A. Amoksilin
1. Pengertian Amoxcilin
Amoxillin adalah salah satu merek obat yang digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri. Jenis infeksi yang bisa diobati dengan obat ini antara lain infeksi
saluran kemih atau infeksi saluran pernapasan.
Konsumsi obat amoxicillin dengan atau tanpa makanan seperti yang diarahkan oleh
dokter Anda, biasanya dua kali sehari setiap 8-12 jam. Kemungkinan juga diresepkan
sebanyak tiga kali sehari, setiap 8 jam, tergantung dari arahan dokter. Dosis didasarkan pada
kondisi medis dan respon terhadap pengobatan. Minum banyak cairan saat menggunakan
obat amoxicillin kecuali dokter Anda menyarankan sebaliknya.
Minum amoxicillin dengan segelas air putih. Bentuk suspensi cair obat amoxicillin
dapat dicampur dengan cairan lain seperti susu formula, jus buah, susu, atau air mineral.
Pastikan botol obat cair dan obat tetes dikocok dulu sebelum dipakai untuk meratakan
kandungan obat di dalamnya. Sedangkan tablet kunyah harus dikunyah sampai halus
sepenuhnya sebelum tertelan.
Penting untuk mengikuti takaran dosis dan cara pakai amoxicillin yang tepat seperti
disarankan oleh dokter atau apoteker Anda. Antibiotik bekerja dengan baik ketika kadar obat
dalam tubuh Anda berada pada tingkat yang stabil. Oleh karena itu, gunakan amoxicillin
secara teratur. Untuk membantu Anda mengingat dosis, gunakan pada waktu yang sama
setiap hari.
Sekalipun gejalanya sembuh, amoxicillin harus dihabiskan sampai tuntas sesuai dosis
dan jangka waktu yang telah ditentukan dokter harus mengikuti jalannya perawatan sampai
akhir. Maka baiknya tanyakan pada dokter sampai kapan obat antibiotik ini harus diminum.
Menghentikan, mengurangi, menambah, dan/atau melanjutkan pengobatan antibiotik tidak
sesuai saran dokter akan meningkatkan risiko resistensi antibiotik yang menyebabkan
infeksinya kambuh semakin parah.
Obat amoxicillin paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya
langsung dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan.
Merek lain dari obat amoxicillin mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda.
Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.
Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila
diinstruksikan. Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak
diperlukan lagi. Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal
mengenai bagaimana cara aman membuang produk Anda.
4. Dosis
1) Actinomycosis: 500 mg secara oral 3 kali sehari atau 875 mg secara oral dua kali
sehari selama enam bulan.
2) Profilaksis antraks: 500 mg oral setiap 8 jam.
3) Cutaneous bacillus anthracis: 500 mg secara oral tiga kali sehari.
4) Profilaksis endokarditis bakteri: 2 g secara oral diberikan satu jam sebelum prosedur.
5) Klamidia: 500 mg secara oral 3 kali sehari selama 7 hari pada pasien hamil sebagai
alternatif untuk eritromisin pada individu yang sensitif macrolide.
6) Cystitis: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 3-7 hari; alternatif, 500-875 mg
secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
7) Infeksi saluran kencing: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 3-7 hari.
Alternatifnya, 500-875 mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
8) Infeksi Helicobacter pylori: 1 g secara oral 2-3 kali sehari selama 14 hari.
9) Arthritis akibat komplikasi penyakit Lyme: 500 mg secara oral 3 kali sehari selama
14-30 hari.
10) Karditis akibat komplikasi penyakit Lyme: 500 mg secara oral 3 kali sehari selama
14-30 hari.
11) Eritema chronicum migrans akibat komplikasi penyakit Lyme: 500 mg secara oral 3
kali sehari selama 14-30 hari.
12) Masalah neurologis akibat komplikasi penyakit Lyme: 500 mg secara oral 3 kali
sehari selama 14-30 hari.
13) Otitis media: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 10-14 hari; alternatif, 500-
875 mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
14) Pneumonia: 500 mg secara oral 3 kali sehari atau 875 mg secara oral dua kali sehari,
dapat diberikan selama 7-10 hari jika pneumonia pneumokokus diduga terjadi.
15) Sinusitis: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 10-14 hari; alternatif, 500-875
mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
16) Infeksi kulit atau infeksi jaringan lunak: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama
7-10 hari; alternatif, 500-875 mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
17) Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA): 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama
7-10 hari; alternatif, 500-875 mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
18) Bronkitis: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 7-10 hari; alternatif, 500-875
mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
19) Radang amandel (tonsilitis) dan radang tenggorokan (faringitis)
20) Infeksi bakteri umum: 250-500 mg secara oral 3 kali sehari selama 7-21 hari;
alternatif, 500-875 mg secara oral dua kali sehari dapat diberikan.
1) Profilaksis endokarditis bakteri: 50 mg/kg secara oral sebagai dosis tunggal 1 jam
sebelum prosedur.
2) Profilaksis antraks: 80 mg/kg/hari dibagi dalam dosis yang sama diberikan secara oral
setiap 8 jam. Dosis maksimum: 500 mg/dosis.
3) Cutaneous Bacillus Anthracis: Pengobatan untuk kasus infeksi Bacillus anthracis
kulit: 80 mg/kg/hari dibagi dalam dosis yang sama diberikan secara oral setiap 8 jam.
Dosis maksimum: 500 mg/dosis.
4) Otitis Media:
a) Usia 4 minggu-3 bulan: 20-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
b) Usia 4 bulan-12 tahun: 20-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
c) Otitis media akut karena Streptococcus pneumonia yang sangat resisten
mungkin perlu dosis 80-90 mg/kg/hari secara oral dibagi menjadi 2 dosis yang
sama dalam 12 jam.
5) Infeksi kulit atau infeksi jaringan lunak:
a) Usia 4 minggu-3 bulan: 20-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
b) Usia 4 bulan-12 tahun: 20-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
6) Infeksi saluran kemih
a) Usia 4 minggu-3 bulan: 20-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
b) Usia 4 bulan-12 tahun: 20-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
7) Pneumonia: 40-50 mg/kg/hari secara oral dalam dosis terbagi setiap 8 jam.
8) Radang amandel (tonsilitis) dan radang tenggorokan (faringitis)
a) Usia 4 minggu-3 bulan: 20-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam.
b) Usia 4 bulan-12 tahun: 20-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam.
Jika gejala mengganggu, biasa dokter akan memberikan antihistamin dan kortikosteroid
seperti hidrokortison. Di sisi lain, amoxicillin juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang
berat seperti wajah, bibir, dan lidah bengkak, juga mual-muntah, berkeringat deras, sesak
napas, atau merasa seperti akan pingsan. terbagi:
Efek samping amoxicillin yang lebih ringan dan umum dapat termasuk:
a. Diare. Untuk mencegahnya, Anda dapat minum obat setelah makan. Hindari makanan
yang dapat mengganggu pencernaan, seperti produk susu atau makanan tinggi serat.
Jika Anda mengalami diare, jangan lupa untuk minum banyak air agar tidak dehidrasi.
Suplemen probiotik biasanya juga dapat membantu mengatasi diare akibat antibiotik.
b. Sakit perut, mual. Oleh karena itu, makan terlebih dulu sebelum minum obat
amoxicillin. Jika Anda mengalami sakit perut yang sangat hebat sampai muntah serta
BAB berdarah, segera berkonsultasi ke dokter.
c. Sakit kepala dan pusing. Minumlah banyak air putih dan konsumsilah amoxicillin
setelah makan untuk mencegahnya. Jangan lupa cukup istirahat selama berobat.
Minum obat sakit kepala juga dapat meringankan sakitnya. Berolaharaga teratur, tidur
yang cukup, dan menghindari stress juga dapat membantu. Hindari menyetir setelah
minum obat amoxicillin.
d. Kesulitan tidur. Insomnia akibat amoxicillin dapat berupa kesulitan untuk mulai tidur,
terlalu cepat bangun, atau bahkan terbangung lebih sering di malam hari.
e. Vagina gatal atau keluar cairan keputihan
f. Lidah bengkak, hitam, atau “berbulu”
7. Amoxicillin aman untuk ibu hamil dan menyusui
Tidak ada penelitian memadai mengenai risiko penggunaan obat amoxicillin pada ibu
hamil atau menyusui. Selalu konsultasikan kepada dokter Anda untuk mempertimbangkan
potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan amoxicillin. Obat amoxicillin termasuk ke
dalam risiko kehamilan kategori B (tidak berisiko pada beberapa penelitian) menurut US
Food and Drugs Administration (FDA).
Namun, zat obat amoxicillin dapat terserap ke dalam ASI dan membahayakan
bayi yang menyusui. Beri tahu dokter jika Anda sedang dalam masa menyusui.
8. Interaksi Amoxillin
Ada beberapa interaksi yang dapat terjadi, bila menggunakan amoxillin bersamaan dengan
obat lain, yaitu:
a. Meningkatnya risiko perdarahan, bila digunakan bersama obat pengencer
darah.
b. Meningkatnya risiko alergi obat, bila dikombinasikan dengan allopurinol.
c. Meningkatnya efek samping amoxillin, bila dikombinasikan dengan
probenecid.
d. Menurunnya efektivitas amoxillin, bila digunakan bersama antibiotik lain,
seperti tetracycline, sulfonamida, makrolid, atau chloramphenicol.
B. Ampisilin
1. Pengertian ampisilin
Konsumsi ampicillin 4 kali sehari (setiap 6 jam), atau seperti yang diarahkan oleh
dokter Anda. Konsumsi ampicillin saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan) dengan segelas penuh air.
Minumlah banyak cairan saat menggunakan ampicilin kecuali dokter Anda memberi
tahu Anda sebaliknya. Dosis ampicillin tergantung pada kondisi medis dan respon Anda
terhadap pengobatan.
Antibiotik bekerja dengan baik ketika jumlah obat dalam tubuh Anda berada pada
tingkat stabil. Oleh karena itu, gunakan ampicillin secara teratur.
Menghentikan ampicillin terlalu dini memungkinkan bakteri untuk terus tumbuh dan
dapat mengakibatkan kambuhnya infeksi.
Ampicillin paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung
dan tempat yang lembap. Jangan disimpan di kamar mandi dan jangan pula dibekukan.
Konsultasikan kepada apoteker mengenai bagaimana cara aman membuang produk Anda.
4. Dosis
Hubungi dokter Anda jika Anda memiliki salah satu efek samping yang serius dari
mengonsumsi ampicillin berikut ini:
a. Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala parah, kulit mengelupas, dan
ruam kulit merah
b. Diare yang berair atau berdarah
c. Demam , menggigil, nyeri tubuh, gejala flu
d. Mudah memar atau perdarahan, kelemahan yang tidak biasa
e. Buang air kecil lebih sedikit dari biasanya, atau tidak sama sekali
f. Agitasi (mudah marah, tersinggung, agresif), kebingungan, pikiran atau
perilaku yang tidak biasa
g. Kejang
h. Mual, muntah, sakit perut
i. Vagina gatal atau memiliki cairan
j. Sakit kepala
k. Lidah bengkak, hitam, atau “berbulu (hairy tongue)”
l. Sariawan (bercak putih atau di dalam mulut atau tenggorokan)
A= Tidak berisiko
X= Kontraindikasi
N= Tidak diketahui
Bagi ibu menyusui, disarankan untuk tidak mengonsumsi ampicillin, mengingat ampicillin
dapat masuk ke dalam ASI dan dapat membahayakan bayi yang disusui.
Baillargeon, J., Holmes, H., & Kuo, Y. (2012). Concurrent Use of Warfarin and
Antibiotics and the Risk of Bleeding in Older Adults, The American Journal of Medicine,
125(2), pp. 183-9.
Kaur, S., Rao, R., & Nanda, S. (2011). Amoxicillin: A Broad Spectrum Antibiotic.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(3), pp. 31-7.
Antimicrobe. Amoxicillin.
National Institute of Health (2018). MedlinePlus. Amoxicillin.
Badan Pengawas Obat Nasional (2015). Pusat Informasi Obat Nasional. Amoxillin.
Mayo Clinic (2019). Drugs and Supplements. Amoxicillin (Oral Route).
Mayo Clinic (2019). Diseases and Conditions. Common Cold.
American Pregnancy Association (2017). Pregnancy and Dental Work.
Ogbru, O. MedicineNet (2018). Amoxicillin.
Medscape (2018). Amoxicillin (Rx).
MIMS Indonesia (2019). Amoxicillin.
WebMD (2016). Amoxicillin