Anda di halaman 1dari 14

UJI BIOKIMIA ENZIM KATALASE

24 Oktober 2019
I. TUJUAN
a. Dapat menjelaskan tentang sistem kerja enzim katalase
b. Dapat menjelaskan tentang pengaruh faktor suhu dan pH terhadap aktivitas enzim
Katalase
c. Dapat mengetahui reaksi pemecahan molekul H2O2
II. DASAR TEORI

Enzim merupakan makromolekul yang mempercepat reaksi kimia dalam sel


(Campbell dan Reece, 2008). Proses metabolisme dalam tubuh organisme
membutuhkan enzim untuk menunjang kerjanya agar berjalan sebagaimana mestinya.
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Bekerja dengan urutan-urutan
yang teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan molekul
nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi dan yang membuat
makromolekul sel dari prekursor sederhana (Lehninger, 1982)
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen
peroksida menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel
karena bahan ini menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk
sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam
lingkungan aerob pasti menguraikan bahan tersebut ( Amalia, 2013).

Enzim merupakan suatu katalis biologis yang bertugas untuk melaksanakan


reaksi kimia (dalam jumlah ribuan) di dalam sel hidup. ( Kurniawan, 2019)

Berikut ini merupakan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim menurut


(Mutsani,2019)

1. Temperatur (suhu)
Enzim memiliki sifat termolabil, yang artinya aktivitas enzim selau dipengaruhi
oleh suhu. Aktivitas tersebut akan terus meningkat sampai dengan batas suhu tertentu.
Batas suhu dinamakan dengan suhu optimum, ketika enzim berada di bawah suhu
optimum maka kerja enzim akan terhambat.
Kenaikkan suhu akan meningkatkan aktivitas enzim. Akan tetapi, jika suhu
melebihi batas optimum maka enzim akan mengalami denaturasi atau kerusakan.
Sehingga hal tersbut dapat menyebabkan enzim tidak akan berfungsi sebagai katalis
lagi. Contohnya enzim yang dimiliki manusia mempunyai suhu optimum 350C –
450C, sedangkan enzim pada bakteri yang hidup di dalam air panas mempunyai suhu
optimum 700C atau bahkan lebih.

2. Derajat keasaman (pH)


Dikarenakan molekul enzim umumnya merupakan protein globular, maka bentuk
dan juga fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan yang ada di
sekitarnya. Enzim mempunyai kadar pH yang dapat bersifat asam ataupun basa.
Namun, terdapat beberapa enzim yang memiliki pH optimum antara 6-8. Apabila pH
berubah akan mengakibtakan sisi aktif enzim berubah keefektifannya dalam
membentuk kompleks enzim-substrat. Hal tersebut daoat menghalangi terikatnya
substrat pada sisi aktif enzim. Selain itu apabila pH berubah juga dapat
mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan) pada enzim.

Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju tumbukan yang terjadi antara enzim
dengan molekul substrat, sehingga dapat meningkatkan laju pembentukkan kompleks
enzim substrat serta dapat meningkatkan kecepatan reaksinya.

3. Konsentrasi enzim dan substrat


Pada saat konsentrasi enzim membesar akan meningkatkan kecepatan reaksi.
Peningkatan kecepatan reaksi tersebut akan terus bertambah sehingga tercapai
kecepatan konstan. Kecepatan tersebut dapat dicapai ketika semua substrat telah
diikat oleh enzim. Konsentrasi pada enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.

Konsenrasi substrat yang bertambah dalam suatu reaksi akan meningkatkan


kecepatan reaksi apabila jumlah enzim dalam reaksi tersebut meningkat. Akan tetapi,
saat semua sisi aktif enzim sedang bekerja, maka penambahan konsentrasi subtract
tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi. Keadaan tersebutlah yang menunjukkan
bahwa kecepatan reaksi telah mencapai titik maksimum. Kecepatan reaksi aakan terus
bertambah dan meningkat hingga mencapai kecepatan konstan yaitu apabila semua
enzim telah mengikat substrat.

4. Zat-zat penggiat (activator)


Zat penggiat yatu molekul atau zat yang memiliki fungsi sebagai pemacu atau
pemercepat reaksi enzim. Contoh dari zat penggiat (activator) yaitu garam-garam dari
logam alkali dalam kondisi encer (2%-5%), serta ion logam seperti Ca, Ni, Mg, Mn,
dan Cl. Contoh inilah yang dapat menjadi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja
Enzim.

5. Zat penghambat (inhibitor)


Zat penghambat merupakan suatu molekul yang dapat menghambat aktivitas
enzim. Inhibitor enzim dapat dibagi menjadi dua, yaitu inhibitor kompetitif dan
inhibitor nonkompetitif.

Inhibitor kompetitif, yaitu molekul penghambat kerja enzim yang dapat bekerja
dengan cara bersaing dengan sisi aktif enzim. Inhibitor kompetitif atau dapat juga
disebut dengan inhibitor irreversible akan berikatan dengan sangat kuat pada sisi aktif
enzim. Pengikat ini akan berlangsung secara bolak balik sehingga persentase
penghambat untuk tingkat inhibitor yang tetap menjadi berkurang apabila substratnya
bertambah. Jadi, inhibitor kompetitif dapat dihilangkan dengan cara menambah
konsentrasi substratnya.
Sebagai contoh yaitu melibatkan enzim yang paling berlimpah, riboluse bifosfat
karboksilase, enzim –penambat CO2 pada C3 fotosintesis, dalam proses tersebut
molekul-molekul O2 bersaing dengan molekul-molekul CO2 untuk sisi aktif. Contoh
lainnya yakni sianida yang terlarut dalam darah bersaing dengan oksigen dengan
tujuan untuk berikatan dengan sisi aktif hemoglobin.
Inhibitor nonkompetitif, yaitu inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim
(selain sisi aktif enzim). Inhibitor nonkompetitif dapat juga disebut dengan molekul
penghambat kerja enzim yang bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif
enzim. Hal inilah yang dapat menyebabkan sisi aktif enzim berubah dan tidak dapat
berfungsi kembali, sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan sisi aktif enzim.
Inhibitor jenis ini tidak dapat dihilangkan meskipun dengan menambahkaan substrat.
Ag+, Hg2+, dan Pb2+ dapat dilihat sebagai contoh dari inhibitor nonkompetitif.
III. METODE
A. Alat dan Bahan
- Beaker Glass
- Gelas ukur
-Pipet tetes
-Gelas erlenmeyer
-Hot plate
-Timer
-Akuades
-Kentang mentah
-Larutan buffer
-Larutan H202 1%

B. Cara Keja
a. Percobaan Pengaruh Suhu terhadap aktivitas Enzim
- Menyiapkan dua erlenmeyer yang kemudian mengisi dengan larutan H202 1%
sebanyak 40 ml dan filtrat enzim katalase sebanyak 5 ml
- Menghomogenkan larutan tersebut kemudian memanaskan dalam suhu 45 derajat
celcius menggunakan hot plate. Membiarkan larutan yang satunya dalam suhu 27
derajat celcius.
-Mencatat dan mengukur aktivitas enzim katalase.
b. Percobaan Pengaruh pH terhadap aktivitas Enzim
- Menyiapkan beaker glass dengan volume 100 mL
-Menuangkan filtrat enzim katalase sebanyak 10 mL dan menambah larutan buffer
sebanyak 30 mL, kemudian mencampurkannya dalam gelas erlenmeyer dan
menambahkan 40 mL larutan H2O2 1%
-Mengamati dan mencatat hasilnya.

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Percobaan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

NO. Jenis Pengujian Kelompok Keterangan


1. Suhu 27° I Tidak terjadi perubahan
warna
II Terjadi perubahan warna
menjadi bening, terdapat
gelembung kecil pada menit
ke 2
III Warna tetap, tidak berubah,
bertmbah gelembung pada
larutan
2. Suhu 37° I Larutan menjadi bening
pada waktu pemanasan
setelah menit ke 5 ,
terbentuk sedikit
gelembung pada menit ke 4
II Terjadi perubahan warna
bening pada detik ke 12 ,
muncul banyak gelembung
setelah 10 menit
III Tidak ada perubahan warna,
terdapat pertumbuhan
gelembung
3. Suhu 45° IV Setelah dipanaskan
berwarna bening dan
gelembung semakin banyak
V Berwarna coklat muda
menjadi bening dan
bergelembung dalam waktu
10 menit
VI Warna agak bening dan
bergelembung
4. Suhu 60° IV Setelah
dipanaskangelembung
bertambah dan berwarna
keruh
V Setelah ditambah H2O2
warna menjadi bening dan
banyak gelembung
VI Muncul sedikit gelembung,
warna menjadi sedikit lebih
jernih dari sebelumnya

B. Percobaan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim

No. Jenis Pengujian Kelompok Keterangan


1. pH 4 I Awal mula berwarna oren
kecoklatan dengan sediit
keruh setelah 10 menit
warna memudar menjadi
oren dan jernih
II Pada menit ke 4 terjadi
perubahan menjadi bening
dan sedikit gelembung
III Perubahan warna menjadi
lebih muda dan tidak ada
gelembung
2. pH 7 IV Larutan filtrat berwarna
coklat keruh, setelah
ditambah larutan buffer
menjadi kuning kecoklatan
dan keruh, setelah ditambah
H2O2 1% larutan menjadi
kuning keruh
V Larutan buffer 30
ml+enzim katalase 10 ml
warnanya coklat muda,
larutan buffer + enzim
katalase +H2O2 warnanya
bening
VI Larutan buffer 30 ml+
enzim katalase +H2O2
menjadi bening pada menit
ke 2 dan bergelembung
V. PEMBAHASAN

Menurut Kurniawan ,Enzim merupakan suatu katalis biologis yang bertugas


untuk melaksanakan reaksi kimia (dalam jumlah ribuan) di dalam sel hidup.

Ada beberapa faktor yag mempengaruhi enzim yaitu, pengaruh suhu dimana suhu
optimum untuk dapat mengurangi aktivitas enzim sedangkan diatas suhu optimum
maka dapat menyebabksan denaturasi pada enzim dan mematikan kerja enzim.
Pengaruh pH optimum yang khas. pH akan mengalami denaturasi jika pH jauh di atas
pH optimum. Konsentrasi enzim pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya
konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan kerja reaksi enzim. Dengan kata lain
konsentrasi enzim berbanding lurus terhadap kerja enzim. Konsentrasi substrat pada
konsentrasi enzim tetap, peningkatan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan
reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum..

Enzim adalah katalis yang terbuat dari protein dan dihasilkan oleh sel. Enzim
mempunyai spesifik yaitu hanya mengkatalisis reaksi kimia tertentu. Sebagai contoh
enzim katalase yang hanya menguraikan H2O2.
H2O2 ------> H2O + O2

Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah kentang. Kentang dihaluskan
menggunakan blender kemudian disaring dengan penyaring. Sebanyak 5 mL filtrat
kentang tersebut kemudian dicampur dengan 40 mL H202 dan dimasukan dalam
erlenmeyer. Setelah filtrat dibiarkan pada suhu 27 ºC dan 37ºC. Keduanya sama-sama
tidak mengalami perubahan warna dan terjadi pertambahan gas. Akan tetapi pada
suhu 37ºC pertambahan gelembung lebih banyak. Hal ini merupakan akibat dari
pemanasan, gelembung-gelembung tersebut menandakan adanya gas oksigen yang
merupakan hasil penguraian dari H2O2 menjadi H2O dan O2.

Kemudian larutan penguji yang berbeda mulai dari H2O2 hingga asam dan basa kuat
yang diuji juga menghasilkan hasil yang berbeda. Hal itu berkaitan dengan
ketahanaan enzim tersebut terhadap pH dengan kadar tertentu. Bisa terlihat pada hasil
pengamatan saat ekstrak kentang di tetesi dengan buffer pH 4 tidak terbentuk
gelembung, namun terbentuk gelembung pada saat ekstrak kentang ditetesi dengan
buffer pH 7. perubahan pH dapat mempengaruhi karena dapat mempengaruhi
perubahan asam amino pada saat sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif
bergabung dengan substratnya. pH enzimoptimum berbeda-beda tergantung jenis
enzimnya

VI. KESIMPULAN

1. Sistem kerja Enzim katalase yaitu mempercepat pemisahan molekul H2O2 menjadi
H20 dan O2
2. - . Temperatur (suhu)
Enzim memiliki sifat termolabil, yang artinya aktivitas enzim selau dipengaruhi
oleh suhu. Aktivitas tersebut akan terus meningkat sampai dengan batas suhu tertentu.
Batas suhu dinamakan dengan suhu optimum, ketika enzim berada di bawah suhu
optimum maka kerja enzim akan terhambat.
Kenaikkan suhu akan meningkatkan aktivitas enzim. Akan tetapi, jika suhu
melebihi batas optimum maka enzim akan mengalami denaturasi atau kerusakan.
Sehingga hal tersbut dapat menyebabkan enzim tidak akan berfungsi sebagai katalis
lagi. Contohnya enzim yang dimiliki manusia mempunyai suhu optimum 350C –
450C, sedangkan enzim pada bakteri yang hidup di dalam air panas mempunyai suhu
optimum 700C atau bahkan lebih.

- Derajat keasaman (pH)


Dikarenakan molekul enzim umumnya merupakan protein globular, maka bentuk
dan juga fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan yang ada di
sekitarnya. Enzim mempunyai kadar pH yang dapat bersifat asam ataupun basa.
Namun, terdapat beberapa enzim yang memiliki pH optimum antara 6-8. Apabila pH
berubah akan mengakibtakan sisi aktif enzim berubah keefektifannya dalam
membentuk kompleks enzim-substrat. Hal tersebut daoat menghalangi terikatnya
substrat pada sisi aktif enzim. Selain itu apabila pH berubah juga dapat
mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan) pada enzim.

Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju tumbukan yang terjadi antara enzim
dengan molekul substrat, sehingga dapat meningkatkan laju pembentukkan kompleks
enzim substrat serta dapat meningkatkan kecepatan reaksinya.

3. Reaksi pemecahan molekul H2O yaitu H2O2 ------> H2O + O2


VII. DAFTAR PUSTAKA
Amalia Krishna Dewi. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus
aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain
Veterner Desember 2013.
Campbell, Neil A dan Jane B. Reece. 2008. Biologi. Erlangga : Jakarta
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia .Erlangga: Jakarta
Kurniawan. 2019. Petunjuk praktikum Biokimia I. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto: Purwokerto
Oktavia, F.I. 2014. Hidrolisis Enzimatik Ampas tebu (Bagasse) Memanfaatkan Enzim
Selulosa dari Mikrofungsi Tricoderma ressei dan Aspergilus niges sebagai
katalisator Mikrowafe. Jurnal keteknikan Tropis dan Biosistem. Vol.01 (1:31-35).

Putri, W.D., Haryadi, Marseno,D.W., dan cahyanto, M.N. 2012. isolasi dan
karakterisasi Bakteri Asam Laktat Amiklotik Selama Fermentasi Growol
Makanan Tradisional Indonesia. Jurnal teknologi Pertamina. Vol.13 (1:52-60).
VIII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai