Anda di halaman 1dari 14

K3 TRANSPORTASI DARAT.

( KERETA API )
Disusun oleh :

Sarah Naomi (171000069)

Novi Nera (171000075)

Sandra Theresa (171000136)

Evelyn Graciella (171000198)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Transportasi. Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak selaku dosen pengampu mata kuliah atas bimbingannya terutama dalam proses
pembelajaran mata kuliah yang sangat membantu dalam proses penyusunan makalah
ini dan juga berbagai sumber yang menjadi referensi pengerjaan makalah kami.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini oleh karena


itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini aktivitas kehidupan manusia telah mencapai kemajuan yang pesat di
segala bidang, semakin kompleks dan beragam, serta semakin gencarnya arus globalisasi,
maka teknik transportasi juga semakin modern dan kompleks. Pengelolaannya juga telah
menghadapi masalah rumit yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan harus
mempertimbangkan segala kepentingan manusia yang berbeda serta terkait denga berbagai
faktor.

Keselamatan adalah sesuatu yang mutlak bagi setiap manusia dari segala kegiatan
yang dilakukan termasuk keselamatan transportasi. Baik dikota kecil maupun kota besar di
Indonesia, masih didapati bahwa angka kecelakaan transportasi masih tergolong tinggi.
Semakin maju perkembangan zaman membuat transportasi di Indonesia menjadi semakin
kompleks dan lebih rumit, dalam perjalanannya perkembangan sistem transportasi darat
tidak mencerminkan adanya kemajuan akses mayoritas penduduk terhadap pembangunan
yang ada, Hal ini terbukti dengan banyaknya korban kecelakaan jalan darat yang semakin
bertambah tiap tahun bahkan kebanyakan dari korban yang ada adalah korban yang berusia
produktif.

Kereta Api merupakan alat transportasi yang terdiri dari lokomotif, gerbong barang
dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel baja, baik dua rel maupun
mono rel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap, diesel, dan tenaga listrik.Kereta api
juga selalu dipakai untuk mengangkut barang-barang yang dimuat dengan petikemas.
Angkutan kereta api dapat menjadi efisien dan ekonomis pada wilayah luas dan datar, bukan
pada daerah yang berbukit. Angkutan kreta api sangat cocok untuk angkutan jarak jauhdan
ideal barang-barang yang bersifat bulky dan berat seperti komoditas industri, bahan mentah,
barang tambang , bahan bakar minyak, dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi permasalahan Moda dan Keselamatan lalu lintas Transportasi Kereta
Api?

2. Bagaimana data kecelakaannya ?

3. Bagaimana pandangan masyarakat global tetang Kereta Api ?

4. Bagaimana peraturan tentang K3 transportasi Kereta Api ?

5. Apa saja identifikasi bahaya dalam transportasi Kereta Api ?

6. Bagaimana manajemen K3 transportasi Kereta Api ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui permasalahan Moda dan Keselamatan lalu lintas Transportasi


Kereta Api.

2. Untuk mengetahui data kecelakaannya.

3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat global tetang Kereta Api.

4. Untuk mengetahui peraturan tentang K3 transportasi Kereta Api.


5. Untuk mengetahui identifikasi bahaya dalam transportasi Kereta Api.
6. Untuk mengetahui manajemen K3 transportasi Kereta Api.
BAB II
ISI

2.1. Permasalahan Moda dan Keselamatan lalu lintas Transportasi Kereta Api
Pada umumnya permasalahan K3 transportasi darat disebabkan oleh kesalahan
manusia (human error), namun pada kenyataannya suatu kejadian kecelakaan lalu
lintas kereta api pada umumnya akibat dari kombinasi beberapa unsur yang mengubah
kumpulan bahaya menjadi kecelakaan lalu lintas. Bentuk interaksi antar komponen
penyebab terjadinya kecelakaan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Faktor Manusia

Pada hakikatnya, kita dapat menyepakati bahwa kesalahan manusia merupakan


penyebab utama kecelakaan lalu lintas. Faktor manusia juga merupakan penyebab
utama kecelakaan transportasi Seperti kecelakaan kereta api di Indonesia (termasuk
didalamnya tabrakan antara bus penumpang dan kereta api di perlintasan sebidang)
disebabkan oleh kesalahan manusia, seperti masinis tertidur, kecepatan terlalu tinggi,
penjaga perlintasan yang lalai, ataupun sopir yang tidak mengindahkan isyarat
kedatangan kereta api. Menurut Barbara Sabay (1999) “Faktor manusia memegang
peran penting dalam kecelakaan lalu lintas. Kemampuan pengemudi dalam upaya
menghindari kecelakaan bergantung pada tingkat kemahirannya, ketepatan mengambil
putusan dalam melakukan antisipasi terhadap konflik lalu lintas yang akan dihadapi,
alur berpikir yang runtut dan kesehatan jasmani”.

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada kereta api adalah sebagai
berikut:

a. Dalam melaksanakan tugas, tenaga operasional perkeretaapian selalu kedapatan


menyimpang dari aturan-aturan yang ditentukan.

b. Kondisi kesehatan saat itu tidak prima.

c. Perjalanan yang berlarut-larut waktunya sehingga menimbulkan kejenuhan.

d. Terlena dalam perjalanan, yakni banyak melamun.

e. Rendahnya tingkat kesejahteraan.


b. Faktor Kendaraan

1. Palang Pintu

Tidak adanya palang pintu di beberapa lintasan kereta menjadi salah satu penyebab
terjadinya kecelakan kereta. Dengan tidak adanya palang pintu diperlintasan kereta,
para pengguna jalan yang menggunakan kendaraan ataupun pejalan kaki menerobos
perlintasaan sehingga terjadinya kecelakaan.

2. Besi Bantalan Rel

Besi bantalan rel sering hilang dicuri ataupun pihak oknum yang ingin melakukan
sabotase. Meskipun harga besi bantalan rel tidak seberapa, namun akibat yang timbul
dari pencurian tersebut sangat fatal, antaranya kereta api bisa keluar dari jalur rel yang
sebenarnya dan dapat menimbulkan kecelakaan.

Besi Bantalan Rel sendiri berfungsing untuk mengkunci antara bantalan rel dengan
lintasan rel agar tidak bergeser.

Hal ini tidak akan terjadi apabila petugas patroli rel dari PT. Kereta Api dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan melakukan pemeriksaan secara rutin.

3. Rem Blong

Rem blong, itulah yang sering kita dengar sebagai salah satu penyebab utama
kecelakaan. Rem merupakan komponen yang sangat penting pada kereta maupun
kendaraan lainnya. Berkurangnya daya pengereman atau bahkan tidak berfungsi akan
mengakibatkan masinis atau pengemudi tidak dapat membrhentikan laju kereta,
sehinnga kereta akan terus melaju sampai mengakibatkan tabrakan.

4. Tanah Longsor

Karena hujan membuat kondisi tanah tidak stabil dan menyebabkan tanah longsor.
Akibat hal tersebut perlintasan rel kereta juga mengalami pergeseran sehingga dapat
menyebabkan kereta tergelincir keluar dari perlintasan.

5. Persinyalan

Perkeretaapian Indonesia sering menghadapi berbagai masalah. Salah satunya adalah


persinyalan. Kecelakaan KA bisa disebabkan oleh masalah sinyal mekanik. Sinyal
mekanik sering kali mengalami kerusakan. Sinyal mekanik juga dapat mengganggu
kelancaran perjalanan KA.

2.2. Data Kecelakaan Transportasi

Data Investigasi kecelakaan Perkeretaapian Tahun 2010-2016 di Indonesia

NO Tahun Jumlah Jenis Kecelakaan Korban Jiwa


kecelakaan Tumburan Anjlokan Lain Meninggal Luka
antar KA / lain Luka
Terguling
1 2010 10 2 8 0 42 125
2 2011 1 1 0 0 5 35
3 2012 3 1 2 0 4 42
4 2013 2 0 1 1 0 0
5 2014 6 1 4 1 3 10
6 2015 7 4 3 0 0 28
7 2016(okt 6 0 6 0 1 0
)
TOTAL 35 9 24 2 55 240

Contoh Kasus
Anjokan KA 3008 Km 262+100/200 Petak Jalan Antara St. Lubukrukam – St.
Peninjawan, Sub Divre III.2 (Divre IV) Tanjung Karang, 1 Maret 2016 .

KA 3008 adalah kereta api batu bara rangkaian panjang tanpa muatan yang
diberangkatkan dari St. Tarahan menuju St. Prabumulih X6 dengan rangkaian terdiri atas 3
(tiga) lokomotif CC 202 menarik 60GB (gerbong terbuka). Pada hari Minggu tanggal 29
Februari 2016 pukul 06.50 WIB, KA 3008 diberangkatkan dari St. Tarahan menuju St.
Prabumulih X6.

Pada hari Senin tanggal 1 Maret 2016 pukul 02.35 WIB, KA 3008 berjalan langsung
di St. Lubukrukam menuju St. Peninjawan. Di perjalanan dari St. Lubukrukam menuju St.
Peninjawan tersebut, lokomotif paling depan dari KA 3008 anjlok keluar jalur dan menabrak
lereng di samping kiri jalur serta menggerus tanah hingga akhirnya berhenti dan terguling di
Km 262+227.
KA 3008 mengalami anjlokan sebanyak 24 as; sebanyak 18 as pada 3 (tiga) lokomotif
dan 6 as pada 2 (dua) gerbong terbuka. Akibat anjlokan, asisten masinis KA 3008 yang
berada di Lokomotif paling depan meninggal dunia. Anjlokan juga mengakibatkan terjadinya
rintang jalan (rinja) selama 10 jam 15 menit mulai pukul 02.40 WIB sampai dengan pukul
12.55 WIB tanggal 1 Maret 2016.

Setelah kejadian, diketahui di titik anjlokan terdapat kepala rel yang gompal
sepanjang 14,5 cm dan rel patah pada sambungan rel. Berdasarkan analisis yang dilakukan,
KNKT menyimpulkan bahwa kejadian anjlokan KA 3008 disebabkan oleh patahnya rel
karena penyambungan rel yang yang tidak sesuai dengan prosedur berupa pelubangan rail
web yang tidak sesuai sehingga terbentuklah awal retakan (crack inititiation) pada tepi lubang
kasar di web. Retakan menjalar (crack propagation) hingga terjadinya patah akhir (total
disintegration) pada badan dan kepala rel serta pemasangan baut pelat sambung yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis sehingga terjadi benturan yang berulang antara pelat
sambung (fish plate) dan bagian bawah kepala rel sehingga mengakibatkan rel gompal.

2.3. Pandangan Masyarakat Global

Transportasi Kereta Api saat ini cukup favorit dibandingkan dengan bus umum.
Apalagi setelah dilakukan pembenahan dan perbaikan pelayanan PT KAI. Berikut
adalah alasan yang lebih memilih moda transportasi kereta api dibandingkan
menggunakan bus yaitu:

1. Kereta api tidak mengenal lalu lintas macet. Kereta api memiliki jalur atau
jalur khusus yang dilewati kereta api itu sendiri. Berbeda dengan bus umum yang
harus dibagikan dengan kendaraan lain seperti truk, mobil, dan sepeda motor.

2. Kereta api lebih tepat waktu. Perjalanan menggunakan kereta api lebih tepat
waktu karena terhindar dari macet, perdebatan pemberangkatan, dan perdebatan
perhitungan perjalanan yang tidak meleset jauh. Berbeda dengan perjalanan
menggunakan bus Dimana sering terjadi keterlambatan saat pemberangkatan, waktu
tempuh lebih lama karena adanya kemacetan, pengalihan arus, dan waktu
keberangkatan yang terlambat dari jadwal.
3. Tiket kereta api lebih murah. Tiket Kereta Api yang dijual saat ini masih
lebih murah dibandingkan dengan harga tiket bus dengan trayek yang sama. Hal ini
karena strategi pemasaran dari PT KAI dan adanya subsidi yang diberikan pemerintah.

4. Penumpang kereta api bebas berjalan disetiap gerbong. Penumpang kereta


api bebas pergi tempat duduknya untuk jalan-jalan gerbong ke toilet, restorasi,
bertemu wisatawan yang duduk di gerbong yang berlainan, atau mencoba
menghilangkan rasa pegal. Berbeda dengan naik transportasi, penumpang diharapkan
untuk duduk dengan tenang di kursi penumpang.

5. Lokasi stasiun kereta api rata-rata berada di tengah kota. Seperti yang kita
ketahui kebanyakan stasiun kereta api di Indonesia berada di tengah kota dan berada
di daerah strategis. Sedangkan terminal bus saat ini lebih tepatnya di daerah pinggiran
kota untuk mengurangi kemacetan.

6. Penumpang Kereta Api lebih mudah dengan penumpang lain. Posisi tempat
duduk pembawa kereta khusus yang dihubungi untuk membantu atau berkomunikasi
dengan penumpang yang lain. Penumpang kereta api dengan mudah bertukar
informasi yang mereka miliki.

7. Kereta api lebih berbahaya dari kecelakaan. Kereta api jarang terjadi
kecelakaan dibandingkan dengan bus umum dilihat dari data statistik kecelakaan
transportasi di Indonesia.

8. Pemandangan indah saat menggunakan kereta api. Beberapa jaur kereta api
melintasi kawasan pertanian, perbukitan, dan gunung yang menawarkan pemandangan
yang cukup indah. Berbeda dengan menggunakan bus di mana jalan yang dilewati
melewati kota dan jalan raya yang lurus.

2.4. Peraturan Tentang K3 Transportasi Kereta Api

Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Keselamatan Perkeretaapian :

1. UU No. 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian;

2. UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

3. PP No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api;

4. PP No. 81 tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api;
5. Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 tahun 2000 tentang lalur Kereta Api;

6. Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 tahun 2000 tentang Perpotongan dan atau
Persinggungan antara lalur Kereta Api dengan Bangunan lain;

7. Keputusan Menteri Perhubungan No. 81 tahun 2000tentang Sarana Kereta Api;

8. Keputusan Menteri Perhubungan No. 8 tahun 2001 tentang Angkutan Kereta Api;

9. Keputusan Menteri Perhubungan No. 22 tahun 2003 tentang Pengoperasi Kereta


Api.

Undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

 Pasal 37 ayat 1

“Ruang manfaat jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a terdiri
dari jalan rel dan

bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah
yang digunakan

untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan
pelengkap

lainnya.”

 Pasal 91

(1) Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.

(2) Pengecualian terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dengan tetap
menjamin

keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.

Peraturan Menteri Perhubungan nomor 36 Tahun 2011 tentang Perpotongan dan/atau


Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lainnyan :

a. Pasal 4
(1) Perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 ditetapkan
dengan ketentuan:

(a) Kecepatan kereta api yang melintas pada perlintasan kurang dari 60 km/jam.

(b) Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya (head way)

yang melintas pada lokasi tersebut minimal 30 menit.

(c) Jalan yang melintas adalah jalan kelas III.

(d) Jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada satu jalur kereta api tidak
kurang dari 800 meter.

(e)Tidak terletak pada lengkungan jalur kereta api atau jalan.

2.5. Identifikasi bahaya dalam transportasi Kereta Api

2.6. Manajemen K3 transportasi Kereta Api

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja

yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Untuk menerapkan standar dan peraturan yang di tetapkan pemerintah, maka badan
penyelenggara perkeretaapian harus menerapkan kebijakan yaitu :

1. Kebijaksanaan manajemen keselamatan

Untuk keselamatan perkeretaapian harus ditetapkan dan di dokumentasikan


oleh badan penyelenggara.

2. Manajemen

Penyelenggara perkeretaapian harus menunjuk seorang manajer yang mana


terlepas dari tanggungjawab lainnya, mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap bahwa SOP keselamatan telah dilaksanakan dan dijaga.

a.Penyelenggara menghasilkan dan memelihara SOP keselamatan perkeretaapian


menyangkut prosedurdan instruksi sesuai dengan SOP

b.Prosedur dan instruksi adalah efektif dan dapat diimplemenatasikan.

c.Pengendalian system keselamatan perkeretaapian adalah efektif


d.Pengendalian dan ketelitian keselamatan perkeretaapian tentang SOP harus dipantau
dengan baik.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Permasalahan K3 dan Keselamatan lalu lintas Transportasi Kereta Api


a. Faktor Manusia

Faktor manusia juga merupakan penyebab utama kecelakaan transportasi


Seperti kecelakaan kereta api di Indonesia (termasuk didalamnya tabrakan antara bus
penumpang dan kereta api di perlintasan sebidang) disebabkan oleh kesalahan
manusia, seperti masinis tertidur, kecepatan terlalu tinggi, penjaga perlintasan yang
lalai, ataupun sopir yang tidak mengindahkan isyarat kedatangan kereta api.

b. Faktor Kendaraan

1. Palang Pintu

2. Besi Bantalan Rel

3. Rem Blong

4. Tanah Longsor

5. Persinyalan

Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Keselamatan


Perkeretaapian :

1. UU No. 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian;

2. UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

3. PP No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api;

4. PP No. 81 tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api;

5. Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 tahun 2000 tentang lalur Kereta Api;
6. Keputusan Menteri Perhubungan No. 53 tahun 2000 tentang Perpotongan dan atau
Persinggungan antara lalur Kereta Api dengan Bangunan lain;

7. Keputusan Menteri Perhubungan No. 81 tahun 2000 tentang Sarana Kereta Api;

8. Keputusan Menteri Perhubungan No. 8 tahun 2001 tentang Angkutan Kereta Api;

9. Keputusan Menteri Perhubungan No. 22 tahun 2003 tentang Pengoperasi Kereta


Api.

Manajemen K3 transportasi Kereta Api

1. Kebijaksanaan manajemen keselamatan

2. Manajemen

3.2. Saran

Diharapkan kepada perusahaan perkeretaapian agar lebih meningkatkan


manajemen K3 transportasi kereta api . Diharapkan peraturan K3 perkeretaapian
dapat diterapkan dan dijalankan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang Undang Republik Indonesian nomor 23 Tahun 2007 tentang


Perkeretaapian
2. Kramadibrata,Soedjono. 2006. Perencanaan Perkeretaapian. ITB. Bandung
3. Knkt.dephub.go.id

Anda mungkin juga menyukai