Anda di halaman 1dari 5

1

SEPUTAR SHALAT GERHANA ( Hukum &Tata Cara ) 


H. Ujang Jaenal Mutakin, S.Ag.,MM*

A. Landasan Shalat Gerhana


1. Qur’an Surat Al-Fushshilat : 37

‫س َوال لِْل َق َم ِر‬


ِ ‫َّم‬ ِ
ْ ‫س َوالْ َق َمُر ال تَ ْس ُج ُدوا للش‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ ‫و‬َ ‫ار‬
ُ ‫َّه‬
َ ‫الن‬
‫و‬ َ ‫ل‬
ُ ‫ي‬
َّْ‫آَيتِِه الل‬
َ ‫ن‬
ْ
ِ‫و‬
‫م‬ َ
‫اس ُج ُدوا ََِّلِلِ الَّ ِذي َخلَ َق ُه َّن إِ ْن ُكْن تُ ْم إِ ََّيهُ تَ ْعبُ ُدو َن‬
ْ ‫َو‬
Artinya : Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,
matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula)
kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu
hanya kepada-Nya saja menyembah.

2. Hadit Rasulullah SAW

1) ( HR. Bukhari No. 1044 )

، ‫ََ د َوالَ ِِلَيَاتِ ِه‬ ِ ِِ ِ


َ َ ‫ الَ يَْن َخس َفان ل َم ْْت‬، ‫اَلِل‬
َِّ ‫ت‬ِ ‫ان ِمن آَي‬ ِ
َ ْ َ‫س َوالْ َق َمَر آيَت‬ ْ ‫إ َّن الش‬
َ ‫َّم‬
ِ
ِ َّ ‫ك فَ ْادعُْا‬ ِ
َ َ‫صلُّْا َوت‬
‫ص َّدقُْا‬ َ ‫ َو‬، ‫اَلِلَ َوَك ِّبُوا‬ َ ‫فَِإ َذا َرََيْتُ ْم َذل‬
Artinya : ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian
seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka
berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan
bersedekahlah.” (HR. Bukhari)

2) (HR. Bukhari no. 1047)

ِ‫الصالَة‬
َّ ‫ُْهَا فَافْ َزعُْا إِ ََل‬
ُ ‫فَِإ َذا َرََيْتُ ُم‬
”Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan,
bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047)

 Materi Pengajian/Bimbingan Penyuluhan ini pernah di sampaikan di MT Masjid Agung


Nurul Ikhlas Cilegon, MT Al-Iman BBS III, MT Baiturrohman BBS III, MT Al-Hikmah Cigading,
MT Baitul Muhlisin Cigading, MT Al-Mubarok Komplek Sinyar Cilegon, MT Abtadiul
Mubtadi’in Jombang Cilegon, MT Al-Inaroh Jombang Cilegon, MT Athohirin Cilegon
* Penyuluh Agama Madya Kota Cilegon
2

B. Hukum Shalat Gerhana

Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum shalat gerhana matahari


adalah sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat ditekankan). Namun, menurut
Imam Abu Hanifah, shalat gerhana dihukumi wajib. Imam Malik sendiri
menyamakan shalat gerhana dengan shalat Jum’at. Kalau kita timbang-
timbang, ternyata para ulama yang menilai wajib memiliki dalil yang kuat.
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana
mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah:
kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih,
hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah
yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shodiq Khoon, dan Syaikh Al
Albani rahimahumullah.
Para Ulama Berbeda Pendapat Mengenai Hukum Shalat Gerhana Bulan,
Pendapat pertama menyatakan bahwa hukum shalat gerhana bulan adalah
sunnah mu’akkad sebagaimana shalat gerhana matahari (ini bagi yang
menganggap shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad, pen) dan
dilakukan secara berjama’ah. Inilah pendapat yang dipilih oleh Asy Syafi’i,
Ahmad, Daud, dan Ibnu Hazm. Pendapat ini juga dipilih oleh ’Atho’, Al
Hasan, An Nakho’i dan Ishaq, bahkan pendapat ini diriwayatkan pula dari
Ibnu ’Abbas. Pendapat kedua yang menyatakan bahwa hukum shalat gerhana
bulan adalah sunnah seperti shalat sunnah biasa yaitu dilakukan tanpa ada
tambahan ruku’ (lihat penjelasan mengeanai tata cara shalat gerhana
selanjutnya, pen). Menurut pendapat ini, shalat gerhana bulan tidak perlu
dilakukan secara berjama’ah. Inilah pendapat Abu Hanifah dan Malik.

C. Waktu Shalat Gerhana

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul


sampai gerhana tersebut hilang. Dari Al Mughiroh bin Syu’bah,
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ِ ِِ ِ َِّ ‫ت‬ ِ ‫ان ِمن آَي‬ ِ ِ


َ‫ََد َوال‬
َ َ ‫ الَ يَْن َكس َفان ل َم ْْت‬، ‫اَلِل‬ َ ْ َ‫س َوالْ َق َمَر آيَت‬ َ ‫َّم‬ْ ‫إ َّن الش‬
‫صلُّْا ََ ََّّت يَْن َجلِ َى‬
َ ‫اَلِلَ َو‬ ُ ‫ فَِإذَا َرََيْتُ ُم‬، ‫ِِلَيَاتِِه‬
َّ ‫ُْهَا فَ ْادعُْا‬
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan
Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya
seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu
shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari no. 1060
dan Muslim no. 904)

Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat.
Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu
3

terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya
adalah:

ِ‫الصالَة‬
َّ ‫ُْهَا فَافْ َزعُْا إِ ََل‬
ُ ‫فَِإذَا َرََيْتُ ُم‬
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah
menunaikan shalat.” (HR. Bukhari no. 1047). Dalam hadits ini tidak dibatasi
waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat,
maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.

D. Tata Cara Shalat Gerhana Bulan

Sebelum shalat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu
sebagai berikut:
‫اَل‬
َ ‫ْما هلل تَ َع‬ ِ ‫َُصلِِي سنَّةَ اخلس‬
ِ ِ ْ َ‫ْف رْك َعت‬
ً ‫م ُأم‬/
َ ‫ْي إ َم ًام‬ َ ُُ ُ َ
Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Saya shalat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena
Allah SWT.”
Adapun secara teknis, shalat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut:
1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.
3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah
atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang).
4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-
Baqarah.
5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca
Surat Ali Imran atau selama surat itu.
6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-
Baqarah.
7. Itidal. Baca doa i’tidal.
8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan
rakaat kedua.
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang
sama dengan rakaat pertama. Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada
diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada diri
kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
13. Salam.
14. Imam atau orang yang diberi wewnang menyampaikan dua khutbah shalat
gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada
Allah, tobat, sedekah, memerdedakan budak (pembelaan terhadap
kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.
4

Ilustrasi Tata Cara Shalat Gerhana

CATATAN : Apakah boleh dibuat dalam versi ringkas? Dalam artian


seseorang membaca Surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua
rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan? Atau
5

bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali
selesai membaca Surat Al-Fatihah? Boleh saja. Ini lebih ringkas seperti
keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi
dalam I’anatut Thalibin berikut ini.
.‫ ولْ اقتصر على سْر قصار فال أبس‬،‫ولْ اقتصر على الفاحتة يف كل قيام َجزَه‬
‫ومقصْد التطْيل دوام الصالة إَل االجنالء‬
Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah
saja, maka itu sudah memadai. Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan
surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah. Tujuan
mencari bacaan panjang adalah mempertahankan shalat dalam kondisi gerhana
hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad
Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H,
juz I, halaman 303).
Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan shalat dua rakaat
gerhana tetap berlaku. Sedangkan dua khutbah shalat gerhana bulan boleh tetap
berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai. Demikian tata
cara shalat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. Wallahu a’lam. (

Sumber :
https://www.nu.or.id/post/read/85621/tata-cara-shalat-gerhana-bulan )
https://muslim.or.id/515-seputar-gerhana-matahari.html

Anda mungkin juga menyukai