Askep Dispepsia
Askep Dispepsia
PENDAHULUAN
A. Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan. Keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000). Menurut Mansjoer (2000)
pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ
tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang
empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(teropong saluranpencernaan).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak
teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun
kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dyspepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan,
yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah
perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat
tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan
adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
B. Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus
maupun dispepsia mirip dismotilitis.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan
kelainan organik (Wibawa, 2006).
E. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin,2001).
F. PATHWAY
G. Test Diagnostik
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga
perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
a. Laboratorium
b. Radiologis
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal
atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
H. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.
I. Penatalaksanaan Medik
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah)
J. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang
dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila
keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan
komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di
mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan
mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan
awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang
mengharuskan penderitanya melakukan operasi (Wibawa, 2006).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual
kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa
panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer
A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan
lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya
(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
3. Rencana Keperawatan
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dalam pengawasan
(skala 0 – 10) kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi
semifowler 2. Dengan posisi semi-fowler
dapat menghilangkan
3. Anjurkan klien untuk
tegangan abdomen yang
menghindari makanan yang
bertambah dengan posisi
dapat meningkatkan kerja asam
telentang
lambung
3. dapat menghilangkan nyeri
4. Anjurkan klien untuk tetap
akut/hebat dan menurunkan
mengatur waktu makannya
aktivitas peristaltik
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan dan 1. Untuk mengidentifikasi
haluaran tiap jam secara adekuat indikasi/perkembangan dari
hasil yang diharapkan
2. Timbang BB klien
2. Membantu menentukan
3. Berikan makanan sedikit tapi
keseimbangan cairan yang
sering tepat
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan
perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi, 1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status sirkulasi perifer dan hidrasi
membran mukosa, turgor kulit seluler
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui sejauh mana
tingkat kecemasan yang
2. Berikan dorongan dan berikan
dirasakan oleh klien sehingga
waktu untuk mengungkapkan
memudahkan dlam tindakan
pikiran dan dengarkan semua
selanjutnya
keluhannya
2. Klien merasa ada yang
3. Jelaskan semua prosedur dan
memperhatikan sehingga
pengobatan
klien merasa aman dalam
segala hal tundakan yang
4. Berikan dorongan spiritual
diberikan
5. Evaluasi
DATAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,
Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),
EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media
Acsulapius. FKUI.
Sujono,H. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3
September 2006.
G. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam
atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan
dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi
pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan
pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar
berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang
paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi (Wibawa, 2006).
H. Penatalaksanaan
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara lain :
1. Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan
serangan dispepsia
2. Modifikasi pola hidup
Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola makan porsi kecil
tetapi sering dan makanan rendah lemak.
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan prokinetik dapat
digunakan untuk mengurangi keluhan.
K. Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung
(Wibawa, 2006).
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah.
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan,
dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi,
1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status membran sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
mukosa, turgor kulit
2. Awasi jumlah dan tipe masukan
2. Klien tidak mengkomsumsi cairan
cairan, ukur haluaran urine dengan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
akurat atau mengganti cairan untuk masukan
kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit
3. Membantu klien menerima perasaan
bahwa akibat muntah dan atau
3. Diskusikan strategi untuk penggunaan laksatif/diuretik
menghentikan muntah dan mencegah kehilangan cairan lanjut
penggunaan laksatif/diuretik 4. Melibatkan klien dalam rencana
untuk memperbaiki keseimbangan
untuk berhasil
5. Tindakan daruat untuk memperbaiki
4. Identifikasi rencana untuk ketidak seimbangan cairan elektroli
meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal
misalnya : jadwal masukan cairan
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan yang dirasakan oleh
klien sehingga memudahkan dlam
tindakan selanjutnya
2. Klien merasa ada yang
memperhatikan sehingga klien
2. Berikan dorongan dan berikan merasa aman dalam segala hal
waktu untuk mengungkapkan tundakan yang diberikan
pikiran dan dengarkan semua
3. Klien memahami dan mengerti
keluhannya tentang prosedur sehingga mau
3. Jelaskan semua prosedur dan bekejasama dalam perawatannya.
pengobatan 4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih
ada yang berkuasa
4. Berikan dorongan spiritual menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
(Doenges,2001)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa.
2. Etiologi dari dispepsia karena kelainan organik, yaitu gangguan atau penyakit dalam
lumen saluran cerna, obat-obatan, Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem
bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik, serta penyakit sistemik
3. Manifestasi klinis dari dispepsia, yaitu: nyeri perut (abdominal discomfort),rasa perih di
ulu hati, mual, kadang-kadang sampai muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
4. Patofisiologi dari dispepsia yaitu adanya perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-
obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, dan
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
sehingga peningkatan produksi HCL akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, dan rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
5. Komplikasi dari dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar
tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung, dan kanker lambung.
6. Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu dengan tes darah, endoskopi (esofago-
gastro-duodenoskopi), DPL, EGD, serta dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil
kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja.
7. Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu ditujukan untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan organik sebagai kausa dispepsia.
8. Diagnosa keperawatan dari dispepsia, yaitu :
B. Saran
1. Untuk Institusi
Sebagai sekolah yang bergerak di bidang kesehatan, hendaknya dapat memberi
pendidikan yang lebih baik lagi kepada siswanya dalam praktik pelayanan kesehatan dan
menyediakan buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Untuk Keluarga
Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerja sama keluarga dan pasien itu
sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk menentukan tindakan sehingga memperoleh
hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media Acsulapius. FKUI.
Sujono,H. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3 September
2006.
2 komentar:
1.
http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/
Balas
2.
Thank you for sharing the information very useful. It is very pleasant to read this article
from your website.
Obat ambeien yang paling ampuh ditahun ini
Balas
Arsip Blog
▼ 2012 (3)
o ▼ Mei (3)
Amazing
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dispepsia
Asuhan Keperawatan kanker Serviks
Pengikut
Mengenai Saya
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama Klien : Tn. “A”
2. Umur : 26 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Islam
5. Status Pernikahan : Kawin
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Suku Bangsa : Bugis, Indonesia
8. No. RM : 26 26 56
9. Tanggal Masuk RS : 07 Agustus 2016
10. Tanggal Pengkajian : 09 Agustus 2016
B. Penanggung Jawab
1. Nama : Ny. “S”
2. Usia : 24 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Hubungan Dengan Klien : Istri Klien
II. Keluhan Utama
1. Keluhan Utama : Nyeri
P : Klien mengatakan nyeri akan dirasakan ketika klien makan sesuatu
yang asam dan pedis
Q : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti pedis di daerah ulu hati
tembus kebelakang dan hilang timbul
R : Klien mengatakan nyeri terdapat pada ulu hati
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada skala 7 (berat)
T : Klien mengatakan Nyeri dirasakan selama ± 2 hari sebelum klien
masuk RS
2. Faktor Pencetus : mendadak
3. Lamanya Keluhan : Klien mengatakan nyeri dirasakan ± 2 hari
sebelum masuk RS
4. Timbulnya Keluhan : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti
pedis di daerah ulu hati tembus kebelakang dan hilang timbul
5. Faktor Yang Memperberat : Nyeri akan bertambah berat jika klien makan
sesuatu yang asam dan pedis.
6. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya
Sendiri : Istirahat, tidur, mengatur posisi yang nyaman
Dibantu : Klien dibantu oleh keluarga untuk mengatur
posisinya dan klien juga dibantu oleh Perawat untuk memeriksa tanda-tanda
vital klien serta memberikan obat dan mengganti cairan infus klien sesuai
dengan anjuran dokter.
7. Diagnosa Medik
a. Dispepsia
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RS Tenriawaru Bone pada tanggal 07 Agustus 2016 dengan
keluhan Nyeri pada ulu hati. Keadaan ini dirasakan klien sejak ± 2 hari
sebelum masuk RS. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti pedis di
daerah ulu hati tembus kebelakang. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan
skala nyeri 6 (sedang). Klien mengatakan nyeri akan bertambah berat jika
klien makan sesuatu yang asam dan pedis.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 09 Agustus 2016 didapatkan
hasil Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit,
Suhu : 36,5oC Pernapasa : 22 x/menit. Klien mengatakan kurang nafsu
makan dan tidak mampu menelan dengan baik. Klien mengatakan mengeluh
gangguan sensasi rasa. Klien mengatakan sering mual dan muntah. Klien
mengatakan diare dengan konsistensi cair. Klien menanyakan apakah
penyakitnya dapat disembuhkan dan klien khawatir terhadap penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit
sebelumnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.
B. Cairan
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman yang Teh dan air putih Teh, air putih +
dikonsumsi dalam 24 Cairan
jam
2. Frekuensi minum 8 x sehari
3. Kebutuhan cairan 8 gelas sehari 6 x sehari tapi sedikit
dalam 24 jam 8 gelas sehari
C. Eliminasi
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Dikamar mandi/toilet Dikamar mandi/toilet
2. Frekuensi BAB 2 x sehari BAB 5 x sehari
BAK 5 x sehari BAK 5 x sehari
3. Konsistensi BAB padat BAB Cair
D. Istirahat
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur siang 13.00 siang – 14.30 13.00 siang – 14.00
2. Jam tidur malam siang siang
3. Kebiasaan sebelum 22.00 malam – 05.30 21.00 malam – 05.00
tidur pagi pagi
Nonton tv Berdoa
DATA FOKUS
Nama Klien : Tn.”A” Diagnosa Medik : Dispepsia
Umur : 26 Tahun Ruangan :
Jenis Kelamin : Laki – Laki Tanggal : 09 - 08 -
2016
ANALISA DATA
Nama Klien : Tn.”A” Diagnosa Medik : Dispepsia
Umur : 26 Tahun Ruangan :
Jenis Kelamin : Laki – Laki Tanggal : 09 - 08 -
2016
2. DS : Proses Ketidakseimba
1. Klien mengatakan ngan Nutrisi
kurang nafsu makan Ketidak adekuatan kurang dari
2. Klien mengatakan tidak kerja insulin dalam kebutuhan
mampu menelan dengan tubuh tubuh
baik
3. Klien mengatakan Metabolisme zat
mengeluh gangguan makanan tidak
sensasi rasa sempurna
DO :
1. Klien pucat Ketidakseimbangan
2. Porsi makan tidak Nutrisi kurang dari
dihabiskan hanya 3 kebutuhan tubuh
sendok
3. Klien lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
N DIAGNOSA
O KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
D N
X
1 Nyeri akut Setelah dilakukan1. Observasi TTV tiap 1. Sebagai indikator untuk
berhubungan tindakan selama 2 24 jam. melanjutkan intervensi
dengan iritasi x 24 jam berikutnya.
pada mukosa diharapkan nyeri
lambung dapat berkurang2. Kaji tingkat nyeri 2. Perubahan
dengan kriteria beratnya ( 0 – 10 ). karakteristik nyeri
hasil : dapat menunjukkan
- Mampu penyebaran penyakit
mengontrol nyeri terjadinya
- Rasa nyeri komplikasi.
berkurang 3. Berikan istirahat
- Mampu mengenali dengan posisi 3. Dengan posisi semi
nyeri (skala, semifowler. fowler dapat
intensitas, menghilangkan tegangan
frekuensi dan abdomen yang bertambah
tanda nyeri) dengan posisi terlentang.
- Menyatakan rasa
nyaman setelah4. Anjurkan klien untuk4. Dapat menghilangkan
nyeri berkurang. menghindari nyeri akut / hebat dan
makanan yang dapat menurunkan aktivitas
meningkatkan kerja peristaltic.
asam lambung.
TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN I
N DIAGNOSA HARI/
O KEPERAWATAN TANGGA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
D L
X
1 Nyeri akut Rabu, 08.11. Mengobservasi TTV Rabu, 10 - 08 - 2016
berhubungan 10-08- 5 klien dengan hasil : Jam 13.00
dengan iritasi 2016 TD : 110/80 mmHg S : Klien mengatakan
pada mukosa N : 78 x/menit nyerinya berkurang
lambung P : 20 x/menit dengan skala 6
S : 36,7oC (sedang)
2. Mengkaji tingkat O : Observasi TTV
08.3 nyeri klien dengan TD : 110/100 mmHg
5 hasil : klien N : 80 x/menit
mengatakan nyeri P : 22 x/menit
dirasakan pada skala S : 36,7oC
6 (sedang) A : Masalah belum
3. Memberikan teratasi
08.4 istirahat dengan P : Lanjutkan
0 posisi semifowler Intervensi
dengan hasil : klien
1. Observasi TTV tiap
merasa nyaman 24 jam.
4. Menganjurkan klien
2. Kaji tingkat nyeri
untuk menghindari beratnya ( 0 – 10 ).
08.5 makanan yang dapat
3. Berikan istirahat
0 meningkatkan kerja dengan posisi
asam lambung semifowler.
dengan hasil klien
4. Anjurkan klien untuk
mengatakan menghindari
nyerinya sedikit makanan yang dapat
berkurang meningkatkan kerja
5. Mengajarkan teknik asam lambung.
relaksasi dengan 5. Diskusikan dan
09.0 hasil klien merasa ajarkan teknik
0 rileks. relaksasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN II
N DIAGNOSA HARI/
O KEPERAWATAN TANGGA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
D L
X
1 Nyeri akut Kamis, 08.01. Mengobservasi TTV Kamis, 11 – 08 –
berhubungan 11-08- 0 klien dengan hasil : 2016
dengan iritasi 2016 TD : 120/80 mmHg Jam 13.00
pada mukosa N : 78 x/menit S:
lambung P : 20 x/menit - Klien mengatakan
S : 36,7oC tidak merasakan
2. Mengkaji tingkat nyeri
08.1 nyeri klien dengan- Klien mengatakan
5 hasil : klien skala nyerinya 2
mengatakan nyeri (ringan)
dirasakan pada skala O : observasi TTV
2 (ringan) TD : 120/80 mmHg
08.23. Memberikan N : 78 x/menit
0 istirahat dengan P : 20 x/menit
posisi semifowler S : 36,7oC
dengan hasil : klien A : Masalah teratasi
merasa nyaman P : Hentikan
4. Menganjurkan klien Intervensi
08.2 untuk menghindari
5 makanan yang dapat
meningkatkan kerja
asam lambung
dengan hasil nyeri
klien berkurang
5. Mengajarkan teknik
relaksasi dengan
08.3 hasil klien merasa
0 rileks