Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMUNOLOGI

“Echinaceae Sebagai Imunomodulator”

OLEH:

SERLYANA BR TAMBUNAN : F1F1 12 123

VISTA ARIANTY WISAL : F1F1 12 129

SYAHRIR MANA’AN S : F1F1 12 137

WA ODE SITI KARNIA : F1F1 12

MIASRA FEBRIANI : F1F1 12

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini telah kami slesaikan dengan sebaik – baiknya dan kami akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan –
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 12 Oktober 2014

Penyusun

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN.......................................................................................................4
D. MANFAAT...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
BAB IV....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. KESIMPULAN.............................................................................................8
B. SARAN.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lingkungan disekitar kita banyak mengandung agen infeksius maupun


non infeksius yang dapat memberikan paparan pada tubuh manusia. Setiap orang
dihadapkan pada berbagai jenis mikroba di sekitarnya yang setiap saat siap untuk
menyerang, tetapi setiap saat tubuh berupaya untuk mempertahankan diri. Jika ada
paparan yang masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan memberikan respon
sehingga agen atau bahan asing tadi tidak menimbulkan penyakit pada manusia.
Inilah yang dimaksud dengan sistem imun. Sistem imun dalam tubuh bertugas
untuk menjaga/memberikan perlindungan pada tubuh supaya tidak terserang oleh
penyakit.

Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi


fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi 3 kelompok: 1)
imunostimulator, berfungsi untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun,
2) imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun, dan 3) imunosupresor
yang dapat menghambat atau menekan aktivitas sistem imun. Kebanyakan
tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya kerja imunostimulator,
sedangkan untuk imunosupresor masih jarang dijumpai. Pemakaian tanaman obat
sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus
dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi imunodefisiensi atau sebagai perangsang
pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem imunitas (Block dan Mead,
2003). Bahan yang dapat menstimulasi sistem imun berperan mengendalikan
respon imun baik pada sistem imunitas seluler maupun humoral (Tizard, 2000).

Untuk mempertahankan stamina tubuh, masyarakat sering


mengkonsumsi makanan atau bahan yang dapat meningkatkan sistem imun.
Bahan atau makanan ini dapat diperoleh dari konsumsi sayur/buah secara
langsung maupun dalam bentuk produk jadi. Beberapa tanaman telah diteliti
mempunyai khasiat sebagai imunostimulan bahkan ada yang telah dibuat dalam
bentuk sediaan herbal/suplemen.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Imunomodulator?


2. Bagaimana mekanisme Echinacea sebagai imunomodulator?

C. TUJUAN

1. Mengetahui definisi Imunomodulator?


2. Mengetahui mekanisme Echinacea sebagai imunomodulator?

D. MANFAAT

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat


mengetahui berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
imunomodulator serta perannya yang penting dalam sistem pertahanan tubuh
(imun).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Salah satu bidang baru dalam farmakologi yang masih dalam tingkat
eksplorasi dan perdebatan adalah Imunomodulator (Immunomodulating agents)
yaitu mengembangkan bahan-bahan yang dapat meningkatkan respon imun dari
pada menekannya. Imunomodulator adalah bahan (obat) yang dapat
mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun. Cara kerja imunomodulator
meliputi : 1) mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi),
2) memperbaiki fungsi sitem imun (imunostimulasi)dan 3) menekan respons imun
(imunosupresi). Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit
imunodefisiensi, infeksi kronis dan kanker. Pemberian imunostimulan atau
imunomodulator sangat diperlukan untuk mencegah penghancuran sel penolong
CD4+ pada pasien AIDS dan kanker (Katzung, 1995). Dalam ilmu kedokteran,
imunitas pada mulanya berarti resistensi relatif terhadap suatu mikroorganisme.
Resistensi terbentuk berdasarkan respon imunologik. Selain membentuk resistensi
terhadap suatu infeksi, respon imun juga dapat mengakibatkan terjadinya berbagai
penyakit. Oleh karena itu pada masa sekarang ini arti respon imun sudah lebih
luas, yang pada dasarnya mencakup pengobatan maupun pencegahan suatu
penyakit yang disebabkan oleh pengaruh faktor dari luar tubuh atau zat asing.
Aktivitas sistem imun dapat menurun karena berbagai faktor, diantaranya karena
usia atau penyakit (Nainggolan, 1990; Kresno, 1996; danAntibiotika bukan
merupakan satu-satunya obat untuk menyembuhkan penyakit infeksi, karena
faktor lain seperti status kekebalan penderita memegang peranan yang penting.
Imunitas seluler mempunyai peranan dalam pertahanan melawan penyakit infeksi,
terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen intra seluler, jamur, virus dan
protozoa (Chairul, 2012).
Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan ketahanan tubuh
yang bersifat spesifik melalui pemberian vaksin. Secara umum aktivitas ini
dikenal sebagai imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi pasif diperoleh dengan
pemberian serum kebal maupun dengan cara diturunkan oleh induk ikan yang
dikenal sebagai imunitas maternal; sedangkan imunisasi aktif dilakukan melalui
tindak vaksinasi. Induk-induk ikan yang divaksini dapat menurunkan respon
imunitas tersebut pada turunannya. Ikan akan merespon imunostimulasi—
vaksinasi dengan mensintesis antibodi, dikenal sebagai imunoglobulin. Karena
itu, antibodi hanya akan bereaksi terhadap agen penginduksinya dan berfungsi
sebagai aglutinin, presipitin, opsonin dan antitoksin. Imunoglobulin ikan dapat
ditemukan dalam plasma darah, mukus dan cairan tubuh.

Nama Latin    : Echinacea purpurea, E. angustifolia, E. pallida

Kingdom         : Plantae

Subkindom      : Traceobionta

Division           : Magnolyopita

Class               : Magnoliopsida

Subclass          : Asteridae

Family             : Asteraceae

Genus              : Echinaceae Moench

Species            : Echinaceae Purpurea L.

Tumbuhan Echinacea yang digunakan sebagai obat adalah akarnya. E.


purpurea dan E. pallid digunakan sebagai imunostimulan dan dalam pengobatan
infeksi pernapasan. Kedua spesies dimanfaatkan untuk pembuatan produk
farmasetik dan terdapat sejumlah data mengenai efikasinya. Spesies lain juga
digunakan, tetapi tidak cukup data yang tersedia untuk memvalidasi
penggunaannya. Kandungan zat aktif tidak diketahui. Oleh karena itu, ekstrak
kedua spesies ini di pasaran (dan biasanya dianggap aktif secara farmakologis)
dapat digolongkan sebagai tipe C. Kandungan yang menonjol adalah turunan
asam kafeat (sekitar 1%), terutama ekinakosida (E.pallida), asam sikorat
(E.purpurea), alkamida (E.purpurea), sejumlah kecil minyak atsiri dan
polisakarida (keduanya dari spesies Echinacea spp.) (Heinrich., 2009).
Ekstrak Echinacea jelas mengandung senyawa, atau kombinasi dari
senyawa, dengan kemampuan untuk berinteraksi secara khusus dengan virus dan
mikroba. Selain itu, ekstrak ini dapat mempengaruhi berbagai jalur sinyal sel
epitel dan menghambat virus / bakteri yang disebabkan sekresi sitokin / kemokin
dan mediator inflamasi lainnya yang bertanggung jawab untuk gejala paru. Karena
banyak jalur sinyal dapat dipengaruhi oleh Echinacea dalam tipe sel yang berbeda,
termasuk sel-sel kekebalan tubuh, dapat dibayangkan bahwa efek menguntungkan
secara keseluruhan karena kombinasi senyawa tertentu bekerja secara sinergis.
Contoh sinergisme dalam pengobatan herbal telah dijelaskan dan dalam beberapa
kasus divalidasi eksperimental, dan ada kemungkinan bahwa Echinacea tertentu
juga menampilkan sinergisme. Dapat meningkatkan imunitas tubuh dengan cara
mengaktifkan fagositosis, menstimulasi sel-sel fibroblas, meningkatkan aktivitas
respirasi, meningkatkan mobilitas leukosit (James B, 2012).

Ada beberapa spesies tanaman yang digunakan terapi termasuk


Echinacea angustifolia, E. pallida dan E. purpurea. spesies ini agak berbeda
dalam susunan kimiawi yang berisi beberapa substansi yang mengandung
polisakarida, turunan asam kafeat, alkamida dan glikoprotein yang paling penting
dalam berbagai aktifitas. Asam cichoric merupakan penanda yang tepat dari
kualitas produk yang mengandung E.purpurea, karena memiliki efek stimulasi
kekebalan tubuh dan sangat rentan terhadap degradasi (Zhong, 2009).

Ekstrak dari E.purpurea (L) Moench, E.pallida (Nutt.) Nutt., Baptisia


tinctoria L, atau Thuja occidentalis L, dikethui memiliki aktivitas
imunomodulator. Pada pengujian terhadapa manusia, diterapkan terutama untuk
mengatasi kelemahan dari sistem kekebalan tubuh yang dapat mencegah dan
mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas. Aktifitasnya tidak hanya
terbukti secara klinis, tetapi juga dalam model uji farmakologi, ekstrak
mempunyai aktivitas imunomodulator dan fraksi molekul yang tinggi telah
dikonfirmasi secara eksperimental melalui uji in vitro dan in vivo (Fraudenstein,
2002).
Echinacea adalah salah satu stimulator imun terkuat dan dikenal sebagai
enhancer. Ia bekerja melalui dua cara utama. Pertama, membangun sistem
kekebalan tubuh dengan merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel
kekebalan tubuh dan bahan kimia kekebalan tubuh. Kedua, merangsang sel – sel
ini ke dalam tindakan dan tingkat aktivitas tinggi. Tindakan ini akan membantu
memerangi infeksi atau penyakit lebih efektif dan juga melindungi dari invasi
penyakit di masa depan. Echinacea merangsang aktivitas non-spesifik dari sistem
kekebalan tubuh. Ini meningkatkan jumlah sel-T dan makrofag dalam aliran
darah. Hal ini juga meningkatkan jumlah Interferon, Interleukin, Immunoglobulin
dan bahan kimia alami penting lainnya sebaga kekebalan hadir dalam darah kita.
Sejumlah studi hewan secara in vitro telah menunjukkan bahwa Echinacea
muncul untuk meningkatkan aktivitas kekebalan dengan meningkatkan jumlah
interferon dan dapat meningkatkan fagositosis, aktivitas pernafasan seluler, dan
aktivasi limfosit melalui pelepasan tumor necrosis factor, interleukin-1 dan
interferon β2 (Roy, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah mekanisme pertahanan


tubuh yang bertugas merespon atau menanggapi ''serangan'' dari luar tubuh kita.
Saat terjadi serangan, biasanya antigen pada tubuh akan mulai bertugas. Antigen
bertugas menstimulasi sistem kekebalan tubuh. Mekanisme inilah yang akan
melindungi tubuh dari serangan berbagai mikro organisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan berbagai kuman penyebab penyakit. Ketika sistem imun tidak bekerja
optimal, tubuh akan rentan terhadap penyakit. Beberapa hal dapat mempengaruhi
daya tahan tubuh. Misalnya saja karena faktor lingkungan, makanan, gaya hidup
sehari-hari, stres, umur dan hormon.
Sistim imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistim imun kongenital atau
nonspesifik dan sistim imun didapat atau adaptive atau spesifik. Mekanisme
pertahanan tubuh oleh sistim imun kongenital bersifat spontan, tidak spesifik, dan
tidak berubah baik secara kualitas maupun kuantitas bahkan setelah paparan
berulang dengan patogen yang sama. Sedangkan sistim imun didapat muncul
setelah proses mengenal oleh limfosit (clonal selection), yang tergantung pada
paparan terhadap patogen sebelumnya. Adanya sistim imun kongenital
memungkinkan respon imun dini untuk melindungi tubuh selama 4-5 hari, yang
merupakan waktu yang diperlukan untuk mengaktivasai limfosit (imunitas
didapat).
Fungsi sistem imun bagi tubuh ada tiga. Pertama sebagai pertahanan
tubuh yakni menangkal ''benda'' asing. Kedua, untuk keseimbangan fungsi tubuh
terutama menjaga keseimbangan komponen yang tua, dan ketiga, sebagai
pengintai (surveillence immune system), untuk menghancurkan sel-sel yang
bermutasi atau ganas. Pada prinsipnya jika sistem imun seseorang bekerja
optimal, maka tidak akan mudah terkena penyakit, sistem keseimbangannya juga
normal. Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan
memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang
fungsinya berlebihan.Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara,
yaitu melalui:Imunorestorasi, Imunostimulasi, Imunosupresi. Imunorestorasi dan
imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan
imunosupresi disebut down regulation.
Mekanisme pertahanan tubuh ini dibagi atas 3 fase yaitu:
1. Immediate phase, ditandai oleh terdapatnya komponen sistim imun
kongenital (makrofag dan neutrofil), yang beraksi langsung terhadap
patogen tanpa diinduksi. Jika mikroorganisme (m.o) memiliki molekul
permukaan yang dikenali oleh fagosit (makrofag dan neutrofil) sebagai
benda asing, akan diserang atau dihancurkan secara langsung. Bila m.o
dikenali sebagai antibodi, maka protein komplemen yang sesuai yang
berada diplasma akan berikatan dengan m.o, kompleks ini kemudian
dikenal sebagai benda asing oleh fagosit dan kemudian diserang atau
dihancurkan.
2. Acute-phase proteins atau early phase, muncul beberapa jam kemudian,
diinduksi, tetapi masih bersifat nonspesifik, timbul bila fagosit gagal
mengenal m.o melalui jalur diatas. M.o akan terpapar terhadap acute-
phase proteins (APPs) yang diproduksi oleh hepatosit dan kemudian
dikenali oleh protein komplemen. Kompleks m.o, APPs, dan protein
komplemen kemudian dikenali oleh fagosit dan diserang serta
dihancurkan.
3. Late phase, merupakan respon imun didapat timbul 4 hari setelah infeksi
pertama, ditandai oleh clonal selection limfosit spesifik. Pada fase ini
dibentuk molekul dan sel efektor pertama.
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan
terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral.
Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat
berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini
biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar
bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada
imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena
induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.
Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung (misalnya melalui
sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim
lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Beberapa jenis
tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator adalah  E.
purpurea, mengkudu, jahe, meniran dan sambiloto. Masalah yang sangat penting
dalam pengembangan tanaman obat adalah pasokan bahan baku, keajegan kualitas
dan jaminan khasiatnya.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat meningkatkan


fungsi dan aktivitas sistem imun. Echinacea adalah salah satu tanaman yang
berpotensi meningkatkatkan sistem imun dengan cara meningkatkan
proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag,
granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelian terhadap khasiat utaman dari Echnacea


sehinga dapat dibuat formulasi sediaan yang berkualitas optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Charul., Praptiwi. 2012. Uji Efektivitas Imunomodulator Tiga Jenis


Zingiberaceae Secara In-Vitro melalui Pengukuran Aktivitas Sel
Makrofage dan Kapasitas Fagositosis. Jurnal Pusat Biologi LIPI, 2012.
Fraudenstein, J., Teuscher, E., Lindequst, U., Bodinet, C. 2002. Effect Of An
Orally Applied Herbal Immunomodulator On Cytokine Induction And
Antibody Response In Normal And Immunosuppressed Mice.
Phytomedicine. Volume 9, Nomor 7.
Hadisaputro, S. 2001. Managemen Penyakit Infeksi Perkembangan Baru
Antibiotika dan Imunostimulan. Simposium Mini Managemen Infeksi.
Semarang, 10 Maret 2001.
Heinrich, Michael., 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta. EGC.
James B. Hudson, 2012, Applications of the Phytomedicine Echinacea purpurea
(Purple Coneflower) In Infectious Diseases. Journal Of Biomedicine
and Biotechnology Volume 16, 2012.
Roy, Anitha., R.V. Geetha., T, Lakshmi. 2012. A Review On Nature’s Immune
Booster. Review Artikel. Volume 13, Nomor 1, March – April 2012.
Zhong, Xiuhui., Wang, Men., MA, Aituan., Niu, Xiaoei., Shi, Wahyu. 2009.
Effects Of Echinacea purpurea Extract On The Immunological
Response To Infectious Bursal Disease Vaccine In Broilers. Research
Article. Volume 3, Nomor 4.

Anda mungkin juga menyukai