Anda di halaman 1dari 28

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang

B. Tujuan dan sasaran bahasan

1. Tujuan

2. Sasaran

3. Manfaat bahasan

4. Ruang lingkup pembahasan

5. Metodologi pembahasan

6. Kerangka bahasan

BAB II Tinjauan umum

A. Ekologi

B. Ekologi arsitektur

C. Ekologi bioklimatik

BAB III Tinjauan khusus

A. Ekologi pendekatan desain

B. Ekologi pendekatan integrasi tanaman

C. Ekologi pendekatan material

D. Ekologi pendekatan teori arsitektur

E. Ekologi pendekatan utilitas

BAB IV Analisis

A. Sharma Spring
B. Java Plan

BABA V Penutup

BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang

Konsep Ekologi Arsitektur merupakan paduan antara ilmu lingkungan dan ilmu arsitektur
yang berorientasi pada model pembangunan dengan memperhatikan keseimbangan
lingkungan alam dan lingkungan buatan. Dewasa ini, teori konsep Ekologi Arsitektur mulai
bermunculan, sehingga perencana dan perancang semakin mempunyai wawasan yang luas
dalam pemahaman konsep Ekologi Arsitektur. Konsep Ekologi Arsitektur atau yang sering
disingkat dengan Eko-Arsitektur semakin popular tidak hanya di akademisi, akan tetapi
juga menjangkau hingga kalangan praktisi. Bahkan dalam arsitektur publik, banyak peluang
dan prospek yang ditawarkan berangkat dari prinsip desain yang ekologis, sayembara
desain, properti perumahan berkonsep alam atau bentuk kegiatan lain yang mengapresiasi
keberadaan lingkungan dan alam. Namun demikian, ada beberapa hal yang kurang tepat
dalam pemahaman konsep Eko- Arsitektur ini sehingga sering rancu dengan beberapa
konsep senada yang sangat mirip diantaranya Arsitektur Hijau (Green Architecture),
Arsitektur Bioklimatik (Bioclimatic Architecture), Arsitektur Hemat Energi dan beberapa
istilah lain yang mempunyai satu pandangan. Di sisi lain, dari sudut pandang akademis,
sering terjadi perdebatan panjang apakah Ekologi Arsitektur, Arsitektur Hijau, Arsitektur
Bioklimatik, Arsitektur Hemat Energi dan Arsitektur Berkelanjutan adalah sebuah metode
perancangan yang mempunyai pijakan sama atau memang ada perbedaan yang mendasar.
Pandangan yang kurang jelas ini secara akademis memerlukan kajian untuk menegaskan
kapan disebut Ekologi Arsitektur, atau Arsitektur Hijau atau yang lain, sehingga tidak
mengaburkan esensi konsep yang digunakan dalam metode perancangan. Paradigma
membangun berlandaskan konsep Ekologi Arsitektur merupakan muara dari berbagai aliran
perancangan arsitektur.
B. Tujuan dan sasaran bahasan
1. Tujuan
Tujuan utama yang akan di capai dari pembahasan ini adalah menganalisis keberagaman
metode - metode penerapan ekologi arsitektur pada sebuah bangunan.

2. Sasaran
Sasaran yang hendak di capai adalah menyusun dan merumuskan landasan teori
penerapan ekologi arsitektur ke realita bangunan.

3. Manfaat bahasan
Manfaat yang akan di peroleh dari pembahasan ini adalah sebagai berikut :
- Di harapkan menjadi suatu masukan dan arahan sistem penerapan ekologi pada
sebuah bangunan.
- Bagi pengembang ilmu pengetahuan, pembahasan ini dapat memberi suatu
wawasan dan pemahan tentang pentingnya upaya penerapan teori ekologi arsitektur
sehingga dapat memberi dampak positif bagi lingkungan.

4. Ruang lingkup pembahasan


Pembangunan berkonsep Ekologi Arsitektur merupakan proses adaptasi pada sumber
daya alam dan kepedulian akan kondisi lingkungan yang semakin menurun. Faktor utama
yang menjadi orientasi pembangunan adalah adanya kondisi perubahan iklim yang
berpengaruh ke banyak faktor kehidupan, tidak hanya manusia namun juga hewan dan
tumbuhan.

5. Metodologi pembahasan
Penelitian tentang kajian konsep Ekologi Arsitektur sebagai metode perancangan ini
dilakukan dengan beberapa tahapan dan metode antara lain sebagai berikut:
• Tahap I, melakukan observasi permasalahan lingkungan akibat pembangunan.
Observasi ini dilakukan secara random, Dilanjutkan dengan melakukan identifikasi
metode perencanaan pembangunan.
• Tahap II, melakukan analisis dengan metode komparasi dan content analysis untuk
membandingkan kondisi lapangan dan kajian pustaka.

6. Kerangka bahasan
Kerangka bahasan dalam penyusunan teori ekologi arsitektur
BAB I Pendahuluan yang akan mengurai tentang tema teori ekologi
arsitektur secara umum, yang di dalamnya meliputi latar belakang,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang membatasi pembahasan,
metodologi pembahan yang di pakai serta kerangka yang berisi pokok
pikiran pada setiap bab.

BAB II Tinjauan Umum berisi tentang devinisi ekologi arsitektur dan ekologi
bioklimatik.

BAB III Tinjauan khusus berisi tentang pengertian teori - teori ekologi
arsitektur dan sistem penerapan dalan lingkungan.

BAB IV Analisis Berisi tentang Sharma Spring dan java plan yaitu studi kasus
yang akan di bahas, meliputi penajaman materi yang terkait dengan
konteks pendekatan ekologi arsitektur yang di temukan di lapangan.

BAB V Penutup
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Ekologi
Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan timbal balik antara mkhluk hidup dan
lingkungannya. Kata Ekologi beasal dari kata Yunani yaitu : oikos (habitat) dan logos (ilmu).
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah kologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914).

B. Ekologi Arsitektur
Arsitektur ekologi adalah gerakan untuk kelestarian alam dan lingkungan untuk
kehidupan yang berkelanjutan dalam efesiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan
arsitektural unutk pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai rujuan ekonomi,
sosial dan budaya.

C. Ekologi Bioklimatik
Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarah asitek untuk
mendapatkan penyeleasian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk
arsitektur dengan lingkunganya dalam kaitanya iklim daerah tersebut,
BAB III
Tinjauan Khusus

A. Ekologi pendekatan desain

PENDEKATAN DESAIN BENTUK DAN RUANG

Ada beberapa cara yang dilakukan dari Pendekatan Desain Bentuk dan Ruang pada
perancangan arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama, antara lain:
Yeang (2006), mendefenisikan sebagai berikut : Ecological design, is bioclimatic design,
design with the climate of the locality, and low energy design. Yeang menekankan pada :
integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, konsep design dan
system yang tanggap pada iklim, orientasi bangunan, vegetasi.

Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai berikut:
• Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan
kekhasan aktivitas manusia pemakainya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam
membentuk citra bangunan.
• Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan
perencanaan untuk system bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan
maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air).
• Sistem bangunan bentuk yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara oleh
tenaga kerja setempat.
• Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan
manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran. Di
dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, dan
suasana yang sehat.

Penyesuaian pada lingkungan sekitar.


1. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit
penggunaan energi.
2. Memelihara sumber energi (udara, tanah dan air).
3. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.
4. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah
(air, limbah, dan sampah).
5. Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan
pemeliharaan perumahan.
6. Tempat kerja dan permukiman terdekat.
7. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari.
8. Penggunaan teknologi sederhana.
9. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang
digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
10. Kulit (dinding dan atap) sebuah gedung harus sesuia dengan tugasnya harus
melindungi dirinya dari sinar panas, angin, dan hujan.
11. Bangunan sebaiknya diarahkan berorientasi timur barat dengan bagian utara
selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
12. Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap
panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang
dalamnya.
13. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat
banyak energi.
14. Banguna sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan
penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin sepoi-sepoi unutk
membuat ruang menjadi sejuk.
15. Semua gedung harus bisa mengadakan regerasi dari segala bahan bangunan,
bahan limbah, dan mudah dipelihara.
B. Ekologi pendekatan integrasi tanaman

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan
pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti
kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat
tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Menurut Heinz Frick (1998), Eko diambil dari
kata ekologi yang didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungannya.

Ekologi Arsitektur adalah :


• Holistis, berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang lebih
penting dari pada sekadar kumpulan bagian
• Memanfaatkan pengalaman manusia, (tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman
lingkungan alam terhadap manusia
• Pembangunan sebagai proses, dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis
• Kerja sama, antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak

C. Ekologi pendekatan material

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada
tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti kata
ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal
dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah.
Menurut Heinz Frick (Dasar-dasar Eko-arsitektur, 1998), Eko diambil dari kata ekologi
yang didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya.
Pada perkembangannya ekoarsitektur disebut juga dengan istilahgreenarchitecture
(arsitektur hijau) mengingat subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya. Dalam perspektif lebih luas,
lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara,
air, dan energi yang perlu dilestarikan. Ekoarsitektur atau arsitektur hijau ini dapat disebut
juga sebagai arsitektur hemat energi yaitu salah satu tipologi arsitektur yang ber-orientasi
pada konservasi lingkungan global alami.

Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :


1. Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
2. Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil
pula limbah yang dihasilkan.
3. Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
4. Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat Di
kembalikan kedalam rantai bahan (didaur ulang).
5. Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang
berbahaya (logam berat, chlor).
6. Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
7. Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.

Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;


1. Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
2.Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi
lingkungan
3. dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam
karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada
tanah, kayu pada pepohonan)
4. bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses
memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan
material tersebut ke lokasi pembangunan)
5. bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

D. Ekologi pendekatan teori arsitektur

Ekologi desain atau eko-arsitektur merupakan pembangunan secara holistis


(berhubungan dengan system keseluruhan) yang memanfaatkan pengalaman manusia
(tradisi dalam pembangunan) sebagai proses dan kerja sama antara manusia dan alam
sekitarnya atau pembangunan rumah sebagai kebutuhan hidup manusia dalam hubungan
timbal - balik dengan lingkungan alamnya . Berpikir dengan landasan ekologi tentang desain
adalah sebuah cara memperkuat hubungan alam dan budaya .Arsitektur dengan tradisional
secara sendirinya sudah memperhitungkan tentang masalah struktur, bentuk, dan estetika,
atau sebagai arsitek yang mementingkan keamanan dan efisiensi .
Desain ekologi adalah sebuah bentuk desain dengan meminimalisir dampak kerusakan
lingkungan dengan mengintegrasi dirinya sendiri dengan proses kehidupan .Integrasi ini
berimplikasi dengan desain yang menghormati keberagaman spesies, meminimalisir
penggunaan sumber daya alam, cagar alam dan siklusair, memelihara kualitas habitat dan
ekosistem, dan memenuhi semua syarat dari kesehatan ekosistem dan manusia. ada
intinya, segala bentuk desain yang meminimalkan dampak yang merusak lingkungan dengan
meniru dan mengintegrasikanya dengan ekosistem alam dapat disebut sebagai eko-desain.
Dengan demikian, eko-desain berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk sistem
lingkungan yang sesuai desain dan manajemen dengan penggabungan kedua nilai
antropogenik dan ekologi, pada skala spasial dan temporal yang relevan.

Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
4. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
5. Respect for User
6. Limitting New Recources.
7. Holistic

E. Ekologi pendekatan utilitas

Dalam eko – pendekatan utilitas dengan konsep ramah lingkungan atau


environmental susteineble design , antara lain :
1. Orientasi Gedung
2. Penyerapan air secara alami
3. Daur ulang air
4. Pengumpulan air hujan
5. Minim air kotor yang di salurkan ke pengolahan air limbah
6. Konstruksi kaca teknologi terkini ( konstruksi kaca ganda )
7. Menggunakan lampu hemat energi
8. Pepohonan yang besar dan asri ditanam pada sekitaran area.

BAB IV
ANALISIS

Sharma Spring

• Pendekatan Desain
Sebuah bangunan tempat tinggal atau Villa yang dirancang oleh Ibuku. Sharma
spring adalah sebuah villa dengan struktur bambu yang tertinggi dibangun di Bali. Bangunan
utama memiliki enam tingkat, empat kamar tidur, ruang tamu yang luas dengan
pemandangan, dan 15 meter pintu masuk terowongan panjang. Struktur di dukung oleh
sebuah menara sentral, yang memegang sebuah menara batin yang lebih kecil. Menara
batin adalah struktur untuk
ketinggian megah. Desain ini
terinspirasi oleh kelopak bunga
teratai. Setiap kamar memiliki
tema yang berbeda. Bangunan
mencakup: sebuah hall, ruang
tamu, ruang penyimpanan, sebuah
paviliun, riverside yoga, spa, ruang
terbuka dan kolam renang
barbekyu semua dikelilingi oleh taman-taman permaculture yang indah. Seluruh properti
dirancang dan dibangun oleh Ibuku.

Lokasi: Sibang Gede, Bali


Klien: Individu
Lokasi Site: 2602 sqm
Lantai Area: 750 sqm

Konstruksi mulai: Desember 2011


Tanggal Penyelesaian: Desember 2012

Sharma Springs dirancang sebagai pelarian fantasi hutan. memiliki 6 tingkat, 4 kamar
tidur dan menghadap ke lembah sungai ayung. Di bangun hampir seluruhnya dari bambu.
Bangunan dirancang di atas tanah, menciptakan skala struktural modern terbuat dari
bambu. Arsitek meneliti secara mendalam melalui penyelesaian untuk memastikan
integritas struktural dan umur panjang.
• Pendekatan material

bambu dipilih dari lembah-lembah sungai dan pegunungan Bali, sengaja di panen
dari rumpun yang setelah dipotong akan tumbuh generasi baru tunas setiap
tahun. Dibutuhkan hanya beberapa bulan untuk tumbuh rebung baru hingga mencapai
ketinggian penuh, dan minimal dalam tiga tahun menjadi kayu siap- panen. Ibuku
mengambil perhatian besar untuk memastikan bahwa hanya bambu dewasa yang boleh
dipanen, serta memungkinkan generasi muda untuk tumbuh hingga jatuh tempo panen
tahun-tahun berikutnya.

Tanaman bambu memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan, ditengah
perhatian dunia yang lebih, terhadap perubahan iklim dan perlindungan hutan. Bambu
adalah tanaman sumber penghasil kayu yang dapat
tumbuh dengan cepat di bumi. Dan merupakan
tanaman pengganti kayu dari hutan tropis yang
saat ini sudah sangat berkurang akibat dari
permintaan yang sangat besar dari industri, oleh
karena itu perhatian terhadap produksi bambu
mulai meningkat di semua benua baik Asia, Afrika,
maupun Amerika

Pertumbuhan bambu sangat berbeda, dengan pohon biasa yang memiliki poros
sebagai pusat pertumbuhan dan pertumbuhan sekunder. Sedangkan bambu tangkainya
tumbuh dari bawah tanah dan tidak memiliki poros sebagai pusat pertumbuhan serta tidak
ada pertumbuhan sekunder. Sehingga pertambahan umur tidak dapat diukur dengan
pertambahan diameter. Pertumbuhan tanaman dari masa muda ke dewasa menunjukan
pola tunas baru tumbuh dengan meningkatkan garis tengah dan makin tinggi. Tunas yang
baru muncul umumnya akan mencapai tinggi maksimal pada usia 3 sampai 4 bulan.

Namun, Pada bangunan bambu rentan terhadap rayap dan bubuk yang akan makan
bambu. Di sharma spring Bambu diawetkan dengan cara menekan keluar glukosa di dalam
bambu dan menjadikan itu sebagai makanan serangga.
bambu diperlakukan secara alami dengan boron, unsur kimia yang ditemukan dari alam di
Great Salt Lake, USA. Hal ini hanya sedikit lebih beracun dari garam meja dan benar-benar
aman untuk digunakan di lingkungan keluarga.

• Pendekatan integritas tanaman


Sejak awal pembangunan sang arsitek telah bekerjasama dengan tim dari pengrajin
bambu yang terampil, banyak dari mereka adalah keturunan dari generasi pengrajin kayu
dan pemahat batu. Sang arsitek mencoba memperkembangkan tradisi yang mulai susut di
usia dini ini. Di dalam site, pengrajin mereplikasi model bambu, membangun struktur
hampir seluruhnya dengan tangan.

Mendesain furniture dan interior dengan cara menggabungkan keterampilan


tradisional dengan teknik pertukangan modern untuk menghasilkan karya dari material
bambu. ibuku memanfaatkan bambu untuk lantai, dinding, keranjang, pagar, tempat tidur,
kursi, dapur, langit-langit, tangga, dan meja, dll. mereka percaya pada bambu mempunyai
kekuatan, keindahan, fleksibilitas, dan siklus pertumbuhan yang cepat, serta material ramah
lingkungan. Meskipun bambu secara tradisional
telah digunakan di seluruh Asia dalam struktur
jangka pendek, dengan metode pengawetan telah
memberikan kapasitas untuk ketahanan lebih
lama.

• Pendekatan teori arsitektur

Di seluruh Asia, bambu telah selalu dianggap sebagai suci, melambangkan kasih
karunia, kekuatan, fleksibilitas, daya tahan dan umur panjang. Mistik dan keindahan. bambu
adalah salah satu tema yang paling umum untuk lukisan dan ukiran batu giok. menurut
sastra Cina kuno bambu mempunyai filsafat: "Ketika badai datang, bambu
membungkuk. Ketika badai berhenti, bambu akan kembali posisi tegak. "Bambu adalah
simbol harmoni antara alam dan manusia.

Arsitek telah mendesain


suatu karya yang memperhatikan
alam dan budaya. Bambu tidak
hanya baik untuk lingkungan, tetapi
juga membantu orang-orang yang
tinggal di ruang untuk
menghubungkan dengan alam.
Selain itu Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan
menghemat energi listrik.

• Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal


sebagai sumber cahaya
• Penggunaan lampu
listrik hanya malam
hari.
• Mengecat interior
bangunan dengan
warna alami dan tidak menyilaukan, yang bertujuan Untuk mengexpose material
alami dan meredam pantulan cahaya masuk secara berlebihan.
• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh
penghuni dan cahaya matahari yang masuk.

Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami


Melalui pendekatan green architecture bangunan
beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam,
iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan, dengan cara:
• Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
• Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation
untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
• Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. dengan membuat kolam
air di sekitar bangunan.
• Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
Menanggapi keadaan tapak pada bangunan
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi,
bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan
sekitar.
• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat
desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
• Kontur tanah yang menurun, pertimbangan
mendesain bangunan secara vertikal.
\

• Pendekatan utilitas

Bentuk gedung ini dibuat seperti bentuk kelopak bunga teratai. Perlu diciptakan
bangunan yang hemat dalam pemakaian energi dan air sehingga ramah terhadap
lingkungan. Selain itu sharma spring memiliki nilai seni dan filosofi tinggi dan fungsional.
Sebuah gedung yang memadukan nilai seni dan fungsi, serta ramah terhadap alam.
Selain itu menggunakan teknologi resapan
air, pemanfaatan air hujan, proses daur ulang,
sehingga benar-benar ramah lingkungan.
Sharma Spring didesain langsing pipih di bagian
timur dan baratnya
sehingga
mengurangi terik
cahaya dan panas matahari yang langsung menimpa bagian-
bagian tersebut. Sedangkan penggunan site, lantai dasar dibuat
sekecil mungkin sehingga lebih dari 70 persen dari seluruh luas
tanah dapat dipakai sebagai area resapan air hujan. Pohon-
pohon besar yang rindang memenuhi areal peresapan di taman
taman sekeliling Sharma spring. Pohon-pohon berfungsi
mengurangi panas matahari dan temperatur di sekeliling gedung, memungkinkan
pengunjung beristirahat di luar bangunan.

Kantor Java Plant Tawangmangu


• Pendekatan Desain

Mengacu pada konsep modern tropis, rancangan bangunan di kompleks Javaplant


memadukan bahan alami dengan material mutakhir di samping memanfaatkan potensi
lingkungan sekitarnya. Pada tahap awal, arsitek menata posisi bangunan dan jalur sirkulasi
baik sirkulasi untuk orang maupun untuk barang yang efisien.

Dua bangunan yaitu kantor dan laboratorium, ditata dalam formasi saling tegak lurus
menyerupai huruf L. Bangunan kantor yang hanya satu lantai ditandai oleh atap model
pelana sedangkan bangunan pabrik yang terdiri dari dua lantai, ditutup oleh sebidang atap
miring.
Dalam pengolahan lahan dan bangunan, arsitek memasukkan unsur air yang berefek
menenangkan dengan cara membuat kolam ikan koi di bagian belakang bangunan kantor
utama dan di bagian muka kantor pemasaran. Kolam ini dibuat mengelilingi kantor bahkan
bangunannya, seolah-olah menjorok di atas permukaan kolam sehingga menarik perhatian
(eye catcher) orang yang datang.
Pada tahap selanjutnya, arsitek menerapkan susunan ruang linier pada bangunan kantor
dengan jalur sirkulasi di tengah dan diapit oleh deretan ruang kerja staf. Bagian muka kantor
ditata untuk area penerima tamu dan bagian belakang untuk ruang rapat serta ruang
pimpinan. Untuk layout laboratorium, susunan ruangnya dirancang linier tetapi jalur
sirkulasi berada di sisi bangunan yang bersebelahan dengan jalan agar kegiatan dalam
laboratorium tidak terganggu.

Sesuai dengan prinsip arsitektur tropis, sebagian dinding luar bangunan kantor ataupun
laboratorium dirancang secara transparan berupa jendela kaca lebar, skylight di atap dan
deretan lubang udara di bawah atap. Konsep berbasis indoor-outdoor ini juga
memaksimalkan masuknya cahaya alami dan memaksimalkan sirkulasi udara serta terdapat
kontinuitas visual antarruang dengan orientasi ke arah luar sehingga memberikan kesan
“merangkul” alam ke dalam bangunan.

Kesan modern ditonjolkan melalui tiang balok strukural dari baja beton dan rangka kayu
atap yang diekspos. Bagian tengah/nok atap kantor sengaja ditutup oleh bahan transparan
agar ruang dalam senantiasa terang secara alami.
Selain itu sebuah detail pada fasad bangunan dan tampak belakang laboratorium didesain
menyerupai “anjungan” dengan posisi menjorok ke luar dari dinding. “Anjungan” ini hanya
disekat oleh dinding kaca mulai dari lantai sampai plafon agar memberikan pemandangan
lepas ke arah sekitarnya. Yang menjadi ciri khas dari kompleks Javaplant ini adalah dinding
pengisi bangunan yang terdiri dari dua macam material yaitu susunan batu bata dengan
acian halus dan beton.

Dinding batu bata ini diolah secara kreatif, misalnya diantara susunan bata sengaja dibuat
lubang-lubang untuk mengalirkan udara sejuk ke dalam ruang. Pada siang hari, cahaya yang
masuk melalui lubang diantara batu bata tersebut menghasilkan bayang-bayang berbentuk
garis ataupun titik-titik sehingga tercipta “permainan” bayangan yang dinamis.

• Pendekatan Intergasi Tanaman


Konsep penghijauan secara vertikal ialah dengan menempatkan pohon – pohon secara
bertingkat – tingkat seolah –olah ia vertikal seperti konsep bangunan tinggi untuk
menghijaukan bangunan tinggi, khususnya komponen vertikalnya, beberapa pilihan bisa
dilakukan. Namun usaha – usaha untuk memperkenalkannya masih perlu diteruskan dan
dikembangkan demi kenyamanan lingkungan kota. Tiga konsep penghijauan secara vertikal
yang boleh diterapkan pada bangunan tinggi adalah seperti berikut:
• Penghijauan pada dinding luar (fasade) bangunan.
Penghijauna pada dinding luar (fasade) bangunan pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menyediakan balkon atau teras pada setiap lantai bangunan dengan kotak
kotak untuk ditanami dengan pohon – pohon bunga. Cara ini memerukan pertimbangan
yang matang agar pohon dapat ditempatkan dengan mudah, serta mudah perawatannya
(pemangkasan dan penyiraman) dan bagian akar pohon dapat dikontrol agar tidak
merusakkan struktur bangunan Jenis – jenis pohon yang dapat ditanam perlu dipilih secara
seksama berdasarkan jenis bunganya atau yang dapat menghijau terus menerus atau pohon
yang bisa menjuntai dan memanjat.
• Penghijauan pada lantai tingkat – tingkat tertentu di atas bangunan.
Penerapan konsep ini memerlukan desain bangunan yang kreatif degan menyediakan
bagian terbuka dan juga bagian yang tertutup. Konsep ini sesuai untuk bangunan tinggi di
kawasan tropis yang memerlukan aliran masuk dan keluar angina yang mengalir ke kawasan
hijau di atas bangunan.
• Penghijauan pada ruang lobby dalam bangunan (atrium).
Atrium merupakan ruang perantara/lobby yang menyerupai halaman dalam, disediakan
didalam bangunan tinggi. Untuk bangunan tinggi atrium berperan bukan saja sebagai ruang
tambahan untuk rekreasi, tetapi dapat digunakan sebagai perangkap angina, penapis iklim
yang optimal, ruang lobby. Terdapat berbagai bentuk atrium yang dapat diterapkan
berdasarkan kesesuaian dengan bentuk bangunan. Atrium yang berlansekap dapat
menciptakan keindahan ruang di dalam bangunan. Atrium berlansekap juga dapat
diterapkan dibagian atas atau di sisi atas bangunan tinggi dapat sebagai komponen ruang
rekreasi di atas bangunan.

• Pendekatan Matrial

Penggunaan bahan material sangat berperan besar dalam pelaksanaan konstruksi


bangunan yang ramah lingkungan. Akibat pemanasan global berbagai inovasi produk
industri terus berkembang dalam dunia bahan bangunan. Penggunaan material bangunan
yang tepat dapat menghasilkan bangunanberkualitas yang ramah lingkungan, Bahan baku
yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi.
Beragam inovasi teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku
tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan penting
untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.

Material Bangunan Ekologis:


Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
1. Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
2. Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula
limbah yang dihasilkan.
3. Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
4. Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan
kedalam rantai bahan (didaur ulang).
5. Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya
(logam berat, chlor).
6. Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
7. Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti. Material
ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
1. tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
2. dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
3. dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam
karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah,
kayu pada pepohonan)
4. bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses
memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material
tersebut ke lokasi pembangunan)
5. bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami

Lapisan Berbahan Dasar mineral


Ada tiga jenis bahan utama lapisan berbahan dasar mineral: semen-based,
kalsium silikat-based dan gipsum based. Selain bahan pengikat, mereka sering
mengandung penguatan berserat. Bahan pengikat plastik, lem PVAc terutama atau akrilat
lem.
Material Bahan Tanah Liat Yang Dibakar
Tanah liat bakar dapat digunakan untuk seluruh pilihan bahan pelapis, untuk atap,
dindingdan lantai. Material ini dapat dibagi menjadi dua kelompok utama:
ubin tanah liat dibakar dan keramik ubinatap genteng.

• Pendekatan Teori Arsitektur

Tembok luar kantor dibangun dari


tumpukan batu bata tanpa plester, yang
disusun berselang-seling. Batu bata di bagian
atas ditata menyerupai anyaman. Sebagian
lain diatur jaraknya sehingga membentuk
kolom vertikal. Pada sudutnya dipasang Kaca transparan.

Ruang tamu umum terletak di bagian paling depan. Separuh dindingnya terbuat dari kaca
tembus pandang dan sisanya tembok tertutup. Adapun pintu masuk sengaja tidak
ditempatkan persis di depan, tapi sedikit memutar ke samping untuk menjamin
kenyamanan tamu.

Yang paling istimewa di bangunan kantor adalah sisi timur atau bagian belakang, tempat
anggota direksi beraktivitas. Dari sisi ini terlihat kolam dangkal dengan ikan-ikan kecil yang
membuat bangunan seolah mengambang di atas permukaan air.

Ruang kerja di bagian dalam terbelah dua, sisi kiri dan kanan. Seluruh ruangan yang
berjumlah delapan dihubungkan oleh lorong panjang yang berakhir di ruang direksi. Sebagai
sumber penerangan dimanfaatkan sinar matahari yang masuk melalui genting transparan di
sepanjang lorong.

Seluruh atapnya, kecuali genting transparan tentunya, memakai bahan genting tanah
bertutup kayu lapis tanpa langit-langit. Teknik ini membuat ruangan serasa lebih lapang.
Supaya lalu lintas udara semakin lancar bebas hambatan, sekat-sekat yang membatasi
setiap ruang sengaja tidak dibuat menyentuh genting.

Sepintas bangunan yang memadukan warna cokelat kehitaman pada kayu, cat putih
tulang di sebagian tembok luar, dan merah bata itu memiliki kesan etnik yang kuat. Terlebih
lagi dengan pajangan dua lesung kuno di depan dan samping bangunan.

Namun, kesan modern tidak terelakkan saat pandangan mata bertumbukan dengan
aplikasi kaca transparan atau dinding bata vertikal. Melacak asal-muasal etnik bangunan ini
juga tak mudah. Sepintas menyerupai rumah suku Dayak, tapi juga kental dengan nuansa
Jawa. Sementara itu, teknik penyekatan yang kaya dengan unsur garis mengingatkan kita
pada interior rumah Jepang.

Arsitek perancang Javaplant, Andra Matin, setuju bahwa dalam karyanya kali ini ia
berupaya menyelaraskan interaksi antara arsitektur tradisional dan modern. Triknya antara
lain mengkombinasikan bata merah, kayu lokal, genting klasik dari tanah yang dibakar, dan
kaca-kaca yang berbaur dengan latar belakang alam.

Seluruh material bangunan, menurut dia, berasal dari sekitar Tawangmangu. Alasannya,
selain untuk menghemat biaya transportasi, sesuai sekali dengan strategi mengawinkan
bangunan dengan arsitektur lokal.

• Pendekatan Utilitas
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakanuntuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian
kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
Perananganbangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas
yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,
perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.
PENERANGAN/PENCAHAYAAN
Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau
penerangan alami yang paling mudah
didapat dan banyak manfaatnya. Oleh
karena itu harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Apalagi Indonesia sebagai daerah
trofis yang terletak digaris katulistiwa
matahari memancarkan sinar sepanjang tahun.
Tujuan pemanfatan cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah
sebagai berikut:
• Menghemat energy dan biaya operasional bangunan
• Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung ultraviolet
yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan ruang
• Menggunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik sebagai
penerangan langsung maupun tidak langsung.
Cahaya Buatan
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan listrik adalah Perusahaan Listrik
Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan suatu tenaga pembangkit listrik
dengan system Pembangkit Listrik Tenga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
dan pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Diluar negeri ataupun di Negara kita baru-baru ini mengembangkan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
PERANCANGAN SISTEM PLAMBING
Sistem peratan plambing adalah suatu system penyedian atau
pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada
gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang
dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam
masalah air
System Pembuangan Air Hujan System Pembuangan Air Limbah

System Pembuangan Limbah


PENUTUP

Kesimpulan.
Pada pendekatan ekologi, ada berbagai macam sudut pandang dan penekanan, tetapi
semua mempunyai arah dan tujuan yang sama, yaitu konsep perancangan dengan :
• Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak
yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman prilaku alam.
• Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-siklus
ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap alam tanpa melupakan
bahwa manusia adalan imanen dengan alam.
• Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik, dan kontekstual
• Perancangan dilakukan secara teknis dan ilmiah.
• Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui
sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya.
• Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan
sistim-sistim pasif (alamiah), selaras dengan iklim setempat, daur ulang dan
menggunakan potensi setempat.
• Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat, menggunakan
energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan pada
bangunan dan kemungkinan daur ulang.
• Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun
kegiatan.
• Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan
vegetasi dan habitat mahluk hidup
• Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.

Dari pemikiran pendekatan diatas akan muncul pertimbangan-pertimbangan yang


sangat kompleks dan saling berhubungan secara timbal balik. Oleh karena itu dalam
pendekatan ekologis memerlukan pemecahan secara interdisipliner, yaitu keterlibatan
berbagai macam disiplin ilmu untuk mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi
manusia dan alam.

Saran Dan Pesan

Demikian, penulis telah mengupayakan sebisa mungkin yang dapat dilakukan. Hasil ini
masih dapat dikembangkan lebih jauh untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik, untuk
itu penulis dengan terbuka menerima kritik, saran-saran dan masukannya,
DAFTAR PUSTAKA

http://unique77unique.blogspot.com/2010/04/cybertecture-egg-mumbai.html
http://sigitwijionoarchitects.blogspot.com/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-
architecture.html
http://images.archimades.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rr05ugoKCsQAAESd
it41/Arsi
tektur%20Sadar%20Lingkungan.pdf?nmid=53271415
http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/82-
008/TEK%201%20Pendekatan%20ekologi%20wanda%20UKP.pdf
http://mynickisdidit.blogspot.com/2012/01/bahan-bangunan-ramah-lingkungan.html
http://atelierriri.com/blog/?p=270
http://ndyteen.blogspot.com/2012/07/material-bangunan-ramah-lingkungan.html
http://newkidjoy.blogspot.com/2011/11/green-building-pelapis-lantai-yang.html
http://bennyarmansyah.blog.stisitelkom.ac.id/2012/04/17/terazzo-bahan-lantai-ramah-
lingkungan/
http://www.ciputraentrepreneurship.com/bisnis-mikro/5265-lantai-bambu-indah-sekaligus-
ramahlingkungan.
html
Tren Material Bahan Bangunan Ramah Lingkungan -
bintanghome.com http://www.bintanghome.com/rubrik-utama/tematik/987-tren-material-
bahanbangunan-
ramah-lingkungan.html#ixzz26S3K78i7

Anda mungkin juga menyukai