Anda di halaman 1dari 4

Tak Lapor, Pemerintah Cabut 6.

541 Izin
Penanaman Modal Asing
Galih Gumelar, CNN Indonesia | Kamis, 19/03/2015 13:07 WIB
Bagikan :    

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencabut 6.541 izin
prinsip penanaman modal asing yang telah menyatakan minat investasi dari 2007 hingga 2012. Hal
ini merupakan tindak lanjut dari peringatan kepada 15.528 pemegang izin prinsip yang belum
melakukan realisasi, yang sebelumnya telah disurati oleh BKPM pada Januari lalu.

Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan, langkah ini
diambil untuk melihat sejauh mana efektivitas investasi yang masuk di Indonesia. Ia juga
mengatakan bahwa sejauh ini sudah ada 3.158 kegiatan penanaman modal yang sudah diberi
nomor, sisanya akan diproses dan akan selesai pada hari Senin pekan depan.

"Kita telah membatalkan sebanyak 6.231 PMA yang tak melaporkan Laporan Kegiatan Penanaman
Modal (LKPM) padahal sudah kita surati dan kita kasih tenggat waktu satu bulan. Sedangkan 310
sisanya telah dibatalkan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
(BP-KPBB)," tegas Azhar di gedung BKPM, Jakarta, Kamis (19/3).

Berdasarkan data BKPM, negara yang paling banyak mengalami pembatalan izin prinsip berasal
dari Korea Selatan yaitu sebanyak 621 izin prinsip, atau 20 persen dari total izin prinsip yang
dicabut. Selain Korea Selatan, Tiongkok menempati urutan ke-dua dengan jumlah 344 izin prinsip
yang dibatalkan.
Data BKPM juga menyatakan bahwa sebagian besar izin prinsip yang dicabut merupakan rencana
investasi di sektor perdagangan dengan nilai 945 izin prinsip. Selain itu, pencabutan izin prinsip
pada jasa pertambangan juga terbilang banyak, dimana sebanyak 630 izin prinsip telah dibatalkan
oleh BKPM.

Sementara itu, Kepala BKPM Franky Sibarani menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan
implementasi yang tercantum di dalam UU no. 25 tahun 2007 tentang LKPM, sehingga sudah
merupakan kewajiban bagi BKPM untuk memaksa investor melaporkan kegiatan investasinya
secara triwulan-an.

"Harus diingat bahwa investor juga harus melakukan kewajibannya untuk melaporkan
perkembangan investasinya, jangan hanya menuntut insentif, pelayanan investasi, dan tuntutan
pengusaha lainnya. Harus seimbang," ujar Franky di lokasi yang sama.

Pembatalan izin prinsip ini merupakan kelanjutan dari pemberitahuan kepada 15.528 pemegang izin
prinsip yang disurati BKPM karena belum melakukan pelaporan realisasi. Di dalam surat itu, BKPM
memberikan waktu satu bulan bagi para investor untuk melakukan pelaporan LKPM.

Dari 15.528 surat yang dikirim, BKPM akhirnya hanya mengirimkan 10.294 surat karena sisanya
langsung melaporkan LKPM. Dari angka tersebut, sebanyak 6.204 pemegang izin prinsip tidak
merespon surat yang dikirimkan BKPM. (gir/gir)
Izin Penanaman Modal Asing yang Dicabut
Senilai US$ 23,24 M
Galih Gumelar, CNN Indonesia | Kamis, 19/03/2015 14:20 WIB
Bagikan :    

Sejumlah pekerja menyelesaikan konstruksi modul untuk rig pengeboran lepas pantai di Batam, Selasa (23/9).
(ANTARA FOTO/Joko Sulistyo)

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membatalkan 6.541
rencana investasi akibat para pemegang izin prinsip penanaman modal asing tidak segera
melaporkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Nilai 6.541 izin prinsip tersebut setara
US$ 23,24 miliar yang 'menggantung' sejak tahun 2007 hingga 2012.

"Total nilai rencana investasi yang kami batalkan adalah senilai US$ 23,24 miliar yang terdiri dari
berbagai sektor, dimana nilai rencana investasi yang terbesar ada di sektor industri kimia dasar,
barang kimia, dan farmasi mencapai US$ 6,38 miliar," ujar Deputi Bidang Pengendalian Penanaman
Modal BKPM Azhar Lubis di Jakarta, Kamis (19/3).

Selain itu, BKPM juga membatalkan rencana investasi di sektor industri logam sebesar US$ 1,79
miliar. Salah satu dari rencana investasi tersebut adalah proyek smelter bauksit di Kalimantan
Barat, yang mana realisasinya sampai sekarang belum dilakukan meskipun izin prinsip telah
diberikan sejak 2008.

"Kita juga menghentikan proyek smelter bauksit di Kalimantan Barat dengan nilai US$ 800 juta,
dimana investasinya dilakukan oleh Tiongkok," ujar Azhar.

Selain itu, BKPM juga membatalkan proyek di bidang jasa pertambangan dengan nilai rencana
investasi sebesar US$ 3,31 miliar, dimana salah satu proyek yang dibatalkan adalah industri oil
refinery senilai US$ 1 miliar yang awalnya akan dibangun oleh investor asal Arab Saudi.

"Namun sayangnya kami tak bisa membeberkan nama-nama investornya," tegasnya.

Azhar juga mengatakan bahwa dalam konteks besaran nilai investasi, pembatalan rencana
penanaman modal dari Arab Saudi menempati posisi pertama dengan total sebesar US$ 5,16 miliar.
Sedangkan Korea Selatan menempati posisi kedua, dimana sebanyak US$ 4,62 miliar rencana
investasi dibatalkan oleh BKPM.

"Dalam hal ini, bukan berarti investasi asal Korea Selatan selalu berakhir di perencanaan. Data kami
menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2010 hingga 2014, rencana investasi Korea Selatan
mencapai US$ 9,51 miliar dengan realisasi sebesar US$ 6,74 miliar, sehingga rasio realisasinya
sebesar 71 persen dan angka ini kami anggap cukup tinggi dibandingkan negara lainnya," ujar
Kepala BKPM Franky Sibarani ketika ditemui di tempat yang sama.

Agar membuat investor tekun melaporkan LKPM, BKPM mencoba untuk memberikan fasilitasi atas
kesulitan yang dialami oleh para investor. Terlebih, pada tahun ini BKPM sedang menggiatkan
proyek debottlenecking sehingga permasalahan-permasalah investor dalam menanamkan modal
dapat dicari solusinya.

"Untuk kedepannya, kita juga akan melakukan review terhadap seluruh rencana investasi,
khususnya di bidang jasa perdagangan, jasa pertambangan, dan jasa konsultasi karena di bidang
usaha inilah banyak izin prinsip yang kami cabut," 

Anda mungkin juga menyukai