ِالصالَة
َّ ُْهَا فَافْ َزعُْا إِ ََل
ُ فَِإ َذا َرََيْتُ ُم
”Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan,
bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047)
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat.
Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu
3
terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya
adalah:
ِالصالَة
َّ ُْهَا فَافْ َزعُْا إِ ََل
ُ فَِإذَا َرََيْتُ ُم
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah
menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047). Dalam hadits ini tidak dibatasi
waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat,
maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.
Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu
sebagai berikut:
اَل
َ ْما هلل تَ َع ِ َُصلِِي سنَّةَ اخلس
ِ ِ ْ َْف رْك َعت
ً م ُأم/
َ ْي إ َم ًام َ ُُ ُ َ
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena
Allah SWT.”
Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut:
1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah
atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang).
4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-
Baqarah.
5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca
Surat Ali Imran atau selama surat itu.
6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-
Baqarah.
7. Itidal. Baca doa i’tidal.
8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan
rakaat kedua.
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang
sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada
diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada diri
kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
13. Salam.
14. Imam atau orang yang diberi wewnang menyampaikan dua khutbah shalat
gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada
Allah, tobat, sedekah, memerdedakan budak (pembelaan terhadap
kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.
4
bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali
selesai membaca Surat Al-Fatihah? Boleh saja. Ini lebih ringkas seperti
keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi
dalam I’anatut Thalibin berikut ini.
. ولْ اقتصر على سْر قصار فال أبس،ولْ اقتصر على الفاحتة يف كل قيام َجزَه
ومقصْد التطْيل دوام الصالة إَل االجنالء
Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah
saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan
surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan
mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana
hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad
Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H,
juz I, halaman 303).
Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat dua rakaat
gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap
berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. Demikian tata
cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. Wallahu a’lam. (
Sumber :
https://www.nu.or.id/post/read/85621/tata-cara-shalat-gerhana-bulan )
https://muslim.or.id/515-seputar-gerhana-matahari.html