PENDAHULUAN
Immunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai
beratmolekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan
fraksilain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.
2.1 Definisi
Imunoglobulin intravena (IVIG) adalahproduk darah yangdisiapkan dari serum antara
1000 dan 15 000 donor per batch. Ini adalah pengobatan pilihan untuk pasien dengan
kekurangan antibodi. Untuk indikasiini, IVIG digunakan pada dosis dari 200-400 mg/kg
berat badan, diberikan sekitar3 mingguan.Sebaliknya, dosis tinggi IVIG, diberikan paling
sering pada 2g/kg/bulan, digunakan sebagai agen ‘imunimodulator’ dalam peningakatan
jumlah gangguan kekebalam tubuh dan peradangan. Penyakit yang memerlukan terapi
IVIg anataralaian kawasaki. Disease, Guillain-Barre syndrome, lupus, myositis,
myasthenia gravis,multiple sclerosis, dan pasien penerima transplantasi sumsum tulang
gunamencegah infeksi
Imunoglobulin intravena (IVIG) terbuat dari antibodi yang telah diambil dari 3000-
10000 pendonor darah yang sehat . IVIG digunakan untuk mengobati berbagai gangguan
autoimun, penyakit idiopatik (penyakit tidak diketahui penyebabnya), dan infeksi.
Imunoglobulin (Ig) adalah molekul glikoprotein yang berfungsi sebagai antibodi. Selama
respon imun, antibodi ini berada di peredaran darah, mendeteksi dan mengikat antigen (zat
asing yang mampu merangsang respon imun). Contoh yang termasuk antigen adalah
bakteri, virus, spora jamur, tungau, debu, bulu binatang, dan jamur. Saat antibodi melekat
pada antigen, sel darah putih dirangsang untuk menghancurkan antigen. Karena antibodi
yang ada di peredaran darah, dianggap sebagai bagian dari sistem imun humoral.
Produk immune globulin dari plasma manusia pertama kali digunakan pada tahun 1952
untuk mengobati kekurangan imunoglobulin ( IgG seperti defisiensi ). Awalnya,
pengobatan diberikan secara intramuskular (disuntikkan ke dalam otot). Intravena
(disuntikkan ke pembuluh darah) immune globulin terbukti efektif dalam autoimun
Idiopatik Thrombocytopenic Purpura (ITP) pada tahun 1981. Metode ini lebih dipilih
daripada suntikan intramuskular karena telah terbukti lebih efektif.
Dengan memberikan antibodi terhadap pasien yang sistem kekebalannya melemah,
IGIV dapat membantu mengurangi risiko infeksi. Pengobatan dapat membantu mencegah
pasien dengan penyakit Kawasaki dari mengembangkan aneurisma arteri koroner
(melemah dari arteri utama di jantung). IGIV juga dapat membantu meningkatkan jumlah
trombosit pada pasien yang memiliki Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP).
US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui produk immunoglobulin untuk
pengobatan imunodefisiensi primer, trombositopenia imun-dimediasi, penyakit Kawasaki,
transplantasi sel induk hematopoietik (pada pasien yang berusia lebih dari 20 tahun),
leukemia limfositik sel-B kronis, dan HIV pada anak-anak.
Produk immune globulin mengandung bahan steril, yang dimurnikan dari
imunoglobulin G (IgG). Produk biasanya mengandung lebih dari 95% IgG yang telah
dimodifikasi dan sedikit mengandung immunoglobulin A (IgA) atau immunoglobulin M
(IgM). Antibodi IgG memiliki ukuran paling kecil, tapi merupakan antibody terbanyak
dalam tubuh, jumlahnya 75-80% dari seluruh antibodi dalam tubuh. Antibodi tersebut
berada pada seluruh cairan tubuh. Antibodi IgG dianggap sebagai antibodi yang paling
penting untuk melawan infeksi bakteri dan virus, dan satu-satunya antibodi yang dapat
melewati plasenta selama kehamilan. Antibodi IgA terutama ditemukan di hidung, bagian
saluran napas, saluran pencernaan, telinga, mata, air liur, air mata dan vagina. Antibodi ini
melindungi permukaan tubuh yang sering terkena organisme asing dan zat dari luar tubuh.
Antibodi IgM berada dalam darah dan cairan getah bening, dan IgM adalah antibodi
pertama yang diproduksi sebagai respon terhadap infeksi.
Efek samping dari IVIG terjadi dalam waktu kurang dari lima persen pasien, menurut
para peneliti. Efek samping yang umum biasanya terjadi segera setelah infus dan mungkin
termasuk kemerahan pipi, sakit kepala, menggigil, pusing, keringat berlebih, kram kaki,
rasa sakit dan nyeri di tempat suntikan, kelelahan, nyeri otot, nyeri punggung, mual, dan
tekanan darah rendah.
Karena IVIG yang dikumpulkan dari ribuan pendonor darah, secara teori bahwa
virus atau bakteri dapat ditularkan dalam produk. Namun, sejak tahun 1985, semua produk
yang diuji terbebas dari virus HIV dan hepatitis dan risiko tertular sangat rendah.
2.2 Pembuatan dan Karakterisasi Immunoglobulin Intravena (IVIG)
Immunoglobulin intravena (IVIG) terbuat dari antibody yang telah diambil dari 3.000-
10.000 donor darah yang sehat.
Karakterisasi immunoglobulin intravena:
Produk cairan infus steril, dimurnikan immunoglobulin G (IgG). Mengandung lebih dari 95%
IgG yang dimodifikasi dan hanya mengandung sebuah IgA atau IgM.
a. Pembuatan IVIG
Serum immunoglobulin intravena tersedia dalam pentuk fraksi alkohol yang
diambil dari sediaan banyak pendonor yang sedah dalam masa pemulihan penyakit, baru
saja divaksinasi atau pendonor dengan jumlah antibodi yang cukup. Serum protein
dipisahkan dalam suhu dingin dengan cara presipitasi dengan alkohol pada kekuatan ion
dan pH rendah. Prosedur ini pertama kali dijelaskan oleh Cohen pda tahun 1944 dan sampai
sekarang masih digunakan. Fraksi tersebut kemudian dipisahkan dari serum protein dan
virus hepatitis. Fraksi serum terdiri dari ig G 95-99%. Selain Ig G tersedia juga Ig A, Ig M,
Ig D, dan Ig E dalam serum tetapi bukan merupakan terapi yang signifikan karena
konsentrasinya yang rendah dan masa paruh yang cepat. WHO menetapkan beberapa
kriteria untuk produksi immunoglobulin intravena. Dalam prakteknya semua plasma
dikrining untuk virus hepatitis B, HIV, dan tidak ada peningkatan enzim transaminase.
Dalam sediaan yang dipasarkan diambil plasma dari 3000-6000 donor yang terdiri dari
spectrum antibodi yang luas. Setiap sediaan harus mengandung antibodi yang cukup
terhadap polio, campak, hepatitis B, dan difteri.
b. Sediaan
Sedian imunoglobulin intravena antara lain:
- Intragam P-CSL bioplasma. Sediaan steril, bebas dari immunoglobulin G, larutan
60mg/ml yang diambil dari donor Australia melalui Australian red cross blood service.
- Intragam P hanya mengandung IgA dengan cairan pelarut 100mg/ml maltosa. Tersedia
dalam 3g/50ml dan 12g/200ml.
- Sandoglobulin NF liquid-CSL bioplasma, mengandung Ig G steril tanpa larutan.
Sediaan terdiri dari 6g/50ml dan 12g/100ml.
- Octagam-octapharma. Sediaan steril bebas larutan dari immunoglobulin G 60mg/ml
yang diambil dari banyak donor. Tersedia dalam kemasan 1g/20ml vial dan 2,5g/50ml,
5g/100ml, dan 10g/200ml.
c. Penggunaan:
Produk immunoglobulin telah digunakan untuk pengobatan gangguan autoimun,
penyakit idiopatik dan infeksi. Efek menguntungkan dari IVIG sebagai pencegahan infeksi
pada pasien dengan sindrom imunodefisiensi primer (gangguan disebabkan oleh cacat
genetik pada sistem imun).
IVIG juga digunakan untuk pencegahan infeksi saluran pernafasan bawah, tetapi tidak
untuk saluran pernafasan atas dan selain infeksi pernafasan pada pasien dengan CVID
(Common variable immune deficiency). Peneliti menemukan bahwa pasien CVID dengan
respon infeksi lebih baik dioperasi dan mendapat perawatan. IVIG biasanya disalurkan
secara intravena sekitar 2-4 jam sehari selama 2-7 hari. Pasien biasanya menerima dosis
tunggal setiap 10-21 hari atau setiap 3-4 minggu, tergantung dari tipe dan kondisi tertentu.
Pasien biasanya mulai terjadi respon setelah 8 hari pengobatan. Pengobatan secara terus-
menerus membantu pasien menjaga tingkat kesehatan dari antibodi dalam darah, yang
meningkatkan sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunoglobulin intravena terbukti berhasil digunakan pada pasien yang menerima
terapi imunosupresan seperti pada pasien setelah transplantasi sumsum tulang. Pada suatu
penelitian multisenter buta acak terkendali dibandingkan pemberian dosis imunoglobulin
250 mg/kgBB atau 500 mg/kgBB setiap minggu selama 8 sampai 111 hari, dimana dengan
dosis yang lebih tinggi terdapat pengurangan reaksi penolakan antara donor dan resipien
dan belum ditemukan perbedaan bermakna pada pemberian kedua dosis ini dalam hal
pencegahan infeksi.
Pada pasien ini kejadian sepsis, infeksi pneumonia intersisial sitomegalo virus dan
penyakit antara donor dan resipien berkurang. Limfositik leukemia kronik serta keganasan
sel B lainnya juga berhubungan dengan defisiensi imun humoral. Pemberian
imunoglobulin intravena menurunkan kejadian infeksi bakterial pada pasien ini.
a. Infeksi Bakterial Neonatus
Sepsis neonatal muncul 2 sampai 5 dari 1000 kelahiran. Bayi prematur lebih
rentan terhadap infeksi bakterial karena sebagian besar dari Ig G baru secara
transplasental diturunkan kepada janin pada usia 4 – 6 minggu terakhir
kehamilan. Neonatus ini biasanya rentan terhadap infeksi Streptokokus grup B
(GBS), E.coli dan H.influenza B. Bakteri berkapsul ini membutuhkan antibodi
untuk proses opsonisasi, fagositosis dan pembunuhan. GBS merupakan
penyebab utama sepsis neonatal dan meningitis. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pemberian imunoglobulin sebagai tambahan dari
antibiotik dapat mencegah dan mengobati infeksi GBS pada neonatus.
Imunoglobulin intravena dengan dosis 500 mg/kgBB dapat ditoleransi dnegan
baik pada neonatus. Pada bayi prematur yang sangat kecil dapat diberikan dosis
750 mg/kgBB untuk mencapai dosis terapi dari Ig G dan dan perlu diulang
selama 2 – 3 minggu.
Imunoglobulin intravena terbukti efektif untuk mencegah infeksi awal
pada neonatus dan menurunkan masa perawatan pada bayi prematur dan berat
badan lahir sangat rendah, meskipun tidak menurunkan angka kematian.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa imunoglobulin intravena
bermanfaat sebagai terapi tambahan dari antibiotik pada sepsis neonatal,
penelitian terbaru menyatakan bahwa imunoglobulin intravena bermanfaat bagi
bayi dengan berat lahir sangat rendah dengan kadar imunoglobulin rendah yang
menderita sepsis sebagai alternatif terapi dibanding terapi invasif lain.
Analisa perbandingan perlu dilakukan pada berbagai faktor resiko yang
berbeda seperti kondisi ibu, berat lahir, usia kehamilan, ras, nutrisi, rawatan
antenatal dan perinatal dan beberapa faktor lain. Sebagai tambahan perlu
kebutuhan dosis dan sumber dari imunoglobulin intravena perlu dibandingkan.
Sangat sulit untuk meenetukan manfaat dari imunoglobulin intravena pada
infeksi neonatal bila penelitian serupa belum dilakukan.
b. Infeksi Virus
Neonatus dengan resiko tinggi infeksi saluran nafas atas diberikan
imunoglobulin intravena, sehingga mempunyai kadar antibodi yang cukup
tinggi untuk melawan virus respiratory synctial pada beberapa penelitian
multisenter. Tetapi belum ditemukan efek terapi penting imunoglobulin
intravena pada infeksi melawan virus respiratory synctial dari penelitian multi
senter ini.
e. Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki ditandai dengan demam persisten selama lebih dari
lima hari pada anak usia kurang dari 4 tahun disertai dengan demam
berlangsung selama 5 hari atau lebih, kemerahan pada mata, tangan, kaki,
mulut, dan lidah, ruam dan pembengkakan kelenjar di leher. Penyakit ini
merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri tetapi aneurisma koroner
merupakan komplikasi yang serius pada 25% pasien dan dapat mengantarkan
pada kematian. Imunoglobulin intravena pertama kali digunakan oleh Furusho
pada pasien dengan penyakit Kawasaki. Manfaat dari imunoglobulin intravena
adalah mengurangi terjadinya aneurisma arteri koroner secara bermakna
dengan cara mengurangi inflamasi yang terjadi. Telah ada sekitar 300 publikasi
termasuk controlled trial dan Cochrane review untuk penggunaan IVIG pada
Kawasaki.
Rekomendasi penggunaan adalah 2 gram/kgBB imunoglobulin
intravena sebagai dosis tunggal bersama dengan pemberian aspirin 80 – 1
mg/kgBB/ hari. Dosis ini sama efektif dengan pemebrian 400mg/kgBB/hari
aspirin selama 4 hari. Dengan efek lebih cepat menurunkan demam, proses
inflamasi, angka leukosit. Pada beberapa kasus anak mengalami demam setelah
24 jam masa pemulihan, pada kasus seperti ini dianjurkan untuk diberikan
kembali dosis kedua imunoglobulin intravena oleh karena demam merupakan
faktor resiko terjadinya aneurisma.
3.1 KESIMPULAN
Immunoglobulin intravena sejak pertama digunakan sebagai terapi pada pengobatan
idiopatik trombositopeni purpura terdapat kemajuan pesat dari penggunaan immunoglobulin
sebagai imunomodulator. Mekanisme kerjanya cukup kompleks termasuk modulasi dari
reseptor Fc, terlibatnya aktivasi komplemen dan sitokin kompleks, meregulasi pertumbuhan
sel dan efek terhadap aktivasi, diferensiasi dari sel T dan sel B.
Efek terapi dari immunoglobulin yaitu mempertahankan keseimbangan system imun
seperti pada orang normal. Immunoglobulin intravena bermanfaat untuk beberapa penyakit
tetapi hanya beberapa penyakit yang telah disetujui sebagai indikasi penggunaan
immunoglobulin. Keseluruhan hasil dari konsensus indikasi penggunaan immunoglobulin
intravena sebagai standar terapi.
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesemurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari
sekarang dan kami juga berharap, setelah membaca makalah ini kita menjadi lebih mengetahui
tentang immunoglobulin intravena.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan. dkk. 2008. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya (Edisi Keenam). Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Masyrifah, Mas. 2015. Pola Penggunaan Imunoglobulin Intravena Pada Pasien Guillain –
Barre Syndrome (GBS). Perpustakaan Universitas Airlangga.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&as_ylo=2015&q=imunoglobulin+intravena -
d=gs_qabs&u=%23p%3DEjNGpG21wiIJ (03 Desember 2019)
Murray, Robert. dkk. 2012. Biokimia Harper Ed. 22. Jakarta : EGC