Dahulu kala, di sebuah perkampungan di Kaki Gunung Tinjau, Sumatra Barat, hiduplah dua orang yang saling mencintai. Kedua orang tersebut bernama Siti Rasani dan Giran. Mereka ingin segera menikah, namun salah satu kakak dari Siti vang bernama Kukuban tidak menyetujuinya. la tidak menyetujuinya karena dendam dengan Giran yang pernah mengalahkannya pada saat pertandingan silat dan menyebabkan kerusakan. Siti sudah berulang kali membujuk kakaknya untuk memberikan restu, tetapi kakaknya tetap bersikukuh menentang cinta mereka. Pada suatu hari, Giran dan Siti sedang pergi ke hutan untuk mencari obat untuk kakaknya. Dalam perjalanan pulang, rok yang dikenakan Siti tersangkut kayu yang berduri hingga sobek. Salah satu warga yang melihat situasi tersebut menuduh mereka melakukan hal yang memalukan dan melanggar etika adat. Oleh karena itu, Giran dan Siti digiring warga untuk diadili. Sidang adat memutuskan bahwa mereka bersalah dan sebagai hukumannya harus dibuang ke Kawah Gunung Tinjau agar tidak membawa malapetaka bagi penduduk Giran berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun tidak ada satu pun warga yang memercayainya. Di puncak Gunung Tinjau, sebelum mereka dibuang ke kawah, Giri berdoa kepada Allah. Dalam doa tersebut ia meminta Tuhan meletuskan gunung sebagai tanda bahwa mereka tidak bersalah. Tak lama setelah kedua pasangan tersebut dibuang, terjadilah letusan dahsyat di Gunung Tinjau. Hal itu menyebabkan gempa hebat dan menghancurkan seluruh penduduk setempat, letusan yang menyebabkan kawahnya semakin membesar hingga menyerupai danau. Danau tersebut hingga kini disebut dengan nama Danau Maninjau