Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

“SISTEM KOLOID”

Disusun oleh :

Tiyan Kintan Nurmilah (XI MIA E/33)

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 KEBUMEN
Jalan Mayjend Sutoyo No. 7 Kebumen Telp. (0287) 381407, Fax. (0287) 385012 Kode Pos 54316
E-mail : sma_1_kbm@yahoo.com, Website : www.sman1kebumen.sch.id
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
I. Judul : Uji Larutan, Koloid atau Suspensi
II. Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi.
III. Dasar Teori
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar). Nama koloid diberikan oleh Thomas Graham
pada tahun 1861. Istilah itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kolla” dan “oid”. Kolla
berarti lem, sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini, yang dikaitkan dengan lem
adalah sifat difusinya, sebab sistem koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti
lem.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain. Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga
disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen
adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah
campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air
dan minyak. Contoh koloid yaitu kabut, tinta, asap, sabun, susu, santan, jeli, selai,
mentega, mayonaise.
Larutan adalah suatu campuran dimana molekul zat terlarut menyebar merata
dalam molekul pelarut. Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat
yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang
membentuk larutan tidak berubah. Arti homogen menunjukkan tidak ada
kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu,
melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran. Sifat-sifat fisika zat yang
dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah.
Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan, yaitu pelarut  dan zat
terlarut. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain.
Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan. Zat terlarut adalah
komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam sistem larutan.
Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut dan terlarut juga ditentukan oleh
sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki struktur tidak berubah, sedangkan zat
terlarut dapat berubah. Contohnya: larutan gula, alcohol 70%, air laut, spiritus, larutan
cuka, larutan garam, sirup, udatra yang bersih, dan bensin.
Suspensi adalah campuran yang terdiri dari dua bagian yaitu endapan dan
filtrate (campuran heterogen). Suspensi bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga
merupakan sistem dua fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm.
Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contoh suspensi yaitu air sungai yang
keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak
dengan air.
Suatu campuran dapat digolongkan ke dalam larutan atau koloid atau suspensi
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
Larutan Koloid Suspensi

Homogen, tidak dapat Tampak homogen, dengan Heterogen


dibedakan dengan mikroskop ultra tampak
mikroskop ultra heterogen
Jernih Tidak jernih Tidak jernih
Satu fase Dua fase Dua fase
Tidak dapat disaring Dapat disaring dengan Dapat disaring dngan
kertas saring ultra kertas saring ultra
Stabil Umumnya stabil Tidak stabi;
Diameter partikel <10-7 Diameter partikel 10-7-10- Diameter partikel >10-5
cm 5 cm cm
Ukuran partikel 1Å-10 Å Ukuran partikel 10 Å- Ukuran partikel >2.000 Å
2.000 Å
IV. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
1. 6 Gelas Kimia 1. Gula pasir
2. Pengaduk 2. Tepung terigu
3. Corong 3. Susu
4. Kertas saring 4. Urea
5. Sabun detergen
6. Serbuk belerang

V. Cara Kerja
1.

2.

3. Diamkan campuran
4.

VI. Hasil Pengamatan

Sifat Campuran
Campuran air dengan Deterge Serbuk
Gula Terigu Susu Urea
n Belerang
Larut/Tidak Larut Larut Larut Larut Larut Tidak
Stabil/Tidak Stabil Tidak Stabil Stabil Tidak Tidak
Benin Benin
Bening/Keruh Keruh Keruh Keruh Keruh
g g
Meninggalkan
Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya
residu/Tidak
Benin Benin Benin
Filtrat bening/Keruh Keruh Bening Bening
g g g

VII. Pembahasan
Setelah melakukan percobaan, ketika mencampurkan air dengan gula, air dengan
urea, keduanya larut dalam air. Setelah didiamkan campuran itu tidak memisah
(stabil). Saat disaring, tidak dapat tersaring karena tidak mempunyai endapan. Hasil
filtratnya juga bening Campuran inilah yang dinamakan larutan.
Jika mencampurkan air dengan terigu, air dengan belerang ternyata kedua
campuran tersebut tidak larut dan terlihat keruh. Walaupun diaduk, campuran itu akan
tetap memisah ketika didiamkan dan meninggalkan residu ketika disaring. Hasil
penyaringan jernih/bening. Campuran seperti inilah yang dinamakan suspensi.
Ketika mencampurkan air dengan susu bubuk instan, ternyata susu larut tetapi
larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran itu tidak akan
memisah (stabil) dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil
penyaringan tetap keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan
tetapi, secara mikroskopis partikel-partikel susu yang tersebar di dalam air masih
dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan koloid. Pada campuran
susu dengan air, fase terdispersinya adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya
adalah air.
Ketika mencampurkan air dengan detergen ternyata detergen larut tetapi
campuran terlihat keruh. Jika didiamkan campuran itu tidak memisah (stabil) dan juga
tidak meninggalkan residu ketika disaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Campuran
seperti inilah yang dinamakan koloid. Pada campuran detergen dengan air, fase
terdispersinya adalah detergen, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
VIII. Kesimpulan
Pada larutan dan koloid tidak terjadi pengendapan sedangkan pada suspensi
terjadi pengendapan. Larutan memiliki 1 fase sedangkan koloid dan suspensi
memiliki 2 fase. Larutan bersifat homogen, dan suspensi bersifat heterogen,
sedangkan koloid secara makroskopis tampak homogen tetapi sebenarnya bersifat
heterogen. Larutan tidak dapat disaring sedangkan suspensi dapat disaring, dan koloid
tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra.
Campuran air dengan gula, air dengan urea merupakan larutan, karena memiliki
sifat larut, bening, mengalami satu fase (homogen), stabil, dan tidak dapat disaring.
Campuran air dengan  tepung terigu, air dengan belerang merupakan suspensi,
karena larutan tersebut memiliki sifat tidak larut meskipun diaduk dan didiamkan,
keruh, mengalami dua fase, tidak stabil, larutannya heterogen, dan dapat dipisahkan
dengan penyaring.
Campuran air dengan susu atau air dengan detergen merupakan koloid, karena
memiliki sifat larut dalam air, keruh, mengalami dua fase, tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan, hasil penyaringan tetap keruh. Secara pengelihatan makroskopis,
campuran ini tampak homogen, tetapi sebenarnya bersifat heterogen.
IX. Daftar Pustaka
Tim Masmedia Buana Pustaka. 2013. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Sidoarjo,
Masmedia.
Purba Michael. 2006. Kimia 2B. Jakarta, Erlangga.
http://t-rianhadi.blogspot.co.id/2015/05/laporan-praktikum-kimia-larutankoloid.html
http://michael-tjong.blogspot.co.id/2011/10/larutan-koloid-dan-suspensi.html
http://meidaolivia9.blogspot.co.id/2013/10/praktikum-kimiamengamati-
perbedaan.html
http://mursyidkhalifah.blogspot.co.id/2013/05/laporan-praktikum-mengamati-
perbedaan_7060.html
I. Judul : Efek Tyndal
II. Tujuan : Mengetahui sifat efek tyndall dalam beberapa larutan.
III. Dasar Teori
Efek Tyndall
Istilah efek tyndall didasarkan pada nama penemunya, yaitu John Tyndall,
seorang ahli fisika Inggris. Ia berhasil menerangkan bahwa langit berwarna biru
disebabkan oleh penghamburan cahaya pada daerah panjang gelombang biru oleh
sistem koloid berupa partikel-partikel oksigen dan nitrogen di udara. Berbeda jika
berkas cahaya dilewatkan melalui suatu larutan, nyatanya berkas cahaya seluruhnya
dilewatkan. Akan tetapi, jika berkas cahaya tersebut dilewatkan melalui suatu
suspense, berkas cahaya tersebut seluruhnya tertahan dalam suspensi tersebut.
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel
dalam system koloid berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar yang dapat
menghamburkan cahaya ke segala arah. Sebaliknya, jika ukuran partikel terlalu kecil
maka tidak mampu memantulkan cahaya. Contoh efek Tyndall adalah sorot lampu
mobil pada malam hari saat ada debu asap, atau kabut, sinar matahari yang melalui
celah daun, terjadinya warna biru pada siang hari dan warna merah/jingga di langit
saat matahari terbenam, dan cahaya proyektor di gedung bioskop. Efek Tyndall dapat
digunakan untuk membedakan larutan koloid dan larutan asli sebab larutan asli tidak
menunjukkan efek Tyndall.

IV. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. 4 tabung reaksi 1. Larutan gula
2. Senter 2. Larutan sabun
3. Larutan K2CrO4
4. Larutan I2
V. Cara Kerja

VI. Hasil Pengamatan


Larutan Larutan Larutan
No. Sifat Campuran Larutan I2
Gula Sabun K2CrO4

Warna
1. Bening Putih Kuning Orange
larutan/campuran

2. Bening/keruh? Bening Keruh Bening Bening


Menghamburkan
Meneruskan Menghambur Meneruskan Menghambur
3. cahaya/menerusk
cahaya kan cahaya cahaya kan cahaya
an cahaya?

VII. Pembahasan
Pada larutan gula dan larutan K 2CrO4 berkas cahaya terlihat jelas. Hal ini
dikarenakan cahaya tidak dihamburkan oleh partikel partikelnya dan jalannya
cahaya dapat fokus ke depan. Sehingga larutan gula tidak terjadi efek Tyndall.
Dan berkas cahaya dapat terlihat jelas oleh mata.
Pada larutan sabun berkas cahaya tidak terlihat dengan jelas. Hal ini
dikarenakan oleh partikel-partikelnya yang terdiri dari molekul/ionnya yang cukup
besar yang dapat menghamburkan cahaya. Sehingga berkas cahaya tidak dapat
terlihat dengan jelas oleh mata dan jalannya cahayapun menjadi terhambur ke
segala arah. Peristiwa tersebut disebut sebagai efek Tyndall.
Pada larutan I2 tidak terlihat berkas cahaya. Hal ini dikarenakan gerakan
partikelnya tidak menyebar melainkan membentuk dua fase, yaitu filtrate dan
endapan. Sehingga berkas cahaya tidak dapat terlihat. Serta jalannya cahaya pun
tidak terlihat fokus melainkan menyebar.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa efek tyndall pada larutan yaitu
akan meneruskan cahaya, seperti larutan gula dan larutan K2CrO4. Sedangkan sifat
cahaya Efek Tyndall pada koloid, yaitu akan menghamburkan cahaya seperti larutan
sabun.
Jalannya cahaya dan berkas cahaya dapat menentukkan campuran itu bersifat
larutan, koloid, maupun tersuspensi kasar.
 Larutan                 : ~ Berkas cahaya terlihat jelas
  ~ Jalannya cahaya tidak terlihat
~ Tidak terjadi efek Tyndall
 Koloid                   : ~ Berkas cahaya menyebar
            ~ Jalannya cahaya terlihat
            ~ Terjadi efek Tyndall
 Suspensi kasar : ~ Berkas cahaya tidak ada
             ~ Jalannya cahaya tidak terlihat
  ~ Tidak terjadi efek Tyndall

IX. Daftar Pustaka


Tim Masmedia Buana Pustaka. 2013. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Sidoarjo,
Masmedia.
Purba Michael. 2006. Kimia 2B. Jakarta, Erlangga.
http://blog-sekedartulisan.blogspot.co.id/2013/05/praktikum-kimia-efek-
tyndall.html
http://kita-belajar-online.blogspot.co.id/2014/07/laporan-praktikum-kimia-efek-
tyndall.html
http://anitadsuprapty.blogspot.co.id/2011/02/kimia.html
http://michael-tjong.blogspot.co.id/2011/10/larutan-koloid-dan-suspensi.html
I. Judul : Pengolahan Air Sederhana
II. Tujuan : Untuk mengetahui salah satu pemanfaatan sifat partikel koloid yaitu
pengolahan air sederhana.
III. Dasar Teori
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi.
Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan kemungkinan
juga mengandung zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida.
Bahan-bahan yang bisa digunakan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium
sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk
menggumpalkan lumpur koloidal, sehingga lebih mudah disaring. Pasir berfungsi
sebagai penyaring. Klorin berfungsi sebagai pembasmi hama, sedangkan kapur tohor
berfungsi untuk menetralkan pH, untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena
penggunaan tawas.
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari saringan pasir arang dan
saringan pasir lambat. Pada saringan tradisional ini menggunakan bahan penyaring,
seperti sabut/ijuk, kerikil, pasir, kapas, batu-batu, arang. Air yang melewati penyaring
tersebut akan tersaring sehingga menghasilkan air yang jernih.
Adapun kegunaan dari bahan-bahan tersebut ialah:
a. Ijuk atau kapas berfungsi untuk menyaring kotoran kotoran yang ada di dalam air.
Kapas dapat menyerap endapan-endapan air yang membuat warna air keruh. Kita bisa
melihat endapan-endapan tersebut yang menempel pada kapas. Penyaringan dengan
kapas dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air
keruh. Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas yang
digunakan.
b. Batu-batu, kerikil, dan pasir berfungsi untuk menyaring material-material yang
berukuran besar, contoh: daun-daun yang berada di sungai, lumut, ganggang, dan
lain-lain.
c. Arang berfungsi untuk menyaring/menghilangkan bau, warna, zat pencemar dalam
air, sebagai pelindung dan penukaran resin dalam alat/penyulingan air.
IV. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Botol air mineral 1. Kapas
2. Cutter 2. Ijuk
3. Pasir halus
4. Kerikil
5. Batu
6. Arang
7. Air kotor
V. Cara Kerja
1. Potong atau gunting bagian bawah botol mineral hingga lepas
2. Kemudian, susun alat dan bahan di atas hingga seperti susunan di bawah ini :

Keterangan :
a. Setiap sekat diberi kapas secukupnya
b. Setiap bahan yang digunakan dicuci terlebih dahulu agar air yang dihasilkan
tidak berwarna keruh.
VI. Hasil Pengamatan
pH air kotor 6.5
pH hasil penyaringan adalah 5.9

VII. Pembahasan
Tahapan penyaringan :
1. Pertama air akan melewati kapas, kapas berfungsi untuk menyaring kotoran-
kotoran yang berukuran kecil dan menyerap warna keruh pada kotoran.
2. Air melewati batu, kerikil, kemudian pasir, ketiga bahan ini berfungsi untuk
menyaring material yang berukuran besar, sedang, dan kecil.
3. Kemudian, air akan melewati arang, arang berfungsi untuk menghilangkan bau.
4. Kemudian akan melewati batu dan kerikil untuk menyaring material.
5. Air akan melewati ijuk dan kapas sebagai tahapan terakhir.
Dengan tahapan penyaringan sederhana ini, dapat menjernihkan air, menghilangkan
kotoran-kotoran yang terdapat dalam air, dan menghilangkan bau. pH yang didapat
dalam percobaan kami adalah 5.9, pH yang asam ini terjadi karena kami sudah
menggunakan alat penyaringan kami sebelumnya, sehingga air yang dihasilkan tidak
sejernih dan sebening percobaan yang sebelumnya.

VIII. Kesimpulan
1. Pengolahan air sederhana memanfaatkan sifat koloid yaitu adsorps dan
koagulasi.
2. Cara sederhana untuk mendapatkan air bersih dengan cara penyaringan dan
pengendapan koloidal yang terdapat dalam air yang berupa saringan
kapas/ijuk, pasir, kerikil, batu, dan arang,

IX. Daftar Pustaka


Tim Masmedia Buana Pustaka. 2013. Kimia untuk SMA/MA kelas XI. Sidoarjo,
Masmedia.
Purba Michael. 2006. Kimia 2B. Jakarta, Erlangga.
http://tscumum2011.blogspot.co.id/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
http://nurhiidhayah.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum.html
http://enggarikhtianti.blogspot.co.id/2014/12/praktikum-penjernihan-air.html
http://nurynprabw.blogspot.co.id/2014/07/laporan-hasil-penjernihan-air.html

I. Judul : Pembuatan Koloid


II. Tujuan : Membuat koloid dengan cara dispersi
III. Dasar Teori
Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi.  Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sol
adalah system koloid yang fase tedispersinya berupa zat padat dan medium
pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Bila medium pendispersinya berupa
zat padat disebut sol padat. Sedangkan emulsi adalah system koloid yang fase
terdispersinya berupa zat cair dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat
padat. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan emulsi padat.
Beberapa emulsi (fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair) membentuk
campuran yang kurang stabil. Misalnya minyak dengan air, setelah dikocok akan
diperoleh campuran yang segera memisah jika didiamkan. Emulsi yang semacam
itu memerlukan suatu zat pengemulsi (emulgator) untuk membentuk suatu
campuran yang stabil. Contohnya : detergen yang digunakan sebagai emulgator
bagi emulsi minyak didalam air. Dari pengertian di atas, tampak bahwa proses
dialam ini banyak berhubungan dengan system koloid. Tidak terkecuali di
lingkungan tempat tinggal kita.
Sistem koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel
larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi.
Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense
kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan disperse.
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga
listrik (cara busur bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian
diaduk dengan medium dispersi. Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan
menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti
gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah). Zat
pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh
bensin, dan lain-lain.
c. Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam. Logam yang
akan dijadikan koloid digunakan sebagai electrode yang dicelupkan ke
dalam medium disperse kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua
ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu
atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara disperse dan
kondensasi. Contoh : pembuatan sol platina dan sol emas.
IV. Alat dan Bahan
Pembuatan sol/gel agar-agar
Alat : Bahan :
1. Bubuk agar-agar
1. Tabung reaksi
2. Air
2. Spatula
3. Pembakar spiritus
4. Korek api
Pembuatan emulsi minyak dalam air
Alat : Bahan :
1. Tabung reaksi 1. Air
2. Minyak goreng
3. Detergen
V. Cara Kerja

Panaskan lalu dinginkan

VI. Hasil Pengamatan


Pembuatan sol/gel agar-agar :

Anda mungkin juga menyukai