1. Nilai
Nilai adalah keyakinan dasar dalam bentuk keadaan atau tindakan yang diyakini benar
secara personal ataupun dalam lingkup sosial. Atribut nilai dibagi menjadi dua:
1. Konten, suatu tindakan atau keadaan tertentu yang dianggap penting. Contoh: Saya percaya
2. Intensitas, menjelaskan seberapa penting kegiatan atau keadaan tersebut. Contoh : Seberapa
besar saya pegang keyakinan itu. Semakin saya kendur maka saya akan cederung malas, dan
Menurut Sigit (2003:79), nilai adalah kayakinan yang bertahan lama mengenai sesuatu
Robbins (2001:79), menyatakan bahwa nilai adalah suatu modus perilaku atau keadaan
akhir dari eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosiai daripada suatu modus
perilaku atau keadaan yars berlawanan. Sementara itu Gcurt Hofstede dalam Culture's
Consequens (1980:19) yang dikutip dalam Draha (2003:17) mendefenisikan nilai sebagai" a
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai-nilai lainnya.
Nilai domninan biasanya akan dijunjun tinggi oleh kebanyakan individu di suatu kelompok
masyarakat.
Sebuah nilai sosial akan dianggap dominan berdasarkan pada berbagai pertimbangan dan alasan
menghendaki adanya perubahan menuju kehidupa yang lebih baik di segala lini
b) Lamanya nilai itu dianut. Contoh: dari dulu sampai sekarang Kota Solo dan Yogyakarta
selalu mengadakan tradisi sekaten untuk memperingat kelahiran Nabi Muhammad SAW.
c) Tinggi rendahnya usaha orang untuk melaksanakan suatu nilai Contoh: Tradisi pulang
d) Adanya kebanggaan dari orang yang melaksanakan suatu nilai Contoh: memiliki mobil
2. Berupa MISI, bagaimana mewujudkan terminal. Contoh : bekerja keras, ulet, selalu
2. Sikap
mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan
Organization Commitment (sikap yang menunjukkan sampe mana seseorang melibatkan diri
dalam organisasi beserta dengan tujuanya dan ingin menjaga keanggotaannya dalam organisasi).
Cognitive Dissonance Theory, teori yang menjelaskan ketidak cocokkan antara 2 (dua) sikap
Untuk meminimalisir tekanan yang dialami seseorang saat mengalami disonasi yaitu
sebagai berikut:
a.Changing Cognition yaitu merubah salah satu kognisi sehingga menjadi konsonan dengan
kognisi yg lain
b. Adding Cognition yaitu menambahkan satu konsonan atau lebih yang memiliki keamaan
c. Altering Important yaitu mengurangi disonansi antara kognisi yang ada dengan cara
1. Kepuasan kerja
2. Keterlibatan pekerjaan
Perilaku karyawan sangat dipengaruhi oleh persepsi dan bukan realitas jadi suatu survey yang
Karena itu perusahaan perlu mengadakan pelatihan untuk membentuk ulang sikap karyawan.
3.Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia,
manajer seharusnya menerapkan metode yang sesuai dan efektif dalam melakukan tugas-
tugasnya.
Komunikasi
Komunikasi disebut efektif jika informasi disampaikan secara singkat, jelas, dan dapat dipahami.
Melalui komunikasi yang baik dan efektif maka permasalahan-permasalahan yang terjadi di
Simbol-simbol komunikasi lain adalah suara, tulisan, gambar, warna, mimik, kedipan mata, dan
lain-lain. Hanry Clay Lindgren berkata, effective leadership means effective comunication atau
1. Insentif Positif
Insentif positif adalah daya perangsang dengan memberikan hadiah material atau non material
2. Insentif Negatif
Insentif negatif adalah daya perangsang dengan memberikan ancaman hukuman kepada
Non material insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada karyawan
2. Sosial insentif adalah daya perangsang yang diberikan pada karyawan berdasarkan
3. Material Intensif
Material insentif adalah daya perangsang yang diberikan pada karyawan berdasarkan
1. Angka nilai global tunggal (single global rating). Dalam metode angka nilai global
tunggal tidak lebih dari meminta individ-individu untuk menjawab satu pertanyaan
2. Skor penjumlahan (summation score). Dalam metode penjumlahan ini tersusun atas
sejumlah fase pekerjaan yang digunakan untuk mengenal unsur-unsur utama dalam
oleh bentukan genetiknya. Ada 3 (tiga) efek kepuasan kerja pada kinerja karyawan;
Kepuasan kerja
Menurut Susilo Martoyo (1992:115), kepuasaan kerja merupakan salah satu aspek
psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, ia akan merasa puas
berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerjasama
seorang pegawai baik dalam internal lingkungan external kerja yang memubat betah dan nyaman
sehingga menghasilkan kepuasaan kerja yang hasil interaksi dari lingkungan baik dengan atasan
maupun sesama rekan kerja yang menciptakan situasi kondusif dan imbasnya membuat
Kepuasan juga dihubungkan secara negatif dengan keluarnya [turn over] karyawan, tetapi
korelasi itu lebih kuat daripada yang kita temukan pada kemangkiran."
Bukti menyatakan bahwa suatu pelunak [moderator] yang penting dari hubungan ke
Kepedulian lain dalam isu kepuasan-produktivitas adalah arah anak panah sebab akibat
Kita jumpai suatu hubungan yang secara konsisten negatif antara kepuasan dan
kemangkiran, tetapi korelasi itu sedang saja-biasanya kurang dari 0,40. untuk mengurangi
korelasi itu.
Suatu ilustrasi yang sangat baik mengenai bagaimana kepuasan langsung mendorong ke
kehadiran, di mana ada suatu dampak minimum dari faktor-faktor lain, adalah studi yang
Ada dalam gen sebanyak 30 persen dari kepuasan individual dapat dijelaskan oleh
keturunan
Efek Kepuasan Kerja pada Kinerja Karyawan. Kepentingan para manajer pada kepuasan
Sejumlah kajian-ulang dilakukan dalam dasawarsa 1950-an dan 1960-an yang mencakup
lusinan studi yang berusaha menegakkan hubungan antara kepuasan dan produktivitas
Pandangan dini mengenai hubungan kepuasan dan kinerja pada hakikatnya dapat
diringkaskan dalam pernyataan "seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang
produktif."
Dua pendekatan yang paling banyak digunakan adalah angka-nilai global single global rating)
dan skor penjumlahan mati sel yang tersusun atas sejumlah faset [aspek kerja.]
faktor-pekerjaan yang lebih panjang-lebar menyatakan bahwa yang pertama lebih sahih [valid].
Penjelasan yang terbaik untuk hasil ini adalah bahwa konsep kepuasan kerja secara inheren
begitu luas, sehingga pertanyaan tunggal itu sebenarnya menjadi suatu ukuran yang lebih
inklusif.
beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja.
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka
persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka.
Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan
kepuasan.
kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya.
Keterlinatan kerja
Istilah keterlibatan kerja [job involvement] merupakan tambahan yang terbaru dalam literatur
OB. Karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis
kerja yang dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu.Tingkat keterlibatan kerja
yang tinggi telah ditemukan berkaitan dengan kemangkiran yang lebih rendah dan tingkat
komitmen pada organisasi. Itu didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi itu studi memperlihatkan bahwa tingkat komitmen
organisasi seorang indi vidu merupakan indikator yang lebih baik dari keluarnya karyawan
daripada prediktor [peramal] kepuasan kerja yang jauh lebih sering digunakan, dengan
respons yang lebih global dan bertahan terhadap organisasi sebagai suatu keseluruhan daripada
kepuasan kerja