Anda di halaman 1dari 34

IKHTISAR

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTiK KERJA LAPANGAN


DI RUMAH SAKIT dr. CHASBULLAH ABDULMADJID
KOTA BEKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Studi


Diploma III Analis Kesehatan Fakultas Kesehatan
Universitas MH. Thamrin

Disusun Oleh :

Dian Candra Wulandari 1010171005


Sunarsih 1010171137
Anisa Prama Dini Lianti 1010171064

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Umum pelaksaan Praktik Kerja Lapangan Di Laboratorium
Rumah Sakit dr. Chasbullah Abdulmadjid

Laporan Ini Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Drs. Sediarso, M.Farm,Apt) (Catu Umirestu N., SKM., M.KM)

Kepala Instalasi Laboratorium

(Dr.dr.Abas Suherli,Sp.PK (K))

Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin

(Drs. Sediarso, M.Farm,Apt)

i
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i

BAB I...................................................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan....................................................................................................................2

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan............................................................................2

BAB II..................................................................................................................................3

A. Sejarah RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi..........................................3

BAB III.................................................................................................................................5

A. Pra Analisa..............................................................................................................5

B. ANALISA.................................................................................................................8

C. Pasca Analisa............................................................................................................26

D. Limbah..................................................................................................................27

E. Pemantapan Mutu Internal (PMI)........................................................................27

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................................................................27

G. Pengelolaan SDM.................................................................................................29

BAB IV..............................................................................................................................30

A. Kesimpulan...........................................................................................................30

B. Saran....................................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jurusan Analis Kesehatan merupakan institusi
penyelanggaraan pendidikan yang menghasilkan tenaga ahli teknik
laboratorium medik tingkat madya yang mampu bekerja sebagai
pelaksana dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya di
bidang pelayanan di Laboratorium. Oleh karena itu tenaga Ahli
Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) yang dihasilkan harus
terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai
pribadi maupun sebagai tenaga kesehatan yang professional
berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya pembangunan
di bidang kesehatan.
Upaya menghasilkan tenaga ATLM tersebut maka
pelaksanaan pendidikan, terutama proses belajar mengajar perlu
ditingkatkan secara terus menerus baik kuantitas maupun
kualitasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya
dengan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik
melalui latihan kerja pada instansi pelayanan yang disebut Praktik
Kerja Lapangan (PKL), sebagaimana tercantum dalam kurikulum
Jurusan Analis Kesehatan.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat digunakan sebagai
sarana pengenalan lapangan kerja dan penerapan ilmu yang di
dapat selama pendidikan di institusi bagi peserta didik sebelum
bekerja di lingkungan masyarakat. Disisi lain PKL dapat bermanfaat
sebagai informasi bagi pengelola pendidik ATLM, sehingga institusi
pendidikan dapat mengembangkan potensi diri sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

1
Melalui kegiatan PKL peserta didik dapat melihat,
mengetahui, menerima dan menyerap pengetahuan yang didapat
di laboratorium yang ada di rumah sakit.
Praktik Kerja Lapangan adalah suatu bentuk penerapan
pada program pendidikan yang diperoleh melalui kegiatan kerja
secara langsung di laboratorium untuk mencapai keahlian tertentu.

B. Tujuan
1. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam perencanaan,


persiapan dan pengambilan spesimen pada pemeriksaan.
b) Melatih kemampuan mahasiswa dalam pengembangan kerja
sama dengan tenaga kesehatan lain.
c) Dapat mengenal dunia kerja secara nyata dan mampu
bersosialisasi baik dengan orang-orang yang ada di
lingkungan kerja maupun dengan masyarakat.

2. Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan bertujuan untuk memberikan
pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal dalam
memperoleh, mengolah, menganalisis data atau informasi serta
menginterpretasikan hasil disertai sikap profesional sesui dengan
kompetensi profesi.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Tempat : Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalasi
Laboratorium Gedung A RSUD dr. Chasbullah
Abdulmajid Kota Bekasi.
Tanggal : 09 Desember 2019 - 17 Februari 2020
Hari : Senin - Sabtu
Waktu : 07:00-14

2
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. Sejarah RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi


Pada Tahun 1942 saat pendudukan Jepang mendapat perhatian
dan dikembangkan menjadi Poliklinik Bekasi yang dipimpin oleh
seorang patriot pejuang kemerdekaan bernama Bapak Jasman. Tahun
1945 poliklinik tersebut dijadikan basis perlengkapan P3K. tepatnya
pada tanggal 24 Juli 1946.
Pada tahun 1946 kepemimpinan digantikan oleh seorang juru
rawat dari RS Pembantu Banjaran, bernama Bapak S Wijaya Pada saat
kepemimpinannya berubah menjadi RSU Kab. Bekasi dengan
kapasitas 10 tempat tidur dan penambahan bangunan untuk perawat
dan bidan. Kemudian pada Tahun 1956 Bp S Wijaya pensiun dan
digantikan oleh Bp. H. Nadom Miadi. Kepemimpinan Rumah Sakit pada
tahun 1970 dipimpin oleh seorang dokter dibantu beberapa tenaga
medis dan non medis. Sejak saat itu organisasi dan tata laksana RSUD
ditetapkan
Pada tanggal 30 November 2000 ditetapkan Peraturan Daerah
Kota Bekasi Nomor 12 tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Pemerintah Kota Bekasi sekaligus dengan
peningkatan status menjadi RSUD kelas B Non Pendidikan Pemerintah
Kota Bekasi oleh Walikota.
Pada tahun 2001 dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 20
Tahun 2001 tentang Penetapan RSUD Kota Bekasi menjadi Unit
Swadana, Pada tahun 2009 dikeluarkan Peraturan Walikota Nomor
060/Kep.251-Org/VII/2009 tentang RSUD Kota Bekasi menjadi BLUD
dengan status penuh. Tanggal 8 Juni 2016 Nama RSUD Kota Bekasi di
ubah menjadi RSUD dr. Chasbullah A.M yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota Bekasi

3
Dikarenakan salah penulisan nama Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bekasi sesuai dengan Keputusan Wali Kota Bekasi Nomor
445/Kep.332-RSUD/VI/2016 tentang Nama Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Chasbullah A.M Kota Bekasi, maka nama RSUD dr.
Chasbullah A.M diubah kembali menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi sesuai dengan Keputusan
Wali Kota Bekasi Nomor 445/Kep.204-RSUD/IV/2017 tentang
Perubahan Nama Rumah Sakit Umum Kota Bekasi yang ditetapkan
tanggal 3 April 2017.

1. Fasilitas Rumah Sakit terdiri dari:


a. Rawat jalan
b. Rawat inap

2. Pelayanan Penunjang Medis :


a. Laboratorium Patologi Klinik dan Patologi Anatomi
b. Bank Darah
c. Farmasi
d. Hemodialisa
e. Gizi
f. Radiologi

3. Fasilitas Tindakan Medis:


a. Kamar Bedah sentral
b. ICU
c. IGD
d. Anestesi

4
BAB III
KEGIATAN PKL

A. Pra Analisa

1. Administrasi Laboratorium meliputi :


a. Alur pasien dari Instalasi Rawat Inap
b. Alur pasien dari Instalasi Rawat Jalan
c. Alur pasien dari Instalasi Gawat Darurat
d. Alur pasien dari luar RSUD dr.Chasbullah AM Kota Bekasi
e. Alur perjalanan pasien dari pendaftaran sammpai pengambilan
sampel

2. Persiapan permintaan formulir pemeriksaan meliputi :


a. Identitas Dokter Pengirim
b. Identitas Pasien
c. Jenis Pemeriksaan yang ingin diperiksa
d. Diagnosa

3. Persiapan pasien dan kriteria pasien


a. Puasa : Glukosa 8 – 10 jam
Profil Lipid 10 -12 jam
Cholesterol 12 – 14 jam
Selama puasa pasien diperbolehkan minum air putih.
b. Pemeriksaan BTA :
b. BTA I pada saat pemeriksaan pertama
c. BTA II digunakan untuk menampung dahak pagi (bangun
tidur)
d. BTA III digunakan untuk menampung dahak pada setelah
makan pagi

Sebelumnya pasien harus kumur dahulu sebelum


mengeluarkan dahak.

5
c. Penampungan Urine 24 jam
Tampung urine selama 24 jam, urin pertama dibuang yang
selanjutnya ditampung sampai 24 jam berikutnya. Saat urine
mulai ditampung tambahkan Toluen sebanyak 2 ml, dan setiap
penambahan urine, wadah dibolak balik agar homogen.
d. Pemeriksaan Analisa Sperma
Pasien harus absistensia selama 3 – 5 hari.
e. Obat -obatan dan alkohol tidak dikonsumsi

4. Persiapan Peralatan
a. Antikoagulan spesimen yang digunakan

Warna tutup Zat aktif Jenis pemeriksaan


tabung
Ungu EDTA Hematologi dan HbA1c
Merah/kuning Clot Activator Kimia
klinik,Imunoserologi
Biru Sodium sitrat Hemostasis (PT, APTT,
3,2% D-Dimer, INR,
Fibrinogen)

b. Peratalan Pengambilan Sampel


Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang disposible,
bersih, kering, tidak mengandung zat kimia, steril, wadah
spesimen tidak retak, dan mudah dibuka.
Peralatannya sbb :
1) Needle flashback/wingset
2) Tabung vacutainer
3) Alkohol swab
4) Plester
5) Torniquet
6) Syringe 3 cc dan 5cc

6
5. Persiapan Pengambilan Sampel
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen
antara lain :
a. Pastikan identitas pasien benar (nama lengkap, tanggal lahir,
umur, NIK, No Rekam Medis) sesuai dengan formulir
pendaftaran.
b. Tempelkan barcode pada wadah sampel seperti tabung
vocuteiner dan pot sampel sesuai dengan jenis pemeriksaan.
c. Pot plastik yang bersih dan juga steril digunakan untuk
menampung urine,feses,dahak dan cairan tubuh.

6. Temuan Dilapangan

Masalah Pemecahan Masalah

Kesalahan pemberian identitas Sebelum dilakukan penerimaan


pada sampel, formulir yang sampel harus memperhatikan
tidak ada tanda ceklis untuk identitas pasien pada Formulir.
melakukan pemeriksaan Setelah dilakukan pemeriksaan
sehingga terjadi ketidakcocokan pastikan bahwa identitas yang
dengan formulir pemeriksaan ditulis pada sampel sesuai
yang diterima dengan identitas pasien pada.

Pemberiaan tabung sampel Sebelum melakukan


yang berbeda dengan formulir. pengambilan sampel perlu
diperhatikan dengan teliti jenis
pemeriksaan,jumlah sampel
tabung yang diberikan dan
identitas pada sampel tabung.

Urin yang diberikan pasien yang Menginformasikan kepada

7
jumlahnya sedikit untuk pasien untuk ukuran sampel
dilakukan pemeriksaan urin yang dibutuhkan untuk
lengkap. pemeriksaan.

Volume sampel dari ruang rawat Perawat dari ruang rawat inap
inap dan IGD tidak mencukupi dan IGD diberikan informasi
berdasarkan SPO yang ada. mengenai volume darah yang
Sehingga analis tidak bisa dibutuhkan
mengerjakan pemeriksaan dan
menunggu untuk melakukan
pemeriksaan.

B. ANALISA
1. Urinalisa
a. Urinalisa lengkap menggunakan alat Clinitex Status Pus
1) Metode : Fotometer
2) Prinsip : Lampu LED memancarkan cahaya dari panjang
gelombang yang ditetapkan ke permukaan test pad dan
ditangkap oleh detector dan phototransistor yang
mengirimkan sinyal pada A/D converter yang mengubah
data menjadi bentuk digital.
3) Nilai Normal :
a) BJ = 1.003 – 1.030
b) pH = 4.5 – 8.5
c) Protein = negatif
d) Glukosa = negatif
e) Keton = negatif
f) Darah Samar = negatif
g) Bilirubin = negatif
h) Urinobilinogen = +1
i) Nitrit = negatif

8
j) Leukosit = 3 - 5 / LPB

b. Tes Narkoba : Rapid Test (AIM Drugtest Uri Multi Panel A)


1) Metode : Immunokromatografi
2) Prinsip : AIM Drug Uri Multi Panel merupakan
Imunoassay berdasarkan prinsip competitive
binding. Drugs yang terdapat dispesimen urin dapat
berkompetisi melawan masing-masing drug
conjugate untuk terikat dengan antibodi spesifik.
Selama pengujian, spesimen urin berpindah
dengan aksi kapiler. Jika drug terdapat dalam
spesimen urin dibawah konsentrasi cut-off, tidak
akan memenuhi binding site dari antibody yang ter-
coat pada partikel selanjutnya tertangkap oleh drug
conjugate yang termobilisasi dan muncullah garis
berwarna dalam daerah garis test. Jika level drug
diatas konsentrasi cut-off sehingga level drug
memenuhi semua binding site dari antibody yang
ter-coat pada partikel.
3.) Nilai normal :
a) Amphetamine (AMP) : negatif
b) Benzodiazepine (BZO) : negatif
c) Marijuana (THC) : negatif
d) Methamphetamine (MET) : negatif
e) Morphine (MOP) : negatif

4) Interpretasi hasil :
a) Positif : Terbentuk satu garis berwarna pada
zona garis control. Ini menandakan kadar
metabolit narkoba pada sampel diatas Cut off.

9
b) Negatif : Terbentuk 2 garis berwarna pada zona
garis control dan zona garis Test. Hasil negatif
tidak mengindikasikan ketidakadaan obat-obatan
pada sample, tetapi hanya mengindikasikan
bahwa kadar metabolit narkoba pada sampel
dibawah Cut-off.
c) Invalid :Tidak timbul garis berwarna pada zona
garis control, atau muncul satu garis pada zona
test. Test diulangin dengan strip baru.
d)
c. Tes Kehamilan: Rapid
1) Metode : Immunokromatografi
2) Prinsip : Tes diagnosis cepat hCG merupakan
pendeteksi awal adanya kehamilan berdasarkan
immunoassay kromatografi dengan mendeteksi
kadarnya secara kualitatif dalam urin. Tes ini
menggunakan kombinasi antibodi monoklonal hCG
untuk mendeteksi kadar hCG dengan sensitifitas 25
mIU/mL atau lebih.
3) Interpretasi Hasil :
a) Positif : terbentuk 2 garis berwarna pada zona garis
Test dan zona garis Control
b) Negatif : terbentuk 1 garis berwarna pada zona garis
Control
c) Invalid : tidak timbul garis berwarna pada zona
Control tetapi terbentuk garis warna pada zona garis
Test. Test diulang dengan strip baru
d. Pemeriksaan Feses, meliputi :
1) Makroskopis :
a) Warna
b) Bau / aroma

10
c) Konsistensi
d) Campuran(Lendir, Darah Samar)
e) pH
2) Mikroskopis
Metode : Preparat akan diwarnai menggunakan
Eosin 2%. Pemeriksaan amylum menggunakan
zat warna lugol 2%, sedangkan lemak dapat
terwarnai oleh zat warna sudan III. Pada LPB/LPK
dibaca sbb:
a) Leukosit
b) Eritosit
c) Kristal
d) Bakteri
e) Serat, amilum, lemak
f) Sel ragi/jamur
g) Telur dan cacing
h) Parasit lainnya

e. Pemeriksaan Cairan Tubuh (Transudat, Eksudat),


meliputi:
1) Makroskopis:
a) Warna
b) Kekeruhan
c) Bekuan
d) Berat Jenis
e) pH

2) Mikroskopis
a) Hitung Jumlah Sel
b) Hitung Jenis:
3) Metode : Rivalta Test

11
4) Nilai Normal : negatif
5) Interpretasi hasil :
a) Positif : terjadi kekeruhan seperti awan
b) Negatif : tidak terjadi kekeruhan
2. Kimia Klinik
a. Chemistry Analyzer COBAS 6000
1) Metode : spektofotometri
2) Prinsip : Cahaya putih dari lampu halogen
tungsten ditangkap oleh lensa kondensor
pertama, kemudian mengalami pemantulan dari
cermin pantul dan dipertajam oleh lensa
kondensor kedua, selanjutnya cahaya akan
melalui kuvet dan berinteraksi dengan campuran
reagensia dan bahan pemeriksaan yang telah
selesai bereaksi. Cahaya yang diteruskan dari
kuvet tersebut diarahkan dan dipusatkan oleh
lensa kondensor ketiga kemudian ditangkap oleh
sejenis cermin cekung reflective grating spreads
menjadi cahaya.

b. Pemeriksaan Elektrolit (Elektrolit Analyzer)


1) Metode : Spektrofotometri
2) Prinsip : ketika ion-ion elektrolit masuk pada
elektroda timbul potensial listrik sebanding
dengan konsentrasi ion elektrolit. Kemudian
potensial listrik tersebut dikuatkan dan
dikonversikan melalui prosesor menjadi nilai
konsentrasi ion elektrolit.
c. Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)( Nova
Biomedical Blood Gas Analyzer(pHOx Analyzer)
1) Metode :

12
a) pH → Ion Selektif Elektrode (ISE)
b) pCO2 → Reflame Photo
c) pO2 → Reflame Photo
d) SO2 → Severinghous-Type Electrode
2) Prinsip : Gas pada sampel yang diambil
melalui probe akan masuk ke setiap sel
secara bergiliran dimana gas sampel akan
dibandingkan dengan gas standar melalui
pemancar sistem infra red. Variasi panjang
gelombang yang dihasilkan akan dikonversi
receiver menjadi signal analog berbentuk
angka.

3. Hematologi
a. Alat Mindray BC 6800
1) Metode : Automated Blood cell counter
2) Prinsip :
a) Metode sheath flow impedance ,laser scatter
dan SF cube cell analysis ( menggunakan
analisis 3D dari cahay scatter dan laser dari 2
sisi dan sinyal fluoresens) untuk diferensiasi
dan perhitungan sel.
b) Kolorik untuk menentukan hemoglobin.

3) Nilai Normal:
a) Wanita : 12 -16 g/dL
b) Pria : 14 – 18 g/dL

b. Pemeriksaan Sel LE

13
1) Metode : Metode Magath dan Winkle
2) Nilai Normal : negatif

c. Pemeriksaan Morfologi Darah Tepi


1) Alat : Objek glass
2) Metode : Pewarnaan Wright
3) Prinsip : darah diteskan di objek glass, di
paparkan (spreading) kemudian dikeringkan
dengan bagian ekor diatas, dicat lalu dilihat di
bawah mikroskop.

d. Pemeriksaan Apus Darah Tebal Malaria


1) Alat : Objek glass
2) Metode : pewarnaan wright

e. Pemeriksaan Golongan Darah


1) Metode : Slide aglutinasi
2) Prinsip : Reaksi antara Antibodi dan antigen
terjadi aglutinasi. Eritrosit golongan darah A akan
beraglutinasi dengan anti A, Eritrosit golongan
darah B akan betaglutinasi dengan anti B dan
eritrosit rhesus positif akan beraglutinasi dengan
anti Rhesus (anti D).

3) Interpretasi hasil :
(1) Ada aglutinasi : positif (+)
(2) Tidak ada aglutinasi : negatif (-)
Anti
Anti A Anti B Anti D Gol.darah/Rh
AB

14
A/+
B/+
AB/+
O/+

f. Pemeriksaan LED
1) Metode : Westergreen
2) Prinsip : Darah yang dicampurkan dengan
antikoagulan dan didiamkan dalam suhu kamar
maka eritrosit akan mengendap didasar tabung
dan plasma dibagian atas.
3) Nilai Normal :

Pria <10 mm

Wanita <15 mm

4. Imunoserologi
a. Mini Vidas
1) Metode : ELISA
2) Prinsip : Mini Vidas adalah Immunology
Analyzer yang bekerja secara otomatis
dengan menggunakan teknologi pembacaan
Enzyme-Linked Fluorescence Immuno-Assay
(ELFA). Sampel dan reagen ditempatkan
dalam reagen strip siap pakai dan fase padat
berupa solid phase receptacle (SPR). Prose
sterils pengetesan dilakukan secara otomatis
dan hasil pembacaan fluorescence yaitu
relative fluorescence value (RFV) akan

15
dikonversikan menjadi hasil akhir tes kualitatif
maupun kuantitatif.

3) Pemeriksaan : HbsAg, Anti HAV IgM,Total


Triiodothyroine (T3), Total Tiroxin (T4), Free
Triiodothyroine (FT3),Free Tiroxin (FT4),
Tyroid Stimulating Hormon (TSH), Anti
HIV, PSA, CA 125.

b. Cobas E 411
1) Metode : ECLIA
2) Prinsip : Cobas E 411 adalah Immunology
Analyzer yang bekerja secara otomatis dengan
menggunakan teknologi pembacaan
Electrochemiluminescence (ECL). ECL adalah
proses steril di mana spesimen yang sangat
reaktif dihasilkan dari prekursor stabil di
permukaan elektroda. Spesies yang sangat
reaktif ini bereaksi satu sama lain, menghasilkan
cahaya. Sampel dan reagen ditempatkan dalam
reagen strip siap pakai dan fase padat berupa
solid phase receptacle (SPR). Proses steril
pengetesan dilakukan secara otomatis dan hasil
pembacaan fluorescence yaitu relative
fluorescence value (RFV) akan dikonversikan
menjadi hasil akhir tes kualitatif maupun
kuantitatif.

c. Pemeriksaan Widal
1) Metode : Slide

16
2) Prinsip : Antibody salmonella sp yang terdapat
dalam serum bereaksi dengan antigen yang
terdapat pada reagen yang ditunjukkan dengan
aglutinasi.
3) Nilai Normal : negatif
4) Interpretasi hasil:
(1) Negatif → tidak terjadi aglutinasi
(2) Positif → terjadi aglutinasi

d. Pemeriksaan CRP
1) Metode : Slide (latar belakang hitam)
2) CRP yang sebagai antigen dalam serum bereaksi
dengan antibody spesifik yang terdapat pada
partikel latex yang akan mengakibatkan terjadinya
reaksi aglutinasi.
3) Nilai Normal : negatif ≤ 75 µg/l
4) Interpretasi hasil :
(1) Negatif → tidak terjadi aglutinasi
(2) Positif → terjadi aglutinasi

e. Pemeriksaan RF
1) Metode : Aglutinasi
2) Prinsip : Adanya protein abnormal yang terdapat
pada pasien yang menderita rheumatoid factor
yang terdeteksi menggunakan suspensi dari
butiran latex yang dilapisi dengan gamma
globulin manusia yang akan diaglutinasi dengan
adanya factor rheumatoid. didasarkan. Jika dalam
serum mengandung RF maka akan terbentuk
aglutinasi.
3) Nilai Normal : negatif

17
4) Interpretasi hasil :
a) Positif : Adanya aglutinasi
b) Negatif : Tidak adanya aglutinasi

f. Pemeriksaan ASTO/ASO
1) Metode : Aglutinasi langsung/Aglutinasi direk
lateks
2) Prinsip : Aglutinasi lateks yang dikarenakan
berikatannya antigen streptolisin O pada serum
pasien dengan anti steptolisin O dalam reagen.
3) Nilai Normal : negatif
4) Interpretasi hasil:
a) Positif : Terjadi aglutinasi
b) Negatif : Tidak terjadi aglutinasi

g. Pemeriksaan HBsAg
1) Metode : Rapid/ immunokromatografi (ICT)
2) Prinsip : Serum yang mengandung antigen
Hepatitis B masuk kedalam bantalan, antigen
tersebut akan berikatan dengan antibody HBs,
ikatan tersebut selanjutnya akan bergerak hingga
berikatan kembali dengan antibody yang spesifik
yang berada pada bagian T dan akan
menimbulkan garis pada alat (sandwich
immunoassay)

3) Nilai Normal : negatif


4) Interpretasi hasil :
a) Positif → terdapat garis pada zona
garis control dan test

18
b) Negatif →terdapat garis pada zona
control, namun pada zona garis test
tidak ada garis
c) Invalid → tidak ada garis pada zona
control

h. Pemeriksaan Dengue NS1 antigen


1) Metode : Immunokromatografi Test
2) Prinsip : Pemeriksaan terhadap antigen Non
Structural 1 Dengue (NS1) yangdapat mendeteksi
infeksi virus dengue lebih awal dibandingkan
pemeriksaan antibodidengue.Antigen virus
dengue yang ada dalam sampel akan bereaksi
dengan konjugat emas yang diikat oleh antibody
monoclonal NS1 anti dengue sehingga timbul
garis warna pada daerah tes.
3) Nilai Normal: negatif
4) Interpretasi hasil :
a) Positif : terdapat garis pada zona
garis control dan test
b) Negatif : terdapat garis pada zona
control, namun pada zona garis test
tidak ada garis
c) Invalid : tidak ada garis pada zona
control

i. Pemeriksaan dengue IgM/IgG


1) Metode : Imunokromatografi Test
2) Prinsip : Suatu cara penetapan kualitatif yang
didasarkan pada prinsip sandwich

19
immunochromatography. Pada tes ini sampel
bermigrasi melalui bantalan absorbent setelah
penambahan diluent. Anti-human IgM colloid gold
conjugate membentuk kompleks dengan antibody
IgM dari sampel.

j. Pemeriksaan anti HCV (rapid test anti HCV ‘tridot’)N


1) Metode : Immunokromatografi Test
2) Prinsip : Berdasarkan reaksi Imunologis antara
antibody spesifik dalam spesimen dengan
recombinan antigen HCV capture (inti, NS3, NS4,
NS5) pada membrane test yang dilapisi protein-A
koloidal gold conjugate membentuk flokulasi
berwarna merah.
3) Nilai Normal : negatif
4) Interpretasi hasil :
a. Postitif (+) : titik berwarna merah pada
zona C dan ada titik warna merah
pada zona T1 ataupun T2 atau
keduanya.
b. Negatif : (-) titik berwarna merah pada
zona C dan tidak ada ada titik merah
pada zona T1 dan T2
c. Invalid : Invalid ditandai dengan
tidak adanya titik pada bantalan test
dan background berwarna putih
ataupun merah.
k. Pathfast
1) Prinsip: Chemiluminescent immuno assay
(CLEIA) dan metodologi magtration
2) Pemeriksaan : Troponin, D-dimer.

20
l. Pemeriksaan CD4
1) Metode : Alere PIMA
2) Sel CD4 yang berikatan dengan dua antibodi (anti
CD3 dan anti CD4) yang telah dikonjugasi
pewarna fluoresens akan mengeluarkan cahaya
dengan panjang gelombang spesifik.
3) Nilai normal :
(1) CD4 absolut : 410 – 1590 sel/µL
(2) Nilai normal persentase CD4 : 31 – 60 %

5. Mikrobiologi
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Pewarnaan Gram.
b. Pewarnaan BTA.
c. Identifikasi Biakan dengan Bact/Alert.
d. Pemeriksaan identifikasi dan resistensi
Alat : Vitek 2TM Compact.
e. Uji Kepekaan Antibiotik (Cara Difusi Cakram
Standar).
f. Identifikasi MTB Rifampicin dengan Gen-Expert
6. Bank Darah
a. Pemeriksaan Golongan Darah
1) Metode : Aglutinasi Langsung
2) Prinsip : Antisera yang terdapat antibody IgM yang
tanpa diketahui akan mendeteksi adanya antigen
yang kompatible sehingga terbentuk aglutinasi Ag-
Ab.
b. Crossmatch
1) Metode : Gel Test

21
2) Prinsip : Sel darah merah yang peka terhadap
antibody akan menggumpal dengan adanya
pereaksi globulin anti-man dalam kartu gel dan
terjebak dalam kolom gel. Sel darah merah yang
tidak bereaksi tidak terperangkap oleh matriks gel.
Reaksi dibaca dan dinilai sesuai demgan pola
reaktivitasnya.

7. Patologi Anatomi
a. Alur Pemeriksaan Sitohistologi
Sampel datang

Setelah didaftarkan sampel dicentrifugasi dengan


kecepatan 8000 rpm selama 10 menit

Endapannya dibuat apusan di objek glass

Setelah kering apusan difiksasi dengan alkohol


96% selama 30 menit(semakin lama semakin
bagus

Kemudian apusan diwarnai dengan pewarnaan


papanicolou

b. Alur Pemeriksaan Histologi

22
Sampel datang (sudah dalam keadaan difiksasi
dengan formalin 76%)

Dicatat oleh petugas penerimaan sampel

Dibilling dan diberikan label sesuai dengan no urut


dan tahun

Jaringan dibawa keruang prosecing

Jaringan dipotong makroskopik dan dimasukkan


ke dalam kaset

Lalu jaringan melalui proses dehidrasi dan


rehidrasi atau disebut clearing

Proses blocking menggunakan alat Histocenter


(membuat block parafin)

Dibekukkan atau didingkan menggunakan


godplate

Setelah beku, dibuka besi baloknya

23
Blok parafin dibersihkan dan diratakan sampai
pada jaringan

Blok parafin dipotong mikroskopik menggunakan


mikrotom toleransi ketebalan 0,2 – 0,5 mikron dan
bila jaringan berupa lemak 0,6 mikron maksimal

Hasil pemotongan dimasukkan kedalam waterbath


dengan suhu panas 37 – 40 ᵒC

Lalu diambil dengan objek glass

Setelah kering diletakkan diatas hotplate

Diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin eosin

c. Tissue Processing (proses dehidrasi dan rehidrasi)

24
4. Temuan
Bidang Masalah Pemecahan
Masalah
Kimia Klinik Pemisahan darah untuk pemisahan
dengan serum serum dan darah
yang tidak digunakan pipet
memakai pipet yang sesuai
akan dengan yang
menimbulkan dibutuhkan
kurang sempurna
pemisahan serum
dan darah

Mikrobiologi Sampel untuk Diberikan


pemeriksaan BTA Informasi kepada
seringkali bukanlah pasien mengenai
sputum,melainkan cara
air liur sehingga mengeluarkan
dikhawatirkan hasil dahak yang benar.

25
pemeriksaan kurang
akurat.

C. Pasca Analisa
1. Penyimpanan spesimen

Spesimen yang diambil harus segera diperiksa,karena


stabilitas spesimen dapat berubah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara
lain :
a. Terjadinya kontaminasi oleh bakteri dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadinya penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.
Spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Berikut adalah beberapa cara penyimpanan :
a. Disimpan pada suhu kamar.
b. Disimpan pada lemari es dengan suhu 2 – 8 ᵒC.
c. Dibekukan pada suhu -20ᵒC , -70ᵒC atau -120ᵒC dan
jangan
sampai terjadi beku ulang.
d. Dapat diberikan pengawet.
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk
serum.

2. Masalah

26
Hasil pemeriksaan print out pasien rawat inap yang dibawa
oleh petugas rawat inap tidak tersampaikan oleh keluarga
pasien atau hasil pemeriksaan hilang.
3. Pemecahan Masalah
Diprint kembali hasil pasien tersebut dan diserahkan
langsung ke keluarga pasien atau kebagian ruang rawat inap.

D. Limbah
Bentuk limbah yang dihasilkan berupa :

1. Limbah Cair : langsung dibuang ke IPAL.

2. Limbah Non Infeksius : limbah kertas,plastic dll

3. Limbah Infeksius : alat suntik, sarung tangan ,kapas


alcohol,masker botol specimen, kemasan reagen yang akan
diambil oleh PT Wastec untuk dimusnahkan.

E. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


Dilakukan dengan cara kontrol harian dengan bahan kontrol
yang terstandar.

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan
bagian dari pengelolaan secara keseluruhan. Laboratorium dalam
melakukan berbagai tindakan dan kegiatan selalu berhubungan dengan
spesimen. Semua bahan pemeriksaan yang dikirim ke laboratorium
berpotensi infeksius. Artinya kemungkinan mengandung virus dan
bakteri yang berbahay bagi petugas laboratorium. Petugas laboratorium
seharusnya menghindari dirinya terhadap ancaman penularan dengan
cara menggunakan alat-alat pengaman yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan pada saat ini.

1. Petugas / Tim K3 Laboratorium

27
Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksaan keamanan
laboratorium terutama untuk laboratorium yang melakukan
berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana,
diperlukan tim fungsional keamanan laboratorium. Kepala
Pelayanan Laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi
dalam pelaksanaan K3 di Instalasi Laboratorium.

2. Sarana dan Prasarana


Yang perlu disiapkan di Laboratorium antara lain :
a. Jas Laboratorium (berkancing,lengan panjang dengan
elastic pada pergelangan tangannya).
b. Sarung tangan.
c. Masker.
d. Sepatu tertutup rapat.
e. Wastafel yang dilengkapi sengan sabun dan air
mengalir atau disinfektan.
f. Pipetting dan alat bantu pipet.
g. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum,lanset.
h. Eye Washer (Irigasi mata).

G. Pengelolaan SDM
Peningkatan mutu Tenaga Analis meliputi Pendidikan,
kesejahteraan dan kesehatan, terdiri dari:
1. Kegiatan Orientasi
Staf baru yang diterima di Instalasi Laboratorium,terlebih dahulu
di berikan kegiatan orientasi pelayanan Instalasi Laboratorium, agar

28
staf baru tersebut siap bekerja dan siapp memberikan pelayanan
yang optimal di Instalasi Laboratorium berkordinasi dengan bagian
Diklat Rumah Sakit.

2. Penilaian Kerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian kompetensi yang meliputi:
a. Kompetensi Dasar.
b. Kompetensi Teknis
c. Kompetensi Manajerial dam terpimpin
3. Pelaksaan Diklat,terdiri dari
1. Diklat orientasi karyawan baru.
2. Aula seminar

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil yang kami dapatkan selama PKL di Laboratorium Patologi
Klinik RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengalaman untuk menghadapi pasien secara
langsung. Dengan berbagai karakter pasien yang ada.

29
2. Menambah pengetahuan wawasan dan keterampilan dalam
proses pra analitik, analitik dan pasca analitik.
3. Menjalin kerjasama dan komunikasi dengan rekan kerja sejawat
serta
4. Bersosialisasi dengan teman sejawat
5. Menambah pengalaman dalam pemeriksaan yang tidak ada di
institusi Universitas
6. Melatih mental mahasiswa sebagai tenaga laboratorium, untuk
lebih disiplin , teliti dan hati-hati dalam melakukan suatu pekerjaan,
serta bertanggung jawab. Atas segala sesuatu yang di kerjakan
7. Meningkatkan keterampilan diri dalam melakukan kegiatan
operasional didalam laboratorium
8. Mahasiswa dapat terjun langsung dalam melakukan pemeriksaan
terhadap pasien sampel klinis dari pasien
9. Kami menemukan beberapa perbedaan antara pembelajaran di
universitas M.H Thamrin sebagai berikut :
Universitas M.H Thamrin RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi
Saat pembuatan SAD memakai Saat pembuatan SAD memakai
pewarnaan Wright pewarnaan Giemsa
Pembuatan coiling hanya Pembuatan coiling dengan
memakai spirtus dan ose besi menggunakan ose steril dan
memakai biosafety
Pembacaan uji resistensi bakteri Pembacaan uji resistensi bakteri
masih menggunakan manual menggunakan alat automatic
dengan penggaris biomic

B. Saran
1. Untuk Lahan PKL
a. Agar lebih memperhatikan Quality control alat-alat Laboratorium
sebelum dilakukan pemeriksaan dan Pemeliharaan alat secara

30
berkala untuk menghindari adanya masalah atau gangguan
pada alat.
b. Agar lebih meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien
c. Untuk bagian petugas sampling sebaiknya dilakukan
penambahan SDM agar mempercepat pengambilan sampel.
d. Untuk para petugas Laboratorium agar lebih memperhatikan
keselamatan kerja APD yang sesuai SOP yang ada ( yaitu
handscoon dan Masker)
e. Untuk para petugas admin laboratorium lebih meningkatkan
SOP pemakain handscoon saat menerima sampel dan
meningkatkan ketelitian identitas pasien pada sampel

31

Anda mungkin juga menyukai