metanol 80%, lalu di lakukan uji fitokimia.
digunakan dalam jangka waktu yang lama Dalimartha (2003) menyatakan
karena memungkinkan timbulnya jamur. bahwa toksisitas tanaman berhubungan
Untuk menghindari hal tersebut maka dengan metabolit sekunder yang
sampel disimpan di dalam freezer. terkandung di dalamnya. Oleh karena itu
uji fitokimia secara kualitatif dilakukan
Pemisahan Senyawa Kimia dan Uji sebagai uji awal untuk mengetahui
Fitokimia keberadaan senyawa kimia spesifik. Uji
fitokimia bertujuan untuk melakukan
Pemisahan golongan senyawa keberadaan terhadap beberapa senyawa
kimia pada penelitian ini menggunakan kimia yang terkandung dalam sampel. Uji
metode maserasi dan refluks. Mekanisme fitokimia yang dilakukan pada serbuk biji,
metode maserasi adalah proses difusi serta pada ekstrak metanol 80% biji adalah
pelarut ke dalam dinding sel tumbuhan uji alkaloid, flavonoid, steroid,
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang triterpenoid, tanin, fenol hidrokuinon dan
ada dalam tumbuhan tersebut. Metode saponin.
maserasi digunakan untuk mengekstrak

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
130 Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi ....................................…………………………

Tabel 1. Pengukuran Kadar Air pada Serbuk Biji Kelor

Kadar
Berat (gram)
Air (%)
Sampel Cawan + Sampel Cawan + Sampel
Cawan kosong (sebelum (setelah
pengeringan) pengeringan)
A B C
Biji 1
1,262 3,292 3,058 11,527
Biji 2
0,757 2,765 2,532 11,604
Rata-rata
Kadar air 11,6 %

Gambar 2. Warna Ekstrak Biji.

Adanya alkaloid pada sampel Hasil uji fitokimia terhadap sampel


ditunjukkan dengan terdapatnya endapan serbuk biji kelor dapat dilihat pada Tabel
putih dengan pereaksi Mayer, endapan 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa,
merah jingga dengan pereaksi serbuk biji kelor hanya mengandung
Dragendroff, dan endapan coklat dengan alkaloid dan saponin. Senyawa alkaloid
pereaksi Wagner. Adanya fenol pada serbuk biji mempunyai intensitas
hidrokuinon ditunjukkan dengan warna yang besar dibandingkan saponin. Hasil uji
merah saat penambahan NaOH 10%. fitokimia terhadap ekstrak biji
Adanya steroid ditunjukkan dengan warna menggunakan metode refluks, dan
hijau pada lapisan eter yang ditambahkan maserasi seperti pada tabel 3. Pada tabel 3
dengan pereaksi Liebermann-burchard. terlihat bahwa, intensitas golongan
Adanya tanin ditunjukkan atau ditandai senyawa alkaloid dengan metode refluks
dengan adanya warna biru tua atau hijau lebih rendah dibandingkan dengan
kehitaman, sedangkan adanya saponin menggunakan metode maserasi, demikian
pada sampel ditunjukkan dengan pula dengan saponin.
terbentuknya busa yang stabil pada filtrat
yang ditutup serlama 10 menit pada tabung
reaksi.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
....................................………………………… Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi 131

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Serbuk Biji antioksidan dengan cara menghambat
Kelor peroksida lipid sehingga dapat melindungi
tubuh dari penyakit kanker.
Uji Fitokimia Sebuk Biji Sampel biji kelor juga berpotensi
Alkaloid ++++ sebagai penurun kolesterol dan dapat
Fenol hidrokuinon - memperkecil resiko arteroskeloris pada
Flavonoid - diabetes karena mengandung saponin
(Rafi, 2003) juga berpotensi sebagai
Steroid -
penurun kadar glukosa darah karena
Triterpenoid - mengandung senyawa bioaktif alkaloid
Tanin - (Hermawan, 2002).
Saponin ++
Rendemen Senyawa Kimia yang
Keterangan : dihasilkan
- : negatif (tidak terdapat senyawa yang
diuji) Rendemen adalah perbandingan
+ : positif menyatakan intensitas warna/ produk akhir yang diperoleh terhadap
endapan bahan baku yang digunakan. Nilai
rendemen yang diperoleh berdasar berat
Hal ini menunjukkan bahwa, ada kering bahan baku. Rendemen produk
beberapa senyawa alkaloid tidak tahan berkaitan dengan metode ekstraksi yang
terhadap panas, sehingga mengakibatkan dipakai untuk memisahkan senyawa kimia.
intensitasnya berkurang setelah dilakukan Metode ekstraksi yang digunakan
pemisahan dengan metode refluks. Tetapi pada penelitian ini adalah maserasi
disisi lain, bahwa dengan metode refluks, (ekstraksi dingin) dan refluks (ekstraksi
senyawa metabolit sekunder yang negatif panas). Hal ini dilakukan dengan tujuan
(-) pada serbuk biji, kemudian (+) setelah untuk melihat pengaruh proses ekstraksi
dilakukan refluks, yakni senyawa fenol yang berbeda-beda terhadap rendemen dan
hidrokuinon dan flavonoid walaupun golongan senyawa kimia yang dihasilkan.
intensitasnya kecil. Hal ini disebabkan, Rendemen yang diperoleh dari
bahwa pemisahan pertama yang dilakukan hasil ekstraksi pada sampel biji (tabel 4)
dengan pelarut non polar (heksana), dapat menunjukkan bahwa metode refluks
membantu memunculkan golongan dengan pelarut heksana memiliki
senyawa-senyawa tersebut, karena heksana rendemen lebih besar yakni 23,030%
dapat melarutkan lemak, minyak dan dibandingkan metode maserasi dengan
senyawa – senyawa non polar lainnya yang rendemennya hanya 21,221%. Hal yang
dapat mengganggu munculnya golongan sama juga terjadi dengan pelarut metanol
senyawa tersebut pada saat pengujian 80%. Rendemen yang diperoleh dari hasil
fitokimia serbuk biji. ekstraksi pada sampel biji (Tabel 5)
Hasil pengujian terhadap sampel menunjukkan bahwa metode refluks
menunjukkan, bahwa biji kelor mempunyai rendemen yang lebih besar,
mengandung alkaloid, fenol hidrokuinon, yakni 6,157% dibandingkan metode
flavonoid, dan saponin sehingga biji kelor maserasi yang hanya menghasilkan
berpotensi sebagai antioksidan (Pratt and 5,256%.
Hudson 1990, Benabdesselam et.al. 2007). Pada tabel 4, 5 dan gambar 3
Beberapa peneliti juga menyatakan, bahwa terlihat bahwa perbedaan rendemen yang
tumbuhan kelor atau Moringa oleifera L diperoleh pada ekstraksi biji kelor dengan
adalah salah satu tumbuhan yang metode refluks dan maserasi menggunakan
berpotensi sebagai antioksidan (Siddiq pelarut heksana adalah 1,808 % dan
et.al. 2005, Chumark et al. 2007, Sato dengan menggunakan pelarut Metanol
et.al., 2002, Kumar dan Pari, 2003). 80% adalah 0,901%.
Senyawa tersebut berperan sebagai

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
132 Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi ....................................…………………………

Tabel 3. Hasil uji Fitokimia dengan Metode Refluks dan Maserasi Menggunakan Pelarut
Metanol 80%

Uji Fitokimia Metode Refluks Metode Maserasi


Alkaloid ++ +++
Fenol hidrokuinon + -
Flavonoid + -
Steroid - -
Triterpenoid - -
Tanin - -
Saponin + ++

Tabel 4. Rendemen pada Sampel Biji dengan Pelarut Heksana.

Rendemen (%) Selisih


Sampel Biji
Metode Refluks Metode Maserasi (ke dua metode)
Ulangan 1 22,792 20,359
Ulangan 2 22,410 21,712
Ulangan 3 23,360 21,568 1,808 %
Ulangan 4 23,556 21,247
Rata-rata 23,030 21,221

Tabel 5. Rendemen pada Sampel Biji dengan Pelarut Metanol 80%

Rendemen (%) Selisih


Sampel Biji
Metode Refluks Metode Maserasi (ke dua metode)
Ulangan 1 5,885 4,920
Ulangan 2 5,852 5,334
Ulangan 3 6,267 5,807 0,901 %
Ulangan 4 6,625 4,963
Rata-rata 6,157 5,256

25.000 Ref luks


Maserasi

20.000
Rendemen (%)

15.000

10.000
Ref luks Maserasi
5.000

0.000
Heksana MeOH : A ir

Ref luks 23.030 6.018


Maserasi 21.221 5.337
Pelarut

Gambar 3. Perbandingan Rendemen pada Sampel Biji Menggunakan Pelarut Heksana dan
Metanol 80% (MeOH : air, 4:1) dengan Metode Refluks dan Maserasi.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 125 – 134
....................................………………………… Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi 133

Uji t antara metode refluks dan 3. Metode refluks dapat mengekstrak


maserasi biji kelor menggunakan pelarut senyawa kimia lebih besar dari pada
metanol 80% (Lampiran 2), dapat metode maserasi.
diketahui bahwa nilai-p dari uji adalah
0,172. Karena nilai-p nya lebih besar dari UCAPAN TERIMA KASIH
taraf nyata (α) 5%, maka kesimpulannya
terima H0 artinya antara metode refluk- Ucapan terima kasih kepada
heksana dan maserasi-heksana tidak Kopertis Wilayah I NAD-SUMUT yang
berbeda nyata pada taraf nyata 5%, atau telah membiayai penelitian ini. Terima
untuk menarik kesimpulan dapat dilihat kasih juga kepada Dewi Wulandari, MS.,
dari nilai-t (t hitung), yakni nilai t hitung Dekan FMIPA Universitas Tri Karya
didapat sebesar 1,59, sedangkan nilai t- Medan, DR. Dyah Iswantini, M.Agr. dosen
tabel dengan df=5, dan α= 5% adalah Sekolah Pascasarjana Kimia IPB Bogor
2,571, karena nilai t hitung < dari t-tabel yang telah membimbing selama penelitian
maka kesimpulannya terima H0 artinya ini berlangsung.
tidak terdapat perbedaan diantara kedua
metode tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Secara uji statistik tidak terdapat
perbedaan nyata antara metode refluks dan Budiman, A. 2001. Senyawa Bioaktif
maserasi dengan menggunakan pelarut Golongan Kumarin Artemisia
metanol 80%, tetapi metode refluks, dari Sacrorum Ledeb (Skripsi).
segi waktu memiliki efisiensi ekstraksi Bogor : FMIPA. IPB.
yang lebih singkat dibandingkan dengan
metode maserasi. Proses ekstraksi dengan Benabdesselam FM. Et.al. 2007.
refluks memerlukan waktu 4 × 2 jam, Antioxidant activities of
sedangkan dengan maserasi memerlukan alkaloid extracts of two
waktu sampai 3 × 24 jam. Kemudian dari Algerian species of Fumaria :
segi pelarut yang digunakan, metode Fumaria capreolata and
maserasi relatif menggunakan pelarut lebih Fumaria bastardii. ACG
banyak dibandingkan dengan metode Publication Rec. Nat. Prod. 1:2-
refluks. 3 (2007) 28-35.
Metode refluks ataupun maserasi
menggunakan pelarut heksana, secara Chumark P et al. 2007. The in vitro and ex
rata–rata pada sampel biji dihasilkan vivo antioxidant properties,
rendemen yang lebih besar, dengan hypolipidaemic and
demikian dapat disimpulkan, bahwa pada antiatherosclerotic activities of
biji kelor banyak terdapat senyawa water extract of Moringa
metabolit sekunder yang bersifat non- oleifera Lam. Leaves. Journal
polar. of Ethnopharmacology
116(2008) 439-446.
KESIMPULAN
Dalimarta, S. 2003. Karakteristik
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan : Tumbuhan Obat di dalam
Prosiding Seminar dan Pameran
1. Kadar air rata-rata pada sampel biji Nasional Tumbuhan Obat
11,565%. Indonesia XXIV. Darmaga,
2. Golongan senyawa kimia pada ekstrak Bogor. Pusat Studi Biofarmaka
biji dengan pelarut methanol 80% IPB.
dengan refluks adalah alkaloid,
phenol hidroquinin, flavonoid dan Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia.
saponin, sedangkan dengan maserasi Cara modern menganalisa
hanya alkaloid dan saponin. Tumbuhan. Terjemahan
Kosasih Patmawinata dan

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134
134 Skrining Senyawa Kimia dan Pengaruh Metode Maserasi ....................................…………………………

Iwang Soediro. Edisi ke 3. Melitus. Dalam makalah


Bandung. Penerbit ITB. Pelatihan Tanaman Tradisional
(swamedikasi) Pengobatan
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Penyakit Diabites Melitus.
dasar. Jakarta. PT Gramedia Bogor. Pusat Studi Biofarmaka.
Pustaka Umum. IPB.

Hermawan, H. 2002. Isolasi dan Pencirian Sato T et al. 2002, Evaluation of


Senyawa Aktif dari Tumbuhan antioxidant activity of
Anting-anting (Acalypha indica indigenous vegetables from
L.) yang Berpotensi South and Southeast Asia .
Menurunkan Kadar Glukosa JIRCAS Research Highlights.
Darah. Bogor: FMIPA. IPB.
Siddhuraju P, Becker K. 2003. Antioxidant
Hidayat MG. 2004. Perbandingan Metode Properties of Various Solvent
Ekstraksi Flavonoid dan Extract of Total Phenolic
Terpenoid dari Sidaguri Serta Constituents from Three
Daya Inhibisi Ekstrak Different Agroclimatic Origins
Terhadap Aktivitas Xantin of Drumstick Tree (Moringa
Oxidase. (Skripsi) Bogor: oleifera Lam.). J. Agric. Food
FMIPA. IPB. Chem. 51 (8) : 2144-2155.

Kumar NA & Pari L. 2003 Antioxidant Simanjuntak, P. 1988. Metode Isolasi dan
Action of Moringa oleifera Pemurnian Ekstrak Air dari
Lam. (Drumstick) Against Tumbuhan. Warta AKAB.
Antitubercular Drugs Induced
Lipid Peroxidation in Rats. Sidik M. 1997. Antioksidan Alami Asal
Journal of Medicinal Food. Tumbuhan. Prosiding Seminar
6(3): 255-259. Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XII. ITB. Bandung.
Meloan CE. 1999. Chemical
Separation.New york: J. Siddiq A et al. 2005. Antioxidant activity
Willey. of different solvent extracts of
Moringa oleifera leaves under
Prat DE, BJF. Hudson. 1990. Natural accelerated storage of
Antioxidant not Exploited sunflower oil. Asian Journal of
Commercially. Di dalam Plant Sciences 4(6) 630-635.
BJF Hudson . Editor Food
Antioxidant. London. Elsevier Wulandari, NDM. 2005. Perbandingan
Science. Metode Ekstraksi Buah
Mahkota Dewa (Phaleria
Putri, LD. 2004. Pemisahan dan macrocarpa) dan Uji Toksisitas
Pencirian Pektin Dari Kulit Subkronis Pada tikus Putih
Buah Kakao (Skripsi). Bogor: (Skripsi). Bogor: FMIPA. IPB.
FMIPA. IPB.
Winarno, WP. 1997. Kimia Pangan dan
Rafi, M. 2003. Identifikasi Fisik dan Gizi. Jakarta. Gramedia.
Senyawa Kimia Pada
Tumbuhan Obat Fokus Untuk
Tumbuhan Obat Diabites

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 1, No. 2, Juli 2011, 126 – 134

Anda mungkin juga menyukai