Anda di halaman 1dari 5

Transformasi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial sebagai

upaya meningkatkan semangat kebangsaan di era disrupsi

DOSEN PEMBIMBING:
Bali Widodo,S.H,M.Si.
DISUSUN OLEH:
Allya Nadia – 0119101162

UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI S-1
2019/2020
Transformasi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial sebagai
upaya meningkatkan semangat kebangsaan di era disrupsi

Pancasila yang digagas oleh para pendiri bangsa Indonesia telah memberikan konsep
kepada siapapun yang berstatus warga Negara Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang disesuaikan dengan
karakter orang Indonesia, yang mana karakter tersebut adalah karakter gotong royong, kasih
sayang, tolong menolong, saling menghargai antar sesama dan toleransi terhadap sesama.Pondasi
yang kokoh tersebut benar-benar ke depannya jika dilaksanakan dengan konsisten akan
membawa Indonesia menjadi Negara yang tidak hanya adil dan makmur namun juga menjadi
Negara yang disegani baik di kawasan regional, maupun dunia internasional.Setelah berakhirnya
era konvensional yang mana orang masih menggunakan cara-cara berinteraksi dengan surat
menyurat, berbelanja masih pergi ke pasar, bertransaksi yang dilakukan secara direct ataupun
bertatap muka, serta pembelajaran yang masih menggunakan ceramah sekarang ini telah
mengalami perubahan yang signifikan.Perubahan tersebut tidak bisa dihindari mengingat
sekarang ini eranya memang era keterbukaan, eranya di mana orang mampu mengakses segala
macam pengetahuan dan informasi.Kemudian saat ini juga era surat menyurat menggunakan
kertas sudah jarang ditemukan karena orang cenderung lebih nyaman dan senang dengan
menggunakan surat elektronik, messenger, whatsapp dan berbagai alat komunikasi lainnya yang
mempermudah akses memperoleh informasi.
Dalam konteks ini Pancasila tidaklah kaku dan kolot dalam menghadapi tantangan dan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang begitu pesat, justru Pancasila kebebasan
dan ruang kepada seluruh warga Negara sekaligus memberikan rambu-rambu ataupun pedoman
bagi warga negara dalam menyikapi adanya perubahan dan tantangan zaman tersebut.Pada saat
ini kemunculan era milenial telah menambah warna di kalangan anak muda. Anak muda yang
mengenal dunia media sosial, mengenal android dan mengenai istilah online dan lain sebagainya
menjadi tantangan buat Pancasila guna memberikan pencerahan dan penanaman nilai-nilai
supaya anak-anak muda Indonesia tidak hanyut dalam euphoria perkembangan zaman. Perlu
diketahui bahwa pancasila merupakan ideologi kebangsaan, sehingga memerlukan perawatan
secara holistic dan kerja bersama. Pada konteks ini generasi muda kebanggan bangsa Indonesia
ditunggu kiprahnya untuk terus menjaga Pancasila supaya tak lenyap di telan bumi dan terus
eksis di tengah perubahan zaman yang begitu cepat.
Memaknai setiap sila-sila yang terdapat di dalam Pancasila, adalah seperti menyelami
keragaman dan keunikan kehidupan di Indonesia, mengingat Pancasila merupakan hasil kajian
yang sangat mendalam yang betul-betul digali dari nilai-nilai khas Indonesia yang tidak hanya
sesuai dengan kondisi bangsa, tetapi juga mewakili semangat dan cita-cita kebangsaan. Pancasila
hadir memberi jawaban atas perdebatan dasar negara dan menjadi jalan tengah dari semua
tawaran ideologi yang muncul.Sebagai solusi dari perdebatan paham liberalis dan paham
sosialis, terbukti Pancasila sampai saat ini masih kokoh berdiri menyatukan ragam perbedaan.
Ditengah berbagai gelombang zaman, Pancasila terus menancapkan keunggulannya menjaga
NKRI dari berbagai macam perpecahan.Hal ini tentu bak angin segar bagi perkembangan
Indonesia kedepan, dimana bangsa ini bisa terus melaju berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lainnya.
Generasi muda Indonesia tidak mungkin menggantungkan harapan masa depan kepada
generasi tua, sebab usia mereka hampir menemukan batasnya. Generasi muda inilah yang
diharapkan menjadi jawaban dan mampu menghadirkan senyum cerah para pendiri
bangsa.Generasi muda memikul tanggungjawab kebangsaan untuk terus mengawal Pancasila dan
melanjutkan cita-cita perjuangan para the founding fathers kita yang mana perjuangannya tak
ternilai sekali karena telah mengerahkan seluruh yang ia miliki.
Sementara itu, di era milenia dimana teknologi digital dapat diakses oleh hampir semua
kalangan, informasi berkembang dengan pesat dan penyebarannya semakin cepat. Berdasarkan
penelitian bahwa mayoritas millennial mendapatkan berita bersumber dari media sosial seperti
facebook dan twitter. (dikutip dari How Millennials, 2015), dimana kredibilitas sumber berita
sangat sulit untuk diukur. Penelitian menunjukkan bahwa generasi millennial cenderung malas
untuk memvalidasi kebenaran berita yang mereka terima dan cenderung menerima informasi
hanya dari satu sumber, yaitu media sosia
Oleh karena itu, masyarakat generasi millennial itu bisa ditandaidengan meningkatnya
penggunaan alat komunikasi, media dan teknologi informasi yang digunakan. Misalnya:
internet,email, SMS, IM, MP3 Player, HP, Youtube, dan lain sebagainya. Tapscott (2008: 15)
menyatakan bahwa sebutan istilah untuk generasi baru millennial ini ada yang disebut sebagai
generasi Z.Beberapa karakteristik generasi Z ini, seperti: masyarakat menginginkan kebebasan di
dalam bertindak mulai dari memilih sampai dengan kebebasan untuk berekspresi, sangat senang
melakukan customization dan personalisasi.Masyarakat era generasi Z sangat mengandalkan
adanya kecepatan yang serba instan, sehingga real time adalah syarat utama untuk berkoneksi
dengan generasi Z ini.
Tak ayal dengan penetrasi media sosial yang sedemikian deras itu membuat nilai-nilai
Pancasila semakin tergerus di kalangan anak muda. Mereka begitu cepat dipengaruhi dengan
berbagai informasi yang tidak jelas sumber dan asal-usulnya. Informasi hoax pun merajalela
bahkan berpotensi untuk mengadu domba antara satu individu dengan individu yang lainnya.
Potensi itu makin nyata manakala isu rasial juga dihembuskan termasuk ideologi radikal yang
membuat seseorang menganut paham radikal di Indonesia. Belum lagi dampak negatif lainnya
seperti munculnya korban penipuan, kasus pemerkosaan akibat perkenalan di dunia maya,
sampai kasus perselingkuhan dari pasangan yang berawal dari perkenalan di dunia maya.
Anak muda merupakan generasi yang sangat mudah dipengaruhi oleh paham-paham
idelogi asing hingga mampu mengubah kebiasaan atau perilaku kehidupan sehari-hari. Istilah
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat tampaknya semakin nyata. Banyak dari
generasi sekarang merasa lebih dekat dengan seseorang di dunia maya yang sosoknya sangat
diragukan keberadaanya. Sementara keluarga yang berada di sekitarnya malah justru terasa jauh.
Sepinya ruang dialog keluarga dan tatap muka yang hangat tergantikan dengan keseruan ngobrol
dengan seseorang yang berada di dunia maya.
Belum lagi berkurangnya rasa cinta terhadap tanah air dan Pancasila, menguatnya gaya
hidup hedonisme, kesenjangan sosial yang makin lebar, serta sikap dan perilaku yang acuh
terhadap ideologi nasionalisme pancasila adalah bukti bahwa nilai-nilai luhur Pancasila sudah
makin tidak terdengar gaungnya di kalangan anak muda. Padahal Pancasila adalah tameng untuk
melawan setiap bentuk gerakan radikalisme yang ada di Indonesia.
Fenomena inilah yang membuat nilai-nilai Pancasila semakin jauh panggang dari api.
Akibatnya generasi milenial semakin jauh dari generasi yang beradab dan bermartabat. Saat ini
bila ditanya apakah hapal dengan kelima sila dalam Pancasila? Mungkin sebagian besar akan
menjawab tidak hapal. Padahal sebagai sebuah filosofi bangsa Indonesia dalam kehidupan
bernegara, Pancasila yang terdiri terdiri dari 5 sila yaitu sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa, sila 2
Kemanusian yang Adil dan Beradab, sila 3 Persatuan Indonesia, sila 4 Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Perwusyawartan Perwakilan, dan sila 5 Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila adalah dasar negara yang semestinya dijadikan dasar dan pandangan dari segala
aspek dalam kehidupan para generasi muda. Pancasila adalah dasar, pandangan, pedoman yang
harus dijadikan dasar dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Pancasila telah menjadi
ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai cita-cita yang ingin dicapai Bangsa Indonesia.
Namun, dalam realita masyarakat khususnya anak muda sebagai subjek yang dibahas, belum
mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam kehidupannya. Padahal anak muda
adalah aset penerus bangsa.
Kebanyakan dari mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, melakukan hal -- hal yang
mereka sukai tanpa berlandaskan Pancasila. Generasi muda merupakan sekelompok orang yang
mempunyai semangat dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Dalam tahap pencarian jati diri
inilah terkadang anak muda masih mengalami kendala. Apalagi di jaman serba bebas seperti
sekarang ini pergaulanlah yang membentuk karakter dan jati diri seorang anak muda. Banyaknya
penyimpangan menunjukkan buruknya moral generasi muda dan lunturnya nilai -- nilai
Pancasila dalam diri generasi muda Indonesia.
Munculnya sikap individualistis, konsumerisme, dan lunturnya budaya lokal yang
seharusnya dilestarikan kian menjadikan ancaman bagi implementasi nilai-nilai Pancasila di
Indonesia. Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-
nilai asing yang negatif semakin besar. Apabila proses ini terus berlanjut, akan berakibat lebih
serius ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya.
Tentunya kondisi ini sangat mengkhwatirkan bila sebagai anak bangsa kita tidak turun bersama-
sama untuk menggaungkan lagi nilai-nilai Pancasila di bumi Indonesia
Mengembangkan Nilai-Nilai Pancasila Di Era Milenial .Lapisan generasi milenial perlu
disentuh dengan penguatan ideologi, melalui media baru. Maka dari itu nilai-nilai Pancasila
sangat diperlukan dalam rangka mengatasi berbagai persoalan terkait hadirnya era milenial.
Tentunya pendekatan dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial berbeda
dengan generasi sebelumnya.
Generasi milenial dijangkau dengan program-program yang inovatif, program yang
sesuai dengan kelompok kalangan milenial. Pendekatan yang digunakan seperti pendekatan
visual, pendekatan audiovisual dan komunikasi interaktif-kreatif, sehingga nilai-nilai Pancasila
dianggap sesuatu yang segar dan kontekstual atau kekinian.Nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila merupakan nilai yang terdiri atas nilai, nilai religiusitas, toleransi terhadap sesama,
nilai kerja sama, nilai gotong royong, nilai kekompakan sehingga Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa mesti dijadikan pedoman dalam bersikap, walaupun zaman yang dihadapi adalah
zaman millennial.Dalam menghadapi era millennial diperlukan adanya hubungan yang serasi
antar seluruh komponen masyarakat untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Di era Milennial Pancasila menjadi tameng dalam rangka menangkis paham-paham radikalisme,
paham yang membuat generasi masa kini lupa akan tanggung jawabnya, membuat generasi tidak
memiliki semangat dalam meraih masa depan yang cerah.
Guru merupakan figur sentral dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah,
merupakan profesi yang menghasilkan generasi penerus yang berkualitas, karena dari gurulah
seorang individu mampu tumbuh dan berkembang baik intelektualnya maupun moralitasnya.
Mengembangkan Nilai-nilai Pancasila di era milennial memerlukan cara yang jitu.
Mengingat sudah banyak beberapa anak muda yang terpapar berbagai macam ideologi liberal,
sosialis dan bahkan radikal yang hal tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.Pengembangan nilai-nilai Pancasila di kalangan peserta didik tentunya berbeda dengan
melakukannya untuk kalangan mahasiswa atau tingkat lanjut yang lebih di atas, mengingat pada
era milennial saat ini peserta didik benar-benar cepat dalam menyerap informasi yang diperoleh
dari media sosial tanpa melakukan filterisasi (penyaringan)
pembinaan di lingkungan sekolah, peserta didik yang ke depannya akan menjadi
pemimpin bangsa akan mampu memperoleh pengalaman yang orisinil dan maka dari itu
profesionalisme guru sangat penting sekali karena jika tidak sama saja dengan menjerumuskan
kader-kader masa depan bangsa kearah yang tidak baik.
Upaya meningkatkan semangat kebangsaan di era disrupsi yaitu adanya kegiatan yang
dilakukan Di Sekolah antara lain: Melaksanakan Upacara Bendera Setiap Hari Senin.Kegiatan
ini bertujuan memupuk jiwa nasionalisme di kalangan peserta didik. Pelaksanaan Upacara
Bendera dilakukan dengan melibatkan pengurus OSIS dan Kelas yang mendapatkan jadwal
sebagai petugas upacara.Di dalam upacara tersebut, peserta didik diberikan pemahaman bahwa
upacara bendera tersebut bukanlah rutinitas setiap hari Senin, melainkan sebagai wahana untuk
memberikan kesadaran kepada peserta didik supaya mengamalkan nilai-nilai patriotisme ataupun
nilai-nilai kejuangan. .
Beberapa upaya untuk mengingatkan lagi nilai-nilai Pancasila di kalangan generassi
milenial sebetulnya sudah pernah dilakukan. Seperti misalnya menggelar pekan Pancasila untuk
memperingati kelahiran pancasila di tanggal 1 Juni . Penanaman nilai-nilai Pancasila di era
milenial merupakan sebuah keharusan dan kewajiban bagi pemangku kepentingan dalam hal ini
guru yang merupakan salah satu garda terdepan guna menyiapkan generasi kebanggaan bangsa
yang tangguh, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter Pancasila dan tidak
melupakan nilai-nilai budaya Indonesia yang adiluhung.

Anda mungkin juga menyukai