Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
ACARA II
ANALISIS KIMIA GUGUS FUNGSI ALKOHOL

OLEH :

NAMA : MAYA MEISARI

NIM : J1A018073

KELOMPOK : 3

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ACARA II
ANALISIS KIMIA GUGUS FUNGSI ALKOHOL

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi gugus fungsi alkohol dengan bebagai reaksi.
2. Waktu Praktikum
Kamis, 2 Mei 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat
pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan
alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. Alkohol disini tidak termasuk fenol
(gugus hidroksil yang berikatan dengan cincin aromatik), enol (gugus hidroksil yang
berikatan dengan karbon vinilik) karena sifat-sifatnya kadang berbeda. Alkohol dapat
dianggap merupakan turunan dari air (H-O-H), dimana satu atom hidrogennya diganti
dengan gugus alkil. Alkohol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu alkohol primer,
sekunder, dan tersier (Riswiyanto, 2015: 209).
Reaksi dengan alkohol. Klorida asam bereaksi dengan alkohol untuk
menghasilkan ester dan HCl dalam suatu reaksi yang beranalogi langsung dengan
hidrolisis. Reaksi antara suatu senyawa organik dan suatu alkohol dirujuk sebagai
alkoholis. Alkoholis klorida asam bermanfaat untuk sintesis ester yang terintangi ataupun
ester fenil. Biasanya HCl segera dibuang dari dalam campuran reaksi setelah terbentuk,
karena HCl dapat bereaksi dengan alkohol dan menghasilkan alkil klorida atau alkena air.
Biasanya suatu amina tersier atau piridina ditambahkan sebagai penyapu HCl (Fessenden
dan Fessenden, 1986: 111).
Kebanyakan alkohol alifatik digunakan di laboratorium, klinik, dan industri.
Isopropil alkohol, cairan tak berwarna, hampir tak berbau (td 82°C), adalah alkohol gosok
untuk keperluan pijat dan menurunkan suhu demam. Juga digunakan sebagai pelarut
minyak wangi, krim, lotion, dan kosmetik lain. Etilena glikol (td 82°C) adalah senyawa
utama anti beku. Keuntungannya dibanding cairan bertitik didih tinggi lainnya ialah
kelarutannya dalam air dan rendahnya titik beku (-17°C). jika anda mencampur air
dengan etilena glikol, campuran membeku pada suhu lebih rendah lagi. Larutan etilena
glikol (50% v/v) membeku pada suhu -36°C (Wilbraham dan Matta, 1992: 65).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi
terhadap kadar alkohol, Ph, dan produksi gas pada proses fermentasi bioetanol dari whey
dengan substitusi kulit nanas yang telah dilakukan. Penelitian menggunakan rancangan
acak lengkap dengan 5 perlakuan yaitu T1, T2, T3, T4, dan T5, yang masing-masing
adalah lama fermentasi 12, 24, 36, 48, dan 60 jam. Hal ini diulang sebanyak 4 kali untuk
masing-masing perlakuan. Kemudian data diolah menggunakan ANOVA, apabila
terdapat pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Hasil penelitian
menunjukkan lama fermentasi berpengaruh nyata pada pH tetapi tidak menunjukkan
pengaruh pada terhadap pengaruh alkohol dan produksi gas (Azizah et al., 2012).
Alkohol banyak digunakan dalam industri, diantaranya adalah sebagai pelarut,
sebagai sintesis dalam industri kimia dan saat ini alkohol juga digunakan untuk bahan
bakar mobil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar alkohol
yang terkandung dalam ketan putih dan singkong dengan dosis ragi yang berbeda.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
rancangan faktorial acak lengkap yang terdiri dari dua faktor, yaitu tipe bahan fermentasi
dan dosis ragi (Berlian et al., 2016).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Alat gelas
b. Penjepit kayu
c. Pipet tetes
d. Pipet volum 2 mL
e. Rak tabung
f. Rubber bulb
g. Stopwatch
h. Tabung reaksi
i. Water bath
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Pereaksi Lucas (ZnCl2 (Seng klorida)/HCl (Asam Klorida))
b. Sampel A (Fenol) (C6H5OH) (aq)
c. Sampel B (Ethanol) (C2H5OH) (aq)
d. Sampel C (Isopropanol) (C3H8OH) (aq)
e. Sampel D (Sikloheksanol) (CH2)5CHOH) (aq)
f. Sampel E (Tert-butanol) (C4H10OH)(aq)

D. PROSEDUR KERJA
Pengujian Lucas

5 mL pereaksi Lucas

 Dimasukkan dalam 5 tabung reaksi

Tab. 1 Tab. 2 Tab. 3 Tab. 4 Tab. 5


+ 5 tetes + 5 tetes + 5 tetes + 5 tetes + 5 tetes
sampel A sampel B sampel C sampel D sampel E

 Dikocok dan diamati

Hasil
 jika tidak bereaksi, maka dipanaskan selama
7 menit
 Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan

Sampe Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol


No Keterangan
l Primer Skunder Tersier Aromatik
Sebelum dan
sesudah
dipanaskan tidak
1 A √ √
terjadi reaksi dan
tidak terjadi
perubahan warna.
Sebelum dan
sesudah
dipanaskan tidak
2 B √
terjadi reaksi dan
tidak terjadi
perubahan warna.
Sebelum
dipanaskan tidak
terjadi perubahan
tetapi setelah
3 C √
dipanaskan selama
7 menit terjadi
perubahan warna
menjadi keruh.
Sebelum
dipanaskan tidak
terjadi perubahan
4 D √ dan setelah
dipanaskan selama
7 menit juga tidak
terjadi perubahan.
Setelah sampel
dicampurkan
langsung terjadi
5 E √
perubahan warna
menjadi keruh
tanpa dipanaskan.

2. Tabel Sebenarnya

Alkohol Alkohol Alkohol Alkohol


No Sampel
Primer Skunder Tersier Aromatik
1 A √ √
2 B √
3 C √
4 D √
5 E √

Keterangan :
Sampel A : Fenol
OH

Sampel B : Etanol

OH

Sampel C : Isopropanol
OH

Sampel D : Sikloheksanol
OH

Sampel E : Ter-butanol
OH
F. ANALISIS DATA
1. Reaksi ionisasi Lucas
ZnCl2 (aq) Zn2+ (aq) + 2Cl- (aq)

HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)

2. Persamaan reaksi
a. Sampel A (fenol)

OH

ZnCl2/HCl

b. Sampel B (etanol)

CH3 CH2 OH ZnCl2/HCl CH3 CH2 Cl + H2O

c. Sampel C (isopropanol)
CH3 CH OH ZnCl2/HCl CH3 CH Cl + H2O

CH3 CH3

d. Sampel D (sikloheksanol)

OH Cl

ZnCl2/HCl
+ H2O

e. Sampel E (tert-butanol)
CH3 CH3

CH3 C OH ZnCl2/HCl CH3 C Cl + H2O

CH3 CH3
3. Mekanisme Reaksi
a. Fenol (SN1)
R O R

C OH CO2H
ClSO3H + SOC + 2h

SO2Cl

93%
Pendekatan Benzena

b. Etanol (SN1)

CH3 CH2 OH Zn2+ Cl-


CH3 CH2 O H

Zn

Zn2+ OH-

CH3 CH2 Cl-

CH3 CH2 Cl + Zn2+ + OH- + H+ + Cl-

CH3 CH2 Cl + ZnCl2 + H2O


c. Isopropanol (SN1)

H
OH
CH3 C CH3
2+ -
CH3 C CH3 Zn Cl
Zn O H
H

Zn2+OH-

H H

CH3 C CH3 + ZnCl2 + H2O H 3C C CH3


Cl-

d. Sikloheksanol (SN1)

OH H
O
Zn2+ Cl-
Zn

Zn2+ OH-

Cl

+ Zn2+ + OH- + H+ + Cl- Cl-

Cl

+ ZnCl2 + H2O
e. Tert-butanol (SN2)

CH3 CH3
2+ -
H 3C C OH Zn Cl
H3C C O H

CH3 CH3 Zn
Cl-

CH3

H3C C Cl + Zn2+ + OH- + H+ + Cl-

CH3

CH3

H3C C Cl + ZnCl2 + H2O

CH3

G. PEMBAHASAN
Alkohol memiliki gugus fungsional yang umumnya ditandai dengan adanya ikatan
–OH. Adanya kehadiran –OH inilah yang membuat alkohol mampu mengikat
menggunakan hidrogen. Itulah sebabnya mengapa alkohol mempunyai titik didih yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan alkana. Terdapat tiga jenis alkohol yaitu alkohol
primer, sekunder, dan tersier. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi alkohol dengan pereaksi lucas.
Prinsip uji Lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan menambahkan
reagen lucas (HCl dan ZnCl2) dimana akan terjadi reaksi subtitusi gugus OH dengan Cl
yang ada pada reagen sehingga terbentuk alkil klorida yang tidak larut dan mengendap.
Gugus OH yang lepas akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari reagen membentuk H2O.
Sedangkan gugus Cl- menggantikan tempat OH membentuk alkil klorida yang tidak larut.
Alkohol primer tidak akan bereaksi, alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus dengan
pemanasan, sedangkan alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa pemanasan. Uji
positif berupa adanya kabut pada sampel yang diberikan reagen tersebut. Fungsi dari
ZnCl2 adalah sebagai katalis asam lewis, fungsi dari HCl adalah melarutkan alkohol dan
Cl- , fungsi Cl2 adalah sebagai katalisator dan membentuk warna.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil negatif ditemui pada sampel A
(fenol), setelah reagen lucas dan sampel dicampur, hasil awal yang terbentuk warna
larutan tetap bening. Setelah dipanaskan selama 10 menit, warna larutan yang terbentuk
juga tetap bening. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisis dan kimianya. Perbedaan
yang paling penting adalah keasamannya. Fenol memiliki tetapan ionisasi 1 x 10 TM, jauh
lebih besar daripada nilai Ka alkohol pada umumnya. Alasan perbedaan ini ialah lebih
tingginya kestabilan basa terkonjugasi, (ion fenoksida) akibat muatan negative yang
tersebar di seluruh cincin aromatic. Fenol sebagai alkohol aromatic mempunyai struktur
yang berbeda dengan alkohol rantai linear yaitu: fenol sulit larut dalam air, alkohol mudah
larut. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan literature bahwa sampel A yaitu fenol salah
satu alkohol primer juga alkohol aromatik sehingga tidak dapat bereaksi dengan reagen
lucas.
Pada sampel kedua, setelah reagen lucas dan sampel B (etanol) dicampurkan,
larutan awal yang terbentuk berwarna bening. Setelah dipanaskan selama 10 menit, hal ini
menunjukkan uji alkohol terhadap reagen lucas negative. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel B (etanol) merupakan alkohol primer yang dapat diubah menjadi senyawa klorida
pada suhu kamar dengan pereaksi ini. Alkohol primer dapat bereaksi walaupun dengan
lambat dengan cara dipanaskan dengan waktu yang relative lama.
Pada sampel C dan D, setelah dicampurkan dengan reagen lucas, larutan awal
yang terbentuk berwarna bening. Setelah dipanaskan selama 10 menit, larutan menjadi
keruh dan berkabut. Hal ini sudah sesuai dengan literatur, Alkohol sekunder akan bereaksi
dengan reagen lucas secara lambat dan harus dibantu dengan pemanasan. Alkohol
sekunder terlarut karena pembentukan ion oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida,
sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi klorida dengan pereaksi lucas. Salah satu
contoh dari alkohol sekunder adalah 2-propanol.
Pada sampel E, setelah dicampurkan dengan reagen lucas, larutan yang terbentuk
adalah terbentuknya kabut dan berwarna keruh. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana
alkohol tersier dapat bereaksi cepat meskipun tanpa pemanasan sehingga uji alkohol
terdahap reagen lucas menunjukkan hasil positif. Pada alkohol tersier ditambahkan
pereaksi lucas terjadi reaksi kimia yang sangat cepat membentuk alkil halide. Alkohol
tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh yang terpisah
sehingga alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi cepat dengan reagen lucas.
Berdasarkan mekanisme reaksi, alkohol yang direaksikan dengan pereaksi lucas
akan membentuk ion intermediet karbonium, kemudian terbentuk karbokation. Dimana
karbokation ini akan bereaksi dengan atom halide membentuk alkil halide. Karbokation
merupakan atom karbon yang bermuatan positif karena telah melepas protonnya. Dalam
hal ini proton tersebut dari alkohol bereaksi dengan pereaksi lucas yaitu HCl. Gugus –OH
dari alkohol cenderung bersifat nukleofil (kaya elektron/donor elektron), sedangkan atom
H dari HCl akan bereaksi dengan gugus –OH dari alkohol yang membentuk ion
intermediet karbonium. Karena senyawa ini tidak stabil, maka H 2O akan lepas dari ion
intermediet karbonium, sehingga terbentuklah karbokation dimana karbokation ini
bersifat sebagai akseptor elektron (penerima elektron) dari atom Cl yang kelebihan
akseptor elektron dan Cl yang kelebihan elektron, sehingga terbentuk alkil halide.
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat dan seng klorida.
Seng klorida adalah suatu asam lewis yang ketika ditambahkan dalam asam klorida akan
membuat larutan menjadi lebih asam. Alkohol dapat dioksidasi menjadi senyawa yang
mengandung gugus karbonil seperti aldehid, keton, dan asam karboksilat. Alkohol primer
dioksidasi membentuk aldehid dan jika dioksidasi lebih lanjujt membentuk asam
karboksilat. Alkohol sekunder menjadi keton dan alkohol tersier tidak dapat dioksidasi.

H. KESIMPULAN
Alkohol dapat dikategorikan menjadi alkohol primer, sekunder, dan tersier. Pada
uji lucas, sampel A dan B menunjukkan hasil negative dengan larutan yang tetap bening,
baik dipanaskan maupun tidak dipanaskan sehingga tergolong alkohol primer. Sedangkan
pada sampel C dan D larutan menjadi berwarna keruh dan berkabut setelah dipanaskan
sehingga tergolong alkohol sekunder. Pada sampel E menunjukkan hasil positif
terbentuknya kabut dan berwarna keruh yang berlangsung cepat tanpa pemanasan
sehingga sampel E merupakan alkohol tersier.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., Al-Baarri A.N., dan Mulyani S. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol, Ph, Dan Produksi Gas Pada Proses
Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal
Aplikai Teknologi Pangan 1(2): 72.

Berlian, Z., Fitratul A, dan Resti U. 2016. Uji Kadar Alkohol Pada Tapai Ketan
Putih Dan Singkong Melalui Fermentasi Dengan Dosis Ragi Yang
Berbeda. Jurnal Biota 2(1): 106.

Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

Riswiyanto. 2015. Kimia Organik. Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Wilbraham, A.C dan Michael, S.M. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Edisi pertama. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai