Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Hal itu
berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dibanding jumlah
penduduk secara keseluruhan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
(KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah
lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan
UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian
atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 %
dengan UHH sekitar 71,1 tahun.
Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal itu
membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami
berbagai macam penyakit. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat
proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%. Penurunan tersebut akan membuat lansia rentan
menderita penyakit.
Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit
yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang
diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan
memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum
obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia.
Jika tidak diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat
fatal bagi lansia. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi
dengan peningkatan pelayanan kesehatan. Harapannya agar terjadi peningkatan kualitas
hidup lansia dan memperkecil resiko lansia yang menderita penyakit, salah satunya adalah
dispepsia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan. Keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2000). Menurut Mansjoer (2000)
pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ
tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang
empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila
tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(teropong saluranpencernaan).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak
teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun
kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dyspepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan,
yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah
perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat
tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan
adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).

B.     Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung lansia
biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis,
tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori. 
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik,
digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis, pankreatitis,
kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :
a.    Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b.    Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.
c.    Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus
maupun dispepsia mirip dismotilitis.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus dengan
kelainan organik (Wibawa, 2006).

C.    Faktor Predisposisi


Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan pola hidup. Menurut Guyton
(1997) berikut ini berbagai penyakit (kondisi medis) yang dapat menyebabkan keluhan
dispepsia :
a. Dispepsia fungsional (nonulcer dyspepsia). Dispepsia fungsional adalah rasa tidak
nyaman hingga nyeri di perut bagian atas yang setelah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh tidak ditemukan penyebabnya secara pasti. Dispepsia fungsional adalah
penyebab maag yang paling sering.
b. Tukak lambung (stomach ulcers). Tukak lambung adalah adanya ulkus atau luka  di
lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang dirasakan terus menerus,
bersifat kronik (lama) dan semakin lama semakin berat.
c. efluks esofagitis (gastroesophageal reflux disease)
d. Pangkreatitis
e. Iritable bowel syndrome
f. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya
sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan maag.
g. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis serta pendarahan pada lambung.
h. Penyakit kandung empedu
i. Penyakit liver
j. Kanker lambung (jarang)
k. Kanker esofagus (kerongkongan)(jarang)
l. Penyakit lain (jarang)

D.     Manifestasi Klinis


Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi dyspepsia
menjadi tiga tipe:
1. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007)
Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai
dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu
tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan sendawa dan
suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan dapat memperburuk
nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa,
maka penderita harus menjalani pemeriksan.

E.    Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi
pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan (Corwin,2001).
F. PATHWAY
G. Test Diagnostik

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya
pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan
penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan
penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga
perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan


penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada
dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

b. Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.


Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian
atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal
atau sangat tidak spesifik.

d. USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan

e. Waktu Pengosongan Lambung

Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

H. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena
sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu
fungsi lambung.

I. Penatalaksanaan Medik

a. Penatalaksanaan non farmakologis

1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres

3) Atur pola makan

b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah
terjadinya muntah)

J. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang
dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila
keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan
komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di
mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan
mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan
awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang
mengharuskan penderitanya melakukan operasi (Wibawa, 2006).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual
kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa
panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer
A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan
lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya
(Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk


menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.

a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.

Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dalam pengawasan
(skala 0 – 10) kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi
semifowler 2. Dengan posisi semi-fowler
dapat menghilangkan
3. Anjurkan klien untuk
tegangan abdomen yang
menghindari makanan yang
bertambah dengan posisi
dapat meningkatkan kerja asam
telentang
lambung
3. dapat menghilangkan nyeri
4. Anjurkan klien untuk tetap
akut/hebat dan menurunkan
mengatur waktu makannya
aktivitas peristaltik

5. Observasi TTV tiap 24 jam


4. mencegah terjadinya perih
pada ulu hati/epigastrium
6. Diskusikan dan ajarkan teknik
relaksasi
5. sebagai indikator untuk
melanjutkan intervensi
7. Kolaborasi dengan pemberian
berikutnya
obat analgesik

6. Mengurangi rasa nyeri atau


dapat terkontrol

7. Menghilangkan rasa nyeri dan


mempermudah kerjasama
dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan


individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau dan dokumentasikan dan 1. Untuk mengidentifikasi
haluaran tiap jam secara adekuat indikasi/perkembangan dari
hasil yang diharapkan
2. Timbang BB klien
2. Membantu menentukan
3. Berikan makanan sedikit tapi
keseimbangan cairan yang
sering tepat

4. Catat status nutrisi paasien: turgor 3. meminimalkan anoreksia,


kulit, timbang berat badan, dan mengurangi iritasi
integritas mukosa mulut, gaster
kemampuan menelan, adanya
4. Berguna dalam
bising usus, riwayat
mendefinisikan derajat
mual/rnuntah atau diare.
masalah dan intervensi yang
5. Kaji pola diet klien yang tepat Berguna dalam
disukai/tidak disukai. pengawasan kefektifan obat,
kemajuan penyembuhan
6. Monitor intake dan output secara
periodik. 5. Membantu intervensi
kebutuhan yang spesifik,
7. Catat adanya anoreksia, mual,
meningkatkan intake diet
muntah, dan tetapkan jika ada
klien.
hubungannya dengan medikasi.
Awasi frekuensi, volume, 6. Mengukur keefektifan nutrisi
konsistensi Buang Air Besar (BAB). dan cairan

7. Dapat menentukan jenis diet


dan mengidentifikasi
pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan
perubaan keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.

INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tekanan darah dan nadi, 1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status sirkulasi perifer dan hidrasi
membran mukosa, turgor kulit seluler

2. Awasi jumlah dan tipe masukan 2. Klien tidak mengkomsumsi


cairan, ukur haluaran urine cairan sama sekali
dengan akurat mengakibatkan dehidrasi
3. Diskusikan strategi untuk atau mengganti cairan untuk
menghentikan muntah dan masukan kalori yang
penggunaan laksatif/diuretik berdampak pada
keseimbangan elektrolit
4. Identifikasi rencana untuk
meningkatkan/mempertahanka 3. Membantu klien menerima
n keseimbangan cairan optimal perasaan bahwa akibat
misalnya : jadwal masukan muntah dan atau penggunaan
cairan laksatif/diuretik mencegah
kehilangan cairan lanjut
5. Berikan/awasi hiperalimentasi
IV 4. Melibatkan klien dalam
rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil

5. Tindakan daruat untuk


memperbaiki ketidak
seimbangan cairan elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan


kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengetahui sejauh mana
tingkat kecemasan yang
2. Berikan dorongan dan berikan
dirasakan oleh klien sehingga
waktu untuk mengungkapkan
memudahkan dlam tindakan
pikiran dan dengarkan semua
selanjutnya
keluhannya
2. Klien merasa ada yang
3. Jelaskan semua prosedur dan
memperhatikan sehingga
pengobatan
klien merasa aman dalam
segala hal tundakan yang
4. Berikan dorongan spiritual
diberikan

3. Klien memahami dan


mengerti tentang prosedur
sehingga mau bekejasama
dalam perawatannya.

4. Bahwa segala tindakan yang


diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya,
masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan


apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan
dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam
keefektifan intervensi.

DATAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,
Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),
EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media
Acsulapius. FKUI.
Sujono,H. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3
September 2006.
G.    Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi
yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam
atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan
dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi
pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, di mana merupakan
pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar
berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang
paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi (Wibawa, 2006).

H.    Penatalaksanaan
Menurut Sujono (2006), penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan dispepsia, antara lain :
1.      Edukasi kepada pasien untuk mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan
serangan dispepsia
2.      Modifikasi pola hidup
Menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola makan porsi kecil
tetapi sering dan makanan rendah lemak.
3.      Obat-obatan
Obat-obatan yang dianjurkan adalah golongan antasida, anti sekresi dan prokinetik dapat
digunakan untuk mengurangi keluhan.

I.       Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki resiko
kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Menurut Schwartz, M
William (2004) dan Wibawa (2006) berikut merupakan pemeriksaan penunjang:
a.    Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius. Hasil
tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum
menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b.    Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan ulkus
peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori (tes CLO).
Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa organic
pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada
penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan endoskopi diindikasikan terutama pada pasien
dengan keluhan yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti
penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat
penyakit struktural.
Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan komplikasi
serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi direkomendasikan sebagai
investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia dan sangat penting untuk dapat
mengklasifikasikan keadaan pasien apakah dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi
dapat dilakukan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung.
c.    DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d.   EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
e.    Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju
endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja. Jika
terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran cerna maka dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan barium pada saluran cerna bgian atas.

J.      Pemeriksaan Fisik


Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi
terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik sebagai kausa
dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan besar didasari kelainan
organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan alarm adalah:
1.    Disfagia,
2.    Penurunan Berat Badan (weight loss),
3.    Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia defisiensi
besi,atau fecal occult blood),
4.    Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).
Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk menyingkirkan
penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD (gastroesophageal reflux disease), atau
keganasan.

K.    Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam
tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit,
misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung
(Wibawa, 2006).

L.     Asuhan Keperawatan


1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu :
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-
kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada
dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer, 2000).
Menurut Tucker (1998), pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut:
a.    Biodata
1)   Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
2)   Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan dengan
pasien, alamat.
b.   Keluhan Utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan epigastrium, mual,
muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
c.    Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman
beralkohol
d.   Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran pencernaan
e.    Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang merangsang selaput
mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
f.     Aspek Psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah interpersonal yang bisa
menyebabkan stress
g.    Aspek Ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal dalam pekerjaan
yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
h.   Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas,
2)      Palpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien sering muntah
3)      Auskultasi
Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (<5x/menit)
4)      Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCl lambung dan perdarahan akibat perlukaan
2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges (2001) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan
dispepsia.
a.       Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c.       Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah
d.      Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3.      Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menngulangi
masalah keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan.
a.      Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien melaporkan
terjadinya penurunan atau hilangnya ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1.      Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 1.
0       Berguna dalam pengawasan
– 10) kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2.      Dengan posisi semi-fowler dapat
2.      Berikan istirahat dengan posisi menghilangkan tegangan abdomen
semifowler yang bertambah dengan posisi
telentang
3.      dapat menghilangkan nyeri
akut/hebat dan menurunkan aktivitas
3.      Anjurkan klien untuk menghindari peristaltik
makanan yang dapat meningkatkan
4.      mencegah terjadinya perih pada ulu
kerja asam lambung hati/epigastrium
4.      Anjurkan klien untuk tetap
5.      sebagai indikator untuk melanjutkan
mengatur waktu makannya intervensi berikutnya
6.      Mengurangi rasa nyeri atau dapat
5.      Observasi TTV tiap 24 jam terkontrol
7.      Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah kerjasama dengan
6.      Diskusikan dan ajarkan teknik intervensi terapi lain
relaksasi
7.      Kolaborasi dengan pemberian obat
analgesik
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu,
dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
1.      Pantau dan dokumentasikan dan
1.      Untuk mengidentifikasi
haluaran tiap jam secara adekuat indikasi/perkembangan dari hasil
2.      Timbang BB klien yang diharapkan
2.      Membantu menentukan
keseimbangan cairan yang tepat
3.      Berikan makanan sedikit tapi sering3.      meminimalkan anoreksia, dan
mengurangi iritasi gaster
4.      Catat status nutrisi paasien: turgor
4.      Berguna dalam mendefinisikan
kulit, timbang berat badan, integritas derajat masalah dan intervensi yang
mukosa mulut, kemampuan tepat Berguna dalam pengawasan
menelan, adanya bising usus, kefektifan obat, kemajuan
riwayat mual/rnuntah atau diare. penyembuhan
5.      Kaji pola diet klien yang
5.      Membantu intervensi kebutuhan yang
disukai/tidak disukai. spesifik, meningkatkan intake diet
klien.
6.      Mengukur keefektifan nutrisi dan
6.      Monitor intake dan output secara cairan
periodik. 7.      Dapat menentukan jenis diet dan
Catat adanya anoreksia, mual, mengidentifikasi pemecahan masalah
muntah, dan tetapkan jika ada untuk meningkatkan intake nutrisi.
hubungannya dengan medikasi.
Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar (BAB).

c.       Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual,
muntah.
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk memperbaiki
defisit cairan, dengan kriteria mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan,
dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
INTERVENSI RASIONAL
1.      Awasi tekanan darah dan nadi,
1.      Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status membran sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
mukosa, turgor kulit
2.      Awasi jumlah dan tipe masukan
2.      Klien tidak mengkomsumsi cairan
cairan, ukur haluaran urine dengan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
akurat atau mengganti cairan untuk masukan
kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit
3.      Membantu klien menerima perasaan
bahwa akibat muntah dan atau
3.      Diskusikan strategi untuk penggunaan laksatif/diuretik
menghentikan muntah dan mencegah kehilangan cairan lanjut
penggunaan laksatif/diuretik 4.      Melibatkan klien dalam rencana
untuk memperbaiki keseimbangan
untuk berhasil
5.      Tindakan daruat untuk memperbaiki
4.      Identifikasi rencana untuk ketidak seimbangan cairan elektroli
meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal
misalnya : jadwal masukan cairan
5.      Berikan/awasi hiperalimentasi IV

d.      Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya


Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.

INTERVENSI RASIONAL
1.      Kaji tingkat kecemasan 1.      Mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan yang dirasakan oleh
klien sehingga memudahkan dlam
tindakan selanjutnya
2.      Klien merasa ada yang
memperhatikan sehingga klien
2.      Berikan dorongan dan berikan merasa aman dalam segala hal
waktu untuk mengungkapkan tundakan yang diberikan
pikiran dan dengarkan semua
3.      Klien memahami dan mengerti
keluhannya tentang prosedur sehingga mau
3.      Jelaskan semua prosedur dan bekejasama dalam perawatannya.
pengobatan 4.      Bahwa segala tindakan yang
diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih
ada yang berkuasa
4.      Berikan dorongan spiritual menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.

(Doenges,2001)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa.
2. Etiologi dari dispepsia karena kelainan organik, yaitu gangguan atau penyakit dalam
lumen saluran cerna, obat-obatan, Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem
bilier seperti hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik, serta penyakit sistemik
3. Manifestasi klinis dari dispepsia, yaitu: nyeri perut (abdominal discomfort),rasa perih di
ulu hati, mual, kadang-kadang sampai muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

4. Patofisiologi dari dispepsia yaitu adanya perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-
obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, dan
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
sehingga peningkatan produksi HCL akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung, dan rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
5. Komplikasi dari dispepsia yaitu luka di dinding lambung yang dalam atau melebar
tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung, dan kanker lambung.
6. Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu dengan tes darah, endoskopi (esofago-
gastro-duodenoskopi), DPL, EGD, serta dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium termasuk hitung darah lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil
kimia, dan pemeriksaan ovum dan parasit pada tinja.
7. Pemeriksaan penunjang dari dispepsia yaitu ditujukan untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan organik sebagai kausa dispepsia.
8. Diagnosa keperawatan dari dispepsia, yaitu :

a.    Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.


b.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c.    Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah.
b.    Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya.

B. Saran
1. Untuk Institusi
Sebagai sekolah yang bergerak di bidang kesehatan, hendaknya dapat memberi
pendidikan yang lebih baik lagi kepada siswanya dalam praktik pelayanan kesehatan dan
menyediakan buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Untuk Keluarga
Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerja sama keluarga dan pasien itu
sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk menentukan tindakan sehingga memperoleh
hasil yang diharapkan.
  
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media Acsulapius. FKUI.
Sujono,H. 2006. Gastroenterology. Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada Lanjut Usia Volume 7 Nomor 3 September
2006.

Diposting oleh Ns. Rini 9005 di 03.30


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

2 komentar:

1.

Ace Maxs19 Juni 2015 21.54

terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..

http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/

Balas

2.

agaric pro12 Desember 2016 19.35

Thank you for sharing the information very useful. It is very pleasant to read this article
from your website.
Obat ambeien yang paling ampuh ditahun ini

Balas

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼  2012 (3)
o ▼  Mei (3)
 Amazing
 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Dispepsia
 Asuhan Keperawatan kanker Serviks

Pengikut

Mengenai Saya

Ns. Rini 9005


Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.

Indonesian National Nurses Association in Kuwait

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. “A”


DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “DISPEPSIA”

I.                   Biodata
A.       Identitas Klien
1.      Nama Klien : Tn. “A”
2.      Umur : 26 Tahun
3.      Jenis Kelamin : Laki - Laki
4.      Agama : Islam
5.      Status Pernikahan : Kawin
6.      Pekerjaan : Wiraswasta
7.      Suku Bangsa : Bugis, Indonesia
8.      No. RM : 26 26 56
9.      Tanggal Masuk RS : 07 Agustus 2016
10.  Tanggal Pengkajian : 09 Agustus 2016
B.       Penanggung Jawab
1.      Nama : Ny. “S”
2.      Usia : 24 Tahun
3.      Jenis Kelamin : Perempuan
4.      Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5.      Hubungan Dengan Klien : Istri Klien
II.                Keluhan Utama
1.         Keluhan Utama : Nyeri
P : Klien mengatakan nyeri akan dirasakan ketika klien makan sesuatu
yang asam dan pedis
Q : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti pedis di daerah ulu hati
tembus kebelakang dan hilang timbul
R : Klien mengatakan nyeri terdapat pada ulu hati
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada skala 7 (berat)
T : Klien mengatakan Nyeri dirasakan selama ± 2 hari sebelum klien
masuk RS
2.         Faktor Pencetus : mendadak
3.         Lamanya Keluhan : Klien mengatakan nyeri dirasakan ± 2 hari
sebelum masuk RS
4.         Timbulnya Keluhan : Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti
pedis di daerah ulu hati tembus kebelakang dan hilang timbul
5.         Faktor Yang Memperberat : Nyeri akan bertambah berat jika klien makan
sesuatu yang asam dan pedis.
6.         Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya
Sendiri : Istirahat, tidur, mengatur posisi yang nyaman
Dibantu : Klien dibantu oleh keluarga untuk mengatur
posisinya dan klien juga dibantu oleh Perawat untuk memeriksa tanda-tanda
vital klien serta memberikan obat dan mengganti cairan infus klien sesuai
dengan anjuran dokter.
7.         Diagnosa Medik
a.       Dispepsia
III.             Riwayat Kesehatan
a.         Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk RS Tenriawaru Bone pada tanggal 07 Agustus 2016 dengan
keluhan Nyeri pada ulu hati. Keadaan ini dirasakan klien sejak ± 2 hari
sebelum masuk RS. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti pedis di
daerah ulu hati tembus kebelakang. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan
skala nyeri 6 (sedang). Klien mengatakan nyeri akan bertambah berat jika
klien makan sesuatu yang asam dan pedis.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 09 Agustus 2016 didapatkan
hasil Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit,
Suhu : 36,5oC Pernapasa : 22 x/menit. Klien mengatakan kurang nafsu
makan dan tidak mampu menelan dengan baik. Klien mengatakan mengeluh
gangguan sensasi rasa. Klien mengatakan sering mual dan muntah. Klien
mengatakan diare dengan konsistensi cair. Klien menanyakan apakah
penyakitnya dapat disembuhkan dan klien khawatir terhadap penyakitnya.
b.         Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit
sebelumnya.
c.         Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.

IV.             Riwayat Psikososial


1.         Pola Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien menganggap dirinya hanya sebagai orang
biasa
Identitas Diri : Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara
Peran Diri : Klien berperan sebagai kepala rumah tangga
Ideal Diri : Klien berharap cepat sembuh dan berkumpul kembali
dengan keluargannya
Harga Diri : Klien dihargai oleh istri dan keluargannya
2.         Pola Kognitif : Klien tidak mengalami gangguan ingatan jangka panjang
maupun jangka pendek
3.         Pola Koping : Klien merasa cemas terhadap penyakitnya
4.         Pola Interaksi : Klien dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga,
perawat, dokter dan mahasiswa

V.                Riwayat Spiritual


1.         Ketaatan klien beribadah : Sebelum masuk rumah sakit klien
menjalankan shalat 5 waktu namun setelah dirawat di rumah sakit klien
tidak pernah menjalankan shalat 5 waktu.
2.         Dukungan keluarga klien : Keluarga sangat memperhatikan klien,
melihat istri klien menemani klien di rumah sakit dan nampak orang tua,
saudara dan keluarga klien datang menjenguk apabila ada waktu luang.
3.         Ritual yang biasa dijalankan klien : ritual yang biasa dijalankan klien selama
sakit yaitu klien hanya mampu berdoa.

VI.             Pemeriksaan Fisik


A.       Keadaan Umum Klien
a.       Tanda-tanda stress : Klien gelisah, klien cemas
b.      Penampilan dihubungkan dengan usia : penampilan klien sesuai dengan
usiannya
c.       Ekspresi wajah : klien meringis, klien pucat, klien lemah, wajah klien
tegang
d.      Tinggi Badan : 166 cm Berat Badan : 64 kg

B.       Tanda-Tanda Vital


Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernapasan : 22 x/menit
C.       Sistem Pernapasan
1)      Hidung
Inspeksi : Kedua lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat pernapasan cuping hdung, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2)      Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran vena jungularis, tidak ada tumor
3)      Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran anterior
posterior dengan transpersal 1:2, gerakan dada kiri dan kanan tidak terdapat
retraksi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
D.    Sistem cardivaskuler
1.      Congjungtiva
Inspeksi : Tidak anemis, bibir lembab
Palpasi : Arteri karotis teraba
2.      Ukuran jantung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Batas jantung atas berda pada ICS 3
Batas jantung bawah berda pada ICS 5
Batas kiri : Mid clavikularis sinistra
Batas kanan : garis parasternalis dextra
3.      Suara jantung
uskultasi : S1 : Lub terletak pada midklavikula ICS 4 parasternal
kanan ICS 5
S2 : Dub terletak pada ICS 2 kiri dan kanan

E.     Sistem Pencernaan


1.      Sklera
Inspeksi : tidak ikterus, bibir lembab, tidak ada labio skisis
2.      Mulut
Inspeksi : stomatitis, kemampuan menelan tidak baik, mukosa
bibir lembab
3.      Gaster
Palpasi : Nyeri pada epigastrium
4.      Abdomen
Palpasi : Kram pada abdomen
Auskultasi : Bising usus hiperaktif
5.      Anus : tidak dikaji karena pasien menolak

F.      Sistem Indera


1.      Mata
a.       Kelopak mata
Inspeksi : kelopak mata mampu membuka dan menutup, bulu
mata tipis, alis mata tebal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b.      Visus
Inspeksi : klien mampu melihat objek dengan jarak jauh
c.       Lapang Pandang
Inspeksi : Dapat mengikuti pergerakan tangan dengan sudut
180O
2.      Hidung
Inspeksi : Penciuman klien baik (mampu membedakan bau
minyak kayu putih dan parfum), tidak ada epistaksis, tidak ada perih
dihidung, tidak ada sekret yang menghalangi penciuman.
3.      Telinga
Inspeksi : Keadaan daun telinga simetris kiri dan kanan,
daun telinga bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik dengan
cara menguji meletakkan arloji dibelakang telinga klien.
G.    Sistem Syaraf
1.      Fungsi Cerebral
a.       Status Mental Orientasi : daya ingat baik, klien dapat mengingat kejadian
dimasa lalu dan sekarang, klien dapat mengenal orang, tempat dan waktu
dimana ia berada sekarang dan mengenal bahasa dengan jelas saat
dilakukan pengkajian.
b.      Kesadaran (GCS)
Eyes : membuka mata spontan 4
Motorik : menurut pada perintah 6
Verbal : Orientasi baik 5
c.       Bicara Jelas
2.      Fungsi Cranial
a.       Nervus I (olfaktorius) : klien mampu membedakan bau minyak kayu
putih dan bau parfum yang diberikan
b.      Nervus II (Optikus) : Klien mampu melihat objek dengan jarak jauh
c.       Nervus III (okulomotorius) : klien mampu menggerakkan bola mata
d.      Nervus IV (trokhlearis) : reaksi pupil baik terhadap cahaya
e.       Nervus VI (abdusen) : mampu membuka dan menutup kelopak mata
f.       Nervus V(trigeminus) : klien dapat menutup dan mengatupkan mulutnya.
g.      Nervus VII (fasialis) : klien tidak mampu membedakan rasa manis dan pahit
h.      Nervus VIII (akustikus) : fungsi pendengaran baik, klien dapat mendengar
detik jarum jam tangan
i.        Nervus IX (glosofaringeus) : klien tidak mampu merasakan makanan
j.        Nervus X (vagus) : klien tidak mampu menelan dengan baik
k.      Nervus XI (asccesiorius) : klien mampu mengerakkan kepala leher dan
bahunya
l.        Nervus XII (Hupoglosus) : klien dapat mengerakkan lidahnya kesegala arah.
3.      Fungsi Motorik
-          Massa otot : baik 5 5
-          Tonus otot : baik
-          Kekuatan otot : baik 5 5
Keterangan :
-          Klien mampu mengangkat tangan kiri dan mampu melawan gravitasi dan
tekanan/beban. Tangan kanan mampu diangkat dan melawan gravitasi dan
tekanan/beban.
-          Klien mampu mengangkat kaki kiri dan mampu melawan gravitasi dan
tekanan/beban. kaki kanan mampu diangkat dan melawan gravitasi dan
tekanan/beban.
4.      Fungsi Sensorik
Suhu : klien dapat mebedakan suhu panas dan dingin
Nyeri : klien dapat merasakan nyeri
Getaran : terasa
5.      Fungsi Cerebellum
Koordinasi : klien dapat menunjukkan anggota tubuh dengan baik
sesuai perintah
6.      Refleks : tidak dikaji
7.      Iritasi meningen : tidak ada kaku kuduk
H.    Sistem Muskuloskeletal
1.      Kepala : normal dan tidak ada pembengkakan
2.      Vertebrae : tidak ada scoleosis, lordosis, kiposis
3.      Pelvis : klien berjalan memegang dinding atau benda yang
ada disekitarnya
4.      Lutut : tidak terdapat pembengkakan, gerakan baik
5.      Kaki : tidak terdapat pembengkakan, dapat digerakkan
dengan baik
6.      Tangan : tidak terdapat pembengkakan, dapat digerakkan
dengan baik
I.       Sistem Integumen
1.      Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut, rambut kusam,
kulit rambut berketombe
2.      Kulit : warna kulit sawomatang, temperatur hangat, kulit
klien kotor dan kering
3.      Kuku : warna kuku merah muda, kuku panjang, tidak mudah
patah namun kurang bersih
J.       Sistem Endokrin
1.      Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2.      Ekskresi urine lancar
3.      Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut
K.    Sistem Perkemihan
Tidak ada nyeri pada daerah kandung kemih, tidak terdapat pengeluaran
urine berlebihan.
L.     Sistem Imun
Tidak ada alergi terhadap cuaca, obat-obatan, debu dan zat kimia dan tidak
ada penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca.
VII.      Aktivitas Sehari-Hari
A.    Nutrisi
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1.      Selera makan Kien dapat Porsi makan tidak
menghabiskan 1 dihabiskan hanya 3
2.      Menu makan porsi sendok
dalam 24 jam Nasi goreng, nasi Bubur, telur rebus,
putih, ikan goreng, sayur, lauk, dan buah
3.      Frekuensi sayur dan buah
makan dalam 24 Klien makan 3 x Klien makan 2 x sehari
jam sehari
4.      Makanan yang Klien suka makan
disukai Klien menyukai biscuit dan roti
5.      Cara makan makanan berkuah Klien makan dibantu
seperti sup oleh istrinya
Klien makan tanpa
bantuan

B.     Cairan
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1.      Jenis minuman yang Teh dan air putih Teh, air putih +
dikonsumsi dalam 24 Cairan
jam
2.      Frekuensi minum 8 x sehari
3.      Kebutuhan cairan 8 gelas sehari 6 x sehari tapi sedikit
dalam 24 jam 8 gelas sehari

C.     Eliminasi
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1.      Tempat pembuangan Dikamar mandi/toilet Dikamar mandi/toilet
2.      Frekuensi BAB 2 x sehari BAB 5 x sehari
BAK 5 x sehari BAK 5 x sehari
3.      Konsistensi BAB padat BAB Cair
D.    Istirahat
Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1.      Jam tidur siang 13.00 siang – 14.30 13.00 siang – 14.00
2.      Jam tidur malam siang siang
3.      Kebiasaan sebelum 22.00 malam – 05.30 21.00 malam – 05.00
tidur pagi pagi
Nonton tv Berdoa

E.     Personal Hygiene


Masalah Sebelum Sakit Saat Sakit
1.      Mandi
a.       Frekuensi 2 x sehari Tidak Pernah
b.      Cara Tanpa bantuan -
c.       Pakai sabun Ya Tidak
2.      Keramas
a.       Frekuensi 1 x sehari Tidak pernah
b.      Pakai shampo Ya Tidak

DATA FOKUS
Nama Klien : Tn.”A” Diagnosa Medik : Dispepsia
Umur : 26 Tahun Ruangan :
Jenis Kelamin : Laki – Laki Tanggal : 09 - 08 -
2016

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1.         Klien mengatakan nyeri pada     1.      Klien meringis
daerah ulu hati      2.      Tangan kanan klien memegang
2.         Klien mengatakan nyerinya berada abdomen yang sakit
pada skala 7 (berat)     3.      Klien pucat
3.         Klien mengatakan nyeri dirasakan     4.      Porsi makan tidak dihabiskan
seperti pedis di daerah ulu hati hanya 3 sendok
tembus kebelakang dan hilang     5.      Klien lemah
timbul     6.      Klien cemas
4.         Klien mengatakan kurang nafsu     7.      Klien gelisah
makan     8.      Wajah klien tegang
5.         Klien mengatakan tidak mampu     9.      Bising usus hiperaktif
menelan dengan baik     10.  Mukosa bibir lembab
6.         Klien mengatakan mengeluh     11.  Kulit klien kering
gangguan sensasi rasa     12.  Observasi TTV
7.         Klien mengatakan sering muntah TD : 110/70 mmHg
8.         Klien mengatakan sering mual
9.         Klien mengatakan diare dengan
konsistensi cair
10.     Klien menanyakan apakah
penyakitnya dapat disembuhkan
11.     Klien mengatakan khawatir
terhadap penyakitnya
12.     Klien mengatakan tidak percaya
diri dengan penyakitnya

ANALISA DATA
Nama Klien : Tn.”A” Diagnosa Medik : Dispepsia
Umur : 26 Tahun Ruangan : 
Jenis Kelamin : Laki – Laki Tanggal : 09 - 08 -
2016

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Dispepsia Nyeri Akut
1.      Klien mengatakan nyeri
pada daerah ulu hati Peradangan Pada
2.      Klien mengatakan Epigastrium
nyerinya berada pada
skala 7 (berat) Pelepasan Mediator
3.      Klien mengatakan nyeri
dirasakan seperti pedis di Nyeri Dipersepsikan
daerah ulu hati tembus
kebelakang dan hilang Nyeri Akut
timbul
DO :
1.      Klien meringis
2.      Tangan kanan kien
memegang abdomen
yang sakit
3.      TD :110/70 mmHg

2. DS : Proses Ketidakseimba
1.      Klien mengatakan ngan Nutrisi
kurang nafsu makan Ketidak adekuatan kurang dari
2.      Klien mengatakan tidak kerja insulin dalam kebutuhan
mampu menelan dengan tubuh tubuh
baik
3.      Klien mengatakan Metabolisme zat
mengeluh gangguan makanan tidak
sensasi rasa sempurna
DO :
1.      Klien pucat Ketidakseimbangan
2.      Porsi makan tidak Nutrisi kurang dari
dihabiskan hanya 3 kebutuhan tubuh
sendok
3.      Klien lemah

3. DS : Perubahan status Ansietas


1.      Klien menanyakan kesehatan
apakah penyakitnya
dapat disembuhkan Kurang pengetahuan
2.      Klien mengatakan tentang penyakitnya
khawatir terhadap
penyakitnya Stresor bertambah
3.      Klien mengatakan tidak
percaya diri dengan Koping individu
penyakitnya inefektif
DO :
1.      Klien cemas Ansietas
2.      Klien gelisah
3.      Wajah klien tegang

4. DS : Akumulasi Gas dan Cairan Resiko defisit


1.      Klien mengatakan sering Pada Proksimal Dari volume cairan
muntah Obstruksi
2.      Klien mengatakan sering
mual Distensi Abdomen dan
3.      Klien mengatakan diare Retensi Cairan
dengan konsistensi cair
DO : Mual
1.      Bising usus hiperaktif  
2.      Mukosa bibir lembab Muntah
3.      Kulit klien kering
Resiko Defisit Volume
Cairan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TGL TERATASI


DITEMUKAN
1 Nyeri akut berhubungan
dengan iritasi pada mukosa 09 Agustus 2016 11 Agustus 2016
lambung
2 Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh 09 Agustus 2016 11 Agustus 2016
berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
3 Ansietas berhubungan
09 Agustus 2016 11 Agustus 2016
dengan perubahan status
kesehatan
4 Resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan
09 Agustus 2016 11 Agustus 2016
kehilangan melalui rute
normal yang berlebihan
(diare)

INTERVENSI

N DIAGNOSA
O KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
D N
X

1 Nyeri akut Setelah dilakukan1.    Observasi TTV tiap 1.    Sebagai indikator untuk
berhubungan tindakan selama 2 24 jam. melanjutkan intervensi
dengan iritasi x 24 jam berikutnya.
pada mukosa diharapkan nyeri
lambung dapat berkurang2.    Kaji tingkat nyeri 2.    Perubahan
dengan kriteria beratnya ( 0 – 10 ). karakteristik nyeri
hasil : dapat menunjukkan
-       Mampu penyebaran penyakit
mengontrol nyeri terjadinya
-       Rasa nyeri komplikasi.
berkurang 3.    Berikan istirahat
-       Mampu mengenali dengan posisi 3.    Dengan posisi semi
nyeri (skala, semifowler. fowler dapat
intensitas, menghilangkan tegangan
frekuensi dan abdomen yang bertambah
tanda nyeri) dengan posisi terlentang.
-       Menyatakan rasa
nyaman setelah4.    Anjurkan klien untuk4.    Dapat menghilangkan
nyeri berkurang. menghindari nyeri akut / hebat dan
makanan yang dapat menurunkan aktivitas
meningkatkan kerja peristaltic.
asam lambung.

5.    Diskusikan dan 5.    Mengurangi rasa nyeri


ajarkan teknik atau dapat terkontrol.
relaksasi.

2 Ketidakseimban Setelah dilakukan


1.      Anjurkan keluarga 1.      Agar nutrisi klien
gan nutrisi tindakan selama 2 untuk memberikan terpenuhi.
kurang dari x 24 jam makanan sedikit tapi
kebutuhan diharapkan sering.
tubuh kebutuhan nutrisi
2.      Hindari makanan 2.      Suhu ekstrim dapat
berhubungan klien terpenuhi
yang terlalu pedas. mencetuskan rasa
dengan intake dengan kriteria
nyeri pada ulu hati.
yang tidak hasil :
adekuat         Nafsu makan
3.      Berikan makanan 3.      Memenuhi
bertambah. kebutuhan dan
salingan.
        Porsi makan di meningkatkan
habiskan. pemasukan.
        Menunjukkan
4.      Berikan HE pada
4.      Membantu dalam
peningkatan fungsi keluarga tentang
pemenuhan
pengecapan dan pentingnya nutrisi.
kebutuhan klien.
menelan.
3 Ansietas Setelah dilakukan
1.      Kaji tingkat 1.      Mengetahui sejauh
berhubungan tindakan selama 2 kecemasan klien. mana tingkat
dengan x 24 jam kecemassan yang
perubahan diharapkan dirasakan oleh klien
status kecemasan sehingga
kesehatan berkurang denan memudahkan dalam
kriteria : tindakan selanjutnya.
        Klien mampu
mengidentifikasi 2.      Berikan dorongan 2.      Klien merasa ada
dan dan berikan waktu yang memperhatikan
mengungkapkan untuk sehingga klien
gejala cemas mengungkapkan merasa aman dalam
        Klien mampu pikiran dan segala hal tindakan
mengungkapkan dengarkan semua yang diberikan.
dan menunjukkan keluhan klien.
teknik untuk 3.      Klien memahami
mengontrol cemas dan mengerti
        Postur 3.      Jelaskan semua
tubuh, tentang prosedur
ekspresi wajah, prosedur dan sehingga mau
bahasa tubuh dan pengobatan. bekerja sama dalam
tingkat aktifitas perawatannya.
menunjukkan
berkurangnya 4.      Bahwa segala
kecemasan 4.      Berikan dorongan tindakan yang
        Menyatakan spiritual diberikan untuk
pemahaman proses penyembuhan
tentang penyakitnya, masih
penyakitnya ada yang berkuasa
menyembuhkannya
yaitu tuhan yang
maha esa.

4 Resiko defisit Setelah dilakukan


1.      Awasi karakteristik,
1.         Mengetahui tingkat
volume cairan tindakan selama 2 warna, konsistensi, kehilangan cairan.
berhubungan x 24 jam frekuensi dan jumlah
dengan diharapkan feses.
kehilangan kebutuhan cairan
2.      Auskultasi 2.         Mengetahui jumlah
bunyi
melalui rute klien seimbang
usus. bising usus permenit.
normal yang dengan kriteria
berlebihan hasil : 3.         Mengetahui tingkat
(diare)         Fungsi usus
3.      Awasi masukan dan kehilangan cairan.
normal, bising
keluaran cairan.
usus normal 4.         Mengurangi atau
        4.      Anjurkan masukan mengganti
Tidak ada mual cairan
dan muntah cairan 2500 – 3000 yang hilang.
        Frekuensi buang ml perhari.
5.         Mengurangi resiko
air besarsatu
5.      Hindarkan makanan nyeri pada lambung.
sampai dua kali
yang merangsang
sehari, konsistensi
lambung.
feses padat.

TINDAKAN KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN I

N DIAGNOSA HARI/
O KEPERAWATAN TANGGA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
D L
X
1 Nyeri akut Rabu, 08.11.     Mengobservasi TTV Rabu, 10 - 08 - 2016
berhubungan 10-08- 5 klien dengan hasil : Jam 13.00
dengan iritasi 2016 TD : 110/80 mmHg S : Klien mengatakan
pada mukosa N : 78 x/menit nyerinya berkurang
lambung P : 20 x/menit dengan skala 6
S : 36,7oC (sedang)
2.      Mengkaji tingkat O : Observasi TTV
08.3 nyeri klien dengan         TD : 110/100 mmHg
5 hasil : klien         N : 80 x/menit
mengatakan nyeri         P : 22 x/menit
dirasakan pada skala         S : 36,7oC
6 (sedang) A : Masalah belum
3.      Memberikan teratasi
08.4 istirahat dengan P : Lanjutkan
0 posisi semifowler Intervensi
dengan hasil : klien
1.      Observasi TTV tiap
merasa nyaman 24 jam.
4.      Menganjurkan klien
2.      Kaji tingkat nyeri
untuk menghindari beratnya ( 0 – 10 ).
08.5 makanan yang dapat
3.      Berikan istirahat
0 meningkatkan kerja dengan posisi
asam lambung semifowler.
dengan hasil klien
4.      Anjurkan klien untuk
mengatakan menghindari
nyerinya sedikit makanan yang dapat
berkurang meningkatkan kerja
5.    Mengajarkan teknik asam lambung.
relaksasi dengan 5.      Diskusikan dan
09.0 hasil klien merasa ajarkan teknik
0 rileks. relaksasi.

2 Ketidakseimbang Rabu, 09.31.      Menganjurkan Rabu, 10 - 08 - 2016


an nutrisi kurang 10-08- 0 keluarga klien untuk Jam 13.30
dari kebutuhan 2016 memberi makan S : klien mengatakan
tubuh sedikit tapi sering nafsu makannya
berhubungan dengan hasil nafsu sedikit bertambah
dengan intake makan klien dapat O : Porsi makan tidak
yang tidak 09.4 bertambah dihabiskan
adekuat 0 2.      Menghindari A : Masalah belum
memberikan teratasi
makanan yang P : Lanjutkan
sangat panas dengan Intervensi
hasil : tidak adanya
1.      Anjurkan keluarga
rasa nyeri pada ulu untuk memberikan
09.5 hati saat makan makanan sedikit tapi
0 makanan yang sering.
hangat. 2.      Hindari makanan
3.      Memberikan yang terlalu pedas.
10.0 makanan selingan
3.      Berikan makanan
0 dengan hasil: dapat salingan.
memenuhi 4.      Berikan HE pada
kebutuhan nutrisi keluarga tentang
klien. pentingnya nutrisi.
4.      Memberikan HE
pada keluarga
tentang pentingnya
nutrisi dengan hasil :
membantu
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
klien.

3 Ansietas Rabu, 10.11.      Mengkaji tingkat Rabu, 10-08-2016


berhubungan 10-08- 5 kecemasan dengan Jam 13.45
dengan 2016 hasil mengetahui S : Klien mengatakan
perubahan status klien mengatakan masih merasa cemas
kesehatan masih merasa cemas terhadap
terhadap penyakitnya
penyakitnya O : klien gelisah
10.22.      Memberikan A : masalah belum
5 dorongan dan teratasi
memberikan waktu P : Lanjutkan
untuk Intervensi
mengungkapkan 1.      Kaji tingkat
pikiran dan kecemasan klien.
mendengarkan 2.      Berikan dorongan
semua keluhan klien dan berikan waktu
dengan hasil klien untuk
merasa ada yang mengungkapkan
memperhatikan pikiran dan
sehingga klien dengarkan semua
merasa aman dalam keluhan klien.
10.3 segala hal tindakan 3.      Jelaskan semua
5 yang diberikan prosedur dan
3.      Menjelaskan semua pengobatan.
prosedur dan 4.      Berikan dorongan
pengobatan dengan spiritual
hasil klien
mengetahui tentang
prosedur tindakan
10.4 yang akan dilakukan
5 4.      Memberikan
dorongan spiritual
dengan hasil
ketaatan klien
beribadah selama
sakit tetap
dijalankan.

4 Resiko defisit Rabu, 11.01.      Mengawasi Rabu, 10-08-2016


volume cairan 10-08- 0 karakteristik, warna, Jam 14.00
berhubungan 2016 konsistensi, frekuensi S :
dengan dan jumlah feses         Klien mengatakan
kehilangan dengan hasil klien masih mual dan
melalui rute mengatakan masih muntah.
normal yang mengaami diare        Klien mengatakan
berlebihan (diare) dengan konsistensi masih mengalami
cair. diare dengan
11.12.      Mengauskultasi konsistensi cair
0 bunyi usus dengan O : Bising usus
hasil bising usus hiperaktif
hiperaktif. A : Masalah belum
11.23.      Mengawasi masukan teratasi
0 dan keluaran cairan P : Lanjutkan
dengan hasil klien Intervensi
tidak mual dan
1.      Awasi karakteristik,
muntah. warna, konsistensi,
11.34.      Menganjurkan frekuensi dan jumlah
0 masukan cairan 2500 feses.
– 3000 ml perhari
2.      Auskultasi bunyi
dengan hasil usus.
kebutuhan cairan
3.      Awasi masukan dan
klien terpenuhi. keluaran cairan.
11.45.      Menghindarkan
4.      Anjurkan masukan
0 makanan yang cairan 2500 – 3000
merangsang ml perhari.
lambung dengan
5.      Hindarkan makanan
hasil nyeri pada yang merangsang
lambung klien lambung.
berkurang.

TINDAKAN KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN II
N DIAGNOSA HARI/
O KEPERAWATAN TANGGA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
D L
X
1 Nyeri akut Kamis, 08.01.      Mengobservasi TTV Kamis, 11 – 08 –
berhubungan 11-08- 0 klien dengan hasil : 2016
dengan iritasi 2016 TD : 120/80 mmHg Jam 13.00
pada mukosa N : 78 x/menit S:
lambung P : 20 x/menit -        Klien mengatakan
S : 36,7oC tidak merasakan
2.      Mengkaji tingkat nyeri
08.1 nyeri klien dengan-        Klien mengatakan
5 hasil : klien skala nyerinya 2
mengatakan nyeri (ringan)
dirasakan pada skala O : observasi TTV
2 (ringan) TD : 120/80 mmHg
08.23.      Memberikan N : 78 x/menit
0 istirahat dengan P : 20 x/menit
posisi semifowler S : 36,7oC
dengan hasil : klien A : Masalah teratasi
merasa nyaman P : Hentikan
4.      Menganjurkan klien Intervensi
08.2 untuk menghindari
5 makanan yang dapat
meningkatkan kerja
asam lambung
dengan hasil nyeri
klien berkurang
5.    Mengajarkan teknik
relaksasi dengan
08.3 hasil klien merasa
0 rileks

2 Ketidakseimbang Kamis, 08.51.      Menganjurkan Kamis, 11 – 08 –


an nutrisi kurang 11-08- 0 keluarga klien untuk 2016
dari kebutuhan 2016 memberi makan Jam 13.15
tubuh sedikit tapi sering S : Klien mengatakan
berhubungan dengan hasil klien nafsu makannya
dengan intake mengatakan nafsu bertambah
yang tidak makannya O : porsi makan
adekuat bertambah dan porsi dihabiskan
09.0 makan dihabiskan A : masalah teratasi
0 2.      Menghindari P : Hentikan
memberikan Intervensi
makanan yang
sangat panas dengan
hasil : tidak adanya
rasa nyeri pada ulu
09.1 hati saat makan
5 makanan yang
hangat.
3.      Memberikan
09.2 makanan selingan
5 dengan hasil: nutrisi
klien terpenuhi
4.      Memberikan HE
pada keluarga
tentang pentingnya
nutrisi dengan hasil :
keluarga klien telah
melakukan

3. Ansietas Kamis, 9.301.      Mengkaji tingkat Kamis, 11-08-2016


berhubungan 11-08- kecemasan dengan Jam 13.45
dengan 2016 hasil mengetahui S : Klien mengatakan
perubahan status klien mengatakan tidak merasa cemas
kesehatan tidak merasa cemas terhadap
terhadap penyakitnya
09.4 penyakitnya O : klien tidak gelisah
0 2.      Memberikan lagi
dorongan dan A : masalah teratasi
memberikan waktu P : Hentikan
untuk Intervensi
mengungkapkan
pikiran dan
mendengarkan
semua keluhan klien
dengan hasil klien
merasa ada yang
memperhatikan
sehingga klien
merasa aman dalam
segala hal tindakan
09.4 yang diberikan
5 3.      Menjelaskan semua
prosedur dan
pengobatan dengan
hasil klien
mengetahui tentang
prosedur tindakan
yang akan dilakukan
09.54.      Memberikan
5 dorongan spiritual
dengan hasil
ketaatan klien
beribadah selama
sakit tetap

4 Resiko defisit Kamis, 10.11.      Mengawasi Kamis, 11-08-2016


volume cairan 11-08- 5 karakteristik, warna, Jam 14.00
berhubungan 2016 konsistensi, frekuensi S :
dengan dan jumlah feses         Klien mengatakan
kehilangan dengan hasil klien sudah tidak mual dan
melalui rute mengatakan tidak muntah.
normal yang diare lagi dengan         Klien mengatakan
berlebihan (diare) konsistensi padat tidak diare lagi
2.      Mengauskultasi dengan konsistensi
10.2 bunyi usus dengan padat
5 hasil bising usus O : Bising usus
dalam batas normal. normal
3.      Mengawasi masukan A : Masalah teratasi
dan keluaran cairan P : Pertahankan
10.4 dengan hasil klien Intervensi
0 tidak mual dan
1.      Awasi karakteristik,
muntah. warna, konsistensi,
4.      Menganjurkan frekuensi dan jumlah
masukan cairan 2500 feses.
– 3000 ml perhari
2.      Auskultasi bunyi
10.5 dengan hasil usus.
0 kebutuhan cairan
3.      Awasi masukan dan
klien terpenuhi. keluaran cairan.
5.      Menghindarkan
4.      Anjurkan masukan
makanan yang cairan 2500 – 3000
merangsang ml perhari.
lambung dengan
5.      Hindarkan makanan
10.5 hasil nyeri pada yang merangsang
5 lambung berkurang. lambung.

Anda mungkin juga menyukai