Kata Pengantar
Pendahuluan
1 I Tantangan Dunia Terkini:
Bersaing untuk Menjadi yang Paling Efisien
3 II Implementasi Kaizen
11 III Pengaturan Sistem Produksi
33 IV Tujuh Jenis Pemborosan
42 V Eight Zero
46 VI Manajemen Area Kerja 5-S:
Dasar dari Lean Manufacturing
Langkah Pertama dari Kaizen
54 VII Just in Time
58 VIII Membentuk Tim dan Pemimpin Yang Baik
69 IX Production Control Group
78 X Analisa Kerja
105 XI Pengendalian Kualitas
118 XII Belajar dari Kegagalan
Lampiran
123 Beberapa Pertanyaan Sederhana Seputar Penerapan
Kaizen & Lean System di Industri Garmen
B
uku Manual Produktivitas ini adalah pelengkap dari program pelatihan
Produktivitas dalam rangkaian Executive Development Program (EDP) yang
telah berjalan sepanjang kurang lebih satu tahun dan telah dilakukan di Jakarta,
Semarang dan Bogor.
Dibandingkan sebagai sebuah buku yang teoritis, buku yang berjudul UPAYA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN KAIZEN, Pengalaman Terbaik dari
PT Dayani Garment Indonesia ini lebih merupakan presentasi tentang hasil perbaikan
yang telah dilakukan oleh PT Dayani Garment Indonesia (DGI) di bawah pimpinan
Tatsuro Araki yang sampai saat ini menjabat sebagai Direktur Teknis. Dengan demikian
buku ini lebih merupakan best practise sharing dari Tatsuro Araki yang mudah-mudahan
berguna bagi pengusaha dan pelaku industri garmen Indonesia.
Buku ini mencoba menyampaikan bahwa proses perbaikan dimana pun memerlukan
kesadaran untuk berubah dan waktu yang panjang untuk mewujudkannya. Lebih dari
itu, diperlukan komitmen dari pemilik dan para manajer puncak untuk mendukung
setiap usaha perbaikan baik secara teknis, finansial maupun organisasi. Karyawan akan
melihat dan mengikuti keinginan serta contoh yang diberikan oleh para pengambil
keputusan itu.
Kaizen, yang didefinisikan sebagai upaya perbaikan terus menerus yang tidak ada
akhirnya, dilakukan Araki untuk mengupayakan perbaikan efisiensi dan produktivitas
di PT Dayani. Konsep yang dilakukan oleh Araki dengan pengalamannya selama
37 tahun dalam industri tekstil dan garmen tidak lain adalah konsep perbaikan
berdasarkan prinsip Lean System. Maka di buku ini Anda dapat melihat bahwa semua
tools yang digunakannya tidak berbeda dengan tools yang digunakan dalam Lean
Manufacturing.
Kata kunci yang menyertai proses perbaikan yang dilakukan Araki adalah rinci,
menyeluruh dan nyata. Secara sederhana Araki memulai dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan dan pembinaan karyawan. Dari proses pengamatan
Araki mendapatkan data yang lengkap dan pemahaman yang tepat atas kondisi yang
nyata. Melalui proses pembinaan karyawan Araki melakukan pembentukan pola
pikir dan penyamaan persepsi. Secara bersama-sama mereka memulai perbaikan
produktivitas secara konsisten.
Upaya perbaikan membutuhkan waktu untuk berhasil. Tantangan yang ada bukan
hanya terletak pada persoalan teknis tetapi juga menyangkut persoalan mental. Ketika
hasil mulai terlihat, pemahaman dan penerimaan yang lebih baik atas berbagai upaya
perbaikan muncul sehingga proses perbaikan menjadi lebih efektif.
Buku ini merupakan satu dari empat buku manual yang diproduksi oleh Garment
Partnership Indonesia (GPI) yaitu suatu forum kerjasama berbagai pihak dalam industri
garmen yang didirikan atas inisiatif SENADA. SENADA adalah program peningkatan
daya saing industri Indonesia berjangka waktu empat tahun yang didanai oleh United
State Agency for International Development (USAID). GPI yang berkolaborasi dengan
International Garment Training Center (IGTC) mencoba memanfaatkan semaksimal
mungkin bantuan dari pemerintah AS ini untuk pengembangan industri garmen
nasional.
Steve Smith
Direktur Proyek SENADA
D
alam rangkaian proses produksi hampir pasti ada banyak peluang untuk
terjadinya pemborosan. Pertanyaannya adalah apakah kita menyadari hal-hal
itu sebagai suatu hal yang berpotensi menjadi kerugian atau menganggapnya
sebagai suatu hal yang wajar dan mengabaikannya begitu saja.
Sementara sebagian lagi mungkin menjadi sesuatu yang seolah wajar padahal
sesungguhnya juga merupakan potensi kerugian, misalnya proses set up, adanya
biaya pengiriman, waktu siklus yang terlalu panjang dan sebagainya. Seperti bagian
bawah gunung es, hal-hal semacam ini tidak dapat langsung terlihat dan cenderung
dilupakan.
Kaizen yaitu perbaikan terus menerus yang tidak ada akhirnya adalah filosofi yang
diperkenalkan oleh Toyota untuk perbaikan produktivitasnya. Dalam prosesnya kaizen
menyentuh berbagai topik secara menyeluruh termasuk isu mengenai kualitas dan juga
upaya peningkatan produktivitas. Lebih jauh lagi, kaizen tidak melakukan perbaikan
hanya pada saat permasalahan terjadi, tetapi mengajarkan untuk terus menerus
mengupayakan sesuatu yang lebih baik.
Tatsuro Araki, konsultan SENADA di bidang productivity, sampai saat ini menjabat
sebagai Direktur Teknis di PT Dayani Garment Indonesia mengadopsi kaizen untuk
memperbaiki efisiensi kerja dan produktivitas di PT Dayani.
Upaya yang dilakukan Araki di PT Dayani memberikan hasil yang sangat signifikan yaitu
peningkatan produktivitas sebesar 60% dan penekanan tingkat reject dari sebelumnya
sebesar 10% menjadi kurang dari 1% saja. Secara bertahap, hasil seperti telah disebutkan
memerlukan waktu lebih dari 7 tahun untuk dapat dicapai.
Apa yang telah dilakukannya di PT Dayani menjadi suatu contoh bagaimana upaya
perbaikan dapat dilakukan secara efektif dengan melibatkan seluruh unsur dalam
organisasi. Sampai saat ini PT Dayani tidak berhenti melakukan berbagai perbaikan.
Semoga apa yang disampaikan melalui buku ini dapat menjadi inspirasi bagi para pelaku
usaha di industri garmen untuk mau memulai dan tidak ragu dalam mengupayakan
perbaikan di fasilitasnya masing-masing.
K
onsumsi dunia khususnya penurunan konsumsi dari negara–negara barat terus
menurun berawal dari krisis keuangan yang terjadi di Amerika tahun 2008. Ini
berdampak besar pada permintaan produksi di tiap–tiap negara di dunia. Begitu
pula konsumsi dunia terhadap produk garmen yang berakibat pada penurunan harga jual.
Pada sisi pemasok, pengaruh yang sangat dirasakan adalah makin kompetitifnya harga
produk garmen yang ditawarkan para pemasok dari negara-negara pesaing, yang pada
akhirnya memaksa para pimpinan perusahaan untuk memperbaiki produktivitas di
masing-masing fasilitas produksinya.
Dalam rangka menghadapi dan menanggulangi hal-hal yang timbul dari krisis ini
sangat diperlukan upaya perbaikan secara berkesinambungan, yang dalam bahasa
Jepang dikenal dengan istilah kaizen. Secara
harfiah, kaizen berarti perbaikan terus Tidak perduli perusahaan
menerus. besar atau kecil, dengan produk
sederhana atau rumit, peluang
Pada prinsipnya kaizen dilakukan
untuk menjadikan perusahaan lebih perbaikan selalu ada dan tak ada
menguntungkan. Jadi tidak perduli apakah kata terlambat untuk memulainya.
perusahaan sedang menghadapi masalah
atau dalam kondisi yang baik, tidak juga
Bahkan untuk perusahaan yang
mensyaratkan apakah perusahaan itu kecil sangat efisien sekalipun, tuntutan
atau besar. Atau apakah produk yang dibuat
perbaikan selalu menemukan
sederhana atau rumit. Kaizen mengajarkan
selalu ada peluang untuk perbaikan di celahnya sendiri.
fasilitas (produksi) dan tidak pernah ada
kata terlambat untuk memulai.
Kaizen adalah upaya perbaikan yang tidak ada akhirnya, yang harus dilaksanakan oleh
setiap perusahaan untuk mengoptimalisasi keuntungan perusahaan. Upaya ini harus
dilakukan dengan melibatkan seluruh karyawan dalam perusahaan termasuk para
pimpinan puncak hingga pegawai kebersihan sekalipun. Dalam kaizen, semua orang
bertanggung jawab untuk membuat perubahan yang lebih baik.
Dalam melakukan perubahan, kaizen tidak berfokus pada hal-hal besar tetapi dengan
mengupayakan perbaikan-perbaikan kecil yang pada akhirnya secara perlahan-lahan
akan membuat perusahaan menjadi jauh lebih baik.
2 IMPLEMENTASI
KAIZEN
S
UPAYA PENURUNAN BIAYA
alah satu perhatian utama dalam kaizen adalah upaya penurunan biaya (cost
down) agar perusahaan dapat beroperasi pada kondisi yang menghasilkan
tingkat keuntungan yang lebih baik. Pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu
materi mengenai harga jual, harga pokok dan kaitannya dengan keuntungan atau laba
perusahaan.
Dalam pemikiran umum, bila ingin menambah laba, maka harga jual harus dinaikkan.
Tetapi, dalam kondisi pasar dunia seperti sekarang ini, pilihan menaikkan harga jual
dapat menyebabkan konsumen beralih
kepada pemasok dengan harga yang lebih Tidak ada kondisi yang terbaik,
murah dan bisa jadi itu berarti perusahaan tetapi selalu ada yang lebih baik.
tidak lagi mendapat pesanan; atau
Upaya perbaikan tak mengenal
kalaupun ada pesanan maka jumlahnya
akan berkurang. Sehingga pada akhirnya garis akhir.
bukannya mendapatkan laba lebih
banyak tetapi malah sebaliknya labapun
berkurang.
Maka dalam hal ini, bukan pasar yang harus beradaptasi dengan kondisi perusahaan,
namun sebaliknya perusahaanlah yang harus beradaptasi dengan keinginan pasar.
Di masa sekarang ini, dengan berkurangnya konsumsi dunia maka tiap–tiap negara
akan berusaha untuk tetap mendapatkan order dan bersaing dengan cara menjual
murah dan terus menurunkan harga. Masa krisis ini juga berarti harga jual dari
perusahaan akan menurun karena pangsa pasar masing-masing negara kemungkinan
besar menyusut; sehingga untuk mengatasinya perusahaan harus berusaha mencari
pelanggan baru dengan cara menawarkan berbagai keunggulan, tidak saja kualitas
namun juga harga yang bersaing. Maka tak ayal lagi akan terjadi persaingan harga
untuk mendapatkan pembeli-pembeli baru.
Bila terjadi hal seperti ini, maka laba akan semakin berkurang. Laba yang semakin lama
semakin berkurang dapat mendorong perusahaan ke suatu titik di mana mereka akan
mengalami kerugian. Pada titik ini setiap perusahaan harus segera melakukan upaya
penurunan biaya agar dapat tetap mempertahankan tingkat laba yang diinginkan.
Sekaranglah saatnya perusahaan melakukan kaizen dengan cara melakukan cost
down demi kelangsungan hidupnya di masa mendatang dan jaminan kelangsungan
pekerjaan para karyawannya.
Bagaimana cost down bisa dilakukan dan apa yang harus dipantau?
Pembahasan harga pokok dapat dilihat dari unsur-unsur yang menyusunnya. Harga
pokok secara umum terdiri dari:
• biaya bahan baku
• biaya pekerja
• biaya energi
• biaya proses pembuatan
Hampir tidak ada perbedaan mengenai cara penetapan harga pokok antar perusahaan.
Yang membuatnya berbeda adalah cara atau proses yang dilakukan dalam pembuatan
produk sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Di Indonesia, setiap tahun biaya bahan baku, biaya pekerja dan biaya energi selalu
mengalami peningkatan. Hal ini berlaku untuk setiap perusahaan di Indonesia,
sehingga masalah yang dihadapi oleh semua perusahaan relatif sama, yaitu bagaimana
mempertahankan keuntungan di dalam kondisi yang serba sulit itu. Jawabannya adalah
dengan mencari peluang perbaikan untuk memangkas biaya.
lebih efektif dan berkesinambungan; terutama apabila hasil yang dicapai juga
memberikan manfaat langsung kepada karyawan. Seberapapun idealnya suatu sistem
atau cara diterapkan, tidak akan memberikan hasil yang baik tanpa adanya keterlibatan
karyawan. Jadi keterlibatan karyawan merupakan hal yang terpenting dalam upaya
perbaikan produktivitas dalam perusahaan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan upaya ini dengan cara top down, yaitu
keterlibatan manajemen puncak secara nyata dan konsisten dalam penerapan
berbagai upaya perbaikan. Manajemen puncak dituntut untuk memberikan dukungan
baik operasional, finansial maupun secara organisasi. Kaizen yang tidak ada kompromi
dan kaizen yang tidak ada akhir, hanya akan berhasil jika dimulai dari komitmen dan
dukungan serta peran manajemen puncak.
Ketiga hal tersebut sebetulnya merupakan common sense dalam setiap pekerjaan
manapun. Apabila manajemen puncak atau pimpinan tidak mau turun ke lapangan
untuk melihat hal yang sesungguhnya dan berupaya memperbaiki keadaan, maka hasil
yang diperoleh pun tidak akan menjadi lebih baik. Manajer yang malas untuk melihat
langsung ke lapangan tidak akan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah
dengan baik.
Pekerja sebagai conveyor (kiri) dan metal detector rusak sebagai converyor (kanan)
Hasilnya adalah penggunaan metal detector yang telah rusak sebagai conveyor
dianggap lebih baik dan dapat mengatasi masalah transportasi dengan lebih baik
dan murah.
Tetapi bayangkan apa yang dapat terjadi bila tidak ada upaya apapun yang
dilakukan untuk mengusir gajah dari dalam rumah. Gajah yang awalnya diabaikan
dan dianggap tidak ada akan berkembang biak, dan tanpa disadari gajah akan
memenuhi ruang gerak yang ada sehingga menimbulkan berbagai masalah baru
yang semakin sulit untuk diatasi.
Cerita di atas menunjukkan bahwa setiap masalah harus segera diatasi. Suatu masalah
yang diabaikan bukannya akan menghilang tetapi justeru akan menjadi potensi bagi
munculnya masalah-masalah lain. Semakin banyak masalah yang ada, semakin sedikit
pilihan yang dimiliki perusahaan untuk dapat tetap bertahan. Semakin banyak masalah
yang ada, semakin sulit juga bagi perusahaan untuk mencari solusinya.
3 PENGATURAN SISTEM
PRODUKSI
T
elah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa implementasi kaizen harus disertai
dengan pemahaman yang benar mengenai sistem produksi. Tiga dasar utama yang
tidak boleh diabaikan dalam pemahaman terhadap sistem produksi adalah:
1. Keselamatan
Dalam kaizen keselamatan menjadi prioritas utama, karena itu tindakan pencegahan
kecelakaan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan bukan sekedar untuk
memenuhi standar kepatuhan sosial (social compliance).
Hal-hal seperti tersedianya pintu-pintu
keluar darurat,penggunaan sarung tangan Bayangkan mengatur dan
logam maupun hal-hal keselamatan
memperbaiki sistem produksi
lainnya harus menjadi prioritas, tidak
hanya untuk kepentingan perusahaan seperti sedang menulis pada kertas
tetapi juga untuk memberikan jaminan putih yang kosong. Jangan terpaku
rasa aman kepada karyawan dalam
melakukan pekerjaannya.
pada kondisi yang ada tetapi
Keselamatan lebih penting dari faktor upayakan kondisi ideal yang harus
apapun dan merupakan hal yang sangat
kita capai. (Tatsuro Araki)
sensitif, sehingga harus dipastikan
tidak ada potensi yang mengarah pada
kejadian yang fatal.
berbagai upaya perbaikan akan memberikan hasil yang lebih efektif karena semua
didasarkan pada hal yang nyata.
1. Pull system
Pull system adalah sistem di mana proses kerja berikutnya yang meminta kepada
proses sebelumnya, barang yang diperlukan pada saat dibutuhkan saja. Proses
sebelumnya hanya menyediakan apa yang dibutuhkan pada saat diminta oleh
proses berikutnya. Dengan kata lain ini adalah sistem memesan.
3. Standardisasi
Standardisasi ditetapkan untuk setiap proses kerja, baik yang berkaitan dengan
cara, urutan dan waktu kerja. Tujuannya adalah agar setiap proses dilakukan sesuai
dengan cara yang terbaik dan dapat diharapkan untuk memberikan hasil yang
konsisten. Standardisasi ditetapkan berdasarkan analisa kerja, dan hasil perhitungan
terbaik menjadi acuan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proses kerja.
Adanya standardisasi dapat mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
produktivitas dan juga kualitas.
Dengan adanya penerapan standar kerja, proses produksi berlangsung pada tingkat
operasi yang seimbang, sehingga tidak dijumpai adanya perbedaan kualitas produk,
perbedaan jumlah output antar line, perbedaan keterampilan pekerja atau hal-hal
4. Pemerataan produksi
Di PT Dayani pemerataan kemampuan merupakan pra-kondisi yang penting ada di
fasilitas produksi. Tujuannya adalah agar pada line yang manapun dengan disain
apapun, proses produksi dapat berjalan dengan stabil.
Apabila kemampuan antara karyawan sangat bervariasi, ataupun terdapat perbedaan
sangat jauh antara masing-masing line, maka sangat besar kemungkinannya bahwa
output yang dihasilkan menjadi bervariasi. Hal ini sangat tidak diinginkan sebab
semakin banyak variasi output yang ditimbulkan maka semakin besar kemungkinan
produk/output tidak memenuhi kualitas seperti yang disyaratkan.
Upaya pemerataan kemampuan di PT Dayani ini dimulai pada sebuah line khusus
yang disebut model line. Line ini menjadi awal dan acuan bagi proses pengembangan
dan perbaikan yang dilakukan. Cara yang baru maupun suatu hasil analisa yang ingin
dikembangkan akan diimplementasikan dulu di model line dan hasil yang standar
akan dijadikan acuan bagi pengembangan line yang lainnya. Model line dijadikan
acuan karena line ini diisi oleh karyawan yang memiliki kemampuan terbaik dan
kinerjanya menjadi acuan dalam melakukan berbagai proses kerja.
Di PT Dayani ketiga hal terakhir yaitu pemerataan produksi, pengaturan jumlah bundle
serta jarak minimal diterapkan dengan konsisten, dan hasilnya adalah proses produksi
yang berjalan dengan baik dan peluang dilakukannya berbagai penghematan.
2. Menghentikan produksi
Produksi harus dihentikan bila terlihat ada masalah. Membiarkan produksi tetap
berjalan sementara potensi masalah sudah tampak hanya merupakan penundaan
sementara atas kondisi yang lebih buruk, yaitu kegagalan kualitas. Dengan
menghentikan produksi maka penyebab masalah dapat diketahui dan tindakan yang
tepat dapat diambil agar proses produksi dapat dijalankan kembali secara normal.
memiliki rencana maintenance maka secara tidak langsung sama dengan merusak
fasilitas itu sendiri. Fasilitas yang terus menerus digunakan akan berkurang
keandalannya dan tanpa proses maintenance yang memadai maka kemampuan
fasilitas untuk berfungsi sebagaimana mestinya akan terus berkurang.
• Melalui kartu kanban juga dapat ditelusuri kemajuan (progress) dari proses
kerja.
Kanban persiapan
2. ANDON
Andon adalah bagian dari sistem peringatan (alert system) dalam sistem produksi.
Sistem andon menggunakan alat-alat visual untuk menyampaikan informasi dengan
tujuan agar suatu kondisi, terutama yang berpotensi menimbulkan masalah, dapat
diketahui dengan segera. Salah satunya adalah penggunaan display yang dapat
dengan mudah mengidentifikasikan bagian mana dari lini produksi yang mengalami
masalah.
Sistem andon untuk menginformasikan saat tidak ada barang untuk diproses
Sistem andon ada yang dapat diaktifkan secara manual oleh karyawan, maupun
secara otomatis sebagai bagian dari fasilitas sistem produksi. Penggunaan sistem ini
memungkinkan karyawan menghentikan proses produksi saat terjadi masalah dan
segera meminta bantuan agar dapat dilakukan koreksi pada masalah yang terjadi.
Peringatan yang terekam melalui sistem andon ini biasanya dikumpulkan ke dalam
suatu database untuk dapat dijadikan studi dalam upaya melakukan perbaikan
sistem kerja.
Ada berbagai rancangan sistem andon. Beberapa sistem andon yang lebih modern
dapat menyertakan teks, grafik bahkan elemen audio alarm yang bervariasi.
LAY OUT
Layout atau tata letak, dalam hal ini berkaitan dengan fasilitas produksi, sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi ditinjau dari faktor produktivitas dan kualitas.
Layout harus diatur sedemikian rupa sehingga aliran produksi dapat berlangsung
benar, lancar dan efisien. Pengaturan layout juga harus memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan keselamatan kerja.
Pengaturan layout harus memungkinkan aliran produksi yang lancar. Layout yang
berbelit akan menyebabkan proses yang tidak efisien dan merupakan potensi yang
besar untuk munculnya masalah.
Dalam proses penyusunan layout produksi, beberapa hal di bawah ini harus menjadi
perhatian dan pertimbangan yang cermat:
1. Berkaitan dengan barang produksi; perhatikan jenis dan jumlah barang, jumlah
proses, jumlah lot, tenggang waktu dan batas dari perubahan spesifikasi.
2. Berkaitan dengan line; perhatikan besar kecilnya jumlah line, line mana yang jalan
lebih dulu, line untuk part dan assembly line.
3. Berkaitan dengan cara penyusunan orang; perhatikan pengaturan berdasarkan
grup, pengaturan berdasarkan perbedaan proses atau pengaturan berkaitan dengan
perbedaan mesin.
4. Berkaitan dengan sistem pergantian style; perhatikan apakah dilakukan pergantian
secara serempak atau pergantian secara berurutan.
5. Berkaitan dengan satuan transportasi; perhatikan apakah dilakukan per piece, per
bundle dan juga perhatikan perlengkapan transportasi yang digunakan.
6. Berkaitan dengan cara transportasi; perhatikan cara yang digunakan seperti
dimasukkan ke dalam keranjang atau sistem hanger.
7. Berkaitan dengan perlengkapan transportasi; perhatikan apakah dilakukan dengan
tangan, wadah aliran atau conveyor.
8. Berkaitan dengan jumlah WIP; perhatikan jumlah WIP antar proses, jumlah WIP
penyelesaian part dan waktu pengerjaan WIP.
9. Berkaitan dengan cara penyimpanan barang setengah jadi; perhatikan hal-hal
yang digunakan seperti meja, tempat barang, jenis rak, jumlah dan prosedur
penyimpanan.
10. Berkaitan dengan perlengkapan yang digunakan; perhatikan hal-hal termasuk mesin
otomatis, mesin pembantu, mesin khusus, mesin yang general serta attachment.
Layout standar
Ada beberapa jenis pengaturan standar layout yang umum digunakan pada sistem
produksi di industri garmen. Masing-masing jenis layout ini memiliki karakter yang
berbeda dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda pula.
1. Layout berdasarkan perbedaan jenis mesin
Pengaturan ini digunakan untuk mengatasi produksi yang jumlahnya sedikit tetapi
jenisnya banyak, dengan tujuan mengurangi banyaknya perpindahan perlengkapan
yang terjadi akibat adanya pergantian style.
Penggunaan layout ini sebetulnya tidak terlalu baik jika dilihat dari sisi efisiensi dan
line balancing, karena terjadi banyak transportasi yang disebabkan oleh pengaturan
yang tidak menunjukkan alur terpola dan mudah dilihat. Akibatnya pada pengaturan
ini juga bisa terjadi loss produksi.
Karena itu biasanya pengaturan layout seperti ini digunakan untuk proses sample.
Bila ada mesin spesial yang mahal maka dalam pengaturan ini akan ditempatkan
secara khusus. Karena itu sekali lagi proses transportasi perlu menjadi perhatian
utama karena akan terjadi proses perpindahan yang lebih banyak.
Mesin Jarum 1
iron
a. Mengalirkan ke depan.
c. Unit layout yang digunakan pada saat melakukan banyak proses kerja.
Pada dasarnya ketiga model layout seperti disebutkan di atas dapat dikombinasikan
sesuai dengan kebutuhan sistem produksi. Jadi tidak ada yang membatasi
penggunaannya selain menjamin tujuan pencapaian efisiensi dan kualitas yang
baik.
Pengaturan yang demikian baik jika ditinjau dari isu kepatuhan sosial (social
compliance,) karena memberikan ruang cukup untuk jalur evakuasi misalnya. Tetapi
kenyataannya cara pembagian kerja ini menyebabkan timbulnya pemborosan baik
waktu maupun tenaga kerja akibat proses pengangkutan dan perpindahan.
Karenanya perlu dievaluasi kembali apakah pengaturan seperti di atas adalah yang
terbaik terutama dikaitkan dengan karakter produk yang diproses. Dalam melakukan
evaluasi ini, penting juga untuk dipertimbangkan mengenai luas pabrik dan fungsi
dari setiap faktor produksi yang ada.
Yang manapun layout yang digunakan atau dikombinasikan, pertimbangan utama yang
harus selalu digunakan adalah meminimasi perpindahan dan potensi pemborosan.
Selain itu tidak boleh diabaikan juga pentingnya mengakomodasi adanya jalur evakuasi,
baik untuk kepentingan social compliance dan yang terpenting untuk keamanan dan
keselamatan pekerja sendiri.
PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)
Tujuan maintenance
Maintenance dilakukan untuk menjamin agar setiap fasilitas produksi tetap berada
dalam kondisi yang baik dan layak untuk dipergunakan. Proses maintenance yang baik
harus dilakukan secara terencana. Bila proses maintenance tidak dilakukan dengan baik
maka secara tidak langsung hal ini sama dengan merusak fasilitas dengan sengaja,
karena fasilitas produksi yang terus dipakai tanpa proses maintenance yang baik pasti
Apa saja yang dilakukan dalam proses maintenance? Di PT Dayani yang termasuk dalam
pekerjaan maintenance itu adalah:
1. Pemeriksaan keselamatan, termasuk di dalamnya pemeriksanaan lift dan
pemeriksaan lampu evakuasi.
2. Penyimpanan mesin. Dalam hal ini mesin yang tidak dipergunakan pun harus tetap
dalam kondisi siap untuk digunakan.
3. Pengawasan stok spare part dan attachment. Jumlah dan jenis yang diijinkan harus
sesuai dengan kebutuhan, tidak kekurangan maupun kelebihan.
4. Pemeriksaan dan perbaikan yang berhubungan dengan keamanan dan kelaikan
gedung.
5. Pemeriksaaan dan perbaikan yang berhubungan dengan listrik, termasuk di
dalamnya:
• Kemungkinan adanya kebocoran listrik.
• Perbaikan lampu dan kipas (fan) dan sebagainya.
6. Melakukan pemeriksaan berkala (termasuk melakukan perbaikannya) untuk:
• Pemeriksaan berkala untuk seluruh mesin dan fasilitas produksi.
• Pembuatan dan penambahan attachment serta penambahan alat bantu mesin
lainnya.
7. Pemeliharaan mesin didalam line. Di PT Dayani, secara khusus hal ini menjadi
perhatian, antara lain dengan melakukan:
• Perbaikan mesin rusak seketika (bila memakan waktu yang lama maka mesin
langsung diganti).
Pada industri garmen yang dimaksud dengan proses sebelum dan sesudahnya
misalnya dari cutting ke sewing. Sedangkan antar proses kerja di dalam sewing
meskipun berbeda operasi dan operator, tidak dapat dianggap melakukan sistem
pemesanan, karena dianggap sebagai satu fungsi proses yang sama.
Kondisi yang terjadi di PT Dayani adalah tingkat inventori yang tinggi, baik di dalam
lini produksi (WIP) maupun di gudang. Hal ini menyebabkan biaya operasi yang
cukup tinggi. PT Dayani ingin mengimplementasikan sistem pemesanan untuk
dapat meningkatkan efisiensi dan mendapatkan tingkat inventori yang optimum.
1. Target
A. Target, April 2009
1. Pengurangan jumlah operator sebesar 10% (12 orang), dari awalnya120
orang menjadi 108 orang.
2. Pengurangan persediaan dalam proses (WIP) sebesar 20%.
3. Pengurangan persedian bahan baku dan perlengkapannya sebesar 50%
(Rp 700 juta) dari Rp. 1.4milyar menjadi Rp. 700juta.
4. Mengembalikan gudang sewaan (pada Desember 2008).
2. Proses pelaksanaan
A. Permintaan dari sewing kepada cutting dan aksesoris
1. Sewing mengeluarkan permintaan pada cutting, kemudian cutting
membuat berdasarkan permintaan tersebut.
2. Sewing mengeluarkan permintaan pada aksesoris, kemudian aksesoris
mempersiapkan sesuai permintaan.
3. Aksesoris dan cutting mempersiapkan permintaan tersebut dan
meletakkan di tempat yang sudah ditentukan.
4. Sewing mengambil ke cutting bila barang produksi dan aksesoris sudah
diperlukan.
1. Banyaknya lori
Customer 1 (5 line) 8 lori X 5 line = 40 unit lori
Customer 2 (7 line) 4 lori X 7 line = 28 unit lori
2. Jumlah yang dimuat dalam lori
Customer 1 500 pcs/lori
Customer 2 750 pcs/lori
3. Jumlah maksimum persiapan
Customer 1 8 lori X 5 line X 500 pcs = 20,000 pcs/1.5 hari prod
Customer 2 4 lori X 7 line X 750 pcs = 21,000 pcs/1.5 hari prod
Bila lori sudah tidak ada lagi maka cutting tidak memproduksi lagi.
Catatan:
Dalam perhitungan di atas disebutkan jumlah maksimum persiapan
diperhitungkan untuk waktu 1.5 hari produksi. Hal ini sesuai dengan kondisi
bahwa pekerjaan di proses cutting memiliki potensi munculnya masalah
lebih besar, sehingga harus selalu dipersiapkan WIP untuk setengah hari
kerja, sehingga proses produksi dapat dipastikan berlangsung stabil.
Di PT Dayani proses cutting dilakukan dalam 2 shift, yaitu shift pertama
pada pukul 06.00-13.30 dan shift berikutnya pukul 13.30-21.00, sehingga
memang waktu kerja total menjadi 1.5 hari produksi.
Catatan:
Di bagian aksesoris perhitungan tetap dilakukan untuk satu hari produksi
karena memang pekerjaan hanya dilakukan dalam satu shift dan tidak
diperlukan antisipas WIP dalam prosesnya.
Dari uraian di atas tampak bahwa cutting dan aksesoris hanya akan
memproses jenis dan jumlah yang diminta saja oleh sewing saja. Caranya
adalah dengan membaca informasi kanban yang ada pada masing lori.
Dari cara produksi seperti ini didapatkan banyak perbaikan di sisi produksi
maupun area kerja.
Proses pengepakan di mana terjadi masalah mixed-size dan juga transportasi yang tinggi
2. Proses pelaksanaan
A. Analisa layout dan penempatan operator
PT Dayani melakukan analisa layout dan penempatan operator dengan
mempertimbangkan jarak minimum, pemerataan kemampuan dan
pengaturan ukuran bundle. Dengan menggunakan berbagai form analisa
kerja seperti di bawah ini maka diperoleh sistem standar yang akan
digunakan.
B. Percobaan conveyor
PT Dayani juga mengatasi masalah transportasi dengan memanfaatkan
conveyor. Pertama dilakukan percobaan jika conveyor yang digunakan
adalah operator. Kemudian dilakukan juga percobaan dengan menggunakan
conveyor ban berjalan. Ternyata pilihan yang ke dua memberikan hasil yang
lebih baik dari sisi waktu dan biaya.
U
ntuk dapat bertahan perusahaan harus berhadapan dengan faktor eksternal
yaitu kondisi perekonomian global dan persaingan; serta kondisi internal yaitu
seberapa baik proses operasional telah dilakukan.
Faktor eksternal adalah faktor yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan. Kalaupun bisa,
biasanya dibutuhkan kerja sama dengan berbagai aktor lainnya dan menjadi suatu
pekerjaan kolektif yang rumit; misalnya negosiasi tentang suatu kebijakan regulasi.
Waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk itu sulit diperkirakan.
Yang disebut dengan pemborosan atau muda dalam bahasa Jepang, adalah semua
hal atau proses yang terjadi atau dilakukan, baik sengaja atau tidak sengaja, di dalam
rangkaian proses operasi; tetapi tidak memberikan nilai tambah bagi produk akhir
yang dihasilkan. Sesuatu juga disebut sebagai pemborosan bila hal itu terjadi atau
dilakukan tetapi perusahaan tidak dapat membebankan biaya yang dikeluarkan
kepada pelanggan, atau dengan kata lain pelanggan tidak mau membayar biaya yang
dikeluarkan itu.
Pemborosan menimbulkan biaya-biaya yang tidak perlu, yang awalnya hanya akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Jika pemborosan diabaikan dan dibiarkan
terjadi maka kelangsungan hidup perusahaan menjadi taruhannya. Pemborosan bisa
menjadi awal dari kegagalan suatu perusahaan.
Dalam berbagai pembahasan dikenal tujuh pemborosan utama (seven wastes) yang
biasanya muncul dalam suatu proses operasional. Ketujuh jenis pemborosan itu
adalah:
1. PRODUKSI BERLEBIH (OVER PRODUCTION)
Produksi berlebih merupakan pemborosan yang terburuk dari ketujuh pemborosan
yang ada, sebab dapat menjadi awal dari munculnya enam jenis pemborosan
lainnya. Contohnya adalah apabila dalam proses membuat suatu produk garmen
dialokasikan kelebihan sebanyak 100 lembar, maka dari jumlah sebanyak itu kita
membiarkan terjadinya pemborosan yang berupa:
a. Proses yang membuat orang tidak bekerja untuk produksi selanjutnya.
b. Proses menunggu akibat dari proses pekerjaan produk sisa tersebut.
c. Penyimpanan barang sisa yang tidak perlu.
d. Proses transportasi untuk sisa barang tersebut.
e. Mungkin terjadi proses ulang yang tidak perlu.
f. Kadangkala dari hal-hal diatas dapat timbul pekerjaan tambahan lain.
padahal karyawan tidak melakukan sesuatu yang memberikan nilai tambah bagi
produk. Contoh-contoh pemborosan dari kategori ini adalah antara lain:
a. Proses kerja yang tidak seimbang satu sama lain (misalnya akibat kemampuan
karyawan tidak merata).
b. Proses perbaikan mesin (machine down time).
c. Proses pergantian model.
d. Proses menunggu akibat pengerjaan work in process (WIP) sebelumnya.
e. Kekurangan bahan baku yang menyebabkan terhentinya proses kerja dan
mengganggu schedule kerja proses yang lainnya.
f. Operator mesin otomatis yang tugasnya hanya mengamati kerja mesin.
g. Adanya proses tertentu dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi yang
menyebabkan operator selanjutnya menunggu output.
Kerugian bagi perusahaan karena harus tetap membayar upah pekerja meskipun tidak melakukan kegiatan
Akibat tak langsung dari adanya pemborosan menunggu ini adalah kemungkinan
adanya perhitungan standar proses kerja yang tidak tepat akibat mengakomodasi
faktor menunggu ini. Bayangkan apa yang dapat terjadi bila perhitungan waktu standar
dilakukan tidak dengan data yang tepat. Pemborosan akan berlipat ganda dan sekali
lagi perusahaan akan dirugikan.
Berkaitan dengan itu semua, seringkali perusahaan tidak dapat menghindari terjadinya
proses menunggu. Jika memang itu harus terjadi, ada beberapa hal yang harus dilakukan
dan diingat oleh para pengawas dalam pengaturannya di lini produksi:
• Jangan membagi pekerjaan apabila pekerjaan dapat dikerjakan satu orang.
Semakin jelas siapa bertanggung jawab terhadap apa, maka akan lebih mudah bagi
perusahaan untuk mengawasi dan mengendalikan proses produksi.
• Jangan membantu pekerjaan orang lain. Bila tidak ada yang dikerjakan lebih baik
menunggu.
Meskipun baik secara kelompok namun secara individu hal ini (membantu
pekerjaan orang lain) tidak menguntungkan, karena baik yang membantu maupun
yang dibantu akan kehilangan orientasi kerja yang sesungguhnya, yang sebenarnya
menjadi tanggung jawab utamanya. Selain itu dengan menunggu saja maka
masalah yang sesungguhnya (yang menyebabkan menunggu) akan terlihat dan
pengawas bisa menyelesaikan masalah itu dengan tindakan yang nyata.
3. PENGANGKUTAN (TRANSPORTATION)
Yang dimaksud dengan transportasi adalah perpindahan barang antar tempat/
stasiun kerja. Pada kondisi tertentu proses trasnsportasi dibutuhkan meskipun
tidak memberi nilai tambah pada produk. Karena itu harus direncanakan agar
penempatan antar stasiun kerja berada pada jarak minimum. Semakin banyak dan
jauh terjadi perpindahan barang maka semakin besar potensi pemborosan terjadi.
Pengaturan tata letak stasiun kerja (lay out) menjadi kunci untuk mengatasi masalah
transportasi.
Di bawah ini adalah beberapa ilustrasi tentang transportasi:
a. Pengangkutan tidak memberikan nilai tambah, maka sesungguhnya transportasi
adalah pemborosan. Walaupun dilakukan pengangkutan, barang tersebut hanya
berubah tempat.
Pemborosan akibat dari proses berlebih yang harus segera diatasi. Sebagai contoh,
dalam industri garmen, proses trimming seringkali dianggap hal yang harus
dilakukan. Seksi ini kadangkala membutuhkan tenaga kerja puluhan hingga ratusan
orang. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya pelanggan hanya menghendaki
hasil produksi yang bersih dan berkualitas dan tidak melihat pada proses apa yang
dilaluinya. Maka sebenarnya proses trimming ini bisa dihilangkan kecuali pada
garmen yang membutuhkan proses pencucian di mana sisa benang dapat keluar
setelah proses cuci.
Line sebelum penghilangan trimming (kiri) & sesudah pengurangan trimming (kanan)
Proses yang tidak perlu tidak boleh dibiarkan ada, sebab selain tidak memberi nilai
tambah pada produk, proses yang demikian juga berpeluang menimbulkan biaya
lain yang merupakan pemborosan.
Meskipun demikian hampir tidak mungkin proses produksi dibiarkan tanpa antisipasi
persediaan. Artinya sejumlah persediaan dapat ditoleransi sejauh penentuannya
didasarkan pada perhitungan yang matang dan jumlahnya minimum. Ini adalah
apa yang disebut buffer atau cadangan.
6. GERAK (MOTION)
Jika transportasi mengamati perpindahan barang maka pergerakan atau motion
mengamati gerakan pekerja di stasiun kerjanya. Pengaturan gerak tangan kiri-
kanan dan tata letak stasiun kerja harus dilakukan agar proses kerja berlangsung
efektif. Faktor kondisi kerja yang ergonomis juga mendukung adanya proses kerja
yang efisien dan efektif serta memberikan kenyamanan bagi pekerja itu sendiri.
Pada industri garmen harus dilakukan pengamatan yang cermat terhadap gerak,
sebab pemborosan sekian detik di satu stasiun kerja untuk satu helai garmen
akan sama dengan nilai yang sangat besar jika ternyata terjadi di banyak stasiun
kerja dan jumlah produk yang besar. Karena itu penentuan standar kerja akan juga
mempertimbangkan faktor ini.
Contoh pengamatan yang dilakukan di PT Dayani untuk membandingkan gerakan pekerja dengan menggunakan video
shooting
Satu hal yang sering diabaikan mengenai perlakuan pada rework atau repair ini
adalah pencatatan atau recording. Banyak perusahaan melakukan rework hanya
dengan segera melakukan perbaikan terhadap produk yang cacat, tetapi tidak
melakukan pencatatan atau pendataan tentang kesalahan itu sendiri.
Akibatnya perusahaan tidak memiliki informasi lengkap mengenai kesalahan/
kegagalan yang terjadi ( jumlah, tipe, batch produksi dan sebagainya). Jika hal ini
terjadi perusahaan tidak akan dapat mengembangkan sistem produksi yang
mampu mengantisipasi dan mencegah terjadinya kesalahan yang sama.
Berbagai jenis pemborosan seperti telah dibahas di atas adalah masalah yang sering
terjadi dalam perusahaan garmen. Dalam kaizen dan lean manufacturing, pemborosan
adalah salah hal pertama yang harus segera diatasi. Menunda penyelesaiannya sama
dengan membiarkan masalah tersebut menjadi besar dan akhirnya menghambat
pertumbuhan perusahaan.
Di PT Dayani, Araki membiasakan suatu budaya yang sangat sederhana tetapi bertujuan
untuk mengetahui dan memahami kondisi yang nyata dalam upayanya mencari solusi
atas masalah seperti pemborosan. Apa yang dilakukan oleh pemimpin di PT Dayani
adalah:
1. Berdiri dan mengamati tempat kerja.
2. Melihat bagaimana karyawan melakukan setiap proses kerja.
3. Melihat barang yang diproduksi.
4. Melihat perlengkapan yang digunakan dalam proses kerja.
5. Mengamati lingkungan/area kerja.
6. Melihat waktu kerja.
7. Mengamati kekompakan kerja dalam tim.
Dengan memahami kondisi yang sesungguhnya dan mengacu pada semangat kaizen
serta prinsip lean manufacturing, maka kemungkinan pemborosan dapat dihilangkan
dan perusahaan dapat beroperasi pada tingkat yang efisien.
Target dari berbagai upaya penghilangan pemborosan ini adalah tercapainya kondisi
8-zero pada fasilitas kerja.
Pembahasan lebih rinci mengenai kondisi 8-zero ini dapat dijumpai pada bagian
selanjutnya. Dengan mengupayakan tercapainya kondisi 8-zero yang dapat dicapai
melalui penghilangan 7-waste, perusahaan bukan hanya mendapatkan fasilitas kerja
yang efisien tetapi juga memastikan hasil kerja yang efektif dan menjamin kepuasan
pelanggan.
EIGHT – ZERO
5
S
ebelumnya telah dibahas bahwa pemahaman yang baik dan kemampuan
mengidentifikasi adanya berbagai peluang pemborosan merupakan langkah awal
untuk mendapatkan kondisi kerja yang efisien dan efektif.
Target dari berbagai upaya penghilangan pemborosan ini adalah tercapainya kondisi
8-zero pada fasilitas kerja. Dengan mengetahui apa yang menjadi tujuan dari setiap
upaya perbaikan, diharapkan upaya perbaikan akan lebih mudah dijalankan.
5 Pada prinsipnya kualitas harus dibuat sejak awal proses operasi; sejak kain datang,
proses cutting, sewing, packing dan dikirimkan. Sekali saja ada kualitas yang buruk
terbawa sampai ke pelanggan maka harga yang harus dibayarkan untuk menebus
kesalahan itu tidak cukup dengan rework atau penggantian barang.
Harga yang harus dibayarkan itu adalah berkurangnya kepuasan pelanggan dan
sekalligus hilangnya loyalitas pelanggan pada layanan/produk perusahaan.
Tingkat keluhan pelanggan menunjukkan bagaimana perusahaan menempatkan
kualitas dalam daftar prioritasnya.
Jadi dengan menjadikan zero-defect sebagai target maka perusahaan dapat terpacu
untuk menjadikan kualitas sebagai komandan dari setiap proses operasi.
Metoda ini berasal dari Jepang, yaitu suatu manajemen area kerja yang disusun atas 5
tahapan sebagai berikut:
1. Seiri (Sort in / Ringkas)
2. Seiton (Set in order / Rapi)
3. Seiso (Shine / Resik)
4. Seiketsu (Standardize / Rawat)
5. Shitsuke (Sustain / Rajin)
Adanya penyebutan untuk metoda yang sama dalam bahasa inggris (dan juga bahasa
indonesia, 5-R) menunjukkan bahwa metoda yang sama diadopsi untuk digunakan
di berbagai kepentingan, karena dapat diterima secara konsep dan dapat diterapkan
dengan efektif.
Hal terbaik dari metoda 5-S adalah bahwa metoda ini merupakan metoda yang sangat
sederhana dalam pelaksanaannya, sehingga ide yang sama dapat dilaksanakan pada
setiap tingkatan dan setiap fungsi; sekaligus menjadi suatu metoda yang sangat efektif
sebab metoda ini memulai perbaikan dari area di mana semua proses berlangsung
yaitu area kerja.
Tujuan dari manajemen area kerja 5-S ini adalah menemukan kemungkinan terjadinya
pemborosan dan menghilangkan proses-proses yang tidak bernilai tambah di area
kerja.
5-S bukanlah metoda yang rumit sehingga tidak diperlukan usaha terlalu besar untuk
membuat semua bagian dari organisasi mau dan mampu menerapkannya. Tentu saja
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan berbagai scope atau cakupan yang berbeda,
misalnya di tiap departemen ataupun sekaligus di tingkat perusahaan.
Inti dari metoda ini adalah bahwa kesadaran akan nilai-nilai yang tersimpan di dalam
setiap langkah 5-S akan membuat setiap karyawan memiliki budaya kerja yang positif,
yang akan terwujud dalam area kerja, proses kerja dan tentu saja hasil kerjanya;
sehingga pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, karyawan
dan pelanggan.
Metoda 5-S sejalan dengan dasar dari prinsip Lean Manufacturing yaitu penghilangan
proses-proses tak bernilai tambah. Berikut ini adalah uraian dari masing-masing tahap
metoda tersebut:
1. SEIRI (SORT IN / RINGKAS)
Secara mudah tahap ini mengatakan: hanya barang yang dibutuhkan dalam proses
saja yang boleh berada di area kerja. Berarti yang dilakukan adalah menyingkirkan
semua barang lain yang tidak ada hubungannya dengan proses kerja.
Di PT Dayani pada tahap ini dilakukan suatu gerakan bersama yang disebut dengan
“Strategi Label Merah”. Strategi label merah dilakukan pada level perusahaan,
di mana semua orang terlibat dan dipimpin langsung oleh Direktur, melakukan
pemisahan antara barang yang masih diperlukan maupun tidak lagi diperlukan.
f. Jika sudah dapat dipastikan, barang yang tidak diperlukan harus dibuang. Dalam
kategori ini termasuk antara lain barang yang sama sekali tidak dapat digunakan
dan barang yang rusak.
g. Barang yang diperlukan tetapi tidak segera digunakan dikumpulkan di tempat
yang ditempeli label merah, dan harus dibuatkan daftarnya.
h. Untuk barang yang dibuat berlebih, maka kebijaksanaan PT Dayani adalah tidak
memproduksi lagi untuk sementara waktu. Barang itu harus dikembalikan ke
proses yang membuatnya.
Hasil yang di dapat PT Dayani dengan melakukan strategi label merah adalah:
a. Mengurangi persediaan.
b. Menjaga persediaan pada tingkat yang sesuai.
c. Mencegah terhentinya proses (idle).
d. Menghemat uang.
e. Pengurangan bunga uang.
f. Adanya ruang yang terbuka di dalam perusahaan.
g. Dengan bekerja sama dalam kelompok, proses yang sama dapat dikembangkan
menjadi sistem untuk mengurangi pemborosan pada skala yang lebih besar.
Strategi Pemasangan Label Merah ini sebaiknya selalu diulang dan tidak hanya
dilakukan sekali saja. Bila terjadi kebuntuan dalam proses kaizen strategi ini dapat
diulang kembali.
Pengaturan tempat kerja ini termasuk penentuan misalnya apa, di mana, bagaimana,
berapa. Jadi bukan hanya bendanya diatur tetapi cara dan tingkat keberadaanya
juga ditetapkan.
Contoh di area penyimpanan yang tertata dan lengkap informasinya, sehingga hanya dengan melihat orang dapat
mengetahui dengan jelas informasi yang disampaikan.
Apabila tahap ini dapat dipatuhi dengan baik, maka pemakaian waktu dalam
melakukan berbagai proses kerja dipastikan akan berkurang atau menjadi lebih
efisien, sebab segala sesuatu yang dibutuhkan ada di tempatnya dan segala sesuatu
yang tidak dibutuhkan tidak menjadi halangan atau masalah.
adalah menjadikan bersih sebagai budaya kerja, sehingga adanya potensi masalah
di area kerja dapat segera terlihat dan solusi atau antisipasi dapat segera ditentukan.
Implikasinya adalah pada potensi penghematan biaya.
Di PT Dayani setiap orang harus bertanggung jawab pada kebersihan perangkat kerja
dan area kerja yang ada di stasiun kerjanya. Termasuk membersihkan mesin jahit
masing-masing setiap hari 10 menit sebelum dan sesudah jam kerja. Bukan hanya
mesin jahit tetapi juga area kerja di sekitarnya, misalnya lampu. Meskipun petugas
maintenance ada untuk melakukan hal itu secara berkala, tetapi setiap orang tetap
bertanggung jawab dalam ikut serta memelihara kebersihan dan kelancaran proses
di area kerja.
Aktivitas yang melibatkan karyawan dalam menjaga dan merawat fasilitas kerja di PT Dayani
Pada umumnya 3-S pertama saja yang diutamakan, karena 3-S yang pertama
merupakan dasar dari berbagai pengaturan berikutnya. Berdasarkan pengalaman
Araki, jika 3-S yang pertama saja diterapkan dengan konsisten maka secara otomatis
setidaknya 3%-5% peningkatan produktivitas akan dapat dicapai tanpa melakukan
apapun. Tentu saja peningkatan itu berasal dari hilangnya berbagai pemborosan
seperti waktu, jarak, bahan baku yang masih berguna dan sebagainya. Tetapi yang
lebih penting penerapan 3-S yang pertama membawa perubahan pola pikir yang
positif pada sikap kerja dan fasilitas kerja dari karyawan.
Di PT Dayani 3-S pertama yang dilakukan secara bersama-sama dan konsisten telah
banyak sekali memberikan perbaikan, termasuk di antaranya ruang yang lebih luas
yang dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan, sehingga PT Dayani bahkan tidak
perlu lagi menyewa ruang gudang untuk penyimpanan barang sebelum ex-factory.
dapat melakukan 3-S tanpa pengawasan. Untuk itu harus dikelola cara-cara yang
kreatif agar pola pikir karyawan menjadi terbiasa dan semangat mereka terpacu
untuk melaksanakannya.
Dokumen standar untuk prosedur membersihkan mesih seperti di bawah hanyalah
salah satu contoh untuk menjaga kepatuhan pada sistem yang disepakati.
Dalam penerapannya 5-S bukan hanya bermanfaat untuk perusahaan saja. Di tingkat
bisnis, memang hal-hal seperti penghematan ruang, potensi penurunan biaya dan
sebagainya berdampak langsung bagi perusahaan. Tetapi dampak tidak langsungnya
pun dapat dirasakan oleh karyawan.
Pada intinya metoda 5-S harus dipandang sebagai sebuah siklus. Tidak cukup
menjalankan satu kali saja untuk setiap tahapan dan merasa telah selesai atau berhasil.
Setiap proses perbaikan dan perubahan di area kerja akan membuka peluang terjadinya
hal baru, apakah itu hal positif ataupun hal negatif. Karena itu 5-S patut dijalankan
secara berkesinambungan untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan dengan
semestinya.
JUST IN TIME
7
J
ust in Time (JIT) adalah salah satu strategi yang dikembangkan oleh Toyota berkaitan
dengan strategi persediaan, dengan tujuan memperbaiki tingkat pengembalian
investasi (Return on Investment) melalui upaya pengurangan stok dalam proses (in-
process inventory) dan semua biaya-biaya yang berhubungan dengan itu.
JIT bukan hal yang mudah untuk diterapkan, terutama dikaitkan dengan karakter
industri garmen yang memang seringkali mengharuskan adanya tingkat stok
tertentu untuk menjamin penyelesaian produksi secara optimal. Prinsip JIT biasanya
diasosiasikan juga dengan prinsip kanban atau pull system, di mana dikondisikan
bahwa barang yang diproses bukan ditentukan oleh proses sebelumnya tetapi justeru
oleh proses sesudahnya.
JIT juga sering disebut sebagai prinsip zero Menyimpan stok yang tidak
stock atau inventori pada level nol. Filosofinya
terpakai sama dengan
sederhana, yaitu karena stok dipahami
sebagai suatu pemborosan. Maka semakin menyia-nyiakan modal kerja
sedikit stok yang disimpan, semakin sedikit
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pengadaan dan pemeliharaan stok.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa inventori sama sekali tidak dapat ditoleransi.
Yang diinginkan dari sistem JIT adalah memiliki stok dengan jenis yang tepat, pada
waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan tentu saja jumlah yang tepat.
Di bawah ini adalah ilustrasi mengenai stok yang berlebih. Semaksimal mungkin PT
Dayani mengurangi tingkat stok sampai pada batas yang ideal. Meski seringkali stok
dianggap sebagai solusi proses produksi, tanpa disadari stok adalah representasi dari
biaya-biaya yang tak perlu, sekaligus juga penghalang bagi manajemen untuk dapat
memahami masalah yang sesungguhnya terjadi.
Tetapi kenyataannya dengan tingginya stok (digambarkan dengan area yang diberi
warna biru), maka masalah yang paling kritis pun, misalnya kualitas material yang
jelek, malah tidak dapat terlihat karena tertutupi oleh jumlah stok yang banyak.
2. Jika kita melakukan tahap kedua yaitu pengurangan stok bahan baku, maka
masalah yang sesungguhnya akan muncul dan terlihat lebih jelas. Pada contoh
ilustrasi ini digambarkan bahwa masalah utama adalah mengenai kualitas bahan
baku. Dengan lebih jelasnya permasalahan (masalah sesungguhnya menjadi nyata),
maka upaya pemecahan masalah dapat difokuskan, misalnya dengan bekerja sama
dengan pemasok memperbaiki kualitas bahan baku tersebut.
3. Jika kita telah dapat mengendalikan jumlah stok secara ideal, maka secara bertahap
masalah-masalah lainnya juga terlihat dengan lebih jelas dan dapat diatasi dengan
lebih baik. Upaya perbaikan kinerja akan lebih efektif karena dilakukan pada
permasalahan yang sesungguhnya.
Dengan demikian ada dua keuntungan yang diperoleh dengan upaya pengurangan
inventori, yaitu:
a. Biaya inventori menjadi lebih sedikit, karena tidak ada biaya penyimpanan,
transportasi dan sebagainya.
b. Permasalahan sesungguhnya menjadi lebih jelas dan pemecahan masalah dapat
difokuskan dengan lebih baik, sehingga pada akhirnya upaya perbaikan dapat
berlangsung efisien dan efektif.
Prinsip JIT terbukti dapat menghasilkan perbaikan dalam pengembalian investasi yang
lebih baik, perbaikan kualitas maupun efisiensi.
Keuntungan PT Dayani berkaitan dengan hilangnya biaya sewa gudang adalah Rp. 10
juta per bulan atau sebesar Rp. 120 juta dalam setahun. Jumlah yang demikian tentunya
cukup signifikan bagi perusahaan untuk dapat dimanfaatkan pada aktivitas lain yang
lebih memberikan keuntungan. Belum lagi keuntungan langsung yaitu berkurangnya
nilai stok dan tenaga kerja.
Project “i” adalah salah satu program penurunan tingkat inventori yang dilakukan
di PT Dayani saat ini. Program ini ada di bawah kendali manajemen puncak dengan
pelaksana utama yaitu Production Control Group.
Pembahasannya lebih rinci mengenai Project “i” ada pada bagian selanjutnya, yaitu
pada Bab IX mengenai Production Control Group.
PEMIMPIN PALSU
Pemimpin palsu dapat dikenali dari beberapa hal:
a. Pemimpin palsu biasanya diangkat bukan karena perencanaan melainkan hanya
untuk mengisi kekosongan.
b. Pemimpin palsu hanya mampu memikirkan efisiensi dengan satu cara dan tidak
kreatif untuk memikirkan atau mempertimbangkan cara lainnya.
c. Pemimpin palsu biasanya adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk
melakukan dan memantau percobaan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Orang dengan karakter pemimpin palsu jika We make people first before we
dipilih sebagai pemimpin bukan saja tidak
make the product
akan efektif, tetapi dapat menyebabkan
rusaknya struktur di tempat lain yang telah ( Konosuke Matsushita )
tertata.
PEMIMPIN SEJATI
Pemimpin sejati adalah orang yang memahami kejadian berdasarkan pengetahuan
yang benar. Karakter yang utama dari pemimpin sejati antara lain:
a. Terampil dalam mengelola pengawasan proses produksi perusahaan. Memiliki
pengalaman serta kemampuan menghitung penyusunan line dan penyediaan
bahan baku dengan cepat. Keterampilan ini merupakan faktor paling penting
dalam mengembangkan produksi.
b. Memiliki kemampuan untuk memantau keseluruhan percobaan dan proses
menghitung mundur. Misalnya seorang pemimpin sejati diminta untuk
memikirkan sebuah sistem yang baru, maka ia akan mampu melakukan sendiri
pengamatan kondisi ruang produksi. Kemudian ia juga dapat mengemukakan
fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan pengamatannya. Pemimpin sejati akan
dapat menggabungkan semua data, fakta dan berbagai alternatif serta mampu
mencari solusi yang terbaik berdasarkan pemahaman, pengamatan dan pengujian
yang dilakukan berulang–ulang.
Ilustrasi di bawah ini menunjukkan perbedaan antara seorang pemimpin palsu dan
pemimpin sejati dalam melakukan suatu percobaan.
PERCOBAAN
Yang dimaksud dengan percobaan adalah memperkirakan semua keadaan yang terjadi,
mempertimbangkan berbagai alternatif cara; bila cara A tidak dapat dilakukan maka
dipilih cara B, serta memperhitungkan berbagai hal yang dapat muncul dari beragam
alternatif cara tadi.
Contoh:
Jika kita akan melakukan pendakian gunung, maka harus ditentukan rute dari tempat
berangkat sampai ke puncak gunung termasuk rute kembali. Penentuan rute harus
mempertimbangkan setiap kondisi yang menyertainya, termasuk kelebihan dan
kekurangannya, ancaman dan resiko yang mungkin terjadi dan sebagainya. Pilihlah rute
terbaik dengan resiko dan masalah paling sedikit. Tetapi jangan hanya menentukan satu
rute, pertimbangkanlah juga alternatif lain untuk mengantisipasi jika terjadi masalah.
Seandainya masalah terjadi pun pemimpin sejati telah tahu apa yang mungkin akan
dihadapi dan tahu cara menanggulanginya.
PERHITUNGAN TERBALIK
Pemimpin sejati mampu melakukan perhitungan terbalik.
Yang dimaksud perhitungan terbalik adalah suatu cara berpikir berlawanan arah yang
dilakukan terhadap suatu rencana, dengan cara memulai analisis dari titik tujuan akhir
ke arah awal proses (berlawanan arah). Tujuannya adalah untuk memahami setiap
dan seluruh urutan langkah; dan tidak membiarkan satu tahapan pun terlewat tanpa
analisis. Dengan demikian akan dapat diketahui setiap potensi masalah yang ada;
untuk kemudian diantisipasi dengan solusi yang tepat.
Meskipun demikian, untuk menjamin bahwa proses itu berlangsung efisien dan efektif,
Araki memerlukan orang-orang terpilih yang akan menjadi pembawa perubahan (agent
of change) itu ke seluruh fungsi dan bagian di perusahaan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan karyawan yang memiliki
karakter pemipin sejati, termasuk di dalamnya yaitu:
1. Memiliki kesehatan yang baik
Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi calon pemimpin. Apa yang dapat
dilakukan seorang pemimpin terhadap kelompok yang dipimpinnya jika ia sendiri
tidak memiliki kesehatan yang dapat diandalkan? Ia akan sering tidak hadir dan
kehilangan banyak informasi karena alasan kesehatannya. Bukan hanya dirinya
saja yang tidak dapat berkembang tetapi kelompok yang dipimpinnya pun akan
terhambat perkembangannya.
3. Pandai
Seorang pemimpin harus memiliki kepandaian yang dapat diandalkan sebab
ia mempunyai peran menerima informasi, mengolah dan menyampaikannya
pada kelompok. Ia juga harus mampu mengetahui, menganalisa dan mengambil
keputusan; di mana semua itu membutuhkan kepandaian agar apa yang akan
dilakukannya dapat diminimasi dari kesalahan yang fatal.
6. Memahami program
Jika kandidat tidak memahami program maka ia tidak akan mampu mengatur dan
mengelola sumber daya (tenaga kerja, waktu, bahan baku dsb) untuk menghasilkan
output terbaik dari proses kerja. Pada akhirnya pemimpin yang tidak mengerti
program hanya akan merupakan beban sebab ia tidak memberi nilai tambah sama
sekali.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pencarian seorang kandidat untuk menjadi
pemimpin adalah terlihatnya bakat pemimpin sejati dalam dirinya, memiliki ketabahan
dan kesabaran, mau dan mampu mengupayakan dengan sungguh-sungguh serta yang
terpenting adalah kandidat harus berpikiran terbuka dan mampu mengintrospeksi
diri, sehingga jika menemui kegagalan dapat segera melakukan perbaikan yang
semestinya.
Kata kunci yang harus diperhatikan dalam upaya mencari kandidat pemimpin sejati
adalah melihat-memperhatikan-memeriksa. Karyawan yang memiliki potensi sebagai
pemimpin sejati harus diarahkan semaksimal mungkin dan terus dipantau sesuai
fungsinya masing-masing. Lakukan terus proses melihat-memperhatikan-memeriksa
secara berulang dan konsisten pada berbagai fokus perhatian yang berkaitan dengan
kandidat ini.
Dalam proses ini memang dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Tidak selamanya
semua langsung berhasil, seringkali itu memerlukan waktu atau bahkan ternyata
gagal di tengah jalan. Saat hal seperti ini terjadi, tidak boleh bingung dan menyesali,
sebab apa yang sudah dilakukan bukanlah sesuatu yang sia-sia. Jika kita telah dapat
menemukannya kita dapat memulai dengan kondisi awal pembinaan.
Araki memerlukan waktu selama tiga tahun untuk mencari, membina dan mendidik
karyawan untuk menjadi pemimpin-pemimpin sejati yang dapat diandalkan. Dengan
kesabaran dan ketekunan yang luar biasa akhirnya proses itu membuahkan hasil, dan
saat ini di PT Dayani telah terbentuk dan terpilih orang-orang yang telah sangat paham
tentang apa yang diinginkan dan apa yangharus dilakukan untuk mencapainya.
A. TAHUN PERTAMA
1. Tiga bulan pertama
Pada tahap ini Araki sendiri yang memimpin: berdiri dan beraktivitas berkeliling
ke seluruh penjuru fasilitas. Dapat diumpamakan pada tahap ini yang dilakukan
Araki adalah seperti tikus yang senang melakukan ini itu kesana kemari. Yang
penting dilakukan pada tahap ini adalah memperhatikan semua hal dan
berupaya menemukan fakta maupun potensi pemborosan yang terjadi di lini
produksi. Kemudian Araki akan berdiskusi dan memperhatikan pendapat dari
kandidat atas pengamatan yang telah dilakukan bersama-sama.
2. Tiga bulan kedua (atau setengah tahun sejak proses pembinaan awal)
Pada tahap ini Araki melonggarkan aktivitas dan mulai memberi tugas pada
kandidat. Araki kemudian memperhatikan hasil pekerjaan dari masing-masing
kandidat sesuai penugasan yang diberikan.
4. Tiga bulan keempat (atau satu tahun sejak proses pembinaan awal)
Pada tahap ini aktivitas kembali dilonggarkan dan pembagian tanggung jawab
mulai dilaksanakan untuk kandidat yang dinilai mampu menjadi pemimpin
sejati. Selain itu pada tahap ini Araki juga menunjukkan cara melakukan teknik
pengawasan, cara menganalisa dan proses penyelesaian masalah secara baik di
lapangan. Metoda yang dilakukan oleh Araki adalah melakukan suatu contoh
tindakan dan mengulangi pelaksanaannya pada lini produksi yang sebenarnya.
B. TAHUN KEDUA
1. Tiga bulan pertama
Setelah satu tahun, Araki mulai memberikan kepercayaan penuh pada kandidat
untuk mempimpin satu bagian dari proses produksi. Araki tetap memperhatikan
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh kandidat dalam melaksanakan fungsinya,
sekaligus juga memposisikan diri menjadi back up yang bersiap menjawab setiap
pertanyaan yang muncul. Tahap ini adalah masa untuk sabar tahap pertama.
2. Tiga bulan kedua (atau satu setengah tahun sejak proses pembinaan awal)
Pada tahap ini Araki menilai sekaligus mengulang lagi seluruh proses yang
telah dilakukan di tahap sebelumnya yaitu melihat-memperhatikan-menilai,
juga mengenai pembagian tanggung jawab dan pengenalan metoda-metoda
pengawasan, analisa dan penyelesaian masalah. Hasil yang penting pada tahap
ini adalah pematangan pemahaman proses dan program kerja pada kandidat.
C. TAHUN KETIGA
1. Enam bulan pertama (atau dua setengah tahun sejak proses pembinaan awal)
Dalam semester ini Araki mulai mempercayakan sepenuhnya proses produksi
termasuk juga seluruh pengambilan keputusan kepada mereka. Araki juga
mulai memberi pengakuan atas kepemimpinan mereka. Kemampuan kandidat
dalam mengendalikan masalah, kemampuan dalam membuat perhitungan dan
perkiraan, kemampuan dalam menganalisa penyebab masalah dan penentuan
solusi serta kepemimpinannya akan dinilai pada tahap ini. Tahap ini disebut
masa bersabar tahap ketiga.
Pada tahap ini kandidat sekali lagi akan diamati seutuhnya apakah sudah
menjadi pemimpin sejati atau sebaliknya.
2. Enam bulan terakhir (atau tiga tahun sejak proses pembinaan awal)
Yang terakhir adalah masa penyelesaian. Sejak saat ini kandidat dibiarkan
melakukan seluruh proses sendiri. Tugas Araki hanya mengawasi hal-hal penting
saja dan tetap membimbing untuk menjadikannya pemimpin sejati yang
semakin baik.
agar semua itu dapat dilaksanakan dengan sempurna mereka pun harus dipersiapkan
dengan sebaik-baiknya.
Araki dibantu oleh sekelompok tenaga kerja andalan yang tergabung dalam Production
Control Group (PCG) melakukan berbagai pengamatan dan analisa terhadap seluruh
proses kerja, yang hasilnya kemudian dijadikan acuan untuk menjadi suatu standar
kerja.
Tahapan yang dilakukan oleh Araki di Dayani bersama PCG-nya dalam membina dan
mengembangkan karyawan di lini produksi adalah:
1. Mendidik beberapa karyawan yang sudah betul-betul memahami proses untuk
menjadi trainer, yang akan menggeluti tugas untuk mengevaluasi dan menyusun
pekerjaan standar dan standar kerja dari suatu proses.
2. Membentuk model line yang terdiri dari karyawan yang memiliki kemampuan
lebih baik yang dijadikan model. Model line digunakan untuk sebagai sarana untuk
mengembangkan metoda kerja sekaligus melatih dan membina karyawan.
3. Merancang training untuk masing-masing karyawan dengan menggunakan
referensi yang berlaku di model line ini. Training ini dimaksudkan untuk
memungkinkan setiap karyawan memiliki kinerja seperti yang distandarkan.
Biasanya training tidak dilakukan sekaligus atau terburu-buru, misalnya dimulai
dari 1 orang, 2 orang dan seterusnya, untuk menjamin hasil yang optimal.
4. Dalam hal ini trainer yang telah ditunjuk akan menjadi acuan dan bertugas untuk
memimpin dalam proses pembuatan standardisasi dan pemerataan proses kerja.
Berikut ini adalah beberapa uraian yang berkaitan dengan apa yang telah dibahas di
atas dalam proses pembinaan karyawan yang trampil.
1. Pekerjaan standar
Yang dimaksud dengan pekerjaan standar adalah mengidentifikasi semua hal
terkait yang dibutuhkan dalam proses kerja, menyiapkannya dan mengaturnya
agar dapat mendukung terlaksananya proses kerja yang efektif. Termasuk dalam
hal ini adalah penyiapan fasilitas produksi, pengaturan attachment, penggunaan
jig dan sebagainya.
2. Standar kerja
Yang dimaksud dengan standar kerja di PT Dayani adalah pengaturan cara dan
urutan proses dalam pembuatan suatu produk garmen. Pengaturan ini termasuk
juga penentuan lay out dan waktu prosesnya.
Data perorangan yang demikian tidak saja bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga
bagi karayawan yang bersangkutan. Penilaian yang obyektif membuat karyawan
termotivasi untuk menampilkan kinerja terbaik sehingga akhirnya perusahaan
juga akan merasakan manfaatnya.
Selain data perorangan PT Dayani juga membuat catatan yang disebut peta
kemampuan karyawan. Dengan peta ini dapat dilihat perbandingan kinerja antar
karyawan dalam penyelesaian berbagai proses. Digunakan bersama dengan data
perorangan, peta kemampuan ini sangat membantu dalam menentukan target
terbaik dan penyesuaian standar kerja.
5. Model line
Model line di PT Dayani dibuat dengan tujuan menjadikan line ini sebagai line
percontohan, yang akan digunakan untuk berbagai kepentingan di antaranya
melakukan analisa kerja, mengembangkan metoda kerja, menentukan standar dan
juga melatih karyawan.
Model line termasuk dalam perangkat yang digunakan dalam implementasi kaizen
di PT Dayani. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pengembangan line dengan
menggunakan model line ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak terburu-
buru, dimulai dari level individu. Jika satu line telah berhasil maka seterusnya
dikembangkan lagi line yang lain dengan referensi yang sama.
6. Karyawan terampil
PT Dayani memiliki idealisme untuk mengembangkan kemampuan karyawannya
semaksimal mungkin untuk menjadi karyawan yang terampil.
Karyawan terampil adalah karyawan yang mampu mamahami konsep, mampu
menjalankan praktek di lapangan dan juga memiliki motivasi yang kuat untuk
berhasil. Sementara penanggung jawab di lapangan harus mampu memiliki
pemahaman menyeluruh terhadap segala hal yang berkaitan dengan perusahaan,
pelaksanaan kerja, pembinaan, produksi dan antisipasi terhadap berbagai
perubahan; sekaligus juga berkewajiban untuk menemukan dan mengembangkan
karyawan terampil.
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN KAIZEN
69
S
ebelumnya telah dibahas bahwa suatu proses perbaikan dan upaya peningkatan
kinerja adalah sebuah pekerjaan besar, yang membutuhkan tidak hanya ide-ide dan
komitmen tetapi juga konsistensi dalam implementasinya.
PT. Dayani beruntung memiliki Tatsuro Araki yang menjadikan kaizen seperti nafas
hidupnya. Tetapi apakah cukup hanya dengan memiliki Araki saja untuk mendapatkan
peningkatan kinerja yang signifikan? Apakah seorang Araki sendirian mampu untuk
menghasilkan apa yang telah dicapai PT Dayani saat ini?
Di PT Dayani Araki memang menjadi inspirasi dan motor bagi perbaikan yang dilakukan.
Tetapi keberhasilan Araki yang utama adalah membentuk dan mendidik sekelompok
orang-orang pilihan yang mampu menjadi
agen-agen perubahan dan menjadi mata-
telinga-tangan-kaki tambahan bagi Araki There is no longer the super
untuk menerapkan kaizen di berbagai lini man but the super team
produksi.
PCG di PT Dayani hanya berjumlah 14 orang. Jumlah yang tidak terlalu banyak ini harus
mampu memimpin berbagai aktivitas yang terkait langsung dengan proses kerja, baik
yang bersifat analisa, pengembangan maupun pemecahan masalah.
Salah satu contoh tugas PCG misalnya mengatasi masalah yang muncul saat terjadi
kondisi khusus. Pernah terjadi bencana banjir yang menyebabkan banyak karyawan
tidak dapat masuk kerja. Saat itu anggota PCG sendiri turun tangan menjadi bagian
dari proses produksi untuk menutupi kekurangan tenaga kerja.
Contoh lain ketika terjadi kerusakan pada mesin produksi, maka anggota PCG juga harus
mampu memberikan solusi kritis dalam keadaan terdesak, agar proses produksi dapat
terus berlangsung; sebelum kemudian petugas dari bagian maintenance mengambil
alih penyelesaian masalah secara mendasar.
Jadi pada dasarnya PCG di PT Dayani dapat dianalogikan sebagai pasukan khusus atau
pasukan strategis. Selain potensi dan kinerja anggotanya secara individu, keunggulan
PCG adalah mereka memiliki data yang sangat lengkap dan hasil analisa yang
menyeluruh mengenai proses kerja, fasilitas produksi dan kondisi karyawan; sehingga
potensi masalah relatif dapat diperkirakan dan diantisipasi dengan tindakan yang
tepat. Dengan demikian meskipun jumlah anggota PCG tidak terlalu banyak hampir
semua masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan baik.
untuk pengujian sensitivitas pada 9 titik, dengan sisipan (yang berwarna merah
pada gambar di atas) yang di dalamnya diselipkan logam, masing-masing diletakkan
pada ketinggian berbeda. Tujuannya adalah memastikan bahwa tidak ada titik
yang terlewat dalam pengujian ini dan memastikan bahwa benda logam ( jarum)
tidak akan lolos dan terbawa dalam produk garmen, di manapun posisinya.
Di PT Dayani pengujian seperti ini dilakukan pada setiap waktu sesaat sebelum
pekerjaan dimulai, baik di awal hari maupun di saat akan memulai kerja kembali
di setiap break. Jadi paling tidak ada empat kali pengujian dalam sehari, yaitu
di pagi hari saat mulai bekerja, break pagi hari, break makan siang dan break
siang hari. Pengujian ini dilakukan dengan sangat cermat, sebab kesalahan yang
berhubungan dengan adanya jarum atau benda logam lainnya pada produk yang
sampai ke tangan pelanggan adalah kesalahan yang sangat fatal dan sama sekali
tidak boleh terjadi.
Pembagian tugas di dalam PCG dapat juga dipahami berdasarkan materi yang
ditanganinya, antara lain:
1. Schedule
Orang ini bertugas terutama pada pengaturan urutan kerja dan pemastian bahwa
aliran kerja berlangsung sesuai dengan yang telah direncanakan, termasuk di
dalamnya pengaturan jadwal kedatangan bahan baku dan item pendukung lainnya.
Dengan demikian orang ini harus mengetahui dengan baik informasi tentang
pemasok.
Masih berkaitan dengan penjadwalan, anggota PCG ini harus memastikan bahwa
setiap line berjalan normal, yang berarti ia mampu mengetahui berapa orang dan
dari line mana yang diperkirakan tidak hadir dan siapa penggantinya dari line
cadangan. Semuanya harus bisa diketahui dan ditetapkan sebelum pelaksanaan
produksi itu sendiri berlangsung.
2. Standardize
Orang ini harus memiliki kemampuan pengerjaan proses di atas rata-rata, baik
dari sisi kualitas maupun produktivitas. Ia harus paham mengenai proses kerja,
analisa gerak dan waktu dan semua keterkaitannya; sebab tugas utamanya adalah
menetapkan suatu standar proses yang akan menjadi acuan bagi pelaksanaan
proses produksi.
3. Trainer
Pada dasarnya orang ini bertugas untuk melatih dan membina karyawan, baik
karyawan yang baru atau karyawan yang perlu ditingkatkan kinerjanya, dan juga
pelatihan untuk proses kerja yang baru dikembangkan.
Di luar hal-hal yang telah disebutkan di atas, beberapa hal lain yang berhubungan
dengan tugas PCG di PT Dayani adalah:
1. Penggunaan sistem baru, yaitu sistem pencatatan riwayat pengawasan detector
pada barcode.
2. Sistem rancangan untuk pengontrolan stok (web warehouse). Sistem ini bertujuan
menghilangkan pemborosan stok. Sistem ini mampu menjangkau semua pabrik di
PT Dayani (dengan sistem online, di mana PT Dayani memiliki tiga pabrik) sehingga
komunikasi dan informasi antar pabrik dan juga ke pemasok dapat diketahui secara
langsung dan pemesanan barang yang tidak diperlukan dapat dihindari.
Dari seluruh uraian di atas, pada dasarnya setiap anggota PCG harus memiliki
kemampuan yang bervariasi dengan penguasaan tugas di atas rata-rata. Sehingga
apapun tugas yang diberikan berkaitan dengan proses produksi dapat ditangani
dengan baik.
terbaik, sehingga dalam setiap proses kerja setiap orang akan berkontribusi untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Inventori disadari adalah tertahannya modal kerja. Proyek ini dimulai tahun 2008
untuk mengantisipasi kenaikan harga-harga bahan baku dan perkembangan kondisi
perekonomian di tahun 2009.
Target utama dari proyek ini adalah penurunan biaya dan tingkat inventori sebesar 50%,
yang diupayakan untuk dicapai dalam 6 bulan umur proyek. Proyek ini berada di bawah
kepemimpinan Araki dan manajer puncak lainnya, tetapi pengawasan pelaksanaannya
berada dalam kendali PCG
Sejak dimulai pada October 2008 sampai dengan bulan Februari 2009, nilai total
inventori di PT Dayani telah berhasil ditekan dan berkurang sampai dengan 15%, dari
semula senilai Rp. 1.4 milyar menjadi Rp 1.19 milyar atau penghematan uang senilai Rp
210 juta.
ANALISA KERJA
( WORK STUDY ) 10
A
nalisa kerja (work study) dilakukan untuk mengukur dan menentukan standar
waktu dan proses kerja yang sesuai untuk mencapai hasil yang efisien dan efektif.
Dengan melakukan work study secara tepat maka dapat diketahui biaya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap proses kerja.
Hal penting lainnya dalam proses work study adalah memahami perincian dari kerja
mesin dan kinerja orang per orang. Status kelompok yang berbeda-beda baik ditinjau
dari waktu kerja, karakter mesin dan sebagainya juga menjadi faktor yang harus
diperhitungkan dalam melakukan analisa kerja.
Di bawah ini akan disampaikan beberapa proses dan standar yang dapat digunakan
untuk melakukan work study. Informasi ini diambil dari standar kerja Juki yang kemudian
diadopsi oleh PT Dayani dalam melakukan work study di fasilitas kerjanya.
Meskipun demikian, standar kerja Juki yang digunakan di sini bukanlah satu-satunya
patokan yang dapat digunakan dalam melakukan work study dalam industri garmen.
Tujuan penggunaan standar Juki adalah karena standar ini terbukti dapat diandalkan
dan membantu perusahaan dalam melakukan proses analisa kerja. Tetapi jika kondisi
Hal yang penting dari pelaksanaan work study seperti yang diuraikan pada bab ini
adalah perusahaan dapat memulai untuk melakukan recording data, untuk kemudian
dapat dikembangkan menjadi berbagai cara analisa yang dibutuhkan. Perhitungan
waktu standar, allowance sampai dengan perhitungan kompensasi dapat dilakukan
berdasarkan berbagai data yang didapatkan melalui proses seperti ini.
Sangat dipahami bahwa masih banyak perusahaan yang belum melalukan recording
dan proses analisa seperti ini karena terbatasnya sumber daya. Tetapi sangat disarankan
untuk memulainya mengingat banyaknya faktor terkait dengan kinerja dan potensi
perbaikan yang dapat digali dari sini.
1. Tata cara dan prosedur pelaksanaan proses work study
a. Menyampaikan dengan jelas kepada karyawan tentang tujuan dari proses work
study.
b. Menjelaskan perincian dari semua pengukuran yang dilakukan.
c. Memilih obyek (operator) pemeriksaan (umumnya 5 orang untuk sekali
pengamatan), dan kepada yang bersangkutan dijelaskan segala hal berkaitan
dengan proses ini untuk mendapatkan kerja sama yang baik.
d. Menentukan urutan pemeriksaan dan waktunya.
e. Menentukan posisi pemeriksaan, juga mempersiapkan form pemeriksaan yang
sesuai.
f. Mengamati (sebentar) obyek pemeriksaan kemudian mencatat dan
menyimpulkan apa yang dilakukannya pada form pemeriksaan form (K-5).
Lakukan pencatatan seperti dicontohkan pada pada form (K-3).
g. Setelah memilih obyek pemeriksaan lakukan pemeriksaan satu putaran, lalu
ulangi untuk putaran ke 2, ke 3. Lakukan dengan mengulangi sampai 10 kali
putaran.
h. Ulangi proses pemeriksaan yang sama untuk mengisikan baris-baris
pengamatan berikutnya.
i. Lakukan pemeriksaan dengan frekuensi yang diperlukan (lihat standar skema
dari frekuensi pemeriksaan) berulangkali sampai tercapai sesuai tujuannya.
j. Setelah pemeriksaan selesai, jumlahkan setiap data yang tercatat sesuai
kriterianya.
k. Lakukan perhitungan rasio berdasarkan data yang ada, termasuk juga untuk
persentase pekerjaan inti, persentase pekerjaan terkait, persentase penyesuaian
dan sebagainya. Lihat contoh pada form (K-4 )
l. Lakukan perhitungan mengenai persentase kerja dan persentase kelonggaran/
toleransi.
3. Persentase kelonggaran/toleransi
Persentase kelonggaran = waktu kelonggaran ÷ waktu kerja
5. Klasifikasi kelonggaran/toleransi
Karakteristik pekerja dalam perusahaan dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu
pekerjaan rutin (operasi utama) dan pekerjaan di luar pekerjaan rutin (operasi
tambahan). Berdasarkan hal tersebut maka kemudian terdapat identifikasi yang
berkaitan dengan kelonggaran/toleransi seperti dibawah ini.
a. Kelonggaran/toleransi kerja, yaitu kelonggaran/toleransi yang didasarkan pada
tuntutan teknis pekerjaan. Contohnya perhitungan toleransi yang berbeda
untuk pekerjaan yang merupakan operasi utama dan pekerjaan yang
Persiapan
Instruksi, laporan, pendidikan/konsultasi.
pendahuluan
Kelonggaran/toleransi Beristirahat atau short break pada waktu jam kerja untuk
Kepenatan
untuk kebutuhan mengantisipasi masa waktu instirahat.
fisiologis dan
melepaskan kepenatan Kebutuhan fisiologis Pergi ke toilet, minum, menyeka keringat.
Klasifikasi gerakan dari pekerja berdasarkan pengamatan dari Juki. Form K-2
Nilai
Kategori Karakteristik Hal yang menjadi perbaikan rata–rata
(%)
1. Nilai operasi dari mesin harus ditinggikan dengan
standardisasi kerja atau rasionalisasi dari metode
pengawasan.
Operasi utama 2. Tipe rasionalisasi mesin harus diperkenalkan. 22.8
Latihan kerja.
Pembetulan Bagaimana memberi instruksi kerja. 1.6
Sistem pertanggung jawaban.
(bersambung)
Klasifikasi gerakan dari pekerja berdasarkan pengamatan dari Juki. Form K-2
(sambungan dari halaman sebelumnya)
Nilai
Kategori Karakteristik Hal yang menjadi perbaikan rata–rata
(%)
1. Latihan kerja.
Persiapan
2. Bagaimana mendidik pekerja. 2.1
pendahuluan
3. Menulis instruksi. sistem laporan.
Kelongga 1. Persiapan proses.
ran/ Pergerakan dan
2. Optimalisasi layout. 1.3/1.2
toleransi angkutan
ruang 3. Pengiriman ukuran lot harus ditingkatkan.
kerja
4. Keseimbangan dari proses–proses harus diatur dengan
baik.
Menunggu 0.1
5. Proses– proses harus dikembangkan.
6. Sistem pengawasan inventori ditetapkan.
Kelongga 7. Pengawasan kesehatan, lingkungan kerja. jangka
ran/ Kepenatan waktu instirahat, pendingin udara, kegaduhan, 0.1
toleransi pencahayaan dan faktor lainnya diperhatikan.
waktu
untuk Kebutuhan 8. Dilakukan pemeriksaan terhadap pendingin udara serta
kebutuha 0.3
fisiologis adanya pengawasan kesehatan.
n fisiologis
9. Meninggikan moral, pengalihan pikiran, pengelolaan
Lain - lain Kelalaian absensi, kelalaian tugas, kurangnya pengelolaan dan 0.1
tanggung jawab.
Form K-1 dan K-2 adalah form yang menjadi acuan untuk menentukan klasifikasi
beban kerja saat melakukan work study.
Research
Operation rate research form Workshop Line A (assembly process) Researcher Ryuzo Nakagawa
data
Date and Time
Kelonggaran
Operation Item Operasi Kelonggaran Kerja Kelonggaran Ruang Kerja Kepenatan & Lain-lain
Psikologis
Time Frequency
Proses Operasi Operasi Persiapan Persiapan Penggantian Persiapan Kebutuhan
Operator Catatan Kerusakan Keputusan Pembetulan Angkutan Pergerakan Menunggu Kepenatan Kelalaian
kerja Utama Terkait Kondisi Produk Benang Pendahuluan Psikologis
7 Miss B Kiri
8 Miss C Poket
9 Miss D Sambung
10 Miss E Bahu
Form K-3, K-4 dan K-5 adalah form yang digunakan untuk menentukan allowance
berdasarkan pengamatan terhadap operator produksi. Masing-masing form yang
ditampilkan di sini menunjukkan proses berurutan mengenai cara pengisian dan
penggunaannya.
Seperti diuraikan pada prosedur pelaksanaan analisa kerja, Form K-3 menunjukkan
urutan proses pencatatan yang dilakukan setelah pengamatan.
Form K-4 dan K-5 menunjukkan form yang sama dengan data yang telah terisi dan
analisa rasio yang ditunjukkan oleh data tersebut, serta pembandingannya dengan
rasio yang digunakan oleh sistem Juki.
Form K-4
Research
Operation rate research form Workshop Line A (assembly process) Researcher Ryuzo Nakagawa
data
Date and Time
Kelonggaran
Operation Item Operasi Kelonggaran Kerja Kelonggaran Ruang Kerja Kepenatan & Lain-lain
Psikologis
Time Frequency
2 Miss B Kiri
3 Miss C Poket
4 Miss D Sambung
5 Miss E Bahu
6 10.10 A Kanan
7 B Kiri
8 C Poket
9 D Sambung
10 E Bahu
11 10.20 A Kanan
12 B Kiri
13 C Poket
14 D Sambung
15 E Bahu
16 10.30 A Kanan
17 B Kiri
18 C Poket
19 D Sambung
20 E Bahu
Total
Ratio
22.8 61.9 1.7 3.4 1.1 0.3 0.6 1.4 1.6 2.1 1.3 1.2 0.1 0.1 0.3 0.1 100
RATIO DATA JUKI
84.7 10.1 4.7 0.4 0.1
Form K-5
Research
Operation rate research form Workshop Line A (assembly process) Researcher Ryuzo Nakagawa
data
Date and Time
Kelonggaran
Operation Item Operasi Kelonggaran Kerja Kelonggaran Ruang Kerja Kepenatan & Lain-lain
Psikologis
Time Frequency
Proses Operasi Operasi Persiapan Persiapan Penggantian Persiapan Kebutuhan
Operator Catatan Kerusakan Keputusan Pembetulan Angkutan Pergerakan Menunggu Kepenatan Kelalaian
kerja Utama Terkait Kondisi Produk Benang Pendahuluan Psikologis
8 C Poket II IIII II I 10
9 D Sambung II IIII I II 10
12 B Kiri II IIII I I I 10
17 B Kiri I IIII II I I 10
20 E Bahu II IIII II 10
17.5 64.5 1.5 4.5 1.5 0.5 1.0 1.5 1.0 2.0 1.0 0.5 0.5 1.0 1.0 0.5 100.0
Ratio
82.0 11.5 4.0 2.0 0.5
22.8 61.9 1.7 3.4 1.1 0.3 0.6 1.4 1.6 2.1 1.3 1.2 0.1 0.1 0.3 0.1 100
RATIO DATA JUKI
84.7 10.1 4.7 0.4 0.1
Dengan menggunakan metoda ini karyawan dapat melihat sendiri (dan berulang-
ulang jika diperlukan) cara melakukan proses operasi yang semestinya. Dengan
sendirinya keengganan yang biasanya muncul akibat menerima kritik akan lebih
mudah dihilangkan. Cara ini selain obyektif juga dapat meminimasi potensi
masalah yang muncul akibat interaksi antar individu.
Penggunaan video shooting dan software analisa ini sangat membantu PT Dayani
dalam mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada karyawan
secara efektif.
ANALISA PROSES
Analisa proses adalah salah satu dari teknik analisa kerja yang dilakukan untuk dapat
mengetahui pembagian kerja yang terbaik di dalam proses produksi. Yang disebut
dengan proses kerja adalah aliran dari seluruh perubahan yang terjadi sejak awal
penerimaan bahan baku sampai menjadi sebuah produk garmen.
Dalam proses pembuatan produk garmen terdapat 4 proses dasar sejak proses
pengolahan bahan baku hingga menjadi garmen, yaitu:
1. Pengolahan
2. Pemeriksaan
3. Pengangkutan
4. Penundaan
Langkah selanjutnya adalah membuat tabel analisa proses kerja dari seksi sewing.
Ada tabel yang berbentuk analisa proses kerja bentuk penyambungan parts, ada juga
berupa tabel analisa proses kerja mudah, maupun tabel analisa penggabungan dari
bentuk keduanya yang lebih mudah digunakan.
Berikut ini adalah contoh dari tabel analisa proses kerja yang mudah
Berikut ini adalah ringkasan simbol-simbol yang digunakan dalam tabel analisa
proses di atas:
Process analysis, motion study dan time study adalah semua bagian dari work study;
yaitu merupakan informasi yang berasal dari kondisi sesungguhnya di lapangan (proses
produksi). Penggunaan ketiganya menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisakan.
Di PT Dayani, proses motion study dan time study dilakukan dengan cara pemeriksaan
dengan cara mendengar, pengamatan langsung di lapangan dan pengamatan dengan
menggunakan video shooting.
Dalam pelaksanaannya PT Dayani juga menggunakan model line untuk dapat standar
kerja yang terbaik. Salah satunya adalah dengan menugaskan operator terbaik yang
dipilih setelah melalui proses uji model operator. menerapkan konsep pemerataan
line.
Pengujian model line ini dilakukan setelah work study (termasuk motion study dan time
study) sudah dilakukan dan proses kerja yang efisien telah ditetapkan. Para operator
yang dipilih adalah orang-orang yang terbaik yang telah melalui proses uji Model
Operator yang dimaksudkan untuk peningkatan kemampuan yang sesuai dengan
analisa kerja yang ditetapkan.
Kemudian analisa proses juga dilakukan untuk menentukan jumlah pekerja yang
dibutuhkan dalam satu line produksi. Apabila hal itu berjalan sempurna maka siaplah
persiapan pelaksanaan line baru.
Pada dasarnya semua hal yang berkaitan dengan proses work study ini dilakukan
untuk meminimasi potensi pemborosan di dalam proses produksi. Berdasarkan semua
pengaturan itu maka dapat ditentukan target yang harus dipenuhi dalam suatu rentang
waktu tertentu maupun kelompok pekerja tertentu.
Contoh:
Model line dengan jumlah 14 orang misalnya dapat memperoleh jumlah output 1,000
buah garmen/hari, maka line yang lainnya dengan jumlah orang yang sama harus
dapat memproduksi jumlah garmen dengan hasil yang sama pula. Dengan demikian
jumlah target per hari dapat distandarkan.
Pembagian kerja adalah pemisahan dan pendelegasian berbagai proses kerja kepada
beberapa operator dalam rangkaian proses pembuatan barang produksi. Tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan aliran kerja yang lancar dan efisien, di mana
masing-masing karyawan diarahkan untuk mengerjakan proses kerja yang spesifik saja
dari seluruh rangkaian proses produksi. Dalam pengaturannya diupayakan penyelesaian
masing-masing proses kerja itu dilakukan dalam waktu yang singkat, sehingga secara
keseluruhan waktu penyelesaian kerja akan menjadi optimal.
Aliran produksi adalah rangkaian berbagai proses kerja dalam pembuatan suatu
barang produksi, dimulai dari input pertama sampai menjadi produk akhir atau barang
jadi. Dalam industri garmen aliran produksi dimulai sejak saat cutting sampai dengan
packing. Aliran produksi harus diatur sedemikian rupa sehingga setiap proses kerja
berlangsung efisien dan memberikan nilai tambah pada produk. Untuk itu faktor yang
harus diperhatikan adalah yang berkaitan dengan waktu dan cara penyelesaian serta
keterampilan masing-masing operator dalam melaksanakan proses kerjanya. Hal ini
akan diamati dan diukur sehingga rangkaian proses dapat berlangsung stabil, dengan
beban kerja antar operator yang seimbang dan juga dengan kecepatan proses produksi
yang tetap.
Berkaitan dengan pembahasan mengenai pembagian kerja, aliran kerja yang baik akan
memberikan hasil yang baik pula. PT Dayani mengupayakan agar pengaturan sistem
produksinya berlangsung dengan sangat baik, salah satu dasarnya adalah dengan
melakukan pemerataan produksi. Pemerataan produksi dilakukan untuk menjamin
bahwa setiap line produksi mampu beroperasi dengan cara, kecepatan dan tingkat
kualitas yang sama, sehingga tidak terjadi penundaan maupun penumpukan proses.
Hal-hal seperti di bawah ini adalah salah satu dari banyak faktor yang harus diawasi
secara terperinci di PT Dayani, untuk dapat memastikan bahwa pembagian kerja yang
ditentukan telah sesuai dan mampu memberikan hasil yang baik. Apabila yang terjadi
adalah sebaliknya maka pembagian kerja harus dievaluasi kembali.
Pitch Time (PT) adalah nilai standar dari pemerataan pembagian kerja. PT menunjukkan
waktu rata–rata yang dipunyai tiap operator untuk melaksanakan suatu proses
operasi.
Perhitungan ini menjadi nilai standar dalam mengukur pemerataan pembagian kerja.
1. Basic Pitch Time (BPT)
BPT menunjukkan rata–rata waktu bersih pengerjaan proses dari masing-masing
operator. Dalam hal ini BPT belum memperhitungkan allowance waktu.z
BPT = Basic Total Processing Time
Number of Operators
Dalam penggunannya hasil perhitungan SPT bisa dipandang dari sudut yang berbeda-
beda ditentukan oleh faktor-faktor produksi yang menyertainya. Di antaranya adalah:
a. Jumlah operator
SPT = Standard Total Processing Time
Number of Operators
c. Mesin perlengkapan
SPT = Standard Total Processing Time of Limited Model
Number of Limited Model
Salah satu analisis dalam penyusunan proses kerja yang dilakukan di PT Dayani
ditampilkan seperti di bawah ini. Ini adalah contoh mengenai pengurangan pada
proses kerja kerah.
1. Pengurangan pada proses kerja kerah.
Contoh masalah pada satu stel kemeja: apabila terjadi penumpukan (work in
process) pada operator proses kerja kerah, maka operator proses setelah proses
leher akan menunggu. Maka yang harus dilakukan adalah:
a. Lakukan peninjauan ulang hubungan antara proses kerah dan proses sebelum
dan sesudahnya, kemudian lakukan perbaikan pada penyusunan proses
kerjanya.
b. Lakukan peninjauan pada setiap proses kerja dan evaluasi kembali apakah dari
kondisi yang ada masih bisa dibagi menjadi proses yang lebih kecil.
c. Lakukan analisa kerja kemudian lakukan perbaikan dalam proses kerjanya.
d. Lakukan analisa terhadap fasilitas produksi, termasuk misalnya melakukan
perbaikan perlengkapan, perbaikan attachment, melakukan peninjauan ulang
atas kondisi teknis mesin dan sebagainya.
e. Lakukan peninjauan ulang pada penempatan operator.
f. Lakukan peninjauan ulang pada perubahan karena gerakan/proses kerja.
g. Buat peraturan yang jelas berkaitan dengan cara memberi bantuan di dalam
proses kerja.
Dengan Organization Efficiency 85%, akan ditentukan control limit yang digunakan.
Maka berpatokan pada pitch time, pembagian kerja yang optimal dapat dilakukan
dengan batasan nilai-nilai minimum dan maksimum yang telah ditetapkan.
Takt time
Takt Time adalah maksimum waktu produksi yang diijinkan untuk satu unit produk jika
ingin memproduksi sebanyak permintaan yang dibutuhkan.
Penggunaan takt time berhubungan langsung dengan waktu yang diijinkan untuk
pengerjaan satu proses individu dari seluruh rangkaian proses yang ada. Waktu
pengerjaan satu proses tidak boleh melebihi takt time. Dengan menggunakan
perhitungan dasar ini maka dapat ditentukan jumlah operator yang dibutuhkan dalam
sebuah proses produksi.
Takt time juga digunakan untuk menjamin line balancing dalam proses produksi.
Takt time (T) = Waktu kerja tersedia (Ta), detik per hari
Jumlah permintaan (Td), unit per hari
Contoh:
1 hari = 8 jam = 28,800 detik
output yang diharapkan 2,500 pcs/hari
takt time = waktu kerja sehari/kebutuhan sehari
= 28,800/2,500
= 11.52 detik/pcs
Artinya dalam setiap 11.52 detik harus dihasilkan satu unit produk untuk menjamin
jumlah permintaan sebesar 2,500 produk dapat diselesaikan dalam satu hari.
Kedua cara perhitungan ini, baik pitch time maupun takt time, digunakan untuk
mengatur pelaksanaan sistem produksi. Dasar perhitungan takt time dapat digunakan
jika yang menjadi target utama adalah jumlah produksi yang sudah pasti. Dengan hasil
perhitungan yang ada kemudian dilakukan pengkondisian layout serta perhitungan
kebutuhan dan penempatan operator dan seterusnya. Pitch time digunakan jika suatu
rencana produksi diperhitungkan berdasarkan kapasitas yang tersedia, misalnya jumlah
operator yang tertentu.
Dalam pelaksanaan rencana produksi, baik pitch time maupun takt time hanyalah
merupakan perhitungan dasar. Selebihnya akan diperlukan berbagai perhitungan
lanjutan dan analisis untuk mewujudkan pelaksanaan produksi yang baik.
a. Pembagian waktu, di mana waktu kerja harus berada rentang antara SPT
maksimum dan minimum.
b. Efisiensi penyusunan, di mana berdasarkan standar dari SPT, efisiensi penyusunan
minimal adalah sebesar 85%. Akan lebih baik bila diupayakan untuk mendekati
batas 100%.
c. Prosedur proses kerja harus diperhatikan untuk menjamin aliran yang proses
sesuai dan tidak ada potensi kesalahan seperti persilangan, terbalik dan
sebagainya.
d. Penyusunan diatur agar proses pengerjaan parts dan assembly dapat terbagi/
terpisah.
e. Jenis proses kerja yang sama disusun untuk operator dengan karakter yang
sama.
f. Penyusunan informasi antar proses dan penempatannya dilakukan dengan
pertimbangan yang baik.
g. Pemilihan dan penugasan operator dilakukan dengan melakukan analisa dan
pertimbangan yang baik.
Tentu saja ada banyak pengalaman dan pemahaman tentang penggunaan insentif
dikaitkan dengan produktivitas karyawan, tetapi yang akan disampaikan di bawah
ini adalah pengalaman PT Dayani. Secara singkat dapat dikatakan bahwa setelah
mencoba menerapkan sistem insentif, PT Dayani berkesimpulan untuk tidak semata-
mata mengandalkan cara ini untuk meningkatkan motivasi karyawannya.
Dari sisi pengawas pemberian insentif dipandang seperti penggunaan obat suplemen,
di mana hasil yang didapat akan meningkat pada saat itu seperti fantasi. Sementara
bagi perusahaan insentif harus mampu memberikan manfaat agar perusahaan mampu
bertahan lebih lama dengan dukungan kinerja karyawan. Karena itu pengelolaan
pemberian insentif disadari oleh PT Dayani sebagai hal yang cukup rumit dan harus
dikelola dengan sebaik-baiknya melalui pengawasan dan kemampuan manajemen
yang baik.
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN KAIZEN
10 ANALISA KERJA 103
Beberapa hal di bawah ini adalah beberapa hal yang dilakukan PT Dayani untuk
memastikan bahwa sistem insentif yang diterapkan dapat tetap membawa hasil
yang terbaik.
a. Menjelaskan informasi yang berkaitan dengan penerapan sistem insentif
kepada karyawan pada saat penerimaan kerja (recruitment), bahwa sistem
insentif hanya diberikan pada konfigurasi karyawan tertentu yang berdasarkan
analisa sistem produksi memang membutuhkannya.
b. Menerapkan sistem produksi di mana pembuatan barang hanya dilakukan saat
diperlukan.
c. Untuk menjamin kalitas yang baik, perusahaan melaksanakan pembinaan
sesuai dengan standar kerja perusahaaan yang berlaku.
d. Melakukan penghitungan yang cermat dalam pemberian insentif atau pieces
rate.
e. Melakukan perhitungan ulang standard rate bersamaan waktunya dengan
kenaikan upah minimum, dan selalu mengkomunikasikan hal tersebut kepada
karyawan.
11 PENGENDALIAN
KUALITAS
S
elain social compliance dan harga, kualitas merupakan faktor utama bagi perusahaan
untuk dapat memenangkan persaingan dewasa ini. Perusahaan dapat mencapai
kepuasan pelanggan dengan cara memenuhi tingkat kualitas yang diharapkan oleh
pelanggan.
Kualitas adalah produk, sistem atau proses Apa yang pelanggan sukai dari
yang dibuat untuk memenuhi kepuasan
.pelanggan. Dalam berbagai upaya
perusahaan Anda ?
peningkatan produktivitas, isu mengenai Apakah mereka menyebut juga
kualitas harus selalu diperhatikan, sebab
kualitas ?
tanpa kualitas yang baik produktivitas yang
tinggi pun tidak akan berarti apa-apa.
PT Dayani memahami kualitas dalam empat perspektif yang berbeda, dan berusahan
semaksimal mungkin memenuhinya. Keempat perspektif kualitas itu adalah:
1. Perusahaan dalam perspektif kualitas adalah perusahaan yang:
a. Menghormati hak azasi para pekerjanya.
b. Menjalankan aktivitas perusahaan secara legal dan positif.
c. Menjamin lingkungan kerja yang aman.
d. Memelihara lingkungan perusahaan yang bersih dan sehat.
Jadi jika disimpulkan pengendalian kualitas pada dasarnya adalah semua hal yang
dilakukan untuk mengarahkan setiap masukan, proses dan sistem agar dapat
menghasilkan produk yang memenuhi permintaan yang disyaratkan oleh pelanggan.
Tujuh alat pengendali kualitas ini membantu manajemen untuk dapat mengidentifikasi
fakta dan memahami hubungan sebab akibat, sehingga proses produksi dapat
dikendalikan dan perbaikan terhadap proses yang menyumbangkan cacat/kegagalan
dapat dilakukan dengan tepat.
Yang manapun dari alat-alat pengendalian ini digunakan, syarat mutlaknya adalah
adanya data yang merupakan hasil pencatatan/recording atas setiap proses kerja. Masih
banyak perusahaan garmen yang enggan melakukan pencatatan/recording dengan
alasan terbatasnya sumber daya untuk melaksanakannya ataupun karena persepsi
bahwa recording adalah pemborosan waktu dan memberikan hasil yang sia-sia.
Padahal kenyataannya memiliki data awal merupakan hal yang sangat penting untuk
dapat melakukan pengukuran, pencegahan kesalahan, perbaikan dan perubahan ke
arah yang lebih baik.
Di PT Dayani ke-tujuh alat pengendali ini difungsikan berdasarkan tiga hal utama,
yaitu untuk memahami kondisi, menganalisa sebab atau memeriksa hasil. Tujuh alat
pengendalian kualitas itu adalah:
1. Check Sheet ( Lembar Periksa )
Lembar periksa atau check sheet adalah alat paling sederhana yang dapat
digunakan untuk melakukan suatu pencatatan. Fungsi utamanya adalah untuk
pengumpulan data dengan berbagai variasi yang dapat disajikan menjadi sebuah
informasi yang mudah dimengerti dan dianalisa.
Lembar periksa adalah bentuk pencatatan paling awal yang digunakan untuk
mengolah data yang kita miliki.
2. Histogram
Histogram adalah salah satu diagram yang dapat menunjukkan sebaran variasi yang
terjadi dalam suatu pengerjaan proses. Tidak ada proses yang dapat memberikan
hasil yang selalu persis sama, terlebih pada industri garmen. Histogram membantu
kita untuk melihat sebaran variasi dari suatu kumpulan data, mengetahui titik
tengah atau standardnya serta kecenderungan dari hasil suatu proses. Bentuk
visual yang ditampilkan memungkinkan kita memahami sebaran itu sebagai suatu
kondisi pengamatan yang sepesifik.
Misalnya pada contoh di bawah adalah data mengenai rata-rata panjang kain dalam
setiap rol. Sebaran menunjukkan bahwa banyak kain diterima dalam kondisi yang
tidak sesuai dengan standar yang diinginkan yaitu berada di kelompok rata-rata 70
meter per rol. Dari 100 rol yang diperiksa ternyata ada beberapa yang panjangnya
di bawah standar, tetapi sebagian besar melebihi.
Contoh Histogram
3. Grafik
Sama dengan histogram, tetapi ada berbagai jenis grafik yang dapat kita gunakan
seperti contoh-contoh di bawah ini. Fungsi dasarnya adalah untuk memahami
kondisi (dan memeriksa hasil). Biasanya digunakan untuk melakukan perbandingan
besar kecilnya data dari suatu total kejadian. Selain itu berbagai jenis grafik dapat
juga digunakan untuk memahami perubahan kondisi yang terjadi atas suatu
kejadian seiring perjalanan waktu.
Penggunaan control chart dimaksudkan untuk mendeteksi suatu hasil proses yang
sejalan dengan perubahan waktu memiliki kecenderungan berada di luar garis
kendali, dan untuk itu karyawan dapat melakukan penyesuaian yang tepat untuk
membuat proses kembali berada dalam rentang kendali.
Lebih jauh penyebab adanya hasil proses yang menyimpang dari batas garis
kendali juga dapat dievaluasi.
Jadi diagram ini juga memiliki fungsi dasar sebagai alat untuk memahami kondisi
(dan memeriksa hasil).
Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana scatter diagram atau diagram tebar
dapat memberikan gambaran mengenai korelasi/hubungan antara dua kelompok
data.
a. Kedua data memiliki korelasi/hubungan yang sangat kuat.
6. Pareto chart
Diagram Pareto sangat dikenal dalam berbagai upaya perbaikan kualitas. Diagram
ini menggambarkan adanya kelompok isu dengan mengurutkan dari jumlah yang
terbanyak di sebelah kiri sampai yang paling sedikit di sebelah kanan. Informasi
yang ditampilkan memungkinkan kita memahami kelompok isu mana yang
memberi kontribusi masalah terbesar dalam proses yang kita lakukan.
Aturan dasar dari penggunaan Diagram Pareto ini adalah bahwa hampir selalu
80% dari jumlah masalah yang muncul disebabkan hanya oleh 20% dari kelompok
isu yang ada. Jadi dengan berkonsentrasi pada kelompok isu yang terbesar saja kita
akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan mayoritas jumlah masalah
yang timbul.
Fungsi dasar dari Diagram Pareto adalah menganalisa sebab, selain juga memang
mampu memberikan gambaran mengenai kondisi yang ada.
Dalam proses produksi yang dilakukan, pada umumnya penyebab masalah dapat
digolongkan menjadi:
a. Bahan baku.
b. Mesin, peralatan atau alat bantu.
c. Metoda kerja atau proses.
d. Tenaga kerja.
e. Metoda pengukuran kerja yang tidak konsisten.
f. Faktor lingkungan, misalnya kelembaban, kebersihan dan sebagainya.
Hal yang penting dalam proses penggunaan Diagram sebab akibat adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi apakah faktor-faktor seperti disebutkan di
atas merupakan faktor yang secara signifikan merupakan penyebab permasalahan
atau hanya sedikit saja berkontribusi, atau malah penyebab masalah adalah
kombinasi dari beberapa faktor.
Pada contoh di bawah bagian yang diberi lingkaran merah adalah hasil identifikasi
faktor-faktor yang dianggap signifikan.
Jika proses tidak berjalan seperti hasil evaluasi dan berdasarkan apa yang telah
ditetapkan, maka proses seharusnya dihentikan karena berpotensi untuk menimbulkan
kerugian.
CHECK SHEET
HISTOGRAM
PARETO CHART
SCATTER
DIAGRAM
CONTROL
CHART
BAR GRAPH
CAUSE &
EFFECT
DIAGRAM
BELAJAR DARI
KEGAGALAN 12
K
egagalan adalah satu hal yang wajar. Dalam menerapkan berbagai proses
perbaikan, PT Dayani juga menghadapi berbagai masalah dan pernah mengalami
berbagai kegagalan. Tidak ada sesuatu yang selalu berjalan mulus dan berhasil
seratus persen. Tetapi hal yang harus dilakukan ketika itu terjadi adalah menganalisa
kembali penyebab kegagalan dan mengambil tindakan penyelesaian yang tepat.
Seringkali kegagalan tidak dilaporkan karena anggapan bahwa kegagalan adalah hal
yang memalukan. Jikapun demikian, adalah keliru memperlakukan kegagalan dengan
menyembunyikannya. Justeru dengan mengetahuinya apa yang terjadi sesungguhnya
maka kita dapat menghindari terjadinya kegagalan serupa.
Ini adalah apa yang disebut sebagai menggunakan kegagalan secara positif dan inilah
yang dilakukan di PT Dayani. Contoh gambar di atas menunjukkan bagaimana di PT
Dayani memajang beberapa sample garmen yang mengingatkan cerita kegagalan
mereka di masa lalu lengkap dengan jenis claim dari buyer mereka, dengan tujuan agar
karyawan belajar dari kegagalan masa lalu dan segera tanggap apabila ada potensi
kegagalan serupa.
Tidak banyak orang yang mau menyampaikan atau melaporkan suatu kegagalan secara
positif. Tetapi yang harus ditanamkan kepada setiap orang di dalam perusahaan adalah
kesadaran jika kita menyembunyikan kesalahan atau kegagalan, maka hampir pasti
masalah yang lebih besar akan terjadi seperti klaim dari buyer, resiko keterlambatan,
biaya air freight dan sebagainya.
Dengan kata lain kita bisa mengatakan bahwa sebetulnya kegagalan 99% dapat
diperkirakan. Penyebab kegagalan antara lain:
• kurang pengetahuan
• kurang perhatian
• tidak mematuhi standar
• salah menyimpulkan
• kurangnya pengawasan dan minimnya pemeriksaan kembali
Jadi kualitas buruk yang diakibatkan oleh rencana kerja yang salah sebenarnya sudah
dapat diperkirakan sebelumnya.
Ilustrasi statistik di bawah ini menggambarkan hasil sebuah penelitian yang dilakukan
mengenai kesalahan. Dikatakan bahwa sebelum satu kejadian serius (misalnya
kecelakaan kerja, kualitas yang jelek, klaim buyer dan sebagainya), maka tercatat
setidaknya 29 kali kejadian kecil seperti kecelakaan ringan.
Dan dari pendataan yang dilakukan, dari 300 kejadian ringan ternyata ada satu kali
kecelakaan serius ataupun kegagalan besar, misalnya klaim buyer atau beban air
freight.
Dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun saja sangat mungkin terjadi
kejadian besar apabila kita membiarkan kesalahan-kesalahan kecil terjadi dalam
organisasi kita.
Adanya Adanya
29 kejadian dari 29 kejadian dari
(kecelakaan ringan) (kegagalan yang menyebabkan
claim ringan)
Adanya Adanya
300 kejadian dari 300 kejadian dari
(kejadian yang hampir (quality buruk yang hampir
melukai) mengakibatkan claim)
Karenanya akan sangat membantu bila tindakan yang tepat segera dilakukan sebelum
suatu kesalahan ringan berubah menjadi potensi kesalahan yang lebih besar atau
bahkan fatal. Sangat penting untuk memiliki rencana yang jelas atas suatu sasaran dan
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapainya.
Dalam membuat suatu rencana perbaikan, hal yang tidak boleh dilupakan adalah
mengkomunikasikannya kepada seluruh karyawan. Dengan demikian karyawan akan
mengetahui dan memahami rencana dengan baik, sehingga pelaksanaannya akan
menjadi lebih efektif. Lebih dari itu jika karyawan dilibatkan, secara psikologis mereka
akan menempatkan diri sebagai bagian dari perusahaan dan kontribusi yang mereka
berikan akan menjadi lebih terarah.
Sangat wajar apabila kegagalan seringkali ingin dilupakan. Tetapi sebetulnya justeru
dengan mengingatnya kembali maka potensi kerugian yang mungkin terjadi dapat
diketahui dan hal itu akan mampu menumbuhkan sikap untuk mengupayakan yang
terbaik dalam bekerja untuk menghindari kesalahan yang sama.
Jika suatu peristiwa kegagalan dapat ditelaah dan dipahami sampai ke akar
penyebabnya, maka kegagalan yang sama dapat menjadi awal keberhasilan. Jadi
semuanya berpulang kembali pada kemauan dan kesungguhan perusahaan untuk
dapat menjadikan kegagalan sebagai awal keberhasilan yang diimpikan.
LAMPIRAN :
BEBERAPA PERTANYAAN SEDERHANA SEPUTAR
PENERAPAN KAIZEN & LEAN SYSTEM
DI INDUSTRI GARMEN
BEBERAPA DEFINISI
1. Apakah 5-S?
• 5-S adalah perangkat paling dasar dalam penerapan Lean Manufacturing.
• Perangkat 5-S mengajarkan bahwa perubahan dan perbaikan dimulai dari hal-hal
paling sederhana di lingkungan kerja dan seharusnya dilakukan oleh setiap orang
sebagai bagian dari organisasi.
• Berasal dari bahasa Jepang dan sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
maupun dalam bahasa Indonesia (5R) sebagai berikut:
a. Seiri/Sort/Ringkas : memilah dan menyingkirkan barang yang tidak diperlukan
di area kerja.
b. Seiton/Set in Order/Rapi : merapikan area kerja dengan menempatkan barang-
barang secara teratur sesuai kepentingannya untuk kemudahan proses kerja.
c. Seiso/Shine/Resik, yaitu membersihkan area kerja.
d. Seiketsu/Standardize/Rawat, yaitu menerapkan metode yang standard untuk
3-S yang pertama sesuai dengan kondisi yang sekarang.
e. Shitsuke/Sustain/Rajin, mempertahankan dan meningkatkan penerapan 4-S
yang pertama melalui pemberdayaan, komitmen dan disiplin.
Tatsuro Araki sedang melakukan pengamatan langsung di sebuah pabrik untuk mengetahui kondisi yang ada sebelum
melakukan analisa permasalahan dan mencari pemecahannya.
Contoh pemborosan yang terjadi akibat jarak antar proses yang terlalu jauh, dipecahkan dengan menata ulang
lay out lintasan produksi. Kondisi sebelum perbaikan (gambar kiri) dan setelah perbaikan (gambar kanan)
PERSIAPAN
1. Apakah mungkin menerapkan Lean Manufacturing tanpa proses
pelatihan sebelumnya?
• Lean secara sederhana dapat diterapkan mulai dari 5-S.
• Pelatihan tidak selalu menjadi syarat utama tetapi kesamaan pemahaman dan
tujuan di dalam organisasi dibutuhkan untuk menjamin hasilnya.
• Komitmen dan peran manajemen puncak sangat dibutuhkan dalam penerapan
Lean Manufacturing.
Implementasi lean system membutuhkan adanya kerja sama dari seluruh anggota
organisasi untuk menjamin keberhasilannya.
2. Kami sama sekali belum memiliki fasilitas seperti time study, sistem
mutu yang baik dan lain-lain apakah mungkin kami melaksanakan
Lean? Apa yangharus kami lakukan pada tahap awal upaya perbaikan
produktivitas secara sederhana?
• Work study (termasuk time study dan motion study di dalamnya) memang menjadi
dasar dari upaya perbaikan di industri garmen. Semakin tepat work study dilakukan
maka akan semakin efisien proses dapat dilakukan. Margin yang terbatas dalam
industri garmen menuntut peluang sekecil apapun yang menyebabkan kondisi
yang tidak efisien harus dihilangkan.
Work study yang dilakukan di PT Dayani, dimaksudkan untuk mengetahui dan menetapkan pola gerakan (motion)
dan waktu siklus (time) yang paling efisien dari suatu proses, dan dijadikan standar proses.
• Lean Manufacturing dapat dilakukan secara sederhana mulai dari 3-S pertama
sejalan dengan dimulainya work study (time study dan motion study).
• Pada beberapa kasus, jenis style yang beragam dapat dikelompokkan menjadi
beberapa grup tertentu kemudian motion dan time study yang dilakukan
diterapkan digunakan untuk grup tersebut.
• Hal yang harus diingat mengenai work study adalah apa yang kita lakukan bukan
kita lakukan untuk saat ini saja, tetapi juga untuk saat yang akan datang. Motion
dan time study yang kita lakukan adalah database yang kita kembangkan, yang
akan dapat kita manfaatkan saat kita mendapatkan order style lain baik yang
sama atau yang mungkin berbeda.
Contoh kondisi WIP sebelum (gambar kiri) dan sesudah perbaikan (gambar kanan)
Team Production Control Group (PCG) dalam suatu pertemuan dan contoh salah satu proyek yang menjadi program
perusahaan melalui PCG yaitu proyek penurunan inventory
IMPLEMENTASI
1. Bagaimana memulai implementasi Lean Manufacturing dalam
fasilitas kita secara sederhana?
• Terapkan 5-S secara konsisten dan kreatif (dimulai dari 3-S yang pertama). Dengan
perbaikan ini saja kita setidaknya dapat memperbaiki produktivitas di tempat kerja
kita sebesar 3-6%, Tatsuro Araki telah membuktikan ini melalui pengalamannya
kerja selama bekerja di industri garmen.
• Mekanisme label merah harusnya diikuti juga dengan koordinasi antar bagian
(dengan procurement, produksi dsb) untuk memastikan bahwa barang-barang
yang dibeli maupun dibuat sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Mekanisme label merah biasanya dilakukan dengan melibatkan semua orang di
dalam organisasi dan hasilnya harus mendapakan persetujuan dari pimpinan
perusahaan.
Foto-foto di atas menunjukkan kegiatan yang berlangsung saat melaksanakan mekanisme label merah.
Pengarahan dari pimpinan, keterlibatan karyawan dan hasil proses pemisahan barang perlu / tidak perlu.
4. Pabrik kami sangat kecil, kira-kira 100 orang. Apakah Lean dapat
diimplentasikan di fasilitas kami?
• Lean sistem yang dimulai dengan penerapan 5-S dapat dimulai pada ukuran
organisasi yang besar maupun kecil. Semakin awal penerapan dimulai (pada saat
organisasi masih kecil) semakin mudah kita dapat mengimplementasikannya,
karena masalah-masalah utama menjadi lebih mudah dilihat. Dengan orang yang
lebih sedikit juga akan memudahkan proses melatih dan mengkoordinasikan
upaya perbaikan ini.
Fasilitas yang sudah menerapkan lean manufacturing. Keuntungan bukan hanya untuk perusahaan tetapi
juga untuk karyawan.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan melibatkan karyawan di dalam proses implementasi lean.
Berpikir kreatif juga dibutuhkan untuk memastikan upaya yang dilakukan efektif.
Gambar di atas menunjukkan percobaan conveyor dengan menggunakan operator (gambar kiri) dan menggunakan conveyor
bekas metal detector yang rusak. Gambar kanan menunjukkan hasil lebih baik dari sisi waktu dan pemanfaatan barang sisa.
Organisasi yang besar pun bisa gagal. Yang sudah berhasil pun bisa gagal lagi.
Menanamkan bahwa perbaikan selalu bisa dilakukan adalah modal dasar kemajuan organisasi.
LAMPIRAN :
ISTILAH KAIZEN YANG DIGUNAKAN
DALAM PERUSAHAAN
b. Cycle Time
Adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk mengerjakan proses
yang sudah ditentukan secara utuh.
d. Five “Why“
Pertanyaan pertama untuk menganalisa suatu masalah adalah 5W1H (Why, What,
Where, When, Who dan How) untuk dapat mengetahui kondisi permasalahan secara
lengkap.
Kemudian jika ingin mencara akar masalah gunakan pertanyaan “why” tidak hanya
sekali, tetapi ulangi hingga 5 kali sampai akar masalah bisa diidentifikasi.
f. Just-In-Time
Suatu konsep yang menyatakan hanya akan memproduksi barang yang dibutuhkan
saja dan pada waktu yang diperlukan saja. Tetapi kini pemahaman konsepnya telah
semakin luas, dengan mengedepankan upaya minimasi pemborosan.
g. Kaizen
Kaizen adalah upaya perbaikan fasilitas kerja dengan cara menemukan
pemborosan pada orang, bahan baku, penyusunan produksi dan lain-lain; sehingga
hasilnya memberikan potensi peningkatan keuntungan bagi perusahaan. Dalam
penerapannya kaizen adalah kegiatan yang menggunakan kreativitas pikiran dan
bukan menggunakan uang semata. Tujuan utama kaizen adalah menghilangkan
pemborosan
Implementasi kaizen pada proses produksi mendapat prioritas lebih dibandingkan
dengan implementasi kaizen pada perlengkapan. Kaizen dapat diterapkan pada
tiap pekerjaan dan semua bagian yang ada di dalamnya.
h. Kanban
Kanban adalah salah satu alat pendukung dalam proses produksi yang digunakan
untuk memaksimalkan hasil akhir produksi. Konsep just in time sangat didukung
oleh penggunaan kanban ini.
j. Mixed-load Conveyance
Sistem pengangkutan di mana dalam satu unit lori diangkut berbagai macam
barang bersama-sama. Pengangkutan seperti ini dianggap lebih baik dari pada
melakukan pengangkutan berulangkali, demikian juga proses sebelum dan sesudah
bisa mengurangi persediaan.
k. Multi-Skill Development
Adalah proses untuk membentuk agar karyawan menguasai kemampuan
pengerjaan lebih dari satu proses. Selain potensi individu, proses pelatihan juga
dibutuhkan agar karyawan mampu bekerja optimal pada proses apapun.
l. Off-Line Set-Up
Pekerjaan persiapan di luar line untuk mempersiapkan perlengkapan mesin.
Tujuannya untuk mengupayakan mesin tidak berhenti walaupun ada pergantian
alat bantu atau perlengkapan mesin.
m. On-line Set Up
Ini adalah persiapan pekerjaan yang dilakukan di dalam pergantian kerja, termasuk
di dalamnya hal-hal seperti penyusunan line, penyusunan mesin, pengangkutan
mesin. Proses set up dilakukan dalam pergantian kerja dengan maksud agar
rangkaian produksi tidak berhenti.
n. Operation Standards
Standar kerja yang benar dan dijadikan acuan untuk pelaksanaan proses kerja di
dalam proses produksi. Informasi yang disertakan harus lengkap untuk menghindari
kesalahan yang mungkin terjadi, antara lain dengan mencantumkan gambar proses,
pengecekan kualitas, standar keselamatan dan lain lain.
Standar kerja ini menjadi dasar untuk perencanaan kualitas, target output, biaya,
keselamatan dan lain lainnya. Standar kerja dilaksanakan dan didokumentasikan
juga dengan cara yang standar.
p. Pacemaker
Alat yang digunakan oleh pengawas untuk memonitor dan mengontrol kekurangan
output produksi. Dengan informasi yang diberikan kekurangan dapat segera
terpantau dan tindakan yang tepat segera dilakukan.
6. Gerakan
7. Kualitas buruk ( Rework )
v. Standardized Work
Adalah standar dari pergerakan orang agar tidak ada pemborosan, diurutkan dari
yang paling efisien.
w. Tact-Time
Takt Time adalah maksimum waktu yang digunakan untuk memproduksi satu unit
produk sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Penggunaan takt time berhubungan langsung dengan waktu yang diijinkan untuk
pengerjaan satu proses individu dari seluruh rangkaian proses yang ada. Waktu
pengerjaan suatu proses tidak boleh takt time. Dengan demikian berdasarakan
perhitungan dasar ini dapat ditentukan jumlah operator yang dibutuhkan dalam
sebuah proses produksi. Takt time juga digunakan untuk menjamin line balancing
dalam proses produksi.
Takt time (T) = Net Available Time to Work (Ta), min per day
Total demand (Td, unit per day
Contoh:
Apabila 1 buah Menshirt sejak awal jahit hinggal keluar out pertama membutuhkan
waktu 1200 detik,
maka takt time = waktu kerja sehari/kebutuhan sehari
1 hari = 8 jam atau 28,800 detik
output yang diharapkan 2,500 pcs/hari
maka takt time = 28,800/2,500 = 11.52
x. Vertical start up
Suatu upaya untuk meningkatkan produksi dalam waktu singkat dengan kondisi
yang di luar kebiasaan. Untuk itu staf perusahaan dan orang yang terampil ikut
membantu. Staf produksi membantu proses yang mudah, lalu line baru dibuat
dengan orang yang terampil untuk meningkatkan produksi.
JAKARTA OFFICE
WISMA GKBI 6 TH FL ROOM 608
JL.JEND. SUDIRMAN NO.28 JAKARTA 10210
TEL : 021-5740674 FAX : 021-5740675