Askep Glaukoma Dan Katarak
Askep Glaukoma Dan Katarak
KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Glaukoma dan
Katarak)
2014
WWW.ISTANAKEPERAWATAN.BLOGSPOT.COM
KUTIPAN PASAL 72 :
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmatNYA penulis telah berhasil menyusun revisi kedua ebook Ratusan Askep
untuk mahasiswa keperawatan. Buku berbasis digital ini atau yang biasa disebut
dengan ebook, merupakan inovasi terbaru untuk para mahasiswa keperawatan
dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin berkembang.
Dengan adanya buku berbasis digital, mahasiswa bisa membawa ataupun
menyimpan ebook ini dengan fleksibel dan praktis. Pada penulisan ebook ini,
penulis berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari materi pelajaran
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dosen pengajar. Ebook ini juga
diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa kesehatan lainnya karena penulis
berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang
disempurnakan.
Penulis
a. Lapisan
Ada tiga lapisan primer yaitu sklera, uvea (yang mengandung
koroid) dan retina.
1. Sklera
a. Kornea
Jaringan avaskular dan bening (transparan)
membentuk seperenam bagian depan bola mata dengan
garis tengah kira – kira 11mm. Pertemuan antara kornea
dan sklera disebut juga korneo-sklera junction atau limbus.
Tersusun atas lima lapisan yaitu jaringan epitelium,
membran Bowman, stroma, membran descemet, dan
endotelium. Dipersarafi oleh cabang saraf sensoris
trigeminus (saraf kranialis V) dan menerima rangsang
sensorik sebagai rasa nyeri.
b. Iris
Struktur yang kaya vaskuler dengan pigmen
berbeda. Bisa menyesuaikan keadaan untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Pergerakan
kontriksi dan dilatasi pupil dipengaruhi oleh saraf otonom
simpatis dan saraf parasimpatis yang berasal dari nervus
okulomotorius (N III) akan mengaktivasi otot konstriktor
pupilae sirkuler pada bagian dalam pupil menyebabkan
kontriksi.
c. Lensa
Glaukoma
Definisi Glaukoma
Bagian depan mata diisi dengan suatu cairan bening yang disebut
aqueous humor, yang menyediakan makanan kepada struktur-struktur
dibagian depan mata. Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang
mengisi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Volumenya adalah
sekitar 250 µL, dan kecepatan pembentukannya, yang bervariasi diurnal,
adalah 1.5-2 µL/ mnt. Komposisi Aqueous humor serupa dengan plasma
kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat
yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Cairan
ini diproduksi secara terus menerus oleh badan ciliary (ciliary body), yang
mengelilingi lensa mata. Aqueous humor kemudian mengalir melalui pupil
dan meninggalkan mata melalui kanal kecil (tiny channels) yang disebut
trabecular meshwork. Sesudah keluar melalui trabecular meshwork didalam
filtering angle, aqueous fluid kemudian mengalir masuk kedalam pembuluh-
pembuluh darah kecil (capillaries) dan kedalam aliran darah utama. Cairan
aqueos humour berbeda dengan airmata, air mata dihasilkan oleh suatu
kelenjar diluar mata.
Prognosis
Prognosis Glaukoma merupakan suatu kedaruratan oftalmologi
sehingga apabila tidak segera ditangani prognosisnya akan buruk.
Bahkan akan terjadi komplikasi pada mata yaitu kebutaan.
Komplikasi
Tujuan
Alat
Dasar
Alat
Nilai
Definisi Katarak
EtiologiKatarak
1. Fisik
Katarak bisa disebabkan karena adanya cidera mata atau pun
benturan yang keras,atau yang sering disebut katarak traumatik.
2. Kimia
Penggunaan obat seperti kortikosteroid dan obat penurun
kolesterol juga dapat menyebabkan terjadinya katarak.
3. Usia dan proses penuaan
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa, yang
terutama terjadi karena degenerasi dan faktor usia.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempercepat terbentuknya katarak,
seperti radiasi sinar UV B, merokok, dan bahan beracun lainnya.
5. Genetik dan gangguan kongenital.
6. Infeksi virus pada masa pertumbuhan janin.
Prognosis Katarak
Penatalaksanaan Katarak.
Teknik penatalaksanaan:
Pengkajian
Anamnesa
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
Obstruksi salah
satunya (Aliran
Darah Vena ke Mata
Melalui Vena Sklera)
Nekrotik Retina
Iskemia.
Visus 1/60 –
1/300;
Visus 6/6 harus
hati-hati, karena
kemungkinan
lapang
pandanganya
sempit.
Tonometri menunjukkan
angka di atas 25mmHg
menunjukkan glaucoma +
Kardiovaskuler:
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah
meninggi*
Rasa mau pingsan *
Pingsan *
Tekanan darah
menurun*
Denyut nadi menurun
Mual, muntah
Kurang asupan
makanan
Kerusakan Syaraf
Optikus Pada Anak
Midriasis
Pandangan kabur
dan Sering
Silau/Melihat Halo
Mampu melakukan
teknik distraksi/ Alihkan perhatian Agar pasien tidak
relaksasi. pada hal-hal yang stress yang
Menurunkan
Lakukan tindakan bahaya keamanan
untuk membantu b/d perubahan
pasien menangani lapang pandang
keterbatasan atau kehilangan
penglihatan, penglihatan dan
contoh: kurangi akomodasi pupil
kekacauan, atur terhadap sinar
perabot, ingatkan lingkungan.
memutar kepala ke
subjek yang
terlihat; perbaiki
sinar suram dan
masalah
penglihatan malam.
Mempercepat
Kolaborasi obat penyembuahan
Tekankan
Untuk mengawasi
pemeriksaan rutin.
kemajuan
penyakit dan
memungkinkan
intervensi dini
dan mencegah
kehilangan
penglihatan
lanjut.
Untuk
Anjurkan anggota mengontrol
keluarga glaukoma sedini
Mempertahankan
konsistensi feses
Diskusikan untuk
pertimbangan diet, menghindari
cairan adekuat dan konstipasi.
makanan berserat.
Pengkajian
1) Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal
biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan
pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien
dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama.Misalnya yang
sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan
ketajaman penglihatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat
6) Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata
berair.Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar
mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji
riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem
vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes,
serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
Na dan Ca
Cahaya dipendarkan,
tidak pada retina
Pandangan kabur /
redup, menyilaukan
susah melihat pada
malam hari.
serat lensa
Gg perkembangan
embrio intraurine
Kekeruhan lensa
pada neonatus
Rencana
piñatalaksanaan
pembedahan
6). DS : - Riwayat penggunaan obat- Rokok, alkohol, dan Nyeri
obatan dalam jangka waktu obat-obatan
lama
Pembedahan lensa
Lukas insisi
pembedahan
Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
INTERVENSI RASIONAL
ii. Tentukan ketajaman penglihatan, viii. Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau dua komplikasi dapat mengurangi resiko
mata terlibat. kerusakan lebih lanjut.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
iii. Orientasikan klien tehadap lingkungan. ix. Meningkatkan keamanan mobilitas
dalam lingkungan.
iv. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, x. Komunikasi yang disampaikan dapat
bicara dengan menyentuh. lebih mudah diterima dengan jelas.
v. Perhatikan tentang suram atau xi. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
penglihatan kabur dan iritasi mata, tak nyaman setelah penggunaan tetes
dimana dapat terjadi bila menggunakan mata dilator.
tetes mata.
vi. Ingatkan klien menggunakan kacamata xii. Membantu penglihatan pasien.
katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer
hilang dan buta titik mungkin ada.
vii. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi xiii. Memudahkan pasien untuk
bel pemanggil dalam jangkauan/posisi berkomunikasi
yang tidak dioperasi.
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan apa yang terjadi tentangxiv. Kondisi mata post operasi
kondisi paska operasi, nyeri, mempengaruhi visus pasien
pembatasan aktifitas, penampilan,
balutan mata.
Beri klien posisi bersandar, kepalaxv. Posisi menentukan tingkat kenyamanan
tinggi, atau miring ke sisi yang tak pasien.
sakit sesuai keinginan.
Batasi aktifitas seperti menggerakanxvi. Aktivitas berlebih mampu
kepala tiba-tiba, menggaruk mata, meningkatkan tekanan intra okuler
membongkok. mata.
INTERVENSI RASIONAL
xix. Pantau informasi tentang kondisi
xxiv. Penemuan dan penanganan awal
individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. komplikasi dapat mengurangi resiko
Tekankan pentingnya evaluasi kerusakan lebih lanjut.
perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan penglihatan berawan.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan
upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-
tiba.
xx. Informasikan klien untuk menghindarixxv. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
tetes mata yang dijual bebas. nyaman setelah penggunaan tetes mata
dilator.
xxi. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi
antar obat mata dan masalah medis
klien.
xxii. Anjurkan klien menghindari membaca,
xxvi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
berkedip, mengangkat berat, mengejan meningkatkan tekanan intra okuler.
saat defekasi, membongkok pada
xxvii. Tidur terlentang dapat membantu
panggul, dll. kondisi mata agar lebih nyaman.
xxiii. Anjurkan klien tidur terlentang.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tingkat kecemasan pasien Derajat kecemasan akan
dan catat adanya tanda- tanda dipengaruhi bagaimana
verbal dan nonverbal. informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh
Beri kesempatan pasien untuk individu.
mengungkapkan isi pikiran dan Mengungkapkan rasa takut
perasaan takutnya. secara terbuka dimana rasa takut
Observasi tanda vital dan dapat ditujukan.
peningkatan respon fisik pasien. Mengetahui respon fisiologis
Beri penjelasan pasien tentang yang ditimbulkan akibat
prosedur tindakan operasi, kecemasan.
harapan dan akibatnya. Meningkatkan pengetahuan
Beri penjelasan dan suport pada pasien dalam rangka
pasien pada setiap melakukan mengurangi kecemasan dan
prosedur tindakan. kooperatif.
Lakukan orientasi dan Mengurangi kecemasan dan
perkenalan pasien terhadap meningkatkan pengetahuan .
ruangan, petugas, dan peralatan
yang akan digunakan. Mengurangi perasaan takut dan
cemas.
INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI RASIONAL
xxxii. Ciptakan lingkungan ruangan 1Mengurangi kontaminasi
yang bersih dan babas dari dan paparan pasien terhadap
kontaminasi dunia luar agen infektious.
xxxiii. Jaga area kesterilan luka Mencegah dan mengurangi
operasi transmisi kuman.
mencegah kontaminasi
xxxiv. Lakukan teknik aseptik dan pathogen
desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka mencegah pertumbuhan dan
xxxv. Kolaborasi terapi medik perkembangan kuman.
pemberian antibiotika
profilaksis
Intervensi rasional
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Kronis, sederhana, tipe sudut
terbuka: Obat miotik topikal ini menyebabkan
Pilokarpin hidroklorida konstriksi pupil, memudahkan
(IsoptoCarpine, OcusertPilo, keluarnya akueus humor.
Pilopine HS Gel); Menurunkan pembentukan akueus
humor tanpa mengubah ukuran pupil,
Timolol maleat (Timoptic); penglihatan, atau akomodasi. Catatan:
Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers
Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC
Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology.
Orlando Florida : Harcourt Bruce College Publisher
Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed.
Ke 5. Philadelphia : Lippincott William-Wilkins
Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC
Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC
Elaine, Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology. San Fransisco: Wesley
Longman
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC
John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia
Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media.
Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto
Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC