Anda di halaman 1dari 2

Workplace Flourishing

Rautenbach (2015) mendefinisikan Workplace Flourishing adalah persepsi karyawan


tentang perasaan dan berfungsi dengan baik di tempat kerja. Konsep berkembang dalam
kehidupan saat ini telah memposisikan diri sebagai model kesejahteraan yang
multidimensional yang menonjol (Keyes, 2002). Hal ini berarti Workplace Flourishing
juga dipengaruhi oleh kesejahteraan karyawannya. Rothmann dalam studinya mengenai
perkembangan multidimensional terdiri dari kesejahteraan emosional, kesejahteraan
psikologi, dan kesejahteraan sosial dalam pekerjaan dan organisasi.
Kesejahteraan Emosional
Weiss & Cropanzano (1996) berpendapat bahwa kesejahteraan emosional menggabungkan
tiga penilaian karyawan: kepuasan kerja, emosi positif dan emosi negatif. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
ini juga dipengaruhi oleh HRD (Human Resources Development) baik secara langsung
maupun tidak langsung, misalnya dalam hal kebijakan yang diterapkan oleh HRD apakah
kebijakan tersebut membuat karyawan merasa nyaman atau justru sebaliknya. Sedangkan
emosi positif disini maksudnya adalah energy positif yang dikeluarkan oleh karyawan
ketika mereka bekerja, baik dari segi kebijakan maupun yang lainnya. Emosi positif ini
dapat berupa perasaan senang bahkan mencintai pekerjaannya. Emosi negatif adalah energy
negatif yang dikeluarkan karyawaan ketika melaksanaan pekerjaan. Emosi negatif ini
biasanya berupa perasaan takut, cemas, atau marah. Emosi ini dapat mempengaruhi
karyawan dalam memandang pekerjaanya, dengan adanya emosi ini dapat menyebabkan
stress yang bisa saja berakhir dengan bunuh diri. Oleh karena itu, HRD harus mampu
menangani permasalahan ini.
Kesejahteraan Psikologis
Ryff dan Singer (1998) berpendapat bahwa kesejahteraan psikologis termasuk
dimensi otonomi, pertumbuhan pribadi, penguasaan, makna, tujuan dan hubungan positif.
Selingman (2011) menambahkan dimensi keterlibatan. Otonomi disini diartikan sebagai
kepuasan otonomi, kepuasan ini berupa kemandirian dan pilihan dalam melaksanakan
pekerjaan mereka. Sedangkan, penguasaan yang dimaksud disini adalah kepuasan
kompetensi, dapat dibilang perasaan bahwa mereka berguna dalam pekerjaan mereka.
Hubungan positif yaitu kepuasan keterkaitan dengan mengalami rasa keterhubungan
dengan orang lain dalam tempat kerja. Barrick, Mount, & Li mendefinisikan Makna disini
berupa signifikansi yang dirasakan dari pengalaman kerja karyawan. Sedangkan, tujuan
lebih mengacu pada memiliki rasa hasil yang disukai terkait dengan perilaku pekerjaan
seseorang. Pertumbuhan pribadi sering disamakan dengan belajar, belajar ini didefinisikan
sebagai mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dan keahlian untuk pekerjaan
karyawan.
Kesejahteraan sosial
Keyes menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial ini memiliki 5 (lima) dimensi, yaitu
penerimaan sosial, aktualisasi, koherensi, kontribusi, dan integrasi dan kontinum kesehatan
mental. Penerimaan sosial yang dimaksud disini ialah penerimaan keragaman kolega.
Aktualisasi yang dimaksud disini yaitu kepercayaan pada organisasi seseorang, potensi tim
dan kolega. Koherensi disini adalah keyakinan bahwa organisasi seseorang dan hubungan
sosial di tempat kerja sama-sama bermakna. dan dapat dipahami. Kontribusi disini
maksudnya ialah keyakinan bahwa tugas pekerjaan sehari-hari seseorang menambah nilai
bagi tim, departemen, dan organisasi seseorang. Sedangkan Integrasi dan Kontinum
kesehatan mental ialah keyakinan bahwa seseorang mengalami rasa keterikatan dan
kepemilikan bersama. Unsur sosial memiliki peran terpenting, ketika karyawan tertanam
dalam struktur organisasi sosial, menghadapi tugas dan tantangan sosial tanpa akhir.

Anda mungkin juga menyukai