Anda di halaman 1dari 28

1

Eksipen Sediaan Farmasi


Apt. In Rahmi Fatria Fajar, M.Farm

Institut Sains & Teknologi Al-Kamal


Genap 2020/2021
2

Pertemuan 13
Eksipien Protein Peptida
Pendahuluan - protein
• Definisi
▫ Peptida : residu rantai pendek dari sekuens asam amino dan
polipeptida mempunyai rantai asam amino lebih banyak
▫ Protein : kumpulan beberapa polipeptida yang terbuat secara
alami dan memiliki struktur tiga dimensi pada kondisi fisiologis
• Struktur Protein
▫ Primer : urutan sekuens asam-asam amino
▫ Sekunder : meliputi α-heliks yang berpilin dan sheets
▫ Tersier : terjadinya pelipatan rantai sekunder dikarenakan cross-
linking melalui ikatan hydrogen, efek hidrofobik dan salt bridges
menyebabkan bentuk tersier
• Titik isoelektrik : titik dimana pH saat molekul protein memiliki
muatan net kosong dan memiliki kecenderungan untuk self-
associate
Pendahuluan – degradasi protein
• Suatu protein dapat
mengalami degradasi
kimia dan fisika
• Degradasi fisika
menyebabkan terjadinya
perubahan struktur
konformasi dari protein
• Degradasi kimia
menyebabkan modifikasi
protein yang dapat
menyebabkan
terbentuknya senyawa
baru
Pendahuluan – Formulasi protein
• Tujuan formulasi protein secara parenteral  mengidentifikasi suatu
komposisi eksipien yang akan menstabilkan protein terhadap tekanan yang
dialami selama pemrosesan, penyimpanan, dan pemberian
• Fungsi eksipien pada sediaan parenteral:
▫ membantu rekonstitusi dari formulasi liofilisasi
▫ menjaga sterilitas produk multi-dosis
▫ menyediakan isotonisitas
▫ menjaga stabilitas protein
• Liofilisasi : Proses penyubliman air dari larutan beku di bawah tekanan
rendah (vakum) dan teknik yang banyak digunakan untuk pembuatan
bahan biologis kering. Namun, liofilisasi berpotensi menyebabkan
kerusakan protein akibat tekanan baik selama fase pembekuan maupun
pengeringan
Eksipien dalam sediaan protein
Fungsinya dalam formulasi
Komponen
eksipien Cair (Liquid) Liofilisasi

Menjaga pH formulasi selama


Buffer Menjaga pH formulasi selama waktu simpan obat
liofilisasi dan rekonstitusi
Suatu stabilisator juga dapat bertindak sebagai agen
tonisitas, contohnya adalah mannitol. Contoh agen
tonisitas lain yang sering dipakai dalam formulasi protein Stabilisator
namun tidak memiliki fungsi sebagai stabilisator adalah
dekstran, natrium klorida dan gliserin
Stabilisator
Krioprotektan melindungi
Menjaga protein dalam bentuk kompak (poliol)
protein dari freezing stress
Lioprotektan menstabilkan
Meminimalisir interaksi elektrostatik, interaksi antara
protein saat keadaan freeze-
protein-protein (garam)
dried
Eksipien dalam sediaan protein
Fungsinya dalam formulasi
Komponen eksipien
Cair (Liquid) Liofilisasi
Digunakan untuk meningkatkan
Bulking Agent Tidak digunakan
penampilan produk
Digunakan apabila terjadi agegasi
Untuk mencegah/mengontrol agregasi selama liofilisasi
Surfaktan
dan adsorpsi permukaan obat Dapat digunakan untuk mengurangi
waktu rekonstitusi
Eksipien dalam sediaan protein
Fungsinya dalam formulasi
Komponen eksipien
Cair (Liquid) Liofilisasi
Sering tidak digunakan, reaksi
Antioksidan Mengontrol oksidasi protein molekular pada produk liofilisasi
sangat lambat
Ion logam spesifik dimasukkan dalam Ion logam spesifik mungkin
formulasi likuid hanya sebagai ko- dimasukkan dalam formulasi hanya
Ion logam/chleating
faktor sebagai ko-faktor
agent
Chleating agent umumnya tidak
dibutuhkan

Untuk penggunaan dosis ganda Untuk penggunaan dosis ganda


Menyediakan perlindungan terhadap Menyediakan perlindungan terhadap
Pengawet pertumbuhan mikroba dalam pertumbuhan mikroba
formulasi Biasanya ditambahkan pada diluen
dapar
• Protein stabil dalam  Dasar pemilihan dari
 Optimasi range pH
range pH yang sempit buffer yang akan
dalam preformulasi
digunakan

Faktor yang diperluan dalam memilih buffer

1. Jenis buffer dan konsentrasi yang diperlukan berdasarkan pKa


dan pH formulasi
2. Kompatibilitas buffer dan protein dan eksipien lainnya
3. Tidak mengkatalisis terjadinya reaksi degradasi
DAPAR

Eksipien Likuid Lipofilisasi


Non Asam Sodium phosphate (0.2–14.8 Sodium phosphate (0.2–14.4
Amino mg/ml) mg/ml)
  Sodium acetate (0.4–6.8 mg/ml) Sodium citrate (1.1–34.8 mg/ml)

  Sodium citrate (0.5–14.7 mg/ml) Tris (0.8–3 mg/ml)


Asam Amino Histidine (0.9–4.3 mg/ml) Histidine (0.7–8.9 mg/ml)
  Methionine (0.1–3 mg/ml) Methionine (0.06–0.5 mg/ml)
  Glycine (0.1–18.8 mg/ml) Glycine (0.2–25 mg/ml)
  Arginine (4.4–42.1 mg/ml) Arginine (5.4–52 mg/ml)
STABILISATOR

Mekanisme stabilisasi terhadap pembekuan dan pengeringan


Protein tidak bergerak
dalam matriks kaca selama Hipotesis Penggantian Air
pengeringan/dehidrasi (Water Replacement)

• Dapat mencegah terbukanya


• Gula akan melindungi protein selama
pelipatan dan adanya pemisahan
pengeringan dengan mengikat
antara molekul protein untuk gugus polar dengan ikatan
mencegah agregasi hydrogen ketika air dihilangkan
sehingga akan mencegah denaturasi
protein
BULKING
AGENT

• mengkristalkan protein saat proses


freeze drying  produk liofilisasi stabil
Mannitol • Cenderung mengkristal dibawah
kondisi beku
• Melindungi produk akibat stress freeze-
Sorbitol dan thaw
Sukrosa • Lebih resisten terhadap kristalisasi
SURFAKTAN

FUNGSI
• mencegah degradasi
Eksipi Likuid Lipofilis
permukaan
en asi
Asam Polysorbate Polysorbate 80
Amino 80 (0.05–0.7
SURFAKTAN
(0.01–2 mg/ml)  Molekul amfipatik

mg/ml)  Bagian hidrofobik  menduduki posisi antar muka


Polysorbate 20 Polysorbate 20  Bagian hidrofilik  berorientasi pada pelarut
(0.01–2 (0.04–0.4  Yang biasa digunakan : ester asam lemak, seperti
mg/ml) mg/ml) sorbital polisorbat (polisorbat 20 dan 80)
Poloxamer 188 Poloxamer 188
(0.1–8 mg/ml) (1–1.2 mg/ml)
ANTI OKSIDAN
• Fungsi : mengontrol oksidasi protein dan mengikat radikal bebas
• Antioksidan :
▫ Larut air dan aktif selama waktu simpan produk
▫ Bekerja dengan melepas spesi oksifen reaktif yang ada di larutan

PENGAWET

 Biasa diberikan dalam formulasi parenteral yang memiliki dosis ganda


 Fungsi utama : menghambat pertumbuhan mikroba dan memastikan
sterilitas produk selama waktu simpan atau durasi penggunaan produk obat
 Contoh : benzyl alkohol, fenol dan m-kresol
Contoh – contoh eksipien
sorbitol
 Fungsi : Stabilisator protein
 Konsentrasi dalam sediaan parenteral : 10 – 25%
 Mekanisme :
 Melindungi dari interaksi elekstrostatik antar molekul
protein
 Pada konsentrasi tinggi  membentuk matriks kaca
pada protein  menurunkan kelarutan
Polietilen Glikol (PEG)
• Konsentrasi penggunaan :
▫ Sebagai solubilizing: agent 1 – 50 %
• Fungsi : stabilisator dan agen isotonisitas
• Ada beberapa hipotesis dari mekanisme PEG:
▫ Suhu rendah : tidak berinteraksi dengan protein  menstabilkan
konfigurasi
▫ Suhu tinggi : menurunkan jumlah interaksi antar molekul protein
▫ Menurut Lee & Lee :
 Terjadi steric exclusion  prefenrential hydration 
menstabilkan struktur awal dari protein globular dalam larutan
 Ukuran molekular besar  terekslusi dari permukaan protein
 PEG juga dapat bertindak sebagai cryoprotectant
Mannitol
• Fungsi : stabilisator (lioprotektan), pembawa, bulking agent
• Konsentrasi :
▫ Pembawa : 20 – 90%
• Mekanisme stabilisator
▫ Pada formulasi liofilisasi mampu mengkristalkan protein
amorf selama freeze-drying sehingga memberikan stabilitas
struktural pada produk akhir
▫ Ekslusi volume : menyebabkan struktur protein yang lebih
rapat dan stabil sehingga mencegah terjadinya unfolding dan
terbentuknya ikatan disulfide intermolekular
Polisorbat 80

• Fungsi : surfaktan  mencegah atau menghambat agregasi,


pembentukan partikel dan adsorpsi permukaan obat atau
digunakan jika agregasi selama proses liofilisasi
• Mekanisme :
▫ Mencegah molekul protein berinteraksi dengan permukaan 
degradasi karena tegangan antar permukaan diminimalkan
▫ Polisorbat 80 memiliki kemampuan untuk bersaing dengan
protein pada antarmuka.
▫ Bagian hidrofobik molekul surfaktan menempati posisi antar
muka (udara/cairan), sedangkan bagian hidrofilik molekul tetap
berorientasi pada pelarut
EDTA
Nama kimia :
2,2',2'',2'''-(Ethane-
1,2-
diyldinitrilo)tetraace
tic acid

 Fungsi : Antioksidan
 Mekanisme :
 Mengikat kontaminan logam yang akan menyebabkan pembentukan
radikal bebas
 Mengurangi tingkat oksidasi protein secara efektif dengan mengikat ion
logam bebas dalam larutan sebelum mengoksidasi protein
 Mempunyai 2 gugus NH2 bebas dan 4 gugus COOH yang mampu
mengikat logam (sifat ligan multidentate)
Benzil alkohol
• Fungsi :
▫ Pada metode beku-kering dapat diliofilisasi tanpa pengawet
kemudian nantinya dilarutkan dengan pengawet pada saat akan
digunakan
▫ Pada formulasi sediaan cair, efektivitas pengawet dan stabilitas
harus dipertahankan selama masa shelf-life (sekitar 18-24 bulan)
• Konsentrasi : 2.0% v/v pada pemberian parenteral
• Mekanisme :
▫ Menghambat pertumbuhan mikroba bakteri gram-positif, kapang
dan khamir
▫ Menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengubah fungsi
membran bakteria karena sifat lipofiianya
Buffer asetat
Asam Asetat Natrium Asetat

Mekanisme Buffer Asetat :


Mengontrol dan menjaga pH dalam larutan formulasi
Dihindari dalam formulasi dengan metode freeze-dry karena tersublimasi selama liofilisasi
fenol
Sifat Fisikokimia
• Pemerian : massa Kristal atau Kristal tidak berwarna hingga
pink muda, berbentuk jarum, pedas dan bau khas
• Titik leleh : 43.9°C
• Kelarutan : sangat larut pada karbon disulfide, kloroform,
etanol 95%, eter, gliserin; air : 1: 15
• pH : 6.0 (larutan jenuh)
• Stabilitas : ketika terekspos dengan udara dan cahaya, fenol
berubah menjadi warna merah atau coklat karena adanya cemaran logam
• Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan albumin dan gelatin, akan
terjadi pengendapan.

 Fungsi : preservative
 Konsentrasi : 0.5% pada sediaan injeksi
 Mekanisme :
 Menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap berbagai mikroorganisme seperti bakteri Gram-negatif dan Gram-
positif, mycobacteria dan beberapa jamur, dan virus; tapi sangat lambat efektifitasnya terhadap spora.
Asam amino glisin
• Fungsi : bulking agent, stabilisator
• Memiliki kemampuan untuk membentuk produk akhir liofilisasi yang
memiliki bentuk yang kuat, berpori dan memperindah penampilan
akhir
• Dapat juga bekerja sebagai stabilisator dengan mekanisme
preferential exclusion dengan tidak berinteraksi dengan permukaan
protein
Metil paraben
• Fungsi : Melindungi sediaan dari mikroba (pengawet)
• Konsentrasi : 0.065 – 0.25% pada sediaan injeksi atau kombinasi metil
paraben (0.18%) dengan propil paraben (0.2%)
• Mekanisme :
▫ Memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4 - 8
▫ lebih aktif terhadap ragi dan jamur daripada terhadap bakteri
▫ lebih aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan terhadap bakteri
gram negatif
▫ Paraben mampu melewati membran sel sehingga mengganggu biosintesis
protein yang ada di dalam sel  Paraben bereaksi dengan AA bebas
sehingga AA tidak dapat digunakan dalam biosintesis protein
Sukrosa
• Nama kimia : β-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside
• Sifat Fisikokimia
▫ Pemerian : Kristal tidak berwarna, seperit massa atau blok kristal, atau serbuk kristal putih, tidak berbau
dan berasa manis
▫ Titik leleh : 160-186°C

• Kelarutan : kloroform : praktis tidak larut; etanol : 1:400;


etanol (95%) : 1:170; propan-2-ol : 1:400; air : 1:0.5 dan 1:0.2
pada suhu 100°C
• Stabilitas : Sukrosa memiliki kestabilan yang baik pada
suhu ruang dan pada kelembaban yang sedang
• Inkompatibilitas : Sukrosa dapat terkontaminasi dengan logam
berat sehingga dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan
bahan aktif, seperti asam askorbat. Sukrosa juga dapat
terkontaminasi dengan sulfit dari proses pemurnian. Sukrosa
dapat terhidrolisis atau terinversi menjadi dekstrosa dan fruktosa
dengan adanya asam pekat
Sukrosa
• Fungsi : bulking agent dalam formulasi
protein terliofilisasi karena resistan
terhadap kristalisasi oleh karena itu
kemungkinannya kecil untuk berpisah dari
protein ketika proses pendinginan
• Mekanisme :
▫ Sukrosa akan melindungi protein
selama pengeringan dengan
membentuk ikatan hidrogen dengan
protein untuk mencegah denaturasi
protein
▫ Sukrosa memiliki mekanisme
menstabilkan protein mendekati
hipotesis water replacement daripada
28

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai