Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menyajikan perihal landasan teoritis mengenai konsultan perencana


arsitektur, teori kontrak atau perjanjian dalam konsultan arsitektur antara arsitek
dan client, serta teori mengenai Cottage. Teori yang disajikan ini digunakan
sebagai acuan sekaligus pedoman dalam penyusunan laporan kerja praktek
perencanaan ini.

2.1 Konsultan Perencana Arsitektur


Sub bab ini membahas mengenai beberapa teori dan aspek penting sebagai
konsultan perencana arsitektur. Adapun teori dan aspek tersebut antara lain :
pengertian konsultan arsitektur, ruang lingkup profesi arsitek dalam konsultan
perencana arsitektur, persyaratan dan klasifikasi konsultan perencana, peran,
wewenang, hak dan kewajiban konsultan arsitektur, bentuk badan usaha konsultan
di Indonesia, proses konsultan dalam mendapatkan pekerjaan, pedoman
pelaksanaan pekerjaan serta manajemen waktu, biaya dan mutu konsultan
perencanaan arsitektur.

2.1.1 Pengertian Konsultan Arsitektur


Berikut merupakan beberapa uraian yang merupakan pendekatan untuk
mengetahui pengertian dari konsultan perencana arsitektur tersebut, antara
lain :

a. Perencana
Dalam kaitannya perihal pengertian perencana, beberapa aspek yang
dianggap dan bertindak sebagai pelaku perencana yakni :
 Badan usaha/orang perorangan yang kegiatan usahanya menyediakan
jasa layanan konsultasi. (KEPRES NO. 95 Tahun 2007)
 Pihak yang ditugaskan oleh pemberi tugas untuk pekerjaan-pekerjaan
desain dan rencana anggaran biaya serta memberikan advise yang
dikaitkan dengan perencanaan dalam pelaksanaan proyek. (Biro Bina
Sarana Perusahaan Sektor Departemen PU, 1993)

7
 Menurut Soetami (1971) dalam Parsika (2014), seseorang atau badan
hukum yang memiliki profesi sebagai perencana dan melakukan tugas
perencanaan.
 Badan perorangan atau gabungan perorangan nasional yang mempunyai
keahlian , kemampuan dan pengalaman bidang teknik perencanaan
bangunan. (Soetami, 1971:22 dalam Parsika, 2014:6)
b. Perencana Arsitektur
Individu atau perorangan yang biasa bergerak dibidang perencana arsitektur
disebut sebagai arsitek. Menurut beberapa pemahaman, arsitek dikatakan
sebagai berikut :
 Menurut Wikipedia, arsitek secara umum merupakan perancang skema
atau rencana. Dalam arti yang lebih sempit arsitek diartikan sebagai
perancang bangunan, yaitu orang yang terlibat dalam perencanaan,
merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk
memandu dalam menentukan keputusan mengenai bangunan tersebut
baik dari segi estetika, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan,
sampai dengan lingkup kota maupun regional.
 Menurut Saleh Amirudin, arsitek adalah orang sebagai ahli dibidang
arsitektur yang memiliki tanggungjawab untuk meneliti dan
mempelajari permasalahan masyarakat yang timbul dan dapat
mengusulkan cara-cara pemecahan masalah tersebut.
 Menurut YB. Mangunwijaya, istilah arsitektur berasal dari bahasa
Yunani mempunyai arti terbatas, yaitu terdiri dari kata “arkhe” yang
berarti asli, awal, utama, otentik; dan kata “tektoon” yang berarti berdiri
stabil, kokoh, stabil, statis; sehingga “arkhitekton” berarti pembangunan
utama, tukang ahli bangunan. Kemudian, istilah arsitektur dihadapkan
dengan istilah wastu yang artinya lebih luas lagi. Wastu yang berasal
dari kata vasthu dari bahasa Sanskerta itu diartikan norma, tata
bangunan, tata ruang, tata seluruh pengejawantahan yang berbentuk jadi
punya arti luas dan komprehensip. Istilah wastu datang dari dalam, dari
inti, jati diri, sikap hidup, bahkan bisa dikatakan sebagai kebudayaan
bangsa.

8
 Perorangan atau badan usaha yang dengan mempergunakan
keahliannya dan berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan
perencanaan, perancangan dan pengawasan pembangunan, memberikan
nasehat atau jasa-jasa lain yang berhubungan dengan perencanaan,
perancangan dan pengawasan dibidang teknik pembangunan.
(Anggaran dasar IAI, 1999)
 Kata arsitek berasal dari kata Yunani yaitu Architectoon. Terdiri dari 2
kata, Archei berarti orang pertama yang memulai. Dan Tektoon berarti
pekerjaan tangan dan pembangunan fisik. Jadi Architektoon adalah juru
bangunan. (Sneyder, 1980:22 dalam Hariawan, 2014:7)
 Menurut Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), arsitek adalah sebutan ahli
yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur
dan atau yang setara, mempunyai kompetensi yang diakui dan sesuai
dengan ketepatan organisasi serta melakukan praktek profesi arsitek.
c. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah perusahaan yang memenuhi persyaratan
untuk melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan
lingkungan, perencanaan bangunan beserta kelengkapanny, berfungsi
membantu pengelola proyek untuk melaksanakan pengadaan dokumen
perancangan, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan konstruksi dan
memberikan penjelasan pada waktu pelelangan serta memberikan
penjelasan terhadap persoalan-persoalan perancangan yang timbul selama
tahap konstruksi serta tanggungjawab secara konstruksi kepada pemimpin
proyek atau pimpinan bagian proyek. (Keputusan Direktur Jenderal Cipta
Karya No. 295/KPTS/CK/1997)

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsultan perencana arsitektur pada


prinsipnya merupakan pihak yang diberikan tugas oleh client/owner untuk
melakukan perencanaan dan membuat sebuah produk. Produk tersebut
berupa gambar bangunan, rancangan dari pada tapak, maupun rancangan
kawasan atau kota. Pada skala mikro, seorang arsitek dapat memberikan
usulan-usulan desain interior suatu ruang /bangunan. Hal ini dilakukan

9
guna memberikan kesinambungan antara eksterior dan interior suatu
bangunan sebagai kesatuan konsep bangunan.

 Konsultan
Konsultan merupakan seseorang yang memiliki tenaga professional
yang menyediakan jasa kepenasihatan (consultancy service) dalam
bidang keahlian tertentu. Perbedaan antara konsultan dengan ahli
biasanya adalah konsultan bukan merupakan pegawai perusahaan
pengguna layanan (client) melainkan seseorang yang menjalankan suatu
usaha sendiri ataupun bekerja pada suatu perusahaan kepenasihatan,
serta berurusan dengan pengguna layanan (client) pada suatu waktu.
Contohnya adalah seperti konsultan keuangan, hukum, akuntansi, dan
sebaginya.
 Perencana
Dari beberapa sumber dapat digunakan dalam membuat suatu definisi
mengenai perencana, adapun beberapa sumber tersebut adalah sebagai
berikut.
- Menurut Soetami (1971) dalam Parsika (2014), seseorang atau badan
hukum yang memiliki profesi sebagai perencana dan melakukan
tugas perencanaan.
- Badan Usaha/orang perorangan yang kegiatan usahanya
menyediakan jasa layanan konsultasi. (Kepres No. 95 Tahun 2007)
- Pihak yang ditugaskan oleh pemberi tugas untuk pekerjaan-
pekerjaan desain dan rencana anggaran biaya serta memberikan
advise yang dikaitkan dengan perencanaan dalam pelaksanaan
proyek. (Biro Bina Sarana Perusahaan Sektor Departemen PU,
1993).
- Badan, perorangan, atau gabungan perorangan nasional yang
mempunyai keahlian, kemampuan dan pengalaman bidang teknik
perencanaan bangunan. (Soetami, 1971:22 dalam Parsika, 2014:6).
Jadi secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa perencana
adalah seseorang ataupun suatu badan hukum yang memiliki keahlian,

10
kemampuan, dan pengalaman dalam melakukan tugas perencanaan
ataupun menyediakan jasa konsultasi.
2.1.2 Ruang Lingkup Profesi
Konsultan perencana yang baik dan bersertifikasi umumnya memiliki
ruang lingkup yang jauh lebih luas dari hanya sekedar sebagai perencana atau
pembuat dokumen tender belaka. Pada hakekatnya, ruang lingkup profesi
konsultan perencana meliputi :

a. Sebagai konsultan perencana, memiliki tugas-tugas sebagai berikut :


 Persiapan perencanaan yang mencakup penyelidikan, penelitian, dan
penilaian mengenai keadaan pada saat perencanaan dan kebutuhannya,
pembiayaan dan tanah bangunan.
 Pembuatan konsep perencanaan bangunan, sketsa pendahuluan dan
gambar pra rancangan.
 Pembuatan rencana pelaksanaan yang terdiri dari rancangan arsitektur,
rencana konstruksi, rencana mekanikal dan elektrikal, rencana sanitasi
dan plumbing, rancangan interior, rancangan lansekap, rencana kerja
dan syarat (RKS) dan rencana anggaran biaya (RAB).
a. Sebagai Konsultan Pengawas, memiliki wewenang :
 Membuat studi kelayakan, kebutuhan rancangan dan sebagai
pendamping pemberi tugas selama proses penyelenggaraan
pembangunan.
 Pengawasan pembagunan di lapangan, baik segi teknis pelaksanaan
maupun admnistrasinya.
 Jenis pekerjaannya meliputi bangunan gedung, interior dan eksterior.
Ruang lingkup layanan jasa konsultasi yang diberikan oleh konsultan
perencana mencakup layanan survey, layanan studi makro, layanan studi
rinci, layanan perancangan dan perencanaan, ayanan pengawasan, layanan
produksi dan industry, layanan konsultasi operasi dan pemeliharaan serta
rehabilitasi, layanan jasa informasi, layanan jasa manajemen, penelitian
dan pelatihan serta layanan jasa penasehat. (Departemen Keuangan dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2000:55)

11
2.1.3 Persyaratan Dan Klasifikasi Konsultan Perencana
Berdasarkan Peraturan Presiden RI NO. 95 tahun 2007 tentang
perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 tentang
pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dan peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 43/PRT/M/2007 tentang standar dan pedoman
pelaksanaan pengadaan jasa konstruksi menyatakan persyaratan kualifikasi
penyedia barang dan jasa adalah memiliki ijin usaha jasa konstruksi, sertifikat
badan usaha dan sertifikat tenaga ahli. Secara hokum badan usaha tersebut
mempunyai kapasitas menandatangani kontrak, tidak ada dalam pengawasan
pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan
/atau tidak sedang menjalankan sanksi pidana.

Dalam hal penyedia jasa akan melaksanakan kemitraan , wajib


mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang membuat presentasi
kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan serta telah melunasi
kewajiban wajib pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan
bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3
bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum berkewajiban untuk
melapor.

Badan usaha tersebut selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki


pengalaman penyediaan jasa konstruksi termasuk pengalaman sub kontrak,
kecuali penyedia jasa konsultasi yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun
juga harus memiliki kinerja yang baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi
atau daftar hitam suatu instansi pemerintah.

Badan usaha tersebut juga wajib memiliki kemampuan pada sub bidang
pekerjaan yang sesuai, memiliki kemampuan penyediaan fasilitas dan peralatan
serta personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan serta memenuhi
KD = 3 NPt (KD: Kemampuan Dasar ; NPt: Nilai Pengalaman Tertinggi) pada
sub bidang pekerjaan yang sesuai dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir
dan tenaga ahli yang ditugaskan dalam melaksanakan pekerjaan jasa konsultasi
harus memiliki persyaratan seperti : Nomor pokok wajib pajak (NPWP),

12
lulusan perguruan tinggi yang telah terakreditasi oleh instansi yang berwenang
serta mempunyai pengalaman di bidangnya.

Menurut peraturan lembaga pengembangan jasa konstruksi Nomor 11


Tahun 2013 tentang registrasi usaha jasa perencana konstruksi dan jasa
pengawas konstruksi menyatakan bahwa untuk klasifikasi usaha jasa perencana
konstruksi dan jasa pengawas konstruksi ditentukan berdasarkan kemampuan
melaksanakan suatu bidang, layanan, sub bidang dan sub layanan pekerjaan
konstruksi. Untuk klasifikasi bidang usaha jasa perencana dan pengawas
konstruksi meliputi, perencanaan arsitektur, rekayasa, penataan tata ruang,
konsultasi spesialis dan jasa konstruksi lainnya.

2.1.4 Peran, Wewenang, Hak Dan Kewajiban Konsultan Arsitektur


Konsultan perencana arsitektur memiliki peranan tersendiri, wewenang
dalam bekerja, hak yang dapat di tuntut dan kewajiban yang harus dilakukan,
adapun uraiannya adalah sebagai berikut :

a. Peranan
Dalam perencanaan sebuah proyek, konsultan perencana memiliki peranan
sebagai berikut:

 Sebagai perencana, berperan dalam hal mewujudkan maksud dan


kehendak dari pemberi tugas ke dalam bahasa arsitektur, yang
didasarkan atas data-data yang dikumpulkan baik data fisik maupun
non fisik, studi program kebutuhan ruang, studi analisis tapak, dan
studi konseptual perencanaan proyek tersebut.
 Sebagai pengawas, berperan dalam hal membantu pemberi tugas di
lapangan untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan fisik dari
proyek dalam mewujudkan hasil desain yang dibuat oleh perencana
sampai menjadi wujud fisik bangunan sesuai dengan gambar yang ada
dan untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari ketentuan –
ketentuan yang berlaku.
b. Wewenang

13
Sesuai dengan peranannya di dalam membantu pemberi tugas, maka
wewenang yang dimiliki oleh konsultan perencana dalam perencanaan
sebuah proyek adalah sebagai berikut :
 Sebagai perencana, memiliki wewenang untuk mengajukan ide-ide dan
memutuskan penyelesaian terhadap segala permasalahan desain yang
dihadapi selama tidak bertentangam dengan ide pemberi tugas,
termasuk di dalamnya mengenai estetika, struktur dan konstruksi, serta
utilitasnya.
 Sebagai pengawas, memiliki wewenang untuk mengadakan perubahan
– perubahan dalam pekerjaan di lapangan, memberikan pekerjaan
tambahan serta memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaan
pelaksana pembangunan (kontraktor) dengan memerhatikan ketentuan
– ketentuan yang berlaku dan kode etik yang ada.
c. Hak
Hak yang dimiliki oleh konsultan perencana dalam perencanaan sebuah
proyek adalah sebagai berikut :
 Sebagai perencana meliputi :
- Memperoleh jasa untuk perencanaan
- Meminta penjelasan data-data yang ada hubungannya dengan
kebutuhan perencanaan
- Mengembalikan tugas yang diberikan kepadanya apabila terjadi
kesalahan yang di perbuat pihak pemberi tugas dengan
memperoleh ganri yang wajar
 Sebagai pengawas meliputi :
- Memperoleh imbalan jasa untuk pengawasan
- Berhak mengubah gambar bestek, sejauh tidak merugikan pihak
pemberi tugas maupun kualitas pekerjaan
- Berhak mengajukan keberatan apabila terjadi hal-hal diluar
kemampuan pengawas
d. Kewajiban
Kewajiban yang dimiliki oleh konsultan perencana dalam perencanaan
sebuah proyek adalah sebagai berikut :

14
 Sebagai perencana, meliputi :
- Membuat rencana waktu penyelesaian pekerjaan.
- Menyelesaikan pekerjaan perencanaan yang diberikan oleh
pemberi tugas sesuai dengan scoope pekerjaan yang diberikan.
- Menaati kode etik dalam melaksanakan tugas profesionalisme
sebagai arsitek.
- Mengadakan konsultasi secara periodic dengan pihak pemberi
tugas.
- Memberikan penjelasan secara teknis kepada kontraktor yang
akan melakukan pekerjaan pembangunan.
- Melakukan perbaikan-perbaikan / perubahan terhadap gambar –
gambar bila diperlukan
- Menanggung kerugian yang diderita oleh pihak pemberi tugas
sebagai akibat dari kesalahan yang diperbuat perencana atau
orang – orang yang bekerja kepadanya bila kesalahan terebut
seharusnya dapat dihindari dengan keahlian dan kewaspadaan
atau cara pelaksanaan yang umum.
 Sebagai pengawas, meliputi :
- Melakukan pengawasan berkala pada waktu pelaksanaan
pembangunan
- Memberikan laporan pelaksanaan kepada pihak pemberi tugas
- Berkewajiban kepada negara seperti melunasi pajak, memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah
2.1.5 Bentuk Badan Usaha Konsultan Di Indonesia
Adapun bentuk-bentuk badan usaha konsultan perencana yang ada di
Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah badan usaha kepemilikannya dimiliki
oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa
izin dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis personal
tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Modal usaha berasal dari
persorangan itu sendiri. Pada umumnya perusahaan perseorangan

15
bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, dan menggunakan
teknologi yang cenderung sederhana. Dalam hal ini, semua harta kekayaan
milik pribadi menjadi tanggunan dan jaminan dari semua utang
perseorangan ini.
b. Perusahaan/badan usaha persekutuan/partnership
Perusahaan persekutuan adalah badan usaha yang dimiliki oleh dua orang
atau lebih yang secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang
termasuk dalam badan usaha persekutua adalah Firma (Fa) dan
persekutuan Komanditer (CV). Untuk mendirikan badan usaha
persekutuan, membutuhkan izin khusus dari pemerintah dan instansi
terkait.
c. Persekutuan Firma (Fa)
Menurut pasal 16 dan 18 KUHD, yang dimaksud dengan firma ialah tiap-
tiap perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan sesuatu
perusahaan dibawah satu nama bersama, dimana masing-masing anggota
bertanggung jawab seluruhnya.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena :
Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi
sekutu‐sekutu, setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan, selain itu firma tidak bisa dikatakan berbadan hukum, karna
Firma telah memenuhi syarat materiil namun syarat formalnya berupa
pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-
undangan belum ada. Hal inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma
bukan merupakan persekutuan yang berbadan hukum.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal
agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain, Perusahaan
dengan berbentuk Firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan.
Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa,
kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik.
d. Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap dalam bahasa
Belanda adalah persekutuan firma yang memiliki satu atau beberapa orang

16
sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai pemasukan pada
persekutuan (sebagai modal) namun dia tidak ikut campur dalam
pengurusan atau penguasaan persekutuan, dan tanggung jawabnya terbatas
sampai pada sejumlah uang yang dimasukkannya. Artinya sekutu
komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap persekutuan
komanditer, sebab hanya sekutu komplementerlah yang diserahi tugas
untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. (Pasal 19 KUH
Dagang)
Dari pengertian di atas, dalam persekutuan komanditer ada dua macam
sekutu :
 Sekutu kerja/sekutu komplementer/sekutu aktif, yaitu sekutu yang
menjadi pengurus persekutuan
 Sekutu tidak kerja/sekutu komanditer/sekutu pasif, yaitu sekutu yang
tidak kerja. Walaupun diberi kuasa untuk itu (Pasal 20 KUH Dagang),
sekutu komanditer berhak untuk mengawasi pengurusan persekutuan
komanditer secara intern. Apabila larangan tersebut dilanggar, maka
para sekutu bertanggung jawab secara pribadi. (Pasal 21 KUH
Dagang).
e. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum
dimana badan hukum ini disebut dengan "perseroan". Istilah perseroan
pada perseroan terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan
hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau sahamsaham dan istilah terbatas
menunjukkan pada batas tanggung jawab para persero (pemegang saham)
yang dimiliki, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua
sahamsaham yang dimiliki.
Bentuk badan hukum ini, sebagaimana ditetapkan dalam KUH Dagang
bernama "Naamloze Vennootschap" atau disingkat NV. Sesungguhnya
tidak ada UU yang secara khusus dan resmi memerintahkan untuk
mengubah sebutan "naamloze Vennootschap" hingga harus disebut dengan

17
PT (Perseroan Terbatas). Namun sebutan PT (Perseroan Terbatas) itu telah
menjadi baku dalam masyarakat.
Dalam KUH Dagang menjelaskan bahwa badan usaha yang dapat
dikatakan sebagai PT (perseroan Terbatas) harus memiliki unsur atau ciri
ciri PT. Ciri ciri PT (Perseroan Terbatas), sebagai berikut :
 Badan usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika
kekayaan badan usaha yang dimiliki terpisah dari kekayaan pribadi
masing-masing pesero (pemegang saham), yang bertujuan untuk
membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan
perseroan.
 Dapat usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika adanya
persero yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham
yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) merupakan kekuasaan tertinggi dalam
organisasi perseroan, yang memiliki kewenangan mengangkat dan
memberhentikan Komisaris dan Direksi, berhak menetapkan garis-
garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan dan memiliki
kewenangan menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam
Anggaran Daasar dan lain-lain.
 Badan usaha dapat disebut sebagai PT (Perseroan Terbatas) jika
pengurus (Direksi) dan Komisaris yang merupakan satu kesatuan
pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung
jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan Anggaran
Dasar atau pada keputusan RUPS.
2.1.6 Proses Konsultan Perencana Dalam Mendapatkan Pekerjaan
Sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2010, dalam
memperoleh suatu pekerjaan perencanaan, konsultan perencana
mendapatkannya melalui berbagai cara antara lain:

a. Seleksi Umum
Pelelangan / seleksi umum merupakan metode pemilihan konsultan
perencana yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas
sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar

18
provinsi sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta
memenuhi kualifikasi dan dapat mengikutinya.
b. Seleksi Sederhana
Pelelangan / seleksi sederhana merupakan metode pemilihan konsultan
perencana yang dilakukan secara terbatas karena (jumlah konsultan
perencana yang diyakini mampu terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks) dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu
surat kabar nasional dan/atau surat kabar provinsi dengan mencantumkan
konsultan perencana yang telah diyakini mampu, guna memberi
kesempatan kepada konsultan perencana untuk memenuhi kualifikasi.
c. Penunjukan Langsung
Merupakan metode pemilihan konsultan perencana dengan cara menunjuk
langsung satu konsultan perencana yang didasarkan pada kepercayaan dari
pihak pemberi tugas kepada konsultan perencana yang dilatarbelakangi
atas penilaiannya karya – karya konsultan perencana yang telah terwujud
maupun melalui saran dari departemen pekerjaan umum atau pemerintah
daerah yang selalu memonitor hasil pekerjaan suatu konsultan perencana.
d. Konsorsium
Proyek yang dilakukan dengan melibatkan beberapa konsultan. Umumnya
untuk proyek skala besar dan kompleks.
e. Kontes/Sayembara
Merupakan metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan
gagasan orisinal, kreativitas, dan inovasi tertentu yang harga/biayanya
tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan. Cara sayembara
ditempuh dalam upaya mencapai karya perencanaan yang seoptimal
mungkin terutama untuk bangunan khusus atau yang bersifat monumental
dan memiliki aspek planologi kota yang penting. Sayembara dapat bersifat
umum dan terbuka dengan undangan melalui media massa maupun
bersifat terbatas. Untuk hal tersebut, pimpinan proyek membentuk suatu
panitia atau tim juri untuk membuat pedoman sayembara. Tim juri ini
nantinya berperan sebagai panitia dan menentukan pemenang atas

19
persetujuan pimpinan proyek dengan catatan semua persyaratan telah
terpenuhi.

2.1.7 Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan


Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya no.
295/KPTS/CK/1997, tentang petunjuk pelaksanaan pembangunan bangunan
gedung negara yang penyelenggarannya diberikan bantuan teknis menyatakan
bahwa dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan suatu proyek, maka
konsultan perencana harus berpedoman dalam beberapa hal antara lain :

a. Pedoman yang bersifat umum.


 Pedoman yang diberikan oleh pihak pemberi tugas kepada perencana
berupa surat perintah kerja (SPK) dan kontrak kerja.
 Permintaan dari bowheer berupa keinginan – keinginan dan anggaran
yang tersedia.
b. Peraturan – peraturan yang berlaku
 Peraturan daerah (PERDA).
 Norma – norma setempat.
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000.
 Peraturan dari Dewan Tenknik Pembangunan Indonesia.
 Peraturan dari Dinas Pekerjaan Umum.
 Peraturan dari Dewan Normalisasai oleh yayasan normalisasi
Indonesia.
 Peraturan Beton Bertulang NI-2.
 Peraturan Pemeriksaan Bahan bangunan NI-3.
 Peraturan untuk pemeriksaan Listrik Nt-5.
 Standar-standar arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan
proyek yang bersangkutan.
 Ketentuan-ketentuan lain yang mengikat, seperti standar harga bahan
bangunan dan peraturan-peraturan konstruksi yang berlaku.
 Pedoman yang Bersifat Khusus
 Term Of Reference (TOR).
 Perjanjian Kontrak Kerja.

20
 Laporan studi kelayakan.
 Data eksisting site dan lokasi lingkungan.

2.1.8 Manajemen Waktu, Biaya Dan Mutu Konsultan Perencana


Konsultan perencana harus bisa melakukan manajemen terhadap waktu,
biaya dan mutu perusahaannya dikarenakan ketiga hal tersebut merupakan hal
yang riskan dan sangat penting, sehingga diperlukan pengelolaan yang baik.

a. Manajemen Waktu Konsultan Perencana


Waktu adalah hal yang sangat penting dalam setiap pekerjaan. Apabila
manajemen waktu tersebut tidak dipersiapkan secara matang, pemborosan
terhadap waktu dan biaya yang harus dikeluarkan pada suatu proyek.
Manajemen waktu dalam sebuah proyek perencanaan dapat dilakukan
dengan penyusunan time schedule atau yang bisa disebut time schedule
project (TSP). TSP ini dibuat oleh konsultan perencana untuk
mempermudah perumusan masalah dalam proses perencanaan proyek,
menentukan metode atau cara yang tepat agar proses berjalan lancar dan
terorganisir sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Manajemen waktu
dalam proses perencanaan suatu proyek tidak hanya dilakukan pada
penyusunan TS, namun diperlukan kedisiplinan dan penerapannya.
b. Manajemen Biaya Konsultas Perencana
Manajemen biaya dalam sebuah proyek perencanaan dapat dilakukan
melalui penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) konsultan. Rencana
anggaran biaya untuk konsultan terdapat 2 macam biaya, yaitu:
 Biaya Personal
Yang termasuk kedalam biaya personal adalah tenaga ahli sesuai
bidang yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku dan wajar
serta didukung dengan studi perbandingan, penelitian yang
komperehensif serta dokumen-dokumen yang dapat
dipertanggungjawabkan.
 Biaya non personal

21
Yang termasuk kedalam biaya non personal adalah peralatan-peralatan
yang diperlukan selama proses perencanaan desain yang juga
disesuaikan dengan harga pasar saat ini.
c. Manajemen Mutu Konsultan Perencana
Pada umumnya, setiap konsultan perencana akan senantiasa menjaga mutu
dari setiap pekerjaannya agar tetap eksis di bidangnya. Untuk menjaga
mutu pekerjaan setiap konsultan perencana, dapat dilakukan melalui
penyusunan Term Of Reference (TOR). Penyusunan TOR atau yang biasa
disebut dengan KAK (Kerangka Acuan Kerja) dilakukan oleh pihak
konsultan perencana dimana TOR/KAK ini sah dimata hukum karena
terdapat persetujuan antara kedua belah pihak (pihak I dan pihak II) dan
terdapat pembubuhan tanda tangan di atas materai. TOR ini yang nantinya
yang akan menjadi acuan pekerjaan bagi konsultan perencana untuk
memenuhi persyaratan untuk melaksanakan tugas konsultan kepada owner
dalan bidang perencanaan.
d. Pedoman Pelaksanaan Proyek
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya No.
295/KPTS/CK/1997, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan
Bangunan Gedung Negara yang penyelenggaraanya diberikan bantuan
teknis menyatakan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan perencanan
suatu proyek, maka konsultan perencana harus berpedoman pada beberapa
hal, antara lain sebagai berikut.
 Pedoman yang bersifat umum
- Pedoman yang diberikan oleh pihak pemberi tugas kepada
perencana berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dan kontrak kerja.
- Permintaan dari owner berupa keinginan-keinginan dan anggaran
yang tersedia.
 Peraturan yang berlaku
- Peraturan Daerah (Perda)
- Norma-norma setempat
- Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2000
- Peraturan dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia

22
- Peraturan atau ketentuan dari Dinas Pekerjaan Umum
- Peraturan dari Dewan Normalisasi oleh Yayasan Normalisasi
Indonesia, yang meliputi:
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2
 Peraturan Pemeriksaan Bahan Bangunan NI-3
 Peraturan untuk Pemeriksaan Listrik Nt-5
 Standar-standar arsitektur yang sesuai dengan kebutuhan
perencanaan proyek yang bersangkutan.
 Ketentuan-ketentuan lain yang mengikat, seperti standar harga
bahan bangunan dan peraturan-peraturan konstruksi yang
berlaku.
2.2 Tahapan Kerja Arsitek
Layanan utama jasa arsitek dalam pekerjaan perencanaan dan perancangan
arsitektur akan dilaksanakan dalam tahapan pekerjaan sebagai berikut:

a. Pekerjaan Tahap 1 : Tahap Konsep Rancangan


b. Pekerjaan Tahap 2 : Tahap Pra Rancangan / Skematik Desain
c. Pekerjaan Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan
d. Pekerjaan Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
e. Pekerjaan Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi
f. Pekerjaan Tahap 6 : Tahap Pengawasan Berkala
Setiap tahapan pekerjaan perancangan dapat dilaksanakan apabila tahap
pekerjaan sebelumnya telah disetujui oleh pengguna jasa konsultan.
Pelaksanaan tahap-tahap pekerjaan perancangan dilaksanakan sebagai
berikut:
 Tahap 1 : Tahap Konsep Rancangan
Sebelum kegiatan perancangan dimulai, perlu ada kejelasan mengenai
semua data dan informasi dari pengguna jasa yang terkait dengan
kebutuhan dan persyaratan pembangunan agar supaya maksud dan
tujuan pembangunan dapat terpenuhi dengan sempurna. Pada tahap ini
arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi pemeriksaan
seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis
pengolahan data yang menghasilkan:

23
- Program rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan
data primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai
batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan
pembangunan yang berlaku. Setelah program rancangan diperiksa
dan mendapat persetujuan pengguna jasa, selanjutnya digunakan
dasar untuk konsep rancangan.
- Konsep rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (struktur,
mekanikal, elektrikal, dan bidang keahlian lainnya) yang melandasi
perwujudan gagasan-gagasan rancangan yang menunjang semua
aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.
Setelah mendapat persetujuan dari pengguna jasa konsep ini
merupakan dasar perancangan tahap selanjutnya.
 Tahap 2 : Tahap Pra-Rancangan / Skematik Desain
Pada tahap ini berdasarkan konsep rancangan yang paling sesuai dan
dapat memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun
pola dan gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-
gambar. Sedangkan nilai fungsional dalam bentuk diagram diagram.
Aspek kualitatif lainnya seperti aspek kuantitatif seperti perkiraan luas
lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya, dan
waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan
tertulis maupun gambar-gambar.
Sasaran tahap ini adalah untuk membantu memberikan pemahaman
yang tepat terhadap proses rancangan. Selain itu juga memberikan
informasi terhadap waktu pengerjaan dan biaya penggunaan untuk
pelaksanaan proyek. Menunjukkan keselarasan terhadap tata ruang
wilayah dalam perizinan menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam tahap ini. Setelah mendapat persetujuan dari pengguna jasa,
maka tahap selanjutnya siap untuk dilaksanakan.
 Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan

24
Pada tahap pengembangan rancangan, arsitek bekerja keras atas dasar
pra rancangan yang telah disetujui oleh pengguna jasa untuk
menentukan aspek yaitu:
- Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-
elektrikal, serta disiplin terkait lainnya dengan mempertimbangkan
kelayakan dan kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu.
- Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi,
dan nilai ekonomi.
- Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem
bangunan, kesemuanya disajikan dalam bentuk-bentuk gambar,
diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis.
- Sasaran yang akan dicapai pada tahap 3 ini adalah memastikan dan
menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan secara
menyeluruh, pasti, dan terpadu. Selain itu untuk mematangkan
konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau dai
keselarasan sistemsistem yang terkandung di dalamnya baik segi
kelayakan dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.
 Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
Pada tahap pembuatan gambar kerja, berdasarkan hasil pengembangan
rancangan yang telah disetujui pengguna jasa, arsitek menerjemahkan
konsep rancangan yang terkandung dalam pengembangan rancangan
tersebut ke dalam gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci
sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat
menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.
Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-
gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik
pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur, serta perhitungan
kuantitas pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan
yang jelas, tepat dan terperinci.

25
Untuk dapat menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar
teknik, maka terdapat beberapa standarisasi dalam menggambar teknik
yang harus dipenuhi, antara lain:
- Peletakan kop di bagian kanan kertas, yang berisi:
 Nomor gambar
 Judul/nama gambar
 Nama instansi/perusahaan
 Skala
 Nama yang menggambar, yang memeriksa dan yang
mengesahkan atau menyetujui
 Cara proyeksi yang digunakan
 Keterangan lainnya sesuai keperluan
- Menggunakan kertas seri A, dimulai dari A0 hingga kelipatan
dibawahnya untuk memudahkan dalam menskalakan gambar.
Kertas tersebut wajib diisi garis tepi, untuk bagian kiri kertas
ditetapkan 20mm, sedangkan bagian kanan, atas dan bawah
disesuaikan dengan ukuran kertas.
- Menggunakan beberapa jenis garis, antara lain:
 Garis tebal kontinu
 Tipis kontinu
 Tipis kontinu bebas
 Tipis kontinu dengan zig-zag
 Garis gores tebal
 Garis gores tipis
 Garis bergores tipis
 Garis bergores tipis, yang dipertebal pada ujung-ujungnya dan
pada perubahan arah.
 Garis bergores tebal
 Garis bergores ganda tipis
- Jenis huruf dan angka yang digunakan adalah huruf yang mudah
dibaca dan dapat ditulis miring 750 atau tegak, seperti ISOCT SHX
tegak atau miring, Technic bolt TT dan ISOTEUR miring.

26
- Terdapat garis ukuran dan penulisan angka ukuran
- Terdapat garis ukuran yang menunjukkan ukuran ketinggian
- Terdapat keterangan gambar yang ditulis dengan cara penulisan
singkat dan padat. Selain itu juga harus dilengkapi dengan garis
penunjuk arah benda yang akan diberi keterangan.
- Ukuran skala
 Skala Kecil
Merupakan skala yang digunakan untuk gambar situasi,
gambar rancangan tapak, gambar peta, gambar denah, gambar
blok plan dan gambar tampak. Skala yang digunakan adalah
1:100, 1:500, 1:400, 1:200, dan 1:100.
 Skala Besar
Merupakan skala yang digunakan untuk gambar detail, detail
arsitektur, detail struktur, detail mekanikal dan elektrikal.
Skala yang digunakan adalah 1:50, 1:20, 1:10, 1:5, 1:2 dan 1:1.
 Skala Pembesaran
 Merupakan skala yang digunakan untuk gambar detail khusus,
khususnya detail pada gambar mesin dan listrik. Skala yang
digunakan antara lain 2:1, 5:1 dan 10:1.
Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna
jasa, gambar kerja yang dihasilkan ini dianggap sebagai
rancangan akhir dan siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Sasaran pada tahap ini adalah:
1. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan
konstruksi, agar supaya konsep rancangan yang tergambar
dan dimaksud dalam Pengembangan Rancangan dapat
diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik.
2. Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya
biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat dihitung
dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang
administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi

27
persyaratan yuridis yang terkandung dalam dokumen
pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja
konstruksi.
 Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi
Pada tahap ini arsitek mengolah hasil pembuatan gambar kerja ke dalam
bentuk format dokumen pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan
uraian rencana kerja dan syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan
(RKS) serta rencana anggaran biaya (RAB) termasuk daftar volume
(bill of quantity/BQ).
Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan dapat mendukung
proses pemilihan pelaksana konstruksi, penugasan pelaksana
konstruksi, pengawas pelaksana konstruksi serta perhitungan besaran
luas dan volume serta biaya pelaksanaan pembangunan yang jelas.
Pada tahap pelelangan ini, arsitek membantu pengguna jasa secara
sebagian atau secara menyeluruh dalam hal mempersiapkan dokumen
pelelangan, melakukan prakualifikasi seleksi pelaksana konstruksi,
membagikan dokumen pelelangan kepada peserta lelang, memberikan
penjelasan teknis dan lingkup pekerjaan, menerima penawaran biaya
dari pelaksana konstruksi, melakukan penialaian atas penawaran
tersebut, memberikan nasihat dan rekomendasi pemiihan pelaksanaan
konstruksi kepada pengguna jasa serta menyusun perijinan kerja
konstruksi antara pengguna jasa dan pelaksana konstruksi.
Sasaran tahap ini adalah Untuk memperoleh penawaran biaya dan
waktu konstruksi yang wajar dan memenuhi persyaratan teknis
pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.
 Tahap 6 : Tahap Pengawasan Berkala
Pada tahap ini arsitek melakukan peninjauann dan pengawasan secara
berkala di lapangan dan mengadakan pertemuan secara berkala di
lapangan dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan pengguna
jasa dan pelaksana pengawas terpadu yang ditunjuk oleh pengguna jasa.
Dalam hal ini, arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian

28
atau menerus. Penanganan pekerjaan pengawasan berkala dilakukan
paling banyak (1) satu kali dalam (2) dua minggu atau sekurang-
kurangnya (1) satu kali dalam sebulan.
Apabila lokasi pembangunan berada di luar kota tempat kediaman
arsitek, maka biaya biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
perjalanan arsitek ke lokasi pembangunan, wajib diganti oleh pengguna
jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang ditetapkan dan
disepakati bersama sebelumnya.
Sasaran tahap ini adalah:
- Untuk membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebijaksanaan
dan memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan
keputusan tindakan pada waktu pelaksanaan konstruksi, khususnya
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rancangan yang
dibuat oleh arsitek.
- Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam
menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang berhubungan
dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek.
- Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi dilakukan
sesuai dengan ketentuan mutu yang terkandung dalam rancangan
yang dibuat oleh arsitek.
2.3 Cottage
2.3.1 Pengertian Cottage
Dari berbagai jenis penginapan, cottage merupakan salah satu sarana
akomodasi penginapan yang cocok dengan lingkungan yang memiliki potensi
alam. Dilihat dari pengertian cottage dalam bahasa inggris adalah hunian.
Sedangkan pengertian dari Cottage adalah sejenis akomodasi yang berlokasi
disekitar pantai atau danau dengan bentuk bangunan-bangunan terpisah,
disewakan untuk keluarga, perorangan yang dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi (Dennis L. Foster,1997).
2.3.2 Ciri-ciri Cottage
Beberapa ciri-ciri Cottage saat ini salah satunya adalah sebagai berikut :

29
a. Cottage biasanya berlokasi pada pemandangan yang indah, seperti pantai,
pegunungan, tepian danau, atau sungai yang tidak ada kebisingan dan
keramaian kota. Selain itu cottage juga memanfaatkan potensi yang
dimiliki oleh lokasi yang berpedoman pada tata guna lahan, pencapaian
dan kondisi lingkungan.
b. Bangunan Cottage dibuat standar dengan segala fasilitasnya seperti,
private room, reading room, televisi, telepon, bathroom, linens, dresser,
closet, mirror dan sebagainya.
c. Service breakfast, lunch, dinner dan transportasi.
2.3.3 Jenis Cottage
Dalam pengembangan cottage sebagai suatu sarana akomodasi
dimana karakter alam merupakan daya tariknya, maka dibawah ini
merupakan pengembangan menurut karakter kawasan :
a. Cottage Pegunungan
Cottage ini pengembangan kawasannya menggunakan karakter
kawasan pegunungan sebagai daya tariknya, dan letaknya jauh dari
pemukiman penduduk.
b. Cottage Kesehatan
Cottage ini pengembangan kawasannya menggunakan konsep dari
kesehatan sebagai daya tariknya, dimana ini bertujuan sebagai
sarana penyembuhan dengan karakter alam dan cottage ini
cenderung memiliki fungsi rekreatif sebagai dasar terapinya
penyembuhannya
c. Cottage Perkotaan
Cottage ini pengembangan kawasannya berada di kawasan
perkotaan. Dimana kota merupakan daya tarik utamanya. Biasanya
kegiatan yang ada pada cottage jenis ini seperti konfrensi atau bisnis
dan kegiatan wisata sebagai kegiatan sampingan
d. Cottage Pantai
Cottage jenis ini pengembangan kawasannya menggunakan karakter
kawasan pantai sebagai daya tarik utamanya. Dimana pasir, ombak

30
dan tumbuhannya dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata dan
penunjang dari cottage tersebut
e. Cottage Desa Wisata
Cottage ini pengembangannya memanfaatkan daerah wisata
pedesaan atau perkampungan. Dimana daya tariknya berupa wisata
budaya, bangunan tradisional tatar uang dan sosial masyarakat
setempat. Keberadaan dari cottage ini diusahakan sedekat mungkin
dengan kawasan perkampungan yang dituju, sehingga suasana yang
ingin dicapai tidak jauh beda dengan desa wisata tersebut.

2.3.4 Kelebihan Cottage


Berikut ini beberapa kelebihan homestay jika dibandingkan dengan jenis
penginapan lainnya :
a. Unik
Menginap di Cottage tentu memiliki cerita tersendiri jika
dibandingkan dengan menginap di tempat lain, hotel misalnya.
Menginap di hotel sudah tidak aneh dan cenderung biasa saja.
Bandingkan dengan menginap di Cottage, kita pasti akan merasakan
nuansa penginapan yang berbeda dari biasanya.

b. Murah
Ini yang paling penting. Jika dibandingkan dengan tarif sewa hotel
apalagi sewa hotel berbintang, tentu saja Cottage jauh lebih murah
dan hemat. Meskipun murah tetapi tidak murahan, semua fasilitas
yang ada di Cottage bisa kita gunakan dengan gratis.

c. Bisa Belajar Adat dan Kebiasaan Daerah Tersebut


Kelebihan lainnya dari Cottage yaitu bisa belajar adat serta
kebiasaan masyarakat disana seperti apa. Hal ini terjadi karena kita
dapat berkomunikasi langsung dengan pemilik Cottage. Dengan
mengetahui adat dan kebiasaan masyarakat disana tentu akan
menjadikan liburan atau wisata kita lebih berwarna. Disamping itu

31
kita juga akan dapat dengan mudah berbaur dan diterima oleh
masyarakat asli di daerah tersebut.

2.3.5 Standar Perencanaan Cottage


Cottage merupakan sarana penginapan yang berbeda dengan sarana
penginapan lainnya. Hal ini dikarenakan Cottage merupakan sarana
penginapan yang dibuat menyerupai sebuah rumah dengan fasilitas yang
cukup memadai di dalamnya. Karakteristik Cottage adalah sebagai
berikut:

a. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan


tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan.
b. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur dalam
pelayanan jasa terhadap pelanggan Cottage dan masyarakat pada
umumnya.
c. Memiliki fasilitas yang cukup memadai dan lengkap di dalamnya
dan diibaratkan seperti rumah sendiri.
Ruang-ruang yang umumnya ada pada sebuah Cottage antara lain :
 Kamar tidur
Setiap kamar tidur harus memiliki ruang yang cukup untuk
menampung dua orang dan memiliki jendela yang menghadap ke
luar bangunan untuk keperluan pencahayaan dan pengudaraan.
 Kamar mandi
Perlengkapan kamar mandi yang paling standar terdiri dari kloset
(duduk atau jongkok ) dan shower atau bak mandi, wastafel.
d. Perencanaan Cottage harus memperhatikan kehidupan individual dan
kolektif, yang menampung berbagai macam aktivitas baik yang
bersifat rutin maupun yang insidentil. Cottage membutuhkan ruang-
ruang dengan skala yang manusiawi, kenyaman dan keamanan.
 Keamanan
Merupakan keadaan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari
bahaya yang akan menyebabkan kecelakaan atau penyakit.
Pengamanan sehari-hari dapat terlihat dari susunan bangunan,

32
Peletakan entrance, Bukaan pada bangunan serta material daan
landscape yang di desain. Perencanaan pengamanan dapat
dilakukan dengan :
- Pintu Masuk atau entrance
Pembatasan pintu masuk bertujuan agar manusia yang masuk
dan keluar dikontrol oleh petugas keamanan. Hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan entrance adalah :
 Mencegah siapa saja yang tidak boleh masuk daerah
privasi penghuni
 Fleksibilitas dari pintu masuk atau entrance
 Penjagaan terhadap berbagai celah yang bisa disusupi
pencuri
 Faktor Keamanan Lain
Dalam perencanaan keamanan bangunan, perlu
pertimbanganpertimbangan sebagai berikut :
- Komunuikasi pos keamanan dengan penghuni
- Pengawasan penerimaan barang
- Perbaikan kerusakan utilitas bangunan
- Bahaya kebakaran
- Keruntuhan akibat gempa
- Privasi

Dalam perencanaan Cottage privasi sangat dibutuhkan oleh


setiap penghuni. Privasi merupakan kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk mempertahankan kehidupan dan urusan
personalnya dari publik atau untuk mengontrol arus informasi
mengenai dirinya sendiri. Gangguan mengenai privasi di dalam
Cottage, dapat berasal dari dalam atau luar bangunan dan dapat
membentuk pandangan visual yang langsung, suara kebisingan,
dan lain-lainnya.
- Kenyamanan

33
Kenyamanan di dalam perencanaan Cottage dapat ditentukan
dengan faktor – faktor berikut :
 Lokasi
Pemilihan lokasi Cottage menjadi sebuahpersyaratan
dalam membangun suatu Cottage. Pemilihan lokasi
Cottage tergantung dari konsep dasar proyek dan yang
paling penting adalah peruntukan lahan. Bagi pencinta
pantai atau pencinta pegunungan.
 Tapak atau site
Penempatan bangunan pada tapak atau kaitannya dengan
bangunan lain sangatlah penting, dimana apabila
bangunan diletakkan pada tapak akan tercipta keseraisan
bangunan dengan topografi. Orientasi terhadap angin,
matahari, serta view merupakan pertimbangan mendasar.
Pemilihan tapak juga harus mempertimbangkan
ketersediaan jaringan utilitas, kelancaran transportasi dan
pencapaian terhadap site, serta kondisi sosial di sekitar
tapak
 Tata letak dan orientasi bangunan
Tata letak bangunan dipengaruhi oleh site, orientasi
matahari dan angin. View yang baik dari maupun ke
dalam tapak serta sirkulasi kendaraan untuk area publik,
semi publik dan privat serta service dipertimbangakan
berdasarkan sumber kebisingan. Perancangan suatu
Cottage sering kali berorientasi pada faktor view.
a. Beberapa faktor yang harus diperhatikan pembangunan sebuah
Cottage adalah :
 Perancangan yang seefektif mungkin di dalam tapak bangunan
maupun dalam perancangan ruang-ruang agar tercapai
kenikmatan dan kenyamanan yang maksimal tanpa mengurangi
nilai arsitekturnya.

34
 Penggunaan tanah relative terbatas dan semaksimal mungkin
tanpa melanggar peraturan tata kota setempat dan tanpa
mengabaikan keserasian dan keharmonisan dengan lingkungan.
 Penggunaan bahan bangunan yang memenuhi kriteria fungsional
mudah dalam perawatannya, mudah didapatkan dan sedapat
mugnkin memberikan kesan bergengsi.
 Faktor teknologi pembangunan serta waktu yang digunakan untuk
mempercepat pembangunan.

2.3.6 Perkembangan Cottage


Dengan perkembangan ini mulailah para pelaku bisnis penginapan meng-
create beberapa hal seperti bagaimana mengetahui selera tamu, bagaimana
membuat tamu menjadi betah. Kemudian akan berkembang di dalam
penyediaan fasilitas apa yang harus ditambahkan sebagai bagian dari
kelengkapan sebuah Cottage yang layak huni dan benar-benar diminati oleh
wisatawan. Maka munculah gagasan hasil adopsi dari fasilitas hotel untuk
diterapkan dalam sebuah home stay, seperti : bed, desk with study lamp,
bedroom, bathroom linens, dresser, closet, mirror dan lainnya termasuk
penyediaan breakfast, lunch dan dinner. Pengembangan di atas secara tidak
langsung memerlukan tenaga atau staff yang memiliki kemampuan untuk
mengurus dan bertanggung jawab terhadap masing-masing komponen yang
disediakan.

Pada akhirnya, dengan menterjemahkan segala kebutuhan tamu atau


wisatawan, maka bermunculanlah sekolah-sekolah kejuruan yang khusus
menerapkan pelajaran tentang akomodasi dan tata cara pengelolaannya. Ilmu-
ilmu terapan secara mengkhusus sudah dipaketkan untuk masing-masing
kebutuhan wisatawan. Seperti jurusan tata boga, tata hidangan, kantor depan,
kasir dan sebagainya. Dari masing-masing ilmu terapan tersebut kemudian
menjadi satu kesatuan kebutuhan manajemen penginapan baik hotel, villa,
cottage, home stay modern dan lainnya.

35

Anda mungkin juga menyukai