Anda di halaman 1dari 44

LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI


NOMOR : 008/PER/DIR/ISBT/X/2016

TENTANG

REVISI KE-1 PEDOMAN PELAYANAN BEDAH


RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI

Disusun oleh :

dr. Yendi, Sp.An., MH.Kes., M.Kes


Ka. Unit Kamar Operasi

Disetujui oleh :

dr.Hj Rina Hudzaifah, M.Kes


Autorized Person

Ditetapkan oleh :

dr.Hj.Zulfa, MARS
Direktur

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 1


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga tersusunnya Buku Pedoman Pelayanan Bedah
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi ini dapat selesai disusun.

Buku Pedoman Pelayanan Bedah ini merupakan pedoman kerja bagi semua pihak yang
terkait dengan Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi dalam tata
cara pelaksanaan pelayanan di kamar operasi.

Dalam Pedoman Pelayanan Bedah ini diuraikan tentang latar belakang, ruang lingkup dan
tatalaksana pelayanan bedah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Bedah
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penyusun

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi v


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................... ii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI........................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ v
DAFTAR ISI........................................................................................................................ vi
BAB I DEFINISI DAN BATASAN OPERASIONAL................................................................... 1
A. Definisi............................................................................................................... 1
B. Batasan Operasional.......................................................................................... 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN......................................................................................... 4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..................................................................... 4
B. Distribusi Ketenagaan....................................................................................... 5
C. Pengaturan Dinas............................................................................................. 6
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................................... 7
A. Denah Ruangan................................................................................................ 7
B. Standar Fasilitas................................................................................................ 10
BAB IV KEMAMPUAN PELAYANAN.................................................................................... 16
A. Bedah................................................................................................................ 16
B. Jenis Pembedahan............................................................................................. 16
C. Sifat Operasi...................................................................................................... 17
BAB V KEBIJAKAN.............................................................................................................. 18
BAB VI TATALAKSANA....................................................................................................... 19
A. Persiapan Lingkungan Kamar Bedah................................................................. 19
B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Bedah............................................................. 20
C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Bedah............................................................ 21
D. Tatalaksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Hepatitis B/ C....... 22
E. Tatalaksana di Ruang Sadar Pulih..................................................................... 23
BAB VII LOGISTIK............................................................................................................... 24
A. Program Kebutuhan Logistik............................................................................. 25

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi vi


B. LOGISTIK FARMASI............................................................................................ 26
BAB VIII KESELAMATAN PASIEN........................................................................................ 30
BAB IX KESELAMATAN KERJA............................................................................................ 32
A. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan.............. 33
B. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan................................... 33
BAB X PENGENDALIAN MUTU........................................................................................... 34
A. Kejadian Kematian di Kamar Operasi................................................................ 34
B. Ketidaklengkapan Laporan Operasi.................................................................. 34
C. Ketidaklengkapan Laporan Anastesi................................................................. 35
D. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Rawat Inap................................................ 35
E. Insiden Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur, dan Pasien Operasi................. 36
F. Insiden Kesalahan Jenis Operasi....................................................................... 36
G. Insiden Kesalahan Posisi................................................................................... 37
H. Insiden Tertinggalnya Kain Kassa...................................................................... 37
I. Insiden Tertinggalnya Instrumen...................................................................... 38
BAB XI PENUTUP............................................................................................................... 39

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi vii


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
BUKITTINGGI
NOMOR: 008/PER/DIR/X/2016
TENTANG REVISI KE-1 PEDOMAN
PELAYANAN BEDAH DI RUMAH SAKIT
ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI

BAB I
DEFINISI DAN BATASAN OPERASIONAL

A. Definisi

Pembedahan/ operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara


infasive dengan melakukan pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan perbaikan
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.

Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembunyikan hanya dengan
obat-obatan sederhana (Potter, 2006).

Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan


prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut
pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery), atau pembedahan sehari ( one
day surgery).

Tindakan di dalam pelayanan bedah ini membutuhkan asesmen pasien yanglengkap


dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan, rehabilitasi,
akhirnya transfer maupun pemulangan (discharge).

Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai suatu rangkaian kegiatan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 1


(continuum) dari sedasi minimal sampai anestesi penuh. Karena respon pasien dapat
berada pada sepanjang kegiatan pelayanan, maka penggunaan anestesi dan sedasi
harus dikelola secara terintegrasi.

Unit Kamar Operasi adalah salah satu unit yang ada di Rumah Sakit Ibnu Sina
Bukittinggi yang keberadaannya dibawah Pelayanan Medis dan Bidang Penunjang
Medis. Sebagai salah satu unit yang memberikan pelayanan pembedahan,
selayaknya memiliki sebuah pedoman yang dapat memandu atau sebagai acuan
dalam seluruh kegiatan pelayanan yang semestinya dilakukan/ dijalankan di kamar
bedah yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya bahaya yang dihadapi tim bedah dan
pasien yang menjalanai operasi.

B. Batasan Operasional

Batasan operasional kamar operasi dilaksanakan mulai pasien sampai diruang


persiapan operasi dan diserahterimakan dengan petugas kamar operasi sampai
dengan pasien selesai dilakukan tindakan operasi di ruang pulih sadar/ recovery
room. Setelah itu pasien dipindahkan ke ruang rawat atau ke ICU, ataupun langsung
pulang untuk pasien one day care surgery (ODCS).

Jenis Pelayanan bedah


Sebagai unit yang melakukan pelayanan pembedahan, Unit Kamar Operasi
melaksanakan pelayanan pembedahan elektif (berencana), pelayanan pembedahan
emergency, dan pembedahan one day care surgery (ODCS).
1. Operasi gawat darurat/ Cyto (emergency)
Operasi gawat darurat/ Cyto adalah tindakan-tindakan pembedahan yang
membutuhkan penanganan cepat dan tidak boleh ditunda karena bisa
mengancam jiwa. Pendaftaran operasi gawat darurat dapat dilakukan setiap
saat, baik jam kerja atau di luar jam kerja.
2. Operasi berencana (elektif)
Operasi berencana (elektif) adalah layanan tindakan pembedahan yang
dijadwalkan ke Unit Kamar Operasi maksimal satu hari sebelum pembedahan.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 2


Pasien yang direncanakan untuk operasi di Unit kamar operasi harus sudah
dilengkapi dengan pemeriksaan yang diperlukan sesuai dengan standar yang
telah di tentukan.
3. Operasi one day care surgery (ODCS)
Layanan bedah sehari (ODCS) adalah layanan tindakan pembedahan di Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi yang dilaksanakan di Unit kamar operasi dimana
pasien datang dan pulang pada hari yang sama (tidak menginap). Penanggung
jawab kegiatan ODCS di Unit kamar Operasi adalah Kepala Unit Kamar Operasi
dan penanggung jawab pelaksana harian adalah Kepala Ruangan Kamar Operasi.
Kegiatan pelayanan operasi dilakukan oleh semua tenaga kamar operasi menurut
fungsinya sehari-hari.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 3


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kualifikasi tenaga di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi.

Operator bedah adalah dokter spesialis bedah dan spesialis lainnya.


Dokter spesialis bedah dan spesialis lainnya
a. Dokter spesialis bedah, yaitu dokter yang telah menyelesaikan program
pendidikan dokter spesialis dengan kompetensi melakukan tindakan bedah
(Bedah Orthopedi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik, Bedah Urologi, Bedah
Digestif, Bedah Onkologi, Kebidanan, THT, Mata, Bedah Mulut, Bedah Thorak
Kardiovaskuler).
b. Dokter spesialis anak, yaitu dokter yang telah menyelesaikan program
pendidikan dokter spesialis dengan kompetensi melakukan tindakan
pelayanan pada bayi baru lahir.
c. Dokter spesialis obstetri ginekologi atau spesialis kebidanan dan kandungan,
yaitu dokter spesialis yang menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dengan
kompetensi melakukan tindakan genekologi.
Dokter spesialis bedah dan spesialis lainnya lulus dari pusat pendidikan yang
diakui dan telah mendapatkan SIP/ STR (Surat Tanda Registrasi) dan SKK
(Surat Kewenangan Klinis) dari Komite Medik. Dokter bedah bertanggung
jawab atas pemberian pelayanan pembedahan.

2. Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi

a. Perawat instalasi kamar operasi memiliki: sertifikat Penanggulangan


Penderita Gawat Darurat (PPGD), Basic Cardiac Life Support (BCLS).

b. Mempunyai sertifikat pelatihan dasar instrumen.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 4


c. Perawat ruang pulih sadar memiliki sertifikat Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD) dan Basic Cardiac Life Support (BCLS).

B. Distribusi Ketenagaan

Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten,
cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar
tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan bedah di
Unit Kamar Operasi, maka dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai
pengalaman, keterampilan danpengetahuan yang sesuai.

1. Dokter bedah dan spesialis Lainnya


Dokter operator berjumlah 21 orang spesialis dari berbagai macam disiplin ilmu
kedokteran yang ikut terjun dalam pelayanan bedah. Adapun rincian dokter
operatornya adalah sebagai berikut :
a. Dokter (operator)
1) Obgyn : dr. H. Erman Ramli, Sp.OG
dr. Hj. Armaina. B, Sp.OG
dr. H. Fachrul Ihsan. N, Sp.OG
dr. Desnetti, Sp.OG
dr. Firman Abdullah, Sp.OG
2) Bedah : dr. Nawazir Bustami, Sp.B
dr Arsil Hamzah, Sp.B

3) Bedah Digestiv : dr. Anbiar Manjas, Sp.B KBD

4) Bedah Onkologi : dr. Ismeldi Syarif, Sp.B(K)Onk


5) Bedah Orthopedi : dr. Delsi H, Sp.Ort
dr. Erinaldi, Sp.Ort
6) S. Mata : dr. Djamhari. Z, Sp.M
dr. Indriana. S, Sp.M
dr. Heksan, Sp.M

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 5


dr. Hesti, Sp.M

7) Dokter Anak : dr. Metrizal, Sp.A


dr. Rahmi Yetti, Sp.A
dr. Nasdi, Sp.A
dr. Lidia, Sp.A

b. Dokter anastesi : dr. Yendi, Sp.An., MH.Kes., M.Kes


dr. Lillah Fitri, Sp.An

2. Tenaga Perawat
Kepala ruangan kamar operasi : Ns. Dewi Raflis, S.Kep
Perawat pelaksana : Melfanelita, A.Md.Kep
Namirawati, A.Md.Kep
Yenni Fitri Yanti, AMK
Ainil Hasni, AMK
Nurma Yenni, AMK
Sri Rezeki, AMK
Meri Susanti , A.Md.Kep
Elvira Nofita, A.Md. Kep
Reni armi, A.Md.Kep
Hendra Fitri, A.Md. Kep
Afdal, A.Md.Kep
Rahma Deni, A.Md.Kep
Almufajri, A.Md.Kep
Ardiko Mayendra, A.Md.Kep

C. Pengaturan Dinas

Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi perawat
untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Kamar Operasi sehingga semua
kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 4
shift dalam 24 jam yaitu:

1. Dinas Pagi jam 07.30 sampai dengan jam 14.30

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 6


2. Dinas Siang jam 11.00 sampai dengan jam 18.00
3. Dinas Sore jam 14.00 sampai dengan jam 21.00
4. Dinas Malam jam 21.00 sampai dengan jam 07.30
5. On Call

Sehubungan dengan ketenagaan yang ada belum mencukupi, agar pelayanan


kamar bedah tetap optimal dan berjalan dengan lancar, maka diberlakukan
sistem On Call kepada petugas yang tidak masuk shiftnya. Jumlahnya bisa
disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 7


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

W
C PINTU KELUAR

RR KB

DEP
O
OBA
OK 1 T KB
OK 3
KORIDOR

Line R. ALAT R. ISTIRAHAT


n&
Instr SCRUB STATION
ume
n
koto
r R. Ka Unit

OK 2
R. DOKTER R. GANTI
PRIA
OK 4

R.
GANTI
CSSD PINTU MASUK PI
WANIT
PASIEN
Kamar Bedah di bagi beberapa area terdiri dari : NT A
UP
1. Area Bebas (Unrestricted Area) W
ET
C
U
G
AS
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 8
1. Area Bebas

a. Ruang ganti baju


b. Kamar mandi dan WC
c. Ruang Istirahat
d. Ruang pertemuan

2. Area Semi Ketat (Semi Resterected Area)


a. Ruang persiapan
b. Ruang kepala unit kamar operasi
c. Ruang koridor
d. Ruang pemulihan (recovery room)
e. Ruang penyimpanan alat on steril
f. Ruang sterilisasi
g. Ruang depo farmasi
h. Ruang pembuangan limbah operasi

3. Area Ketat/ Terbatas (Restrected Area)


a. Ruang cuci tangan
b. Ruang tindakan pembedahan
c. Ruang penyimpanan alat steril

Penggunaan kamar bedah disesuaikan berdasarkan spesialisasi:

Bedah Umum : OK I, OK II

Bedah Digestif : OK I, OK II

Bedah Kebidanan : OK I, OK II

Bedah THT : OK I, OK II

Bedah Onkologi : OK I, OK II

Bedah Mata : OK I, OK II, dan OK III

Bedah Orthopedi : OK I, OK II
Bedah Minor : OK IV

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 9


TNamun, tidak menutup kemungkinan digunakannya OK lain diluar ketentuan
di atas bila diperlukan.

B. Standar Fasilitas
1. Ruang pulih
Ruangan post-operasi menampung 4 tempat tidur yang dilengkapi 2 manometer
O2 sentral dan 2 manometer tabung, 1 suction s, 2 monitor pasien.
2. Ruang cuci tangan
Ruang cuci tangan mempunyai 1 scrub station dengan 2 keran otomatis dan kran
air manual dengan tuas panjang, dilengkapi dengan 3 dispenser sabun anti septik
Gambar :

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 10


3. Kamar operasi I
Peralatan medis kamar operasi sudah berkalibrasi.

Fasilitas Kamar Operasi I


No Nama Alkes Jumlah Satuan
1 Mesin anastesi 1 Unit
2 Monitor anastesi 2 Unit
3 Trolly obat anastesi 1 Unit
4 Mesin diatermi 1 Unit
5 Suction pump 1 Unit
6 Lampu operasi 2 Unit
7 Lampu rongent 1 Unit
8 Standart inpust 2 Unit
9 Meja operasi 1 Unit
10 Meja mayo 1 Unit
11 Trolly instrument operasi 1 Unit
12 Monitor set laparascopy 1 Unit

4. Kamar operasi II
Peralatan medis kamar operasi sudah berkalibrasi.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 11


Fasilitas Kamar Operasi II
No Nama Alkes Jumlah Satuan
1 Mesin anastesi 1 Unit
2 Monitor anastesi 1 Unit
3 Trolly obat anastesi 1 Unit
4 Mesin diatermi 1 Unit
5 Suction pump 1 Unit
6 Lampu operasi 2 Unit
7 Lampu rongent 1 Unit
8 Standart inpust 2 Unit
9 Meja operasi 1 Unit
10 Meja mayo 1 Unit
11 Trolly instrument operasi 1 Unit

5. Kamar Operasi III

Peralatan medis kamar operasi sudah berkalibrasi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 12


Fasilitas Kamar Operasi III
No Nama Alkes Jumlah Satuan
1 Mesin anastesi 1 Unit
2 Mesin phaco 1 Unit
3 Mikroskop mata 1 Unit
4 Lampu operasi 2 Unit
5 Lampu rontgen 1 Unit
6 Standard inpust 2 Unit
7 Meja operasi 1 Unit
8 Trolly instrumen operasi 1 Unit
9 Meja mayo 1 Unit

6. Instrumen bedah

Fasilitas yang tersedia pada pelayanan bedah terdiri dari:

Tabel 3.1 Alat yang Tersedia di Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Bukittinggi

Jumla
No Nama Alat Keterangan
h

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 13


Bisa dipakai untuk operasi
1 Set Dasar 5 Set
laparatomi, apendiktomi
Bisa dipakai untuk operasi
2 Set Sectio Caesarea 5 Set
sectio caesarea
Bisa dipakai untuk operasi
3 Set Plastick 4 Set
plastik dan bedah anak
Bisa dipakai untuk operasi kecil
4 Set Operasi Minor 1 Set
dan exterpasi
Bisa dipakai untuk operasi
5 Set Laparatomie 2 Set
laparatomi
Bisa dipakai untuk operasi
6 Set Digestive 1 Set
laparatomi , bedah digestive
Bisa di pakai untuk operasi
7 Set Ortopedi 1 Set
bedah tulang
Bisa dipakai untuk operasi
8 Set Hysterectomie 1 Set
laparatomi hysterectomie
Bisa dipakai untuk operasi
9 Set Tonsilektomi 1 Set
tonsil dan bedah THT
Bisa di pakai untuk operasi
10 Set Laparascopy 1 Set
laparascopy
Bisa dipakai untuk operasi
11 Set Palato plasty 1 Set
palatoplasty
Bisa dipakai untuk operasi vena
12 Set Vena Secti 3 Set
secti
1 Set Bisa dipakai operasi
13 Reseksi Usus Anak laparatomie resesi usus pada
anak
2 Set Bisa dipakai operasi
14 Reseksi Usus Dewasa laparatomie resesi usus pada
dewasa
3 Set Bisa dipakai untuk semua
15 Set Tambahan operasi bila diperlukan
tambahan
1 Set Bisa di pakai untuk membuka
16 Buka Gip
gibs
1 Set Bisa di pakai untuk kasus
17 Set Speculum Kebidanan
kebidanan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 14


1 Set Bisa dipakai untuk membuka
18 Set Anuscopy
gibs

BAB IV

KEMAMPUAN PELAYANAN

A. Bedah

Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui
operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata
“Chirurgia” (dibaca; KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya tangan;
dan “ergon” artinya kerja. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 15


cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan
hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga
terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah
sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap
(outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).

B. Jenis Pembedahan

1. Bedah Minor

Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara


sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses
superficial, pembersihan luka, in okulasi, superfisial neuroktomi dan
tenotom.

2. Bedah Mayor

Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan
risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti:
bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.

3. Bedah Antiseptik

Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap


penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.

4. Bedah konservatif

Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara


untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak
dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi
dan imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap
kaki.

5. Bedah Radikal

Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber


dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 16


neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia.

6. Pembedahan Rekonstruktif

Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk


melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada
deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit
mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.

7. Bedah Plastik

Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki


defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer
jaringan dari bagian tubuh lainnya.

C. Sifat Operasi

1. Bedah Elektif

Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan


tanpa membahayakan nyawa pasien.

2. Bedah Emergensi

Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan


sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit
atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.

BAB V

KEBIJAKAN

1. Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Nomor:


81/SK/DIR/ISBT/X/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 17


BAB VI

TATALAKSANA

A. Persiapan Lingkungan Kamar Bedah


1. Persiapan alat-alat
a. Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau dibungkus dengan
pembungkus steril yang memenuhi syarat. Kemasan atau pembungkus steril
harus diperiksa terhadap:

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 18


1) Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak
terbuka, tidak kotor).
2) Tanggal steril harus tercantum dibagian luar pembungkus.
b. Perlengkapan bedah yang di pergunakan untuk pembedahan sepsis, harus
segera diamankan agar tidak menyebabkan kontaminasi.
c. Alat-alat yang disposible ada yang dapat diulang dan tidak dapat diulang.
Ketentuannya harus ada.
d. Tempat larutan antiseptic atau desinfektan yang dipakai di kamar bedah
harus sering diganti, paling sedikit sehari sekali.
e. Alat-alat besar seperti: lampu pembedahan, alat-alat anastesi, troli
dibersihkan dengan desinfektan tertentu.
2. Ventilasi
Udara yang masuk kamar bedah disaring bebas debu dan kuman, filter harus
sering diganti sesuai dengan petunjuk dan harus sering diperiksa. Suhu dan
kelembaban udara harus diatur, suhu anatar 20⁰c -25⁰c, kelembaban antara 50%-
55%.
Tekanan udara dalam kamar bedah sedikit lebih tinggi dari ruang sekitarnya
supaya kotoran tidak masuk ke dalam kamar bedah bila pintu dibuka.
3. Persiapan permukaan kamar bedah (dinding, lantai, plafon)
Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan tertentu (steriliside) sebelum
tindakan operasi atau sebelum tindakan bedah.

B. Syarat- Syarat Bekerja di Kamar Bedah


1. Disiplin yang tingi dalam menjalankan peraturan sepsis di kamar bedah.
2. Jangan banyak berbicara di kamar bedah karna akan memngeluarkan 4000
sampai 10000 partikel kuman. Potensial terjadi infeksi nosokomial.
3. Kesehatan dan kebersihan.
4. Petugas kamar bedah harus bebas dari kuman-kuman yang mudah ditularkan.
5. Perlengkapan petugas:
a. Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan:
1) Baju kamar bedah

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 19


2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki atau sepatu kamar bedah
5) Apron
6) Jas pembedahan steril
7) Sarung tangan stetril
b. Perlengkapan petugas yang lain:
1) Baju kamar bedah
2) Penutup kepala
3) Masker
4) Alas kaki

C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Bedah


Pada lalu lintas ini perlu diingat adanya daerah-daerah bebas, area semi restriktik,
daerah bersih dan area restriktik.
1. Lalu lintas meliputi :
a. Lalu lintas petugas
1) Ruang ganti pakain
2) Perlengkapan khusus
3) Batas daerah bersih dan kotor
4) Batas-batas tersebut meliputi:
a) Petugas buka alas kaki, masuk ruang bedah lewat pintu khusus,
menuju ruang ganti pakaian (daerah bersih).
b) Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus bedah (tidak boleh di
rangkap) dan cuci tangan prosedural.
c) Pakaian petugas di simpan dalam lemari pakaian yang sudah di
siapkan.
d) Petugas masuk dalam area restriktik dalam keadaan sudah memakai
tutup kepala, masker dan alas kaki khusus.
e) Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui jalur yang sama
waktu masuk dengan meletakkan kembali perlengkapan-
perlengkapan yang sudah dipakai di tempat yang sudah di tentukan.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 20


b. Lalu lintas pasien
1) Pasien dikirim ke ruang bedah lewat koridor transfer penderita.
2) Petugas kamar bedah menjemput dengan brankar kamar bedah di
koridor transfer.
3) Dari kamar persiapan, penderita dibawa ke kamar bedah dengan
memakai brankar di Unit Kamar Operasi , dipindahkan ke meja operasi,
brankar disimpan di luar kamar bedah (masih dalam area restriktik).
4) Selesai pembedahan penderita dibawa ke kamar pemulihan atau ruang
sadar pulih dengan menggunakan brankar Unit Kamar Bedah dan
memakai pakaian bedah.
5) Penderita keluar dari kamar pemulihan menuju ruangan lewat pintu
ruang pulih sadar.

c. Lalu lintas alat


a) Sarana untuk lalu lintas
1) Sarana untuk penyimpanan alat yang sudah steril.
2) Alat pengangkut: troli atau meja kecil.
b) Prosedurnya:
1) Sebelum pembedahan dimulai, semua alat yang mungkin akan
dipakai sudah ada di dalam kamar bedah.
2) Setelah selesai pembedahan , semua alat yang sudah dipakai harus
segera diletakkan di ruang densifeksi awal yang telah disiapkan
tempatnya, dibawa ke instalasi sterilisasi sentral bagian pengepakan.
3) Instrumen disiapkan oleh petugas instalasi sentral sampai instrumen
siap pakai.
4) Penyerahan instrumen oleh petugas instalasi sterilisasi sentral lewat
loket.
5) Alat linen yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong khusus
lewat disposal dan dikirim ke bagian pencucian.
6) Alat-alat disposible yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantong
atau tempat khusus dan dikirim kebagian pembuangan.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 21


D. Tatalaksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Hepatitis B/ C
1. Penderita direncanakan dilakukan pembedahan terakhir, supaya kamar bedah
bisa langsung dibersihkan setelah selesai pembedahan.
2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat di sterilkan
dengan autoclave atau memakai yang disposible, dan memakai virus filter antara
endotracheal tube dengan closed circuit-nya.
3. Harus disiapkan:
1) Desinfektan yang cukup.
2) Apron yang kedap cairan.
3) Pelindung mata dan muka.
4) Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus untuk tempat
kotor yang terkontaminasi.
4. Personil kamar bedah harus memakai apron yang kedap air di bawah jas operasi
memakai pelindung mata (kacamata) dan pelindung muka, memakai sarung
tangan rangkap dua.
5. Personil dalam kamar bedah sesedikit mungkin dan alat-alat yang diperlukan
saja, harus ada perawat sirkuler .
6. Perawat sikuler juga arus menggunakan sarung tangan, pelindung mata dan
muka, celemek kedap air di bawah jas bedah yang steril.
7. Harus memakai linen disposible dan selesai pembedahan linen langsung
dibuang.
8. Penderita dibawa ke ruang pemulihan setelah sadar benar.
9. Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan sabun air panas sebelum
autoclave. Instrumen yang tidak dapat di autoclave setelah dicuci dengan sabun
air panas harus direndam dengan sterilicide dan di sterilkan dengan mesin steril
EO atau plasma.
10. Petugas CSSD yang mencuci instrumen tersebut harus memakai perlengkapan
seperti berikut:
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Apron plastik kedap air di bawah jas luar.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 22


c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting dengan
banyaknya percikan-percikan air yang mengandung kuman.
d. Alat-alat anastesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.
e. Setelah pembedahan, kamar bedah dan alat-alat yang telah dipakai harus
segera dibersihkan dengan air sabun panas.
f. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah status.
g. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.
h. Kamar bedah segera disterilkan sesuai prosedur yang berlaku di kamar
bedah.

E. Tatalaksana di Ruang Sadar Pulih


1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit yang menular
melalui pernafasan atau udara dan bebas dari luka terbuka.
2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada penularan
lewat darah.
3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas mengganti pakaian dengan
pakaian yang khusus dipakai untuk bekerja di ruang tersebut, termasuk alas kaki,
pakaian tersebut tidak diperbolehkan dibawa ke luar ruangan, dan pakaian tidak
boleh dibawa masuk.
4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung atau gaun dan alas kaki
pelindung yang disediakan sebelum memasuki ruangan.
5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap kali
kontak dengan pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 23


BAB VII
LOGISTIK

A. Program Kebutuhan Logistik

1. Tujuan
a. Tidak pernah terputusnya supply.
b. Tidak ada kehilangan barang.
c. Kehilangan segera diketahui <48 jam.
2. Sasaran
a. Permintaan obat dan saran order yang ada di program komputer bisa

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 24


terpenuhi semua oleh logistik.
b. Obat dan alat termonitor serta selalu siap pakai.
3. Kegiatan (dilaksanakan sesuai SPO Pengelolaan logistik kamar bedah)
a. Pemesanan logistik farmasi ke instalasi farmasi.
b. Pemesanan peralatan ATK ke gudang umum.
c. Pemesanan alkes.
d. Inventaris logistik.
e. Pengawasan logistik: stok radom dan stok opname.
4. Laporan dan evaluasi
Laporan pengawasan logistik dilaksanakan setiap sebulan sekali dan stok opname
setiap setahun setahun sekali.

B. Logistik Farmasi

11 Cendomicetin salf mata


NO NAMA BARANG 12 Hand Scoen 6
13 Hand Scoen 6.5
1 Alkohol 14 Hand Scoen 7
2 Betadine 15 Hand Scoen 7.5
3 Betascrub/Cutisorb 16 Hand Scoen 8
4 First Aid 17 Hand Scoen Ortopedi 6.5
5 Formalin 18 Hand Scoen Ortopedi 7
6 H202 19 Hand Scoen Ortopedi 7.5
7 Stabimed 20 Hand Scoen Ortopedi 8
8 Talk 21 Handscoen non steril
9 Gaas 22 Hipafix
10 Bonewax w840

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 25


23 Indicator Tape 66 Silk 4-0
24 Kalmicetine Zalf 67 Cromic 0 CG 812
25 KY Jelly 68 Cromic 1 885 26mm
26 Leucofix 69 Cromic 1 915/CG 925
27 Leucomed T P 10x25 70 Cromic 1 CG 905 48mm
28 Leucomed T P 7x5 71 Cromic 2 GG866/906 T
29 Leucomed T P 8x10 72 Cromic 2-0 GG123/ GG130
30 Leucoplas 73 Cromic 3-0 GG122
31 Leucosan strip 74 Cromic 4-0 GG 203
32 Lyostip/ Spongostan 75 Cromic 4-0 GG121
33 Masker Surgical 76 Ethibon 1 W969
34 Mes No. 11 77 Ethilon 10-0 W1718
35 Mes No. 12 78 Monocril 0 W3443
36 Mes No. 15 Monosoft SN 3-0
79
37 Mes No. 23 665/Dermalon179941
38 Nald Haecting Monosoft 2-0 SN664/Dermalon
39 Pantocaine Tetes Mata 80
179951
40 Pena cauter disposible
81 Monosyn 3-0 C0023215
41 Penros drain
82 PDS II 6-0 W9096 H
42 Spuit 1 cc
83 Plain 1 Tanpa Jarum
43 Spuit 20 cc
84 Plain 0 Tanpa Jarum
44 Spuit 50 cc
85 Plain 2-0 76-51/B0530433
45 T Tube Rush
86 Plain 3-0 H110T/SG822 
46 Thorax Tube No28
87 Plain 3-0 GG322 
47 Tip cleaner
88 Plain 4-0 821/H819 
48 Verban
89 Polisorb 0 CL 812
49 Wound drain
90 Polisorb 1 CL 925
50 NACL 1000
91 Polisorb 2-0 C123
51 Water Irigation
92 Polisorb 3-0 GL 122
52 Benang Rol :
93 Polisorb 4-0 UL 203
53 Cromic 2
94 Premilen 2090235 
54 Cromic 1
95 Prolen 1 W742
55 Cromic 0
96 Prolen 2-0 W295 
56 Cromic 2-0
97 Prolen 2-0 W8026T 
57 Cromic 3-0
98 Prolen 3-0 W8025T/ w8021
58 Plain 0
99 Prolen 3-0 W8522 
59 Plain 2-0
100 Prolen 4-0 8682G 
60 Plain 3-0
101 Prolen 4-0 W8521 
61 Silk 2
102 Prolen 5-0 W8006T W527 
62 Silk 1
103 Prolen 5-0 W8556 
63 Silk 0
104 Safil 0 C1048533
64 Silk 2-0
105 Safil 1 C1048534
65 Silk 3-0

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 26


106 Safil 2-0 C1048542 143 Hypnos
107 Safil 3-0 C 0048030 144 Induksin
108 Safil 4-0 C1048013 145 Isofluren
109 Safil Quick 3-0 C1046235 146 Kalnex
110 Safil Quick 4-0 1046420 147 Ketamin
111 Sofsilk 2-0 453  148 Lasix/Farsix
Softsilk 2-0 SS685/Mersilk 2/0 149 Lidocain Hcl
112 150
2512T  Nald Injectie
Softsilk 3-0 GS 452/Mersilk W587 151 Neostigmin
113 152 Pehacain
H
153 Pospargin
Softsilk 3-0 SS684/Silkam 0762350
114 154 Procain HCL
 155 Prostigmin
115 Softsilk 4-0 SS683/Mersilk W501 156 Raevas
116 Softsilk 5-0/Silkam 0764124 157 Recofol
117 Softsilk 6/0 1073-11 158 Roculax
118 Vicril 1 7486 159 Sedacum
119 Vicril 0 160 Sojourn
118 Vicril 2-0 VCP602 161 Trivam
119 Vicril 3-0 J311H/FCP 452H 162 Canule suction 6
120 Vicril 4-0 FCP 304H 163 Canule suction 8
121 Vicril 5-0 FCP 303 H 164 ETT 3
122 Vicril 6-0 J544 165 ETT 3,5
123 Vicril 7-0 W9561 166 ETT 4
124 Vicril 8-0/Safil G1048710 167 ETT 4.5
125 Obat Anaestesi 168 ETT 5
126 Adona 169 ETT 5,5
127 Alinamin F 170 ETT 6
128 Aminophilin 171 ETT 6,5
129 Aqua Inj 172 ETT 7
130 Atrophin sulfas 173 ETT 7,5
131 Buvanes 174 ETT 8
132 Calcii glukonas 175 ETT Non King King 5
133 Cortidex/ calmethason 176 ETT Non King King 5,5
134 Decain13 177 ETT Non King King 6
135 Ecron 4 178 ETT Non King King 6,5
136 Ephedrin 187 ETT Non King King 7
137 Epineprine 188 ETT Non King King 7,5
138 Etrane 189 Gudel
139 Ewcrom 10 190 Infus set
140 Extracain 191 IV Chateter No 18
141 Fortanes/sedacum 192 IV Chateter No 20
142 Halothane 193 IV Chateter No 22

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 27


194 IV Chateter No 24 195 Nald Injectie

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 28


196 Nald Spinal 197 NGT 10

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 29


198 NGT 12 206 Spuit 20 cc
199 NGT 14 207 Spuit 3 cc
200 NGT 16 208 Spuit 5 cc
201 NGT 18 209 Vasofix/
202 Ringer fundin 210 Wing Nald 23
203 Slang O2 211 RL
204 SpuiT 1cc 212 NACL 500
205 Spuit 10 cc

BAB VIII
KESELAMATAN PASIEN

Sasaran Keselamatan Pasien pada Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi:
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal
pasien masuk sampai pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 30


pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur SBAR
(situation, background, assesment, recommendation) dan TBAK ( tulis, baca dan
konfirmasi kembali)
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan
atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum tindakan
pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di lokasi yang
akan di bedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan.
Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara tepat pada lokasi
yang diharapkan.
Tepat prosedur adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan dengan
prosedur yang sudah ditetapkan.
Tepat pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang
tepat yang terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi pasien
sebelum pasien dimasukkan ke kamar operasi).
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan
dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain
adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang tidak
direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada
seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh
yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan,
dan lainnya.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 31


BAB IX
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 32


keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan
didalam dan diluar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini pelayanan bedah dan perlindungan terhadap rumah sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah
sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan
untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu:

1. Kondisi dan lingkungan kerja.


2. Kesadaran dan kualitas pekerja.
3. Peranan dan kualitas manajemen.

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:

1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.


2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi.
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 33


lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan


1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai
untuk kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi
Perawatan Intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.

BAB X

PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
untuk mutu pelayanan. Indikator mutu pada pelayanan bedah Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Bukittinggi mengacu pada pedoman indikator mutu Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi, yaitu:

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 34


A. Kejadian Kematian di Kamar Operasi
Ruang lingkup :Kejadian kematian di kamar operasi.
Dimensi mutu :Keselamatan, efektivitas, dan kompetensi.
Tujuan :Tergambarkannya efektivitas pelayanan bedah dan anestesi dan
kepedulian terhadap keselamatan pasien.
Definisi operasional : Kematian di meja operasi adalah kematian yang terjadi di kamar
operasi pada saat operasi berlangsung, atau selama pasien di
ruang sadar pulih, yang diakibatkan oleh tindakan anestesi
ataupun tindakan bedah.
Numerator :Jumlah pasien yang meninggal di kamar operasi dalam satu
Bulan.
Denominator :Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam
satu bulan.
Standar :0,5 %

B. Ketidaklengkapan Laporan Operasi


Ruang lingkup :Ketidaklengkapan laporan operasi.
Dimensi mutu :Efektivitas
Tujuan :Tergambarnya efektivitas pelayanan bedah dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien.
Definisi operasional :Ketidaklengkapan penulisan laporan operasi setelah pasien
keluar dari kamar operasi.
Kriteria inklusi :Semua laporan tindakn operasi.
Kriteria eksklusi :-
Numerator :Jumlah ketidaklengkapan laporan operasi pada bulan tersebut.
Denominator :Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar :1 %

C. Ketidaklengkapan Laporan Anestesi


Ruang lingkup :Ketidaklengkapan laporan anestesi.
Dimensi mutu :Efektivitas

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 35


Tujuan :Tergambarkannya efektivitas pelayanan anestesi dan kepedulian
terhadap keselamatan pasien.
Definisi operasional :Ketidaklengkapan penulisan laporan anestesi setelah pasien
keluar dari kamar operasi.
Kriteria inklusi :Semua laporan tindakan anestesi di kamar operasi.
Kriteria eksklusi :-
Numerator :Jumlah ketidaklengkapan laporan anestesi pada bulan tersebut.
Denominator :Jumlah pasien anestesi pada bulan tersebut.
Standar :1 %

D. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap


Ruang lingkup :Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat di rumah sakit.
Dimensi mutu :Keselamatan pasien.
Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien rawat inap.
Definisi operasional :Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan penentuan
identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien
keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien.
Kriteria inklusi :-Ketidaktepatan penulisan identitas (nama, tanggal lahir, alamat,
nomor RM).

-Ketidaktepatan pemilihan gelang identitas.

-Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien (antara


lain konfirmasi dengan pertanyaan terbuka).

Kriteria eksklusi :-
Numerator :Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien.
Denominator :Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas.
Standar :0 %

E. Insiden Kejadian Tidak Tepat Lokasi, Prosedur, dan Pasien Operasi


Ruang lingkup :Kejadian tidak tepat lokasi, tidak tepat prosedur operasi dan
tidak tepat pasien pada tindakan operasi.
Dimensi mutu :Keselamatan pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 36


Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien melalui prosedur tepat lokasi,
prosedur dan pasien operasi.
Definisi operasional :Kesalahan lokasi, kesalahan prosedur operasi dan kesalahan
pasien pada tindakan operasi.
Kriteria inklusi :-Tidak dilakukan penandaan lokasi operasi atau kesalahan
penandaan lokasi operasi.
-Tidak dilakukannya checklist keselamatan bedah pada pasien
yang akan dilakukan tindakan operasi.
-Tidak dilakukan time out pada pasien operasi sebelum
dilakukan incisi.
-Kesalahan pasien pada tindakan operasi.
Kriteria eksklusi :Pasien yang tidak dilakukan tindakan operasi.
Numerator :Insiden kejadian kesalahan yang terkait dengan lokasi, prosedur
dan pasien operasi pada bulan tersebut.
Denominator :Jumlah pasien operasi pada bulan tersebut.
Standar :0 %

F. Insiden Kesalahan Jenis Operasi


Ruang lingkup :Terjadinya insiden kesalahan jenis operasi pada pasien.
Dimensi mutu :Keselamatan pasien.
Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya insiden
salah jenis operasi.
Definisi operasional :Terjadinya insiden kesalahan jenis operasi pada saat
Pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang
keempat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi dan tidak melakukan time out di kamar operasi.
Kriteria eksklusi :-
Numerator :Insiden kejadian salah jenis operasi
Denominator :-
Standar :0

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 37


G. Insiden Kesalahan Posisi
Ruang lingkup :Terjadinya insiden kesalahan posisi operasi pada pasien.
Dimensi mutu :Keselamatan pasien.
Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya insiden
salah posisi operasi.
Definisi operasional :Terjadinya insiden kesalahan posisi pada saat pasien dilakukan
tindakan operasi.
Kriteria inklusi :Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang
keempat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi dan tidak melakukan time out di kamar operasi.
Kriteria eksklusi :-
Numerator :Insiden kejadian salah posisi operasi.
Denominator :-
Standar :0

H. Insiden Tertinggalnya Kain Kassa


Ruang lingkup :Terjadinya insiden tertinggal kain kassa pada pasien operasi.
Dimensi mutu :Keselamatan pasien.
Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadinya
insidentertinggal kain kassa.
Definisi operasional:Terjadi insiden tertinggalnya kain kassa pada luka operasi, pada
saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang
keempat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur tepat pasien
operasi dan tidak melakukan time out di kamar operasi.
Kriteria eksklusi :-

Numerator :Insiden kejadian tertinggalnya kain kassa.

Denominator :-
Standar :0

I. Insiden Tertinggalnya Instrumen

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 38


Ruang lingkup :Terjadinya insiden tertinggal instrumen pada pasien operasi.
Dimensi mutu :Keselmatan pasien.
Tujuan :Tercapainya keselamatan pasien dengan tidak terjadi insiden
tertinggalnya instrumen.
Definisi operasional :Terjadi insiden tertinggalnya instrumen pada luka operasi, pada
saat pasien dilakukan tindakan operasi.
Kriteria inklusi :Tidak melakukan prosedur insiden keselamatan pasien yang
keempat: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur tepat pasien
operasi dan tidak melakukan time out di kamar operasi.

Kriteria eksklusi :-

Numerator :Insiden kejadian tertinggalnya instrumen.


Denominator :-
Standar :0

BAB XI
PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Pelayanan Bedah ini maka setiap petugas rumah sakit
yeng terkait agar senantiasa memperhatikan dan menjalankan bedah sebaik-baiknya.
Senantiasa mematuhi prosedur dan mengembangkan pelayanan berbasis keselamatan
dan kepuasan pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 39


Tidak ada yang sempurna hasil ciptaan manusia termasuk pedoman ini karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Untuk itu, masukan dan kritik yang
membangun, sangat kami harapkan demi perbaikan pedoman ini di masa yang akan
datang.
Mudah-mudahan dengan adanya Pedoman Pelayanan Bedah ini, dapat lebih
memudahkan semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan
internal maupun eksternal. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita semua
limpahan taufik dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba yang selalu berlomba dalam
kebaikan dan berusaha secara terus menerus memperbaiki amaliahnya, aamiin.
Akhirnya kami ucapkan alhamdulillahirobbil ‘alamin atas segala karunia-Nya dan nikmat
yang diberikan Allah SWT.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 40

Anda mungkin juga menyukai