Anda di halaman 1dari 62

BUKU DIGITAL KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Glaukoma dan
Katarak)

2014

WWW.ISTANAKEPERAWATAN.BLOGSPOT.COM
KUTIPAN PASAL 72 :
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmatNYA penulis telah berhasil menyusun revisi kedua ebook Ratusan Askep
untuk mahasiswa keperawatan. Buku berbasis digital ini atau yang biasa disebut
dengan ebook, merupakan inovasi terbaru untuk para mahasiswa keperawatan
dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin berkembang.
Dengan adanya buku berbasis digital, mahasiswa bisa membawa ataupun
menyimpan ebook ini dengan fleksibel dan praktis. Pada penulisan ebook ini,
penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari materi pelajaran
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dosen pengajar. Ebook ini juga
diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa kesehatan lainnya karena penulis
berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang
disempurnakan.

Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang


maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang maksimal,
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, ebook ini masih
banyak kekurangan dan kelemahannya baik dari segi bahasa, pengolahan maupun
dalam penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
dalam bidang keperawatan.

Surabaya, Agustus 2014

Penulis

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 3


Anatomi dan Fisiologi Mata

Tulang Orbita (Rongga Mata)


Orbita merupakan rongga yang ditempati oleh mata. Setiap orbita
secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak (apeks) mengarah ke
medial. Setiap orbita disusun atas tujuh tulang, yaitu Os Zigomatikus, Os
Maksilaris, Os Palatum, Os Lakrimalis, Os Etmoidalis, Os Sfenoidalis,
Os Frontalis
Pada apeks orbita, terdapat lubang besar yang disebut foramen
optikum yang dilewati oleh nervus optikus dan arteria oftalmia. Orbita
dilapisi oleh lemak sebagai bantalan bola mata. Letak anatomis orbita
berdekatan dengan sinus dan pembuluh darah.
Palpebra ( Kelopak Mata )

Gambar 3. Anatomi Palpebra

Palpebra merupakan lipatan muskulofibrosa yang dapat


digerakkan (buka dan tutup) untuk melindungi dan meratakan air mata
ke permukaan bola mata serta mengontrol banyaknya sinar yang masuk
ke dalam bola mata.
Otot Mata

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 4


Gambar 4. Anatomi Otot Mata
Gerakan mata dikontrol oleh enam otot ekstraokular yang masuk
ke sklera dan dipersarafi oleh saraf otonom. Setiap orbita memiliki
enam otot eksternal yaitu :
a. Muskulus rektus superior
Berorigo dekat apeks orbita, dan berinsersio pada
permukaan atas sklera. Kerja otot ini melakukan rotasi (memutar)
mata ke atas dan ke dalam.
b. Muskulus rektus inferior
Berorigo dekat apeks orbita dan berinsersio pada permukaan
bawah sklera. Kerja otot ini melakukan rotasi ke bawah dan ke
dalam.
c. Muskulus rektus medialis
Berorigo dekat apeks orbita, berjalan ke depan dan
berinsersio pada permukaan medial sklera. Kerja otot ini melakukan
rotasi mata ke dalam.
d. Muskulus rektus lateralis
Berorigo dekat apeks orbita dan berinsersio pada permukaan
lateral sklera. Kerja oto ini mengadakan rotasi mata keluar.
e. Muskulus oblikus superior
Berorigo dekat apeks orbita, berjalan ke depan sepanjang
atap orbita dan mengait mengelilingi troklea (efek kerekan). Otot ini
berjalan ke belakang dan keluar dan berinsersio pada permukaan

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 5


luar sklera di belakang ekuator (b agian tengah bola mata). Kerja
otot ini merotasi bola mata ke bawah dan ke dalam.
f. Muskulus oblikus superior
Berorigo pada tepi bawah orbita, berjalan ke samping luar
dan berinsersio pada bagian bawah sklera di belakang ekuator.
Kerja otot ini merotasi bola mata ke atas dan keluar.
Pergerakan otot dipengaruhi saraf otonom. N III
mempengaruhi muskulus rektus superior, medial, inferior, dan
muskulus oblik inferior. Muskulus oblik superior diinervasi oleh N
IV dan muskulus rektus lateralis diinervasi oleh N VI. Otot mata
dibungkus oleh fasia sebagai kapsula tendon.

Bulbus Orbita (Bola Mata)

Gambar 5. Anatomi Bulbus Orbita


Secara anatomi, bulbus orbita diklasifikasikan berdasarkan :

a. Lapisan
Ada tiga lapisan primer yaitu sklera, uvea (yang mengandung
koroid) dan retina.

1. Sklera

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 6


Lapisan paling luar dari mata dan paling kuat sering juga
disebut putih mata. Di bagian posterior sklera mempunyai
lubang yang dilewat oleh nervus optikus dan pembuluh darah
retina sentralis.pada bagian anterior struktur ini berlanjut
menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi oleh
konjungtiva. Konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris
dipisahkan oleh sklera dan ruang potensial yaitu sakus
konjungtiva di atas permukaan dalam konjungtiva yang
memiliki seperti daging kecil berwarna merah disebut
karunkula. Konjungtiva berakhir pada limbus korneosklera
yang biasanya mengandung jaringan pembuluh darah rapat.
2. Uvea
Lapisan tengah bola mata yang mengandung pigmen dan
terdiri atas koroid, iris dan badan siliar.
3. Retina
Merupakan jaringan semitransparan mengandung sel
ganglionik dan fotosensitif retina sensorik. Distimulasi oleh
cahaya yang masuk melalui kornea, lensa dan humor vitreus.
Terdapat dua macam sel fotosensitif di dalamnya yaitu sel
batang dan sel kerucut.
b. Struktur
Dibedakan dalam struktur ruang anterior dan struktur ruang
posterior.Struktur ruang anterior meliputi kornea, iris, zonula zinii
dan diisi oleh cairan humor aqueus.Sedangkan struktur posterior
meliputi badan fitreus, lakrimalis (kelenjar air mata).Berikut adalah
penjelasannya :

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 7


1. Struktur Ruang Anterior

Gambar 8. Struktur Ruang Anterior Bulbus Orbita

a. Kornea
Jaringan avaskular dan bening (transparan)
membentuk seperenam bagian depan bola mata dengan
garis tengah kira – kira 11mm. Pertemuan antara kornea
dan sklera disebut juga korneo-sklera junction atau limbus.
Tersusun atas lima lapisan yaitu jaringan epitelium,
membran Bowman, stroma, membran descemet, dan
endotelium. Dipersarafi oleh cabang saraf sensoris
trigeminus (saraf kranialis V) dan menerima rangsang
sensorik sebagai rasa nyeri.
b. Iris
Struktur yang kaya vaskuler dengan pigmen
berbeda. Bisa menyesuaikan keadaan untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Pergerakan
kontriksi dan dilatasi pupil dipengaruhi oleh saraf otonom
simpatis dan saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
okulomotorius (N III) akan mengaktivasi otot konstriktor
pupilae sirkuler pada bagian dalam pupil menyebabkan
kontriksi.

c. Lensa

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 8


Struktur transparan, avaskular dan bikonveks yang
digantungkan di belakang iris oleh zonula zinii. Mampu
melakukan akomodasi untuk memfokuskan cahaya yang
masuk agar menimbulkan bayangan tepat pada retina.
d. Badan Siliar
Bagian dari trakus uvea mengandung pigmen,
vaskular, dan muskular. Mempunyai dua fungsi yaitu
memproduksi humor aqueus dan menyesuaikan bentuk
lensa untuk akomodasi. Mempunyai ligamentum
suspensorium menyokong lensa dan menggantungkannya
ke badan siliar belakang iris.
e. Humor Aqueus
Berfungsi memberikan tekanan konstan dalam
ruang anterior dan memberikan nutrisi bagi jaringan mata
avaskular. Diproduksi oleh badan siliar dialirkan dari
kamera posterior melalui iris menuju kamera anterior, dan
difiltrasi jaring trabekula menuju kanalis Schlemm.
2. Struktur Ruang Posterior
a. Badan Fitreus
Merupakan bagian dari kamera posterior. Tersusun
atas gel kolagen dan cairan transparan.
b. Lakrimalis (kelenjar air mata)

Gambar 9. Anatomi Lakrimalis

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 9


Air mata diproduksi oleh lakrimalis dan drainase air
mata melewati saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior.
Ada dua macam air mata yang diproduksi yaitu air mata
pelumas, mengandung lemak, air dan mukosa serta air mata
aqueus yang dihasilkan sebagai respon emosi dan iritasi
yang hanya berisi air.

Glaukoma

Definisi Glaukoma

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik


berupapeninggiantekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan
defek lapang pandanganmata.(Sidarta Ilyas,2000).Glaukoma adalah
sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler.( Long Barbara, 1996).

Gambar 10. Peningkatan Tekanan Intraokuler

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh


tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik
yang membentuk bagian-bagian retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari
otak yang memproses informasi pengelihatan.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 10


Gambar 11. Mekanisme Glaukoma

Bagian depan mata diisi dengan suatu cairan bening yang disebut
aqueous humor, yang menyediakan makanan kepada struktur-struktur
dibagian depan mata. Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang
mengisi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Volumenya adalah
sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal,
adalah 1.5-2 µL/ mnt. Komposisi Aqueous humor serupa dengan plasma
kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat
yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Cairan
ini diproduksi secara terus menerus oleh badan ciliary (ciliary body), yang
mengelilingi lensa mata. Aqueous humor kemudian mengalir melalui pupil
dan meninggalkan mata melalui kanal kecil (tiny channels) yang disebut
trabecular meshwork. Sesudah keluar melalui trabecular meshwork didalam
filtering angle, aqueous fluid kemudian mengalir masuk kedalam pembuluh-
pembuluh darah kecil (capillaries) dan kedalam aliran darah utama. Cairan
aqueos humour berbeda dengan airmata, air mata dihasilkan oleh suatu
kelenjar diluar mata.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 11


Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan


glaukoma sekunder.Berikut penjelasannya.
1. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma
tidak diketahui.Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu
glaukoma sudut tertutup atau glaukoma sudut sempit dan
glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma
simpleks atau glaukoma kronik.

a. Glaukoma sudut tertutup


1. Sudut Tertutup Akut/Sudut Sempit
Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata
sempit.Pada glaukoma sudut tertutup terjadi penutupan
pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan
yang mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat
di mata dan di kepala serta perasaan mual dan muntah.
Keadaan mata menunjukkan tanda-tanda peradangan seperti
kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata
sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea
suram dan edem, iris sembab meradang, penglihatan kabur
disertai dengan adanya halo (pelangi disekitar
lampu).Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan
ruang yang gelap seperti bioskop yang memungkinkan
pupil melebar, dan akibat mengkonsumsi beberapa obat
tertentu seperti antidepresan, influenza, antihistamin,
antimuntah serta obat yang melebarkan pupil.Keluhan ini
hilang bila pasien masuk ruang terang atau tidur karena
terjadi miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata
terbuka.Hanya pembedahan yang dapat mengobati
glaukoma sudut tertutup akut.Tindakan pembedahan harus

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 12


dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut tertutup akut
karena serangan dapat berulang kembali pada suatu saat.

2. Sudut Tertutup Kronik


Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-
angsur menutupi jalan keluar cairan mata tanpa gejala yang
nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk jaringan
parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola
mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar
akibat bertambahnya jaringan parut.
3. Sudut Tertutup dengan Hambatan Pupil
Sudut tetutup dengan hambatan pupil adalah
glaukoma dimana ditemukan keadaan sudut bilik mata
depan yang tertutup disertai dengan hambatan pupil. Bila
usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung
sehingga bilik mata depan akan bertambah dangkal. Posisi
lensa yang kedepan akan mendorong iris ke depan, oleh
karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk
mendorong cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah
iris.
4. Sudut Tertutup tanpa Hambatan Pupil
Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil
adalah glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik
mata depan yang tertutup, tanpa disertai dengan hambatan
pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit
sejak semula (bersifat herediter), sehingga menyebabkan
gangguan penglihatan cairan bilik mata depan ke jaring
trabekulum. Hambatan aliran cairan mata (aqueus humor)
dapat terjadi karena penutupan sudut bilik mata yang dapat
terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali atau
mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan
memberikan gambaran klinik yang berbeda-beda antara
lain:

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 13


a. Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closure)
Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau
tiba-tiba sehingga aliran cairan mata (akuos humor) dari
bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor
pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu
gembira, sesudah menonton film di bioskop, berada
dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak.
b. Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle
Closure)
Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit
sejak semula dan dapat menyebabkan gangguan aliran
cairan mata (akuos humor) menuju ke jarring
trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa
serangan-serangan yang singkat dan hilang timbul.
Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan
terbuka kembali, akan tetapi keadaan sudut bilik mata
depan tidak terbuka kembali seperti semula (menjadi
lebih sempit).
c. Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure)
Dapat terjadi karena penutupan sudut yang
perlahan-lahan atau merupakan kelanjutan serangan
intermitet yang sudah menimbulkan sinekia (perlekatan
iris dengan kornea pada sudut bilik mata) yang luas.
Dapat juga terjadi karena serangan mendadak yang
tidak diatasi dengan baik.
b. Glaukoma Sudut Terbuka
1. Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks)
Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah
glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan disertai
dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Pada
umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks)
ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun, walaupun

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 14


penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang lebih
muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau
resesif pada kira-kira 50% penderita. Secara genetik
penderitanya adalah homozigot. Pada penderita glaukoma
sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat
pada jarring trabekulum dan kanal Schlemm. Mata tidak
merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan
sehingga terdapat gangguan susunan anatomik tanpa
disadari penderita. Gangguan akibat tingginya tekanan bola
mata terjadi pada kedua mata, sehingga ditemukan gejala
klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma simpleks
terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan
progresif sampai berakhir dengan kebutaan. Glaukoma
sudut terbuka kronik (simpleks) dibagi lagi menjadi sebagai
berikut:
a. Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun
sistemik dapat mencetuskan glaukoma sudut terbuka
kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan
terjadi peninggian tekanan bola mata dengan keadaan
mata yang terlihat dari luar putih atau normal. Pasien
akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa
ekskavasi papil glaukomatosa dan kelainan pada lapang
pandangan. Bila steroid diberhentikan maka pengobatan
glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti
pengobatan pada glaukoma lainnya.
b. Glaukoma Tekanan Rendah (Normal)
Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah
suatu keadaan dimana ditemukan penggaungan papil
saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas
glaukoma tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang
tidak tinggi (normal). Penyebab dari tipe glaukoma

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 15


bertekanan rendah (normal), berhubungan dengan
kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata,
yang dapat mengakibatkan kematian dari sel-sel saraf
optik yang bertugas membawa impuls/rangsang dari
retina menuju ke otak.
c. Glaukoma miopi atau pigmen
Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma
primer sudut terbuka dimana pada pemeriksaan
gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat
pada jarring trabekulum. Pada stadium permulaan
ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di
dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi
disekitar lampu) karena adanya edema pada kornea.
Sesudah stadium permulaan dapat diatasi biasanya
tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola
mata dapat terkontrol.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui
penyebab timbulnya. Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau
dihubungkan dengan kelainan-kelainan atau penyakit yang telah
diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti : kelainan lensa,
kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain.
a. Glaukoma dibangkitkan lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu
bentuk daripada glaukoma sekunder. Glauko ma ini terjadi
bersamaan dengan kelainan lensa, dimana terjadi gangguan
pengaliran cairan mata (aqueus humor) ke sudut bilik mata
akibat mencembungnya lensa mata.
b. Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang
disebabkan oleh bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler
(neovaskuler) di permukaan iris. Neovaskuler ini menuju ke

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 16


sudut bilik depan dan berakhir pada jarring trubekulum.
Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal,
misalnya : kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan
pembuluh darah, penyakit pembuluh darah sistemik, serta
penyakit tumor mata.
c. Glaukoma Maligna
Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan
tekanan intrakuler (TIO) atau tekanan pada bola mata oleh
karena terdapatnya hambatan siliar (ciliary block). Hambatan
siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa
dengan badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal
ini menyebabkan terjadinya penimbunan cairan mata (akuos
humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang yang
mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan
terjadinya pendangkalan bilik mata depan.
d. Glaukoma dengan Hambatan Pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma
sekunder yang timbul akibat terhalangnya pengaliran cairan
mata (aqueus humor) dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada
hambatan yang bersifat total, glaukoma terjadi akibat
perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan badan kaca.
Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan
yang bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal
iris terdorong kedepan, sehingga menutup sudut bilik mata
depan. Akibatnya terjadi tekanan yang lebih tinggi di bilik mata
belakang dibandingkan dengan bilik mata depan.
e. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan
tingginya tekanan bola mata akibat terdapatnya gangguan
perkembangan embriologik segmen depan bola mata.
Gangguan perkembangan embriologik dapat berupa kelainan

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 17


akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut
bilik mata depan pada saat perkembangan bola mata, kelainan
pembentukan kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak
sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik yang
menampung cairan bilik mata. Akibat pembendungan cairan
mata, tekanan bola mata meninggi pada saat bola mata sedang
dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran bola mata
yang disebut sebagai buftalmos. Gejala-gejala glaukoma
kongenital biasanya sudah dapat terlihat pada bulan pertama
atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaukoma
kongenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan
terlihat pada bayi yang menderita glaukoma kongenital, hal ini
terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin menghindari sinar
sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala
dan matanya.
f. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut adalah suatu keadaaan akhir semua
jenis glaukoma dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol
atau sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut,
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, mata keras seperti
batu dan disertai dengan rasa sakit.
Etiologi Glaukoma

Kasus glaukoma dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:

1. Penyumbatan saluran aqueous humour atau akibat dari produksi


aqueous humour yang berlebihan sehingga menyebabkan TIO
meningkat.Kebanyakan kasus glaukoma disebabkan oleh karena
saluran aqueous humour tersumbat dan aliran aqueous humour
tidak lancar sehingga tekanan bola mata naik. Tekanan yang tinggi
akan menyebabkan kerusakan syaraf optik. Namun begitu
perkembangan Glaukoma belum difahami sepenuhnya. Ada orang

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 18


yang mengalami tekanan bola mata tinggi tetapi tidak mengalami
kerusakan syaraf optik mata. Orang lain mungkin mengalami
tekanan mata yang normal tetapi syaraf optik mengalami
kerusakan.
2. Faktor yang lain seperti kekurangan pengaliran darah ke dalam
syaraf optik atau kelemahan syaraf optik juga memainkan peranan.

Berikut adalah berbagai faktor yang dapat menyebabkan glaukoma,


yaitu :

a. Umur dan proses penuaan


Resiko glaukoma akan semakin tinggi dengan
bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang
terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
b. Ras
Orang berkulit hitam akan semakin tinggi beresiko terkena
glaukoma, dibandingkan orang berkulit putih.
c. Faktor genetik
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma, akan
meningkatkan resiko terjadinya glaukoma terhadap anggota
keluarga lainnya untuk glaukoma jenis tertentu.
d. Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena
glaukoma.Pengukuran tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah
sakit, dan/atau dokter spesialis mata.
e. Kimia
Pemakaian obat secara terus menerus dan tidak terkontrol
seperti pemakaian steroid pada obat mata, obat inhaler untuk
penderita asma dapat memicu terjadinya glaukoma.
f. Trauma mata
g. Penyakit lain

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 19


Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau
proses patologik dari sistem tubuh lainya, seperti riwayat penyakit
dibetes, hipertensi, dan migren.
Manifestasi Klinis Glaukoma
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
b. Pandangan kabut, melihat halo disekitar lampu
c. Mual, muntah, berkeringat
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar
e. Visus menurun atau pandangan menurun
f. Edema kornea
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma
sudut terbuka)
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada reflek terhadap cahaya
i. Tekanan intra okuler meningkat

Prognosis
Prognosis Glaukoma merupakan suatu kedaruratan oftalmologi
sehingga apabila tidak segera ditangani prognosisnya akan buruk.
Bahkan akan terjadi komplikasi pada mata yaitu kebutaan.
Komplikasi

Apabila tidak ditangani segera secara medis, dapat mengalami


komplikasi berupa kebutaan.Hilangnya penglihatan ditandai dengan
adanya titik buta pada lapang pandang.

Pemeriksaan Fisik Glaukoma

Untuk mengidentifikasi adanya glaukoma, dapat dilakukan berbagai


pemeriksaan berikut:

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 20


1. Tonometri Schiotz
Dasar

Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau


menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak
bebas pada sumbunya.

Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan


bola mata ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam
melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pada beban
tonometer.

Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi lebih


dalam bila tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan
tekanan tinggi.

Pada tonometer schiotz bila tekanan rendah atau bola mata


empuk maka beban akan dapat mengidentifikasi lebih dalam
disbanding bila tekanan bola mata tinggi atau bola mata keras.

Tujuan

Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer

Alat

1. Obat tetes anestesi local (tetrakain)


2. Tonometer schiotz
Teknik
1. Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang
dipakai.
2. Pasien diminta tidur telentang ditempat tidur.
3. Mata ditetes tetrakain.
4. Ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas.
5. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari
(jangan tertekan bola mata pasien).

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 21


6. Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya
atau pasien melihat ke langit-langit ruangan pemerikasaan.
7. Telapak tonometer schiotz diletakkan pada permukaan kornea.
8. Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap,
dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-
15
Nilai
Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola
mata dalam millimeter air raksa.
a. Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma.
b. Bila tekanan lebih daripada 25 mmHg pasien menderita
glaukoma.

2. Uji Tonometri Aplanasi


Tujuan

Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler


dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sclera (sclera rigidity)
dengan mendatarkan permukaan kornea.

Dasar

Menurut Ilmu Alam tekanan adalah sama besar dengan


tenaga dibagi luas yang ditekan (P=F/A). Untuk mengukur tekanan
mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai
kornearata dan jumlah tenaga yang diberikan pada Tonometer
aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali
sepuluh dikonversi langsung dalam mmHg tekanan bola mata.

Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan


sclera (sclera rigidity) karena pada tonometer aplanasi
pengembangan dalam mata 0,5 mm kubik sehingga tidak terjadi
pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer identasi Schiotz
pergerakan cairan dalam bola mata sebanyak 7-14 mm kubik

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 22


sehingga kekakuan sklera memegang peranan dalam perhitungan
tekanan bola mata.

Alat

1. Lampu celah (slitlamp) dengan sinar biru.


2. Tonometer aplanasi.
3. Fluoresein strip.
4. Obat tetes anestetik topikal (tetrakain).
Teknik
1. Mata diberi anestesi topikal dengan tetrakain pada mata yang
akan diperiksa.
2. Pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik
warna biru dari lampu celah (slitlamp) disinarkan pada dasar
telapak prisma tonometer aplanasi Goldmann.
3. Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada lampu
celah (slitlamp) dan dahi tepat dipenyangganya.
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10
mm.
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan-
lahan.
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran
pada kornea yang sudah diberi fluoresein terlihat bagian luar
berimpit dengan bagian dalam.
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang
memberi gambaran setangah lingkaran berimpit. Tekanan
tersebut merupakan tekanan intra okuler dalam mmHg.

Nilai

Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih daripada


20 mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 23


Katarak

Definisi Katarak

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang


dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein
lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer,2000;62)

Gambar 12. Katarak

Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa


yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada
saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat
lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
progresif.Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu
tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa
mata dapat bervariasi.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 24


Klasifikasi Katarak

a. Berdasarkan pada usia


1. Katarak kongenital
Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun.Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai
katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakit herediter
seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea
2. Katarak juvenil
Merupakan katarak yang terjadi sesudah usia 1
tahun.Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital.
3. Katarak senilis
Adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3). Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara
pasti.Katarak senile ini jenis katarak yang sering ditemukan dengan
gejala pada umumnya berupa distorsi penglihatan yang semakin
kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak, disertai
penglihatan jauh makin kabur.Penglihatan dekat mungkin sedikit
membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca
mata (second sight). Miopia artificial ini disebabkan oleh
peningkatan indeks rafraksi lensa pada stadium insipient.(
Vaughan, G, Asbury,T, Eva-Riordan, P, ed 14).

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 25


b. Berdasarkan penyebabnya
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena
trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan
katrak pada satu mata (katrak monokular). Penyebab katarak ini
antara lain karena radiasi sinar-X, radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yangterjadi akibat adanya pajanan
dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dpat juga
terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti
uveitis, glaukoma, dan miopi atau proses degenerasi pada satu
mata lainnya.
c. Berdasarkan stadium
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa
masih berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Klien
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda pada
penglihatan satu mata. Pada stadium ini, proses degenerasi belum
menyerap cairan sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman
normal. Iris dalam posisi biasa disertai kekeruhan ringan pada
lensa. Belum terjadi gangguan tajam penglihatan.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak
cembung, menyebabkan terjadinya miopi, dan iris terdorong ke
depan serta bilik mata depan menjadi dangkal. Sudut bilik mata
depan dapat tertutup sehingga mungkin timbul glaukoma sekunder.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 26


3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium
ini, terjadi kekeruhan lensa. Tekanan cairan dalam lensa sudah
dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga
ukuran lensa akan normal kembali. Tajam penglihatan sudah
menurun dan hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa dapat
tenggelam di dalam korteks lensa. Pada stadium ini, dapat juga
terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa maupun
korteks lensa yang cair dapat masuk ke dalam bilik mata depan.
Bahan lensa dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata depan
sehingga timbul glaukoma fakolitik.

EtiologiKatarak

1. Fisik
Katarak bisa disebabkan karena adanya cidera mata atau pun
benturan yang keras,atau yang sering disebut katarak traumatik.
2. Kimia
Penggunaan obat seperti kortikosteroid dan obat penurun
kolesterol juga dapat menyebabkan terjadinya katarak.
3. Usia dan proses penuaan
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa, yang
terutama terjadi karena degenerasi dan faktor usia.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempercepat terbentuknya katarak,
seperti radiasi sinar UV B, merokok, dan bahan beracun lainnya.
5. Genetik dan gangguan kongenital.
6. Infeksi virus pada masa pertumbuhan janin.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 27


Manifestasi Klinis Katarak

1. Hilangnya penglihatan tanpa rasa nyeri


2. Menyebabkan silau
3. Mengubah kelainan refraksi

Prognosis Katarak

Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% dan


pasien mengalami perbaikan visual setelah dilakukan
operasi.Prognosis visual pada pasien anak yang mengalami katarak
ketika menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan katarak yang
umurnya sudah lebih tua.Prognosis untuk perbaikan kemampuan visual
paling buruk pada katarak kongenital unilateral yang dioperasi dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang bersifat
progresif lambat.

Prognosis Katarak senilis imatur pada wanita 60 tahun.Pada


kasus ini prognosis Ad Visamnya adalah dubia ad malam.Prognosis
fungsi vital ditentukan oleh ada tidaknya dan berat ringannya
komplikasi yang terjadi.Pada pasien ini, derajat penyakitnya masih
ringan dan belum ada komplikasi sehingga prognosisnya dubia ad
bonam.Kebanyakan kasus katarak berespon baik dengan adanya
diagnosis awal yang cepat dan pengobatan yang tepat serta kepatuhan
pasien (Wijana, 1993), sehingga pada kasus ini prognosisnya adalah
dubia ad bonam.Prognosis pada mata diperkirakan baik karena pada
katarak umumnya hanya mengalami gangguan hanya pada lensanya
(Wijana, 1993).Pada pasien ini secara kosmetika dapat kembali normal
dengan penanganan yang tepat, sehingga prognosisnya dubia ad
bonam.

Komplikasi katarak (pasca operasi)


1. Peningkatan tekanan intraokular ditandai dengan batuk -batuk,
bengkokan pada pinggang, muntah, bersin, dan kemerahan pada mata.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 28


2. Infeksi. Peningkatan kemerahan pada mata, fotofobia
3. Ablasio Retina. Meningkatnya ekstraksi katarak intrakapsular.
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi berupa
nistagmus dan strabismus.Kekeruhan katarak kongenital dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital :
1. Katarak piramidalis atau polaris anterior

2. Katarak piramidalis atau polaris posterior

3. Katarak zonularis atau lamelaris

4. Katarak pungtata dan lain-lain


Penanganan tergantung jenis katarak unilateral dan bilater

Pemeriksaan Fisik pada Katarak

Pemeriksaan fisik pada katarak dapat dilakukan dengan menggunakan


teknik-teknik sebagai berikut:
1. Sinari kornea
Perhatikan refleks kornea, yaitu refleks cahaya pada permukaan
kornea yang berbentuk bintik cahaya.
a. Cerah/mengkilat : jernih atau ada jaringan parut
(putih)
b. Suram : erosi kornea, radang kornea atau
edema kornea

Perhatikan refleks cahaya pada kedua permukaan kornea (Tes


Hirschberg)

a. Masing-masing ditenagh pupil : ortoferi


b. Salah satu tidak ditengah pupil : heterofori (juling)
2. Iris
Iris yang baik memiliki cekungan radier (kripti)
a. Kejernihan BMD perhatikan kripti iris, jika kripti iris
terlihat jelas maka BMD jernih, jika tidak jelas maka BMD
keruh

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 29


b. Mengatur kedalaman BMD dengan cara menyinari iris dari
samping, lalu perhatikan luas permukaan iris yang
mendapat penyinaran, jika sebagian kecil mendapat sinar
maka BMD dangkal. Jika sebagian besar atau seluruh
permukaan tersinari maka BMD dangkal.
3. Pupil
Pupil yang baik berbentuk bulat teratur
a. Pupil yang tidak bulat/tidak teratur dapat merupakan akaibat
dari pelengketan iris dengan lensa/kornea (senekkia)
b. Reaksi pupil langsung : pupil yang mengecil pada
mata yang disinari
c. Reaksi pupil tidak langsung : pupil mengecil pada
penyinaran mata yang disebelahnya
d. Ukuran pupil normal : 3-5 mm
<2 mm = miosis dan >5 mm = midriasis
e. Isokor : kedua pupil sama besar
f. Anisokor : kedua pupil tidak sama besar
g. Gambar pupil bila tidak pada tempatnya atau bentuknya
tidak normal
4. Lensa (pemeriksaan katarak)
1. Sinari pupil dari depan, perhatikan warna pupil
Warna hitam : lensa jernih atau mungkin aphakia
Pupil putih/abu-abu : keruh/katarak
2. Ubah sinar dari samping (lebih kurang 45%). Kembali lihat
iris
Seluruh pupil tetap putih: katarak matura (tes
shadow/bayangan -)
Sebagian pupil menjadi hitam : katarak immature
(tes bayangan +)

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 30


Pemeriksaan Diagnostik Katarak

a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggudengan


kerusakankornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema,perdarahan.
g. EKG, kolesterol serum, lipid
h. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
i. Keratometri.
j. Pemeriksaan lampu slit.
k. A-scan ultrasound (echography)
l. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi &
implantasi
m. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

Penatalaksanaan Katarak.

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi.Akan


tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak
diperlukan.Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.Sejauh ini
tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang
keruh.Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat
konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang
menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 31


Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa.Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi.Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang
digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi.Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe
bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra
capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan
secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang
sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Teknik penatalaksanaan:

1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama


dengan 6/12, pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu
untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien
atau ada indikasi medis lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan
operasi katarak.
3. Tatalaksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12
adalahoperasi katarak berupa EKEK
+ IOL atau fakoemulsifikasi +IOL dengan mempertimbangkan
ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat
kemampuan ahli bedah.
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan
peralatan bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk
implantasi IOL
5. Ukuran IOL bisa dihitung berdasarkan data keratometri serta
pengukuran biometri A-scan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan bioptri ukuran IOL
dapat ditentukan berdasarkan anamnesis ukuran kacamata yang
selama ini dipakai pasien. IOL standar power +20.00 bioptri, jika
pasien menggunakan kacamata, power IOL standar dikurangi

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 32


dengan ukuran kacamata. Misalnya pasien menggunakan kacamata
S-6.00 maka dapat diberikan IOL power 14.00 dioptri.
7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata
sekaligus secara berurutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan
dengan risiko pasca operasi (endoftalmitis) yang berdampak
kebutaan. Tetapi aa beberapa keadaan khusus yang bisa dijadikan
alasan pembenaran dan keputusan tindakan operasi katarak
bilateral ini harusdipikirkan sebaik-baiknya.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 33


Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Glaukoma

Pengkajian
Anamnesa

Anamnesa mencakup data demografi yang meliputi :

1. Umur, glaucoma primer terjadi pada individu berumur >40 tahun.


2. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaucoma paling
sedikit 5 kali dari kulit putih.( dewit,1998)
3. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
4. Riwayat penyakit mata saat ini (nyeri mata, epifora, fotofobia)
5. Riwayat penyakit mata terdahulu (komplikasi post operasi mata).
6. Riwayat medikasi, penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup)
7. Riwayat keluarga dengan glaucoma.
Glaukoma diturunkan secara herediter, mengakibatkan
penyumbatan system drainase pada mata oleh karena kamera okuli
anterior mengalami penyempitan secara anatomisnya.
8. Riwayat trauma (terutama yang mengenai mata).
9. Riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes mellitus,
arteriosklerosis, myopia tinggi)
10. Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai
dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan
sensitive; berduka karena kehilangan penglihatan; RR meningkat.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 34


Analisis Data Penyakit Glaukoma

Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan

1. Data Subjektif : Nyeri kepala DM/Hipertensi Nyeri

Data Objektif : - Viskositas Darah

Obstruksi salah
satunya (Aliran
Darah Vena ke Mata
Melalui Vena Sklera)

Nekrotik Retina

Iskemia.

2. Data Subjektif : Pengurangan Lapang Penggunaan Steroid Gangguan persepsi


Pandang. (Hormon sensori : penglihatan.
Pertumbuhan)Jangka
Pandangan menurun. Panjang dan
Melihat Hallo. Berlebih.

Data Objektif : Pemeriksaan dengan Timbulnya Mass


layar singgung, pada mata
perimeter Goldman,
Friedmann Field
Analyzer dan Menekan Syaraf
perimeter otomatis Optik
menunjukkan adanya
penurunan lapang
pandang yang Kerusakan Saraf
progresif Optik dan Retina
Pemeriksaan visus: Kartu Snellen, tes
provokatif,
pengukuran dan

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 35


pemeriksaan
oftalmoskopi.

Visus 1/60 –
1/300;
Visus 6/6 harus
hati-hati, karena
kemungkinan
lapang
pandanganya
sempit.

BMD : gonioskopi, pengukuran


tonometri

Tonometri menunjukkan
angka di atas 25mmHg
menunjukkan glaucoma +

3. Data Subjektif : Penglihatan kabur, Usia >45 tahun Ansietas


klien menunjukkan
kekhawatiran akan
kehilangan Kekakuan Sclera
penglihatannya. Badan Silier dan
Data Objektif : Pemeriksaan dengan Jaringan Trabekeler
Oftalmoskopi
menunjukkan adanya
pencekungan Diskus Peningkatan Produksi
Optikus. Aquos Humor

Skala HARS (Hamilton Anxiety


Rating Scale)
Pencekungan Diskus
menunjukkan adanya
Optikus
tingkat kecemasan
skala sedang – panic.

TTV : Penglihatan Kabur


Pernapasan:
Nafas pendek
Nafas cepat Ancaman kehilangan
Tekanan pada dada penglihatan
Nafas dangkal
Pembengkakan pada

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 36


tenggorokan Perubahan TTV
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Kardiovaskuler:
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah
meninggi*
Rasa mau pingsan *
Pingsan *
Tekanan darah
menurun*
Denyut nadi menurun

4. Data subyektif : Mual, muntah Iritasi saraf Vagal Nutrisi kurang


adekuat
Data Objektif : -

Mual, muntah

Kurang asupan
makanan

5. Data Subjektif : Silau, sering melihat Riwayat Glaukoma Kurang pengetahuan


Halo, sering bertanya Keluarga
pada keluarga/ orang
sekitar tentang
penglihatannya. Virus menyerang
Data Objektif : Midriasis Kandungan Ibu saat
usia Prenatal (Ibu –
Anak)

Kerusakan Syaraf
Optikus Pada Anak

Midriasis

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 37


Hilangnya pandangan
perifer

Pandangan kabur
dan Sering
Silau/Melihat Halo

4).Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

Tujuan dan Kriteria


No. Masalah Keperawatan Intervensi Rasional
hasil
1. Nyeri b/d peningkatan T : Klien akan Observasi tipe Untuk
tekanan intra okuler mengalami intensitas dan menentukan
(TIO). pengurangan nyeri. lokasi nyeri. dosis analgesik.

KH : Pasien Anjurkan istirahat Menurunkan


mendemonstrasikan ditempat tidur stress dan
pengetahuan akan dalam ruangan menghindari
penilaian yang tenang, pembesaran pupil
pengontrolan nyeri. hindari cahaya ( midriasis) pada
gelap. keadaan gelap.
pasien mengatakan
nyeri Hindari mual, Agar pasien tidak
berkurang/hilang. muntah akibat gelisah dan
peningkatan TIO. merasa nyaman.
ekspresi wajah rileks.

Mampu melakukan
teknik distraksi/ Alihkan perhatian Agar pasien tidak
relaksasi. pada hal-hal yang stress yang

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 38


menyenangkan. berdampak pada
menurunnya
sistem imun /
memperburuk
kondisi kesehatan
pasien.

Berikan obat-obat Menurunkan TIO


glaucoma seperti B dengan
Blockers. menurunkan
sekresi dari
aqueuos humour
2 Gangguan persepsi T : Penggunaan Pastikan Mengetahui
sensori : penglihatan penglihatan yang derajat/tipe perubahan
b.d gangguan optimal. kehilangan berkurangnya
penerimaan ; gangguan penglihatan. lapang pandang
KH : Pasien akan
status organ ditandai pasien.
berpartisipasi dalam
dengan kehilangan
program pengobatan.
lapang pandang
progresif.
Pasien akan Agar pasien tidak
Dorong
mempertahankan mengalami shock
mengekspresikan
lapang ketajaman menghadapi
perasaan tentang
penglihatan tanpa kemungkinan /
kehilangan /
kehilangan lebih mengalami
kemungkinan
lanjut. pengalaman
kehilangan
kehilangan
penglihatan.
penglihatan
sebagian atau
total

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 39


Tunjukkan Untuk
pemberian tetes menghindari efek
mata, contoh samping / reaksi
menghitung merugikan dari
tetesan, mengikuti pengobatan
jadwal, tidak salah (penurunan nafsu
dosis makan, mual /
muntah,
kelemahan,
jantung tak
teratur, dll)

Menurunkan
Lakukan tindakan bahaya keamanan
untuk membantu b/d perubahan
pasien menangani lapang pandang
keterbatasan atau kehilangan
penglihatan, penglihatan dan
contoh: kurangi akomodasi pupil
kekacauan, atur terhadap sinar
perabot, ingatkan lingkungan.
memutar kepala ke
subjek yang
terlihat; perbaiki
sinar suram dan
masalah
penglihatan malam.

Mempercepat
Kolaborasi obat penyembuahan

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 40


sesuai dengan pasien
indikasi.
3. Ansietas b. d faktor T : Cemas hilang atau Kaji tingkat Faktor ini
fisilogis, perubahan berkurang ansietas, derajat mempengaruhi
status kesehatan, pengalaman nyeri / persepsi pasien
KH : Pasien tampak
adanya nyeri, timbul nya gejala terhadap ancaman
rileks dan melaporkan
kemungkinan / tiba-tiba dan diri, potential
ansitas menurun
kenyataan kehilangan pengetahuan siklus insietas,
sampai tingkat dapat
penglihatan ditandai kondisi saat ini. dan dapat
diatasi.
dengan ketakutan, mempengaruhi
ragu-ragu, menyatakan upaya medik
Pasien menunjukkan
masalah tentang untuk mengontrol
ketrampilan
perubahan kejadian TIO.
pemecahan masalah.
hidup. Berikan informasi
Menurunkan
Pasien menggunakan yang akurat dan
ansietas b/d
sumber secara efektif. jujur. Diskusikan
ketidaktahuan /
kemungkinan
harapan yang
bahwa pengawasan
akan datang dan
dan pengobatan
memberikan fakta
mencegah
untuk membuat
kehilangan
pilihan info
penglihatan
tentang
tambahan.
pengobatan.
4. Kurang pengetahuan T : Klien mengetahui Diskusikan Memberikan
(kebutuhan belajar tentang kondisi, perlunya keyakinan bahwa
tentang kondisi, prognosis, dan menggunakanan pasien tidak
prognosis, dan pengobatannya. identifikasi. sendiri dalam
pengobatan b.d kurang menghadapi
KH : Pasien
terpajan / tak mengenal masalah.
menyatakan
sumber, kurang
Tunjukkan tehnik
pemahaman kondisi, Untuk
mengingatn salah
yang benar
prognosis, dan menghindari efek

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 41


inetrpretasi, ditandai pengobatan. pemberian tetes samping obat
dengan ; pertanyaan, mata. seperti hilangnya
Mengindentifikasi
pernyataan salah nafsu makan.
hubungan antar gejala
persepsi, tak akurat
/ tanda dengan proses Pasien dapat
mengikuti instruksi,
Ijinkan pasien
penyakit. melakukan
terjadi komplikasi
mengulang
tindakan medis
yang dapat di cegah.
Melakukan prosedur tindakan.
secara mandiri.
dengan benar dan
menjelaskan alas an
tindakan.
Kaji pentingnya
mempertahankan
jadwal obat, contoh
tetes mata.
Diskusikan obat
yang harus
dihindari, contoh
midriatik,
kelebihan
pemakaian steroid
toipikal.
Dapat
mempengaruhi
Identifikasi efek
rentang
samping / reaksi
ketidaknyamanan
merugikan dari
sampai ancaman
pengobatan
kesehatan berat.
(penurunan nafsu
makan, mual /
muntah,
kelemahan, jantung
tak teratur, dll.
Pola hidup tenang
Dorong pasien menurunkan

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 42


membuat respon emosi
perubahan yang terhadap stres,
perlu untuk pola mencegah
hidup. perubahan okuler
yang mendorong
iris kedepan,
yang dapat
mencetuskan
serangan akut.

Dorong pasien Kegiatan berat


menghindari dapat
5. Nutrisi kurang adekuat T : memenuhi aktivitas , seperti meningkatkan
b.d mual, muntah kebutuhan nutrisi mengangkat berat / tekanan TIO dan
akibat kerusakan saraf pasien mendorong, memperparah
vagal oleh peningkatan menggunakan baju glaukoma.
KH : nutrisi pasien
TIO. ketat dan sempit.
terpenuhi.

Tekankan
Untuk mengawasi
pemeriksaan rutin.
kemajuan
penyakit dan
memungkinkan
intervensi dini
dan mencegah
kehilangan
penglihatan
lanjut.

Untuk
Anjurkan anggota mengontrol
keluarga glaukoma sedini

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 43


memeriksa secara mungkin.
teratur tanda
glaukoma.

Mempertahankan
konsistensi feses
Diskusikan untuk
pertimbangan diet, menghindari
cairan adekuat dan konstipasi.
makanan berserat.

Asuhan Keperawatan Katarak

Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

1) Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal
biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan
pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien
dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama.Misalnya yang
sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan
ketajaman penglihatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 44


Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan
aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam
penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (
glukoma akut ).

Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau


putih susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau
mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air
mata ).

6) Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata
berair.Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar
mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji
riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

3.2.2 Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1). DS : - Mata silau,penglihatan seperti Ketuaan  Gangguan
terhalang asap yang makin

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 45


lama makin tebal. persepsa
sensori–
- Mata kabur, kesulitan H2O dlm lensa
perseptual
membaca, pandangan ganda
penglihatan.
- Kesulitan melihat ( focus )
pada jarak jauh atau dekat.
O2

DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna


putih.
K, protein, ascorbic
- Pengembunan pada pupil,
acid
retina tidak nampak.

Na dan Ca

Nukleus pada lensa


menjadi coklat
kekuningan

Lensa menjadi opak

Cahaya dipendarkan,
tidak pada retina

Pandangan kabur /
redup, menyilaukan
susah melihat pada
malam hari.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 46


2). DS : - Riwayat trauma pada mata Trauma  Resiko
karena benda tajam / tumpul terhadap
cedera
- Mata kabur, pandangan
Trauma benda
ganda, mata silau.
tumpul / tajam
DO : - Pupil dilatasi menembus kapsul
anterior
- Pupil berwarna putih

3). DS : - Riwayat operasi mata. Operasi mata  Defisit


sebelumnya perawatan
- Mata sensitive terhadap
diri
cahaya, gatal, air mata atau
krusta yang berlebih, mata
Reaksi radang
basah.

DO : - Kehilangan vitreus, bercak di


belakang mata.
Terbentuk jaringan
fibrosis sisa lensa
yang tertinggal
4). DS : - Riwayat penyakit DM Penyakit sitemik :  Kurang
DM pengetahuan
- Mata silau, ketajaman
tentang
penglihatan berkurang,
kondisi
penglihatan kabur / tidak jelas
Gangguan
DO : - Pupil berwarna putih, retina keseimbangan
sulit di lihat susunan sel lensa
oleh faktor fisik atau
kimiawi

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 47


gangguan kejernihan
lensa

5). DS : - Defek kongenital  Ansietas pre


operasi-
DO: - Bercak putih di depan pupil
keluarga

( leukokoria ) Infeksi virus prenatal

- Katarak terlihat segera setelah


bayi lahir – 1 thn
Gg metabolisme

serat lensa

Gg perkembangan
embrio intraurine

Kekeruhan lensa
pada neonatus

Rencana
piñatalaksanaan
pembedahan
6). DS : - Riwayat penggunaan obat- Rokok, alkohol, dan  Nyeri
obatan dalam jangka waktu obat-obatan
lama

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 48


- Riwayat terpapar zat-zat Perubahan kimia
kimia ; rokok, alkohol. dalam protein lensa
- Mata silau, ketajaman
penglihatan menurun, mata
kabur
Koagulasi

DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna


putih, retina tidak Nampak.
Pembedahan lensa

7). DS : - Riwayat penggunaan obat- Rokok, alkohol, dan  Resiko


obatan dalam jangka waktu obat-obatan infeksi
lama

- Riwayat terpapar zat-zat


Perubahan kimia
kimia ; rokok, alkohol.
dalam protein lensa
- Mata silau, ketajaman
penglihatan menurun, mata
kabur
Koagulasi
DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna
putih, retina tidak Nampak

Pembedahan lensa

Lukas insisi
pembedahan

Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 49


2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan - kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4) Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan
pembedahan
5) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh
3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan - kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler

Intervensi dan rasional

1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan


dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
 Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu,
mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
 Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 50


lingkungan.

INTERVENSI RASIONAL
ii. Tentukan ketajaman penglihatan, viii. Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau dua komplikasi dapat mengurangi resiko
mata terlibat. kerusakan lebih lanjut.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
iii. Orientasikan klien tehadap lingkungan. ix. Meningkatkan keamanan mobilitas
dalam lingkungan.
iv. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, x. Komunikasi yang disampaikan dapat
bicara dengan menyentuh. lebih mudah diterima dengan jelas.
v. Perhatikan tentang suram atau xi. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
penglihatan kabur dan iritasi mata, tak nyaman setelah penggunaan tetes
dimana dapat terjadi bila menggunakan mata dilator.
tetes mata.
vi. Ingatkan klien menggunakan kacamata xii. Membantu penglihatan pasien.
katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer
hilang dan buta titik mungkin ada.
vii. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi xiii. Memudahkan pasien untuk
bel pemanggil dalam jangkauan/posisi berkomunikasi
yang tidak dioperasi.

2) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi


sensori penglihatan - kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
 Tujuan:
Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
 Kriteria hasil :

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 51


 Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari
cedera.
 Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk
meningkatkan keamanan.

INTERVENSI RASIONAL
 Diskusikan apa yang terjadi tentangxiv. Kondisi mata post operasi
kondisi paska operasi, nyeri, mempengaruhi visus pasien
pembatasan aktifitas, penampilan,
balutan mata.
 Beri klien posisi bersandar, kepalaxv. Posisi menentukan tingkat kenyamanan
tinggi, atau miring ke sisi yang tak pasien.
sakit sesuai keinginan.
 Batasi aktifitas seperti menggerakanxvi. Aktivitas berlebih mampu
kepala tiba-tiba, menggaruk mata, meningkatkan tekanan intra okuler
membongkok. mata.

 Ambulasi dengan bantuan : berikan


kamar mandi khusus bila sembuh xvii. Visus mulai berkurang, resiko cedera

dari anestesi. semakin tinggi.

 Minta klien membedakan antara


ketidaknyamanan dan nyeri tajamxviii. Pengumpulan Informasi dalam

tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, pencegahan komplikasi

disorientasi, gangguan balutan.


Observasi hifema dengan senter
sesuai indikasi.

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan


berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
 Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit
dan pengobatan.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 52


 Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan
tindakan.

INTERVENSI RASIONAL
xix. Pantau informasi tentang kondisi
xxiv. Penemuan dan penanganan awal
individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. komplikasi dapat mengurangi resiko
Tekankan pentingnya evaluasi kerusakan lebih lanjut.
perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan penglihatan berawan.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan
upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-
tiba.
xx. Informasikan klien untuk menghindarixxv. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
tetes mata yang dijual bebas. nyaman setelah penggunaan tetes mata
dilator.
xxi. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi
antar obat mata dan masalah medis
klien.
xxii. Anjurkan klien menghindari membaca,
xxvi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
berkedip, mengangkat berat, mengejan meningkatkan tekanan intra okuler.
saat defekasi, membongkok pada
xxvii. Tidur terlentang dapat membantu
panggul, dll. kondisi mata agar lebih nyaman.
xxiii. Anjurkan klien tidur terlentang.

4) Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan


pembedahan.
 Tujuan/kriteria evaluasi:
 Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 53


 Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.
 Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang
pembedahan.

INTERVENSI RASIONAL
 Pantau tingkat kecemasan pasien  Derajat kecemasan akan
dan catat adanya tanda- tanda dipengaruhi bagaimana
verbal dan nonverbal. informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh
 Beri kesempatan pasien untuk individu.
mengungkapkan isi pikiran dan  Mengungkapkan rasa takut
perasaan takutnya. secara terbuka dimana rasa takut
 Observasi tanda vital dan dapat ditujukan.
peningkatan respon fisik pasien.  Mengetahui respon fisiologis
 Beri penjelasan pasien tentang yang ditimbulkan akibat
prosedur tindakan operasi, kecemasan.
harapan dan akibatnya.  Meningkatkan pengetahuan
 Beri penjelasan dan suport pada pasien dalam rangka
pasien pada setiap melakukan mengurangi kecemasan dan
prosedur tindakan. kooperatif.
 Lakukan orientasi dan  Mengurangi kecemasan dan
perkenalan pasien terhadap meningkatkan pengetahuan .
ruangan, petugas, dan peralatan
yang akan digunakan.  Mengurangi perasaan takut dan
cemas.

5) Nyeri berhubungan dengan trauma insisi


 Tujuan : pengurangan nyeri.

INTERVENSI RASIONAL

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 54


 Berikan obat untuk mengontrol nyeri  Pemakaian sesuai dengan resep akan
dan TIO sesuai dengan resep. mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa.
 Berikan kompres dingin sesuai  Mengurangi edema akan mengurangi
dengan permintaan untuk trauma nyeri.
tumpul.
 Kurangi tingkat pencahayaan.  Tingkat pencahayaan yang lebih rendah
nyakan setelah pembedahan.
 Dorong penggunaan kaca mata hitam  Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
pada cahaya yang kuat. nyaman setelah penggunaan tetes mata
dilator

6) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan


penglihatan.
 Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
 Beri instruksi kepada pasien atau
xxviii. Penemuan dan penanganan awal komplikasi
orang terdekat mengenal tanda dapat mengurangi resiko kerusakan lebih
atau gejala komplikasi yang harus lanjut.
dilaporkan segera kepada dokter.
 Berikan instruksi lisan dan tertulis
xxix. Pemakaian teknik yang benar akan
untuk pasien dan orang yang mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
berati mengenal teknik yang
benar memberikan obat.
 Evaluasi Perlunya bantuan setelahxxx. Sumber daya harus tersedia untuk layanan
pemulangan. kesehatan, pendampingan dan teman di
rumah

 Ajari pasien dan keluarga teknik


xxxi. Memungkinkan tindakan yang aman dalam

panduan penglihatan. lingkungan.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 55


7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh.
 Tujuan :Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan
desinfeksi secara tepat dan benar.

INTERVENSI RASIONAL
xxxii. Ciptakan lingkungan ruangan  1Mengurangi kontaminasi
yang bersih dan babas dari dan paparan pasien terhadap
kontaminasi dunia luar agen infektious.
xxxiii. Jaga area kesterilan luka  Mencegah dan mengurangi
operasi transmisi kuman.
 mencegah kontaminasi
xxxiv. Lakukan teknik aseptik dan pathogen
desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka  mencegah pertumbuhan dan
xxxv. Kolaborasi terapi medik perkembangan kuman.
pemberian antibiotika
profilaksis

3.1 Asuhan Kolaboratif


3.1.1 Asuhan Kolaboratif Glaukoma

Intervensi rasional
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka: Obat miotik topikal ini menyebabkan
Pilokarpin hidroklorida konstriksi pupil, memudahkan
(IsoptoCarpine, OcusertPilo, keluarnya akueus humor.
Pilopine HS Gel); Menurunkan pembentukan akueus
humor tanpa mengubah ukuran pupil,
Timolol maleat (Timoptic); penglihatan, atau akomodasi. Catatan:

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 56


betaksalol (Betopic). Timopik kontraindikasi pada adanya
bradikardia atau asma.
Menurunkan laju produksi akueus
humor.
Asetazolamid (Diamox).
Tipe sudut sempit (sudut tutup): Membuat kontraksi otot sfingter iris,
Miotik (sampai pupil mendalamkan bilik anterior, dan
dikonstruksikan). mendilatasi pembuluh keluar traktus
selama serangan akut/sebelum
pembedahan.
Menurunkan sekresi akueus humor
Inhibitor karbonik anhidrase, dan menurunkan TIO.
contoh asetazolamid (Diamox). Mungkin menguntungkan bila pasien
Dipivefrin hidroklorida (Propine); tidak berespon terhadap obat lain.
Bebas efek samping seperti miosis,
penglihatan kabur, dan kebutaan
malam.
Agen hiperosmotik contoh Digunakan untuk menurunkan
mannitol (Osmitrol); gliserin. sirkulasi volume cairan, dimana akan
menurunkan produksi akueus humor
bila pengobatan lain belum berhasil.
Berikan sedasi, analgesik sesuai Serangan akut glaukoma berhubungan
kebutuhan. dengan nyeri tiba-tiba , yang dapat
mencetuskan ansietas/agitasi,
selanjutnya meningkatkan TIO.
Catatan: Manajemen medik
memerlukan 4-6 jam sebelum TIO
menurun dan nyeri berkurang.
Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi:
Angon laser trabekuloplasti (ALT) Operasi penyaringan lyang dibuat
atau trabekulektomi; lubang antara bilik anterior dan area
trabekulektomi/trefinasi. subkonjungtiva sehingga akueus

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 57


humor dapat mengalir ke lubang
trabekuler tertutup. Catatan:
Aprasklonidin (Iopidine) tetes mata
dapat digunakan pada gabungan terapi
laser untuk menurunkan/mencegah
Iridektomi; peninggian TIO pascaprosedur.
Bedah pengangkatan bagian iris untuk
memudahkan drainase akueus humor.
Iris atas biasanya tertutup dengan
kelopak mata atas, dan aliran air mata
mencuci bakteri ke bawah. Catatan:
Iridektomi bilateral dilakukan karena
Penanaman katup malteno. glaukoma biasanya terjadi didalam
mata lain.
Alat percobaan digunakan untuk
memperbaiki atau mencegah jaringan
Siklodialisis; parut/penutupan kantung drainase
yang dibuat dengan trabekulektomi.
Penghubung akueus-vena. Memisahkan badan siliar dari sklera
Diatermi/bedah beku. untuk memudahkan aliran keluar
akueus humor.
Digunakan pada glaukoma keras.
Bila pengobatan lain gagal, kerusakan
badan siliar akan menurunkan
pembentukan akueus humor.

Asuhan Kolaboratif Katarak

Dx:cedera, resiko nyeri

Tindakan /intervensi rasional


Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 58


Antiemik, contoh proklorprezin Mual/muntah dapat meningkatkan TIO
(compazine). , memerlukan tindakan segera untk
mencegah cedera okuler.
Asetazolamid (Diamox). Diberikan untuk menurunkan TIO bila
terjadi peningkatan. Membatasi kerja
enzim pada produksi akueus humor.
Sikloplegis. Diberikan untuk melumpuhkan otot
siliar untuk dilatasi dan istirahat iris
setelah pembedahan bila lensa tidak
Analgesik, contoh Empirin terganggu.
dengan kodein, asetaminofen Digunakan untuk ketidak nyamanan
(Tyenol). ringan, meningkatkan
istirahat/mencegah gelisah, yang dapat
mempengaruhi TIO. Cacatan:
Penggunaan aspirin dikontraindikasikan
karena meningkatkan kecenderungan
pendarahan.

Dx:infeksi, resiko tinggi


Intervensi rasional
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topikal, parenteral, atau Sediaan topikal digunakan secara
subkonjungtival). profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi.
Catatan: Steroid mungkin ditambah
pada antibiotik topikal bila pasien
Steroid. mengalami implantasi IOL.
Digunakan untuk menurunkan
inflamasi.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 59


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anderson, Silvia. 1996. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta :


EGC

Anna Pujiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta: EGC

Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC

Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Betz, C.L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &


Manajemen ed.2. Jakarta: EGC

Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology.
Orlando Florida : Harcourt Bruce College Publisher

Caplan, L.R. 2000. Neurovascular Disorders : Text Book of Clinical Neurology.


Chicago : Saudes

Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed.
Ke 5. Philadelphia : Lippincott William-Wilkins

Churry, Edward. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta : EGC

Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC

Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 60


Dorland. 1994. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Elaine, Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology. San Fransisco: Wesley
Longman

Evelen, C. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hedman, T.H. 2012. NANDA 2012-2014. Oxford : Willey Blackwell

Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC

John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Kazier, B. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC

Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia

Lynda juall, 2007. Diagnosis keperawatan ed.10. Jakarta : EGC

Mardjono. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media.

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,


Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Neal, Michael J. 2006. Farmakoligi Medis. Jakarta: Erlangga

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Gramedia

Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 61


RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogyakarta: Aulia Publishing.

Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC

Samantri, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta : EGC

Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.

Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suyono, Slamet. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : EGC

Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 62

Anda mungkin juga menyukai