Shalat diwajibkan pada malam isra’ mi’raj sekitar tiga tahun sebelum nabi
SAW berhijrah, shalat memiliki beberapa keistimewaan yang besar di bandingkan
amalan-amlan wajib yang lain, diantaranya sebagai berikut:
فَاذ ُك ُروا اهَّلل َ ِقيَا ًم ا َوقُعُودًا َوعَىَل ٰ ُجنُو ِبمُك ْ ۚ فَ َذا ْاطمَ ْأنَنمُت ْ فََأ ِقميُوا
ْ الص اَل َة
َّ ُ فَ َذا قَ َض ْيمُت
ِإ ِإ
]٤:١٠٣[ الصاَل َة اَك ن َْت عَىَل الْ ُمْؤ ِم ِن َني ِك َتااًب َّم ْوقُواًت ن
َّ َّ ۚ َ
ة اَل الص
َّ
ِإ
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman. (QS.AN-NISA’(4):103)
Dalam surah yang lain Allah SWT berfirman:
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan
bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di
siang hari, supaya kamu merasa senang, (QS.Thaha(20):130)
2. Shalat dan zakat
Selain mengerjakan shalat sebagai penggugur kewajiban yang bersifat
vertical, seorang muslim juga diwajibkan mengerjakan ibadah yangjuga
berdifat horizontal(kemanusiaan) yakni zakat,Allah SWT berfirman:
ۗ ِ الصاَل َة َوآتُوا َّالزاَك َة ۚ َو َما تُ َق ِّد ُموا َأِلن ُف ِسمُك ِّم ْن َخرْي ٍ جَت ِدُ و ُه ِعندَ اهَّللَّ َوَأ ِقميُوا
]٢:١١٠[ ٌون ب َ ِصري َ َُّن اهَّلل َ ِب َما تَ ْع َمل
ِإ
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-
Baqarah(2):110)
]٢:٤٥[ الصاَل ِة ۚ َو هَّن َا لَ َكب َِري ٌة اَّل عَىَل الْخ َِاش ِع َني
َّ َوا ْس َت ِعي ُنوا اِب َّلصرْب ِ َو
ِإ ِإ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(QS.Al-Baqarah:45)
6. Sahalat dan penyembalihan hewan
Shalat merupakan bukti syukurnya seorang manusia atas pemberihan dari
Raabnya baik itu berupa nikmat maupun cobaan. Rasa syukur ini tidak
hanya cukup utuk dengan shalat, tetapi harus juga dibuktikan dengan
adanya penyembelihan hewan kurban untuk dimakan sendiri dan untuk
diberikan kepada orang lain Allah SWT berfirman:
َّ َوَأ ْو َح ْينَا ىَل ٰ ُموىَس ٰ َوَأ ِخي ِه َأن تَ َب َّوآ ِل َق ْومِمُك َا ِب ِمرْص َ بُ ُيواًت َو ْاج َعلُوا ب ُ ُيوتَمُك ْ ِق ْبةَل ً َوَأ ِقميُوا
ۗ الصاَل َة
ِإ
]١٠:٨٧[ َوبَرِّش ِ الْ ُمْؤ ِم ِن َني
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua
beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan
jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu
sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman".(QS.Yunus:87)
11. Shalat dan keringanan pelaksanaannya
Shalat dilarang untuk meninggalkannya dengan alasasan apapun . jika
sakit,berpergaian jauh atau keadaan sulit lainnya, ada keeringan dalam
hal pelaksanaan nya, Allah SWT berfirman:
َ فَ ْن ِخ ْفمُت ْ فَ ِر َجااًل َأ ْو ُر ْك َبااًن ۖ فَ َذا َأ ِمنمُت ْ فَ ْاذ ُك ُروا اهَّلل َ اَمَك عَل َّ َممُك َّما لَ ْم تَ ُكون ُوا تَ ْعلَ ُم
]٢:٢٣٩[ ون
ِإ ِإ
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah
(shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.(QS.Al-Baqarah:239)
َ ُ َوَأ َّما اذَّل ِ َين ابْ َيضَّ ْت ُو ُجو ُهه ُْم فَ ِفي َرمْح َ ِة اهَّلل ِ مُه ْ ِفهيَا َخادِل
]٣:١٠٧[ ون
Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam
rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.(QS, Ali Imran:107)
َّ َوَأ ِقميُوا
َ ُ الصاَل َة َوآتُوا َّالزاَك َة َوَأ ِطي ُعوا َّالر ُسو َل لَ َعلَّمُك ْ تُ ْرمَح
]٢٤:٥٦[ ون
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul,
supaya kamu diberi rahmat.(QS.An-Nur:56)
ات ۚ َذٰكِل َ ِذ ْك َر ٰى ِ َالصاَل َة َط َريَف ِ الهَّن َ ِار َو ُزل َ ًفا ِّم َن الل َّ ْي ِل ۚ َّن الْ َح َسن
َّ َ ات يُ ْذ ِهنْب
ِ السيَِّئ َّ َوَأ ِق ِم
ِإ
]١١:١١٤[ ِل َّذلا ِك ِر َين
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.(QS.Hud:114)
PERINTAH SHALAT DIDALAM HADIS
Perintah shalat yang tercantum dalam hadis lebih banyak dari pada
Didalam alqur’an. Teknis pelaksanaan shalat yang belum dijelaskan dalam
alqur’an Diuraikan di dalam hadis.peringatan keras bagi mukmin yang
meninggalkan shalat juga lebih jelas dan detail pembahasannnya di dalam hadis.
Shalat meerupakan perbuatan manusiayang pertama kali akan dihisab oleh Allah
SWT,Rasulullah SAW bersabda:
Abu Thaha lebih lanjut mengatakan, setiap muslim wajib hukumnya untuk berusaha
untuk meyempurnakan shalatnya. Tidak boleh baginya memiliki pikiran dari pada
shalat tidak serius lebih baik tidak shalat.orang yang shalat tidak khusyu’ itu lebih
baik daripada orang yang berani meninggalkan shalat, dengan demikian bukan
berarti dengan alasan ini kita bisa bermain –main dalan hal shalat,jika kita
menginginkan manfaat shalat datang pada kita maka syaratnya adalah khusyu’
dan ikhlas karena Allah SWT semata.
Al- baghhawi berkata, Anas ra. Menceritakan pemuda anshor(penduduk aslih makkah) yng
melaksanakan shalat lima waktu bersma Rasulullah SAW. Namun dalam kesehariannya
ia masih saja mengerjakan dosa, kemudian Anas pun menceritakan hal itu kepad
Rasulullah, kemudian beliau menjawab.” Sesunguhnya shalatnya da suatu hari nanti,
akan dapat mencegahnya dari dosa tersebut”. Tidaklama setelah itu, kemudian orang
itu bertaubat dan banyak mengerjakan kebaikan- kebaikan.
Dengan demikian secara ideal, shalat bisa menghalangi pelakunya dari perbuatan dosa,
sebagaimana firman Allah SWT :
الصاَل َة تَهْن َ ٰى َع ِن الْ َف ْحشَ ا ِء َوالْ ُمن َك ِر ۗ َوذَل ِ ْك ُر َّ ات ُْل َما ُأويِح َ لَ ْي َك ِم َن ْال ِكتَ ِاب َوَأ ِق ِم
َّ الصاَل َة ۖ َّن
ِإ ِإ
]٢٩:٤٥[ ون َ َُعن َص
ْ ت امَ ُ ْ َ ُ اهَّلل ِ َأ ْكرَب ُ ۗ َواهَّلل
مَل عي
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-
Ankabut(29):45)
hukum khusyu’
kewajiban shalat sudah jelas dengan adanya perintah dari alqur’an dan hadis. Lalu,
apakah mengerjaan shalat dengan kkhusyu’ merupakan sebuah keawjjiban juga?
Menurut Abu Thaha Mumammad Yunus bin Abdussatarmewajibkan khusyu’ dengan
lima alasan sebagai berikut:
1. Tujuan utama shalat adalh mengingat Allah . jika tidak, berarti menymang dari tujuan
utamanya. Sebagaimana Allah SWt berfirman:
2. Kita diharamkan untuk lupa kepada Allah. terlebih ketika seorang hamab sedang
melaksanakan shalat. Allah berfirman:
3. Shalat dengan keadaan mabuk diharamkan.orang-orang yang tidak khusyu’ berarti ia
sedang mabuk dengan urusan duniawi. Allah SWT berfirman:
4. Ruku’ dan sujud adalah merupakan sebuah kehormatan. Ia menghormati Allah
dibenarkan dalam keadaan lalai, maka boleh juga menghormat berhala dalam keadaan
lalai.
5. Orang kafir saja menunduk( khusyu’) kepada Allah sekaipun ia sudah
mendekati ajal, maka tentu tidak dibenarkan jika ada muslim yang tidak
khusyu’.Allah berfirman:
Dengan demikian setiap muslim harus menundukkkan hati di dunia agar
tidak menunduk malu dihadapan Allah SWT kelak.
“ betapa banyak orang yang melaksanakan shalat,(namun) hasilnya adalah lelah dan
kesal”
Maka dari itu dengan demikian adalah termasuk cara- cara agar shalat kita sempurna:
Yakni memiliki waktu yang telah ditentukan batasannya. Dimana jibril datang
serta memberitahukan kepada Rasulullah SAW, mengenai waktu- waktu shalat.jibril
berkata kepada beliau” berdirilah dan shalatlah” kemudian beliau menunaikan shalat
dhuhur saat matahari tergelincir. Jibril datang kembali kepada beliau untuk
memberitahukan shalat ashar, seraya berkata,” bedirilah dan shalatlah” . kemudian
beliau menunikan shalat ashar pada saat panjang bayangan sesuatu benda setara
dengan panjang aslinya. Jibril datang kembali kepad beliau untuk memberitahukan
shalat maghrib,seraya berkata,” berdirilah dan shalatlah.”kemudian beliau menunaikan
shalat maghrib setelah matahari terbenam.jibril datang kembali kepada beliau untuk
memberitahu shalat isya’, seraya berkata, “beririlah dan shalatlah.” Kemudian beliau
menunaikan shalat isya’ ketika sinar merah matahari ( setelah terbenam )hilang. Jibril
pun datang kembali kepada beliau untuk memberitahukan shalat shubuh ketiaa fajar
shidiq menyingsing, kemudian beliaupun menunaikan shalat shubuh.
ُور َو قُت َْي ب َُة ْب نُ َس ِع ٍيد َو َأ بُو اَك ِم ٍل الْ َج ْح َد ِر ُّي َو الل َّْف ظ
ٍ ح ََّد ثَنَا سَ ِع ي ُد ْب نُ مَنْ ُص
ِل َس ِع ٍيد قَالُوا ح ََّد ثَنَا َأ بُو عَوَ ا َنَة ع َْن مِس َ ِاك ْب ِن حَ ْر ٍب ع َْن م ُْص ع َِب ْب ِن َس ْع ٍد
َقَال َأ اَل
َ عَام ٍر ي َعُود ُُه َو هُ َو م َِر ٌيض ف ِ َال دَخ ََل ع َْب ُد اهَّلل ِ ْب نُ مُع َ َر عَىَل ا ْب ِن َ ق
ول اهَّلل ِ َص ىَّل اهَّلل ُ عَل َْي ِه
َ قَال يِّن مَس ِ ْع ُت رَ ُس َ تَدْ عُو اهَّلل َ يِل اَي ا ْب َن مُع َ َر
ِإ
هُور َو اَل َص َد ق ٌَة ِم ْن غُلُولٍ وَ ك ُْن َت عَىَلٍ ُبَل َص اَل ٌة بِغَ رْي ِ ط ُ َو سَ مَّل َ ي َقُو ُل اَل ت ُْق
َّ َد ثَنَا ُم حَمَّ ُد ْب نُ الْ مُثَىَّن َو ا ْب نُ ب ََّش ٍار قَااَل ح
ٍ َد ثَنَا ُم حَمَّ ُد ْب نُ َج ْع
فَر َّ الْ بَرْص َ ِة ح
ح ََّد ثَنَا شُ ْع ب َُة ح و ح ََّد ثَنَا َأ بُو ب َْك ِر ْب نُ َأ يِب شَ يْب ََة ح ََّد ثَنَا ُح َس نْي ُ ْب نُ عَيِل ٍ ّ ع َْن
يل لُك ُّ ه ُْم ع َْن مِس َ ِاك ْب ِن َح ْر ٍب هِب َ َذ اَ َال َأ بُو ب َْك ٍر َو َو ِك ٌيع ع َْن رْس َ اِئ َ َز اِئ َد ةَ ح ق
ِإ
)٣٢٩ : ا ْس ن َِاد ع َْن النَّيِب ِ ّ َص ىَّل اهَّلل ُ عَل َْي ِه َو سَ َ بِم ثْ (حصيح مسمل
ِ هِل ِ مَّل
ِإْل
Telah menceritakan kepada kami [Sa'id bin Manshur] dan [Qutaibah bin Sa'id]
serta [Abu kamil al-Jahdari] sedang lafazh milik Said, mereka berkata, telah
menceritakan kepada kami [Abu 'Awanah] dari [Simak bin Harb] dari [Mush'ab
bin Sa'd] dia berkata, " [Abdullah bin Umar] menemui Ibnu Amir untuk
menjenguknya yang saat itu sedang sakit. Ibnu Amir lalu berkata, 'Tidakkah
engkau mendoakanku wahai Ibnu Umar'. Ibnu Umar menjawab, 'Sesungguhnya
aku mendengar Rasulullah shallAllahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak
diterima shalat tanpa bersuci, dan ti dak diterima sedekah dari pengkhiatan
(harta ghanimah) ', dan kamu keti ka itu berada di Bashrah." Telah
menceritakan kepada kami [Muhammad bin al-Mutsanna] dan [Ibnu Basysyar]
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja'far]
telah menceritakan kepada kami [Syu'bah]. (dalam riwayat lain disebutkan)
Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah
menceritakan kepada kami [Husain bin Ali] dari [Zaidah]. (dalam riwayat lain
disebutkan) [Abu Bakar] dan [Waki'] berkata dari [Israil], semuanya dari
[Simak bin Harb] dengan isnad ini dari Nabi shallAllahu 'alaihi wasallam
dengan hadits yang semisalnya." (Shahih Muslim : 329)
2. Menutup aurat
Berdsarkan firman Allah SWT, di dalam surah al- a’rof yat 31:
خُذو ۟ا ِزينَتَمُك ْ ِعن دَ لُك ِ ّ َم ْس جِ ٍد َولُك ُو ۟ا َوٱرْش َ بُو ۟ا َواَل تُرْس ِ فُ ٓو ۟ا ۚ نَّهُۥ اَل حُي ِ ُّب
ُ يٰبَىِن ٓ ٰأ َد َم
ِإ
ٱلْ ُمرْس ِ ِف َني
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di seti ap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah ti dak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Jadi, shalat yang dilakukan dengan keadaan aurat yang terbuka dihukumi tidak
sah, karena pakaian yang di maksud di dalam pakaian tersebut adalah pakaian yang
menutupi aurat.
Adapun batasan aurat bagi laki-laki(dalam shalat) adalah bagian di antara pusar dan
diantara lututnya,dan adapun batasan aurat wanita(dalam shalat) adalah sealin dari
muka dan kedua telapaktangannya, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
ََّاد ع َْن قَتَادَة ٌ حَد ثَنَا مَحَّ ٍحَد ثَنَا َح جَّاجُ ْب نُ ِم هْن َال َّ حَد ثَنَا ُم حَمَّ ُد ْب نُ الْ مُثَىَّن
َّ
ع َْن ُم حَم َِّد ْب ِن ِس ِريي َن ع َْن َص ِف ي ََّة بِن ْ ِت الْ ح َِار ِث ع َْن عَاِئ شَ َة ع َْن النَّيِب ِ ّ َص ىَّل
قَال َأ بُو َ َار ٍ بَل اهَّلل ُ َص اَل ةَ حَاِئ ٍض اَّل خِب ِ م ُ قَال اَل ي َْقَ اهَّلل ُ عَل َْي ِه َو َس مَّل َ َأ ن َُّه
ِإ
ْ
ِ ّ وبَة ع َْن قَتَادَةَ ع َْن ال ح ََس ِن ع َْن النَّيِب َ دَاوُ د رَ َو ُاه َس ِع ٌيد ي َْع يِن ْاب َن َأ يِب ع َُر
)٥٤٦ : َص ىَّل اهَّلل ُ عَل َْي ِه َو سَ مَّل َ (سنن أ يب داود
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al-Mutsanna] telah
menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Minhal] telah menceritakan kepada
kami [Hammad] dari [Qatadah] dari [Muhammad bin Sirin] dari [Shafi yyah
binti Al-Harits] dari [Aisyah] dari Nabi shallAllahu 'alaihi wasallam,
bahwasanya beliau bersabda: "Allah ti dak menerima shalat wanita yang sudah
haid (baligh), kecuali dengan memakai tutup kepala." Abu Dawud berkata;
Diriwayatkan oleh [Sa'id bin Abi 'Arubah] dari [Qatadah] dari [Al-Hasan] dari
Nabi shallAllahu 'alaihi wasallam. (Sunan Abu Daud : 546)
Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW, ketika ditanyai mengenai shalat wanita
yangmemakai gamis dan hijab tanpa disertai kain,seraya bersabda:
ح ََّد ثَنَا الْ ق َْع نَيِب ُّ ع َْن مَاكِل ٍ ع َْن ُم حَم َِّد ْب ِن زَ يْ ِد ْب ِن ق ُْن ف ٍُذ ع َْن ُأ ِّم ِه َأ هَّن َ ا سَ َأ ل َْت
ِ يَاب فَقَال َْت ت َُص يِّل يِف الْ ِخ
مَار ِ ّ مَر َأ ُة ِم ْن ِالثْ ُْأ مَّ َس لَم ََة مَاذَا ت َُص يِّل ِف ي ِه ال
)٥٤٤ : الس ابِغ ِ اذَّل ِ ي يُغ َِيّ ُب ظُ هُورَ قَ َد مَهْي َا (سنن أ يب داود َّ َِو ِّادل ْر ع
Telah menceritakan kepada kami [Al-Qa'nabi'] dari [Malik] dari [Muhammad
bin Zaid bin Qunfudz] dari [Ibunya] bahwasanya dia pernah bertanya kepada
[Ummu Salamah]; Pakaian apakah yang boleh digunakan wanita untuk shalat?
Dia menjawab; Wanita shalat dengan menggunakan jilbab yang panjang dan
gamis yang menutupi telapak kakinya. (Sunan Abu Daud : 544)
3. Menghadap kiblat
Dengan demikian, maka shalat yang dilakukan dengan menghadap kearah selain
kiblat dihukumi tidak sah, berdasarkan firman Allah SWT:
َك َش ْط َر ٱلْ َم ْس جِ ِد َ قَدْ نَ َر ٰى تَ َقل ُّ َب َوهْج ِ َك ىِف ٱ َّلس َمٓا ِء ۖ فَلَ ُن َو ِل ّ َينَّ َك ِق ْبةَل ً تَ ْرضَ هٰى َا ۚ فَ َو ِ ّل َوهْج
ٱ ٱ ٱ
َ لْ َح َرا ِم ۚ َو َح ْي ُث َما ُكنمُت ْ فَ َولُّو ۟ا ُوجُو َهمُك ْ َش ْط َر ُهۥ ۗ َو َّن ذَّل ِ َين ُأوتُو ۟ا ْل ِك ٰت َب ل َ َي ْعلَم
ُون َأن َّ ُه
ِإ ٱ ٱ
َ ُلْ َح ُّق ِمن َّرهِّب ِ ْم ۗ َو َما هّٰلل ُ ِب ٰغ ِف ٍل مَع َّا ي َ ْع َمل
ون
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali ti dak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Yakni menghadap kearah masjidil haram (ka’bah), kecuali bagi orang yang tidak dapat
menghadap ke arahnya dan bila ia tidak mengetahui dimana arah kiblat karena alasan ia
takut atau sakit dll,sehingga gugur darinya persyaratan tersebut karena
ketidakmampuannya. Sebagaimana seseorang yang sedang berpergian yang sedang
berada di atas punggung binatangnya( dalam kendaraanya), maka dibolehkan baginya
mengerjakan shalat baik menghadap kiblat atau mengahadap arah yang
lainnya,berdasarkan sabda Nabi SAW:
Karena shalat merupakan sebuah alat telekomikasi seorang hamba terhadap sang
penciptanya, maka mampukah jika kita berkomunikasi dengan baik dengan RABB kita
tanpa mengetahui arti dari apa yang telah kita ucapkan?. Bukankah salah satu factor
agar shalat kita khusyu’ ialah dengan mengerti apa yang kita ucapkan dan memahami
apa yang kita ucapkan?,memahami bacaan shalat akan mempengaruhi ke khusyu’ an
shalat sebagai mana untaian sya’ir yan di tunjukkan kepada seseorang yang tidak
mengerti bacaan shalat:
“ banyak orang yang shalat namun tiada baginya dari shalatnya kecuali hanya
melihat mi’rob, turun dan bangkit. Engkau melihat dia berada diatas tikar dalam
keadaan berdiri(shalat), namun hatinya tertuju pada perniagaanya di pasar.”
Dan Allah SWT, berfirman :
فَ َذا قَضَ ْيمُت ُ ٱ َّلصلَ ٰو َة فَٱ ْذ ُك ُرو ۟ا ٱهّٰلل َ ِق ٰي ًما َوقُ ُعودًا َوعَىَل ٰ ُجنُو ِبمُك ْ ۚ فَ َذا ٱ ْط َمْأنَنمُت ْ فََأ ِقميُو ۟ا ٱ َّلصلَ ٰو َة ۚ َّن
ِإ ِإ ِإ
ٱ َّلصلَ ٰو َة اَك ن َْت عَىَل ٱلْ ُمْؤ ِم ِن َني ِك ٰت ًبا َّم ْوقُواًت
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Dari ayat diatas menunjjukan larangan bagi kita untuk mengerjakan shalat dalam
keadaan mabuk.dikarenakan mabuk menjadikan seseorang menjadi tdak sadar akan
apa- apa yang telah ia ucapkan 1
Suatu ketika pada zaman nabi ada seorang sahabat yang mengerjakan shalat dalam
keadaan mengantuk dan ia melaksanakan shalat, lalu nabi SAW bersabda:
Hadis ini telah menunjukkan bahwa dilaranglah mengearjakan shalat jika dalam
keadaan mengantuk,karena sebab hilangnya kesadaran dari apa yang ia ucapkan dan
perbuat,disana dijelaskan kata:
ل ََع هَّل ُ ي َْس تَغ ِْف ُر فَي َُس ُّب ن َْف َس ُه
“mungkin ia bermaksud beristighfar padahal bisa jadi ia mencaci
dirinya”.
Jadij elaslah sudah diharuskannya shalat dengan mengetarui dan mengerti apa yang
ia baca disaat shalat.karena saalah satu kunci meraih ke khusyu;an dalamnya adalah
dengan mengerti apa yang ia baca.
ۗ الصاَل َة تَهْن َ ٰى َع ِن الْ َف ْحشَ ا ِء َوالْ ُمن َك ِر َّ اتْ ُل َما ُأويِح َ ل َ ْي َك ِم َن ا ْل ِكتَ ِاب َوَأ ِق ِم
َّ الصاَل َة ۖ َّن
ِإ َأ ِإ
]٢٩:٤٥[ ون َ َوذَل ِ ْك ُر اهَّلل ِ ْكرَب ُ ۗ َواهَّلل ُ ي َ ْع ُ َما ت َْصنَ ُع
مَل
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al Ankabut:45)
5. Penyebab terkabulnya do’a. dari shalat yang khusyu’ terpanjatkan doa’ yang
khusyu’ pula, semakin seseorang khusyu’, maka semakin bertambah yakin dan
optimis akan terkabulnya doa-doanya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
ۖ يب َدع َْو َة ادلَّ اعِ َذا َدعَ ِان ٌ قَ ِر
ُ يب ۖ ُأ ِج َو َذا َسَأكَل َ ِع َبا ِدي َعيِّن فَ يِّن
ِإ ِإ ِإ
]٢:١٨٦[ ون َ ُل َ َعلَّه ُْم يَ ْر ُشد فَلْيَ ْس َت ِجي ُبوا يِل َولْ ُيْؤ ِمنُوا يِب
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.(QS Al Baqoroh:186)
6. Menjadi salah satu factor bisa terhilangkannya kegelisahan, dan akan menjadi
sebuah kunci kebahagiaan. Shalat erupsksn dzikir tertinggi kepada Allah . dengan
dzikir, hati seseorang akan mendapatkan sebuah kedamaian dan ketentraman.
Dan dengan terjadinya shalat yang khusyu’ seseorang akan merasakan
kebahagiaan karena telah merasa semua maslah sudah di curhatkan kepada
Allah.pemilik jalan yang lurus. Sebagaimana firmannya:
ُ ُاذَّل ِ َين آ َمنُوا َوت َْط َمنِئ ُّ قُلُوهُب ُم ِب ِذ ْك ِر اهَّلل ِ ۗ َأاَل ِب ِذ ْك ِر اهَّلل ِ ت َْط َمنِئ ُّ الْ ُقل
]١٣:٢٨[ وب
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan )yaitu(
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.(QS. Ar ra’d:28)
7. Menjadi pelaku shalat yang lurus, akan selalu mengerjakan perkerjaannya denga
tenang dan professional, karena ia sudah terlatih untuk thuma’ninah( tanang
dan tidak terburu-buru) dalam sghalatnya. Ia juga akan selalu focus terhadap
pekerjaannya, karena ia selalu konsentrasi dalam pekerjaannya,memiliki
kreatifitas yang baik, pikirannya akan menjadi jernih dan jiwa pun akan menjadi
sehgar untuk melayani orang lain dengan hati yang baik, karena ia terdidik ikhlas
dalam mealsanakan shalat dan memiliki integritas moral yang tinggi.sebuah
perusahaan, pemerintahan, dan lain sebagainya akan menjadi sukses jika
mereka semua menjadi pelaku shalat yang khusyu’ sebagaimana firman Allah
SWT:
َّ َول َ ْو َأ َّن َأ ْه َل الْ ُق َر ٰى آ َمنُوا َوات َّ َق ْوا ل َ َفتَ ْحنَا عَلَهْي ِ م بَ َراَك ٍت ِّم َن
الس َما ِء َواَأْل ْر ِض
]٧:٩٦[ ون َ َولَٰ ِكن َك َّذبُوا فََأخ َْذاَن مُه ِب َما اَك ن ُوا يَ ْك ِس ُب
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.(QS. Al A’rof:97)
8. Menjadi penangkal datangya adzab dan bala’ Allah SWT, sebagaimana
firmannya:
ْ ل َ َقدْ اَك َن ِل َس َبٍإ يِف َم ْس َكهِن ِ ْم آي َ ٌة ۖ َجن َّ َت ِان َعن ي َ ِمنيٍ َومِش َ الٍ ۖ لُك ُوا ِمن ِّر ْز ِق َربِّمُك
] فََأع َْرضُ وا فََأ ْر َسلْنَا عَلَهْي ِ ْم َس ْي َل٣٤[ َو ْاش ُك ُروا هَل ُ ۚ بَدْل َ ٌة َط ِّي َب ٌة َو َر ٌّب غَ ُف ٌور
[ يلٍ الْ َع ِر ِم َوب َ َّدلْنَامُه جِب َنَّتَهْي ِ ْم َجن َّ َتنْي ِ َذ َوايَت ْ ُألُك ٍ مَخ ْ طٍ َوَأثْ ٍل َويَش ْ ٍء ِّمن ِسدْ ٍر قَ ِل
]٣٤:١٦
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (15) Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan
sedikit dari pohon Sidr.(QS. Saba’:15-16)
Bencana diatas diturunkan, sebab orang yang diberi nikmat dan kesempatan
oleh Allah tapi mereka tidak mensyukuri nikmat tesebut, dan bahkan lebih
murkanya lagi mereka melupakan Allah SWT. Shalat khusyu’ merupakan upaya
sungguh- sungguh mengingat kebesaran Allah SWT dan sebagai bukti syukur
atas nikmat- nikmatnya. Imam Hassan berkarta”setiap shalat yang tidak disertai
oleh hati yang tulus, akan mendatangkan ,usibah.” Kalid Abu Sya’di (2008) jiga
mengatakan, jika seseorang shalat tanpa melibatikan seluruh ketulusan,
hukuman Allah layak untuk ditimpahkan padanya, meski ia telah melakukan
shalat. Dan, bencana juga akan diberikan padanya sekalipun ia telah membaca
doa-doa.
Tingkatan khusyu
Khalid ibn Muhammad Al Rasyid (20002:40) membagi khusyu’ menjadi tiga
tingkatan, diantaranya sebagai berikut:
1. membaca Alqur’an dan doa dalam shalat dengan memahami maknanya. Iini
adalah tingkaaa khusyu’ yang sangat rendah.
2. membaca alquran dan doa dalam shala dengan memahami maknanya serta
jiwanya ikut hanyut karenanya, sehingga ia merasakan senang jika ia membaca
ayat yang berkenaan dengan indahnya syurga dan akan bersedih jika ia
membaca ayata yang berkenaan dengan neraka, dan akan merasa
raja’(berharap penuh) dan merasa khauf( takut) ketika ia membaca ayat
tentang rahmat dan doa untuk mengharapkan pengampunan dosa.ini adalah
tingkat menangah.
3. membaca alquran dan do’a dalam shalat dengan memahami maknanya, dan
jiwanya pun juga ikut hanyut karenanya, serta bisa menyaksikan hakikat makna
dengan mata hatinya. Ia selalu teringat akan dosa- dosanya dan sangat takut
kepada siksa Allah di neraka, seakan-akan disaksikannya secara langsung selama
shalatnya. Inilah tingkatan tertinggi dan nilai prestasi tertinggi dari ikhsan, yakni
menyembah Allah seakan-akan ia melihat AllahSWT.
Para ulama fikih menetapkan disebut sebagai shalat yang khusyu’ bila ia
merasakan ketenangan badan( tidak bergeraknya anggot badan atau tidak
bergeraknya selalin dari yang ditentukan), kehadiran hati,ketundukan jiwa, dan
kerendahan beserta kepatuhan kepada Allah SWT
Rasulullah SAW juga membuat tingakatan khusyu’ berdasarkan prosentase
pahala yang akan ia dapatkan, sebagaimana sabdanya:
Sekalipun ia memaksa agar khusyu’, maka perlu kita ketahui kembali bahwa
khusyu’ merupakan masalah hati, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui,
namun berdasarkan hadis diatas, ada empat tingkatan khusyu’:
1. Sangat khusyu’, yakni orang yang shalat yang di dalam shalatnya lebih banyak
mengingat Allah SWT.
2. Cukup khusyu’, yakkni orang yang shalat, tetapi ia hanya separuh mengingat
Allah SWT.
3. Kurang khusyu’, yakni orang yang shalat yang mengingat sepersepuluh yang ia
gunakn untuk mengingat Allah SWT.
4. Tidak khusyu’, adalah ia yang shalat dan tidak mengingat Allah SWT sama sekali,
dan shalat yang ia kerjakan secara lisan dan gerakan , dengan tanpa ia hadirkan
hatinya, na’udzubillah
Par shabat yang shalat bersama Rasulullullah SAW selalu terkesan dengan bacaan Nabi
SAW, yang memancarkan kekhusyu’an hati. Rasulullah SAW membaca dengan perlahan-
lahan, tidak terburu-buru dan jelas(tartil) Al Bara’ menceritakan.”
Shalat khusyu’ bisa mnyebabkan tubuh yang bergetar dan mata yang berlinang dengan
air mata karena takut kepada Allah SWT, sebagaimana firmannya:
َّ يث ِك َتااًب ُّمتَشَ اهِب ًا َّمثَايِن َ تَ ْقشَ ِع ُّر ِمنْ ُه ُجلُو ُد اذَّل ِ َين خَي ْ شَ ْو َن َرهَّب ُ ْم مُث
ِ اهَّلل ُ نَ َّز َل َأ ْح َس َن الْ َح ِد
تَ ِل ُني ُجلُو ُدمُه ْ َوقُلُوهُب ُ ْم ىَل ٰ ِذ ْك ِر اهَّلل ِ ۚ َذٰكِل َ هُدَ ى اهَّلل ِ هَي ْ ِدي ِب ِه َمن يَشَ ا ُء ۚ َو َمن يُضْ ِل ِل
ِإ
]٣٩:٢٣[ اهَّلل ُ فَ َما هَل ُ ِم ْن هَا ٍد
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu
ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut
kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
(QS. Az- Zumar:23)
Orang yang khusyu’ tidakakan merasakan sakit-sakit kecil dan kelelahan, sehingga ia bisa
sampai berlama- lamaan menajalankan shalat. Ia tidak menunjukan sifat kemalasan,
misalnya tidak berdiri dengan bersandar di dinding, ruku’ tanpa punggung yang lurus
dengan horizontal, sujud dengan bertumpu p[ada siku, menggaruk tubuh yang gatakl,
pandangan yang lurus kepada bagian sujud, dan lainsebagainya. Kemalasan dalam shalat
merupakan suatu ciri bahwa ia merupakan giolongan orang munafik, sebagaimana
firman Allah SWT: