Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH GENG MOTOR TERHADAP PERILAKU ANAK SMA/SMK

Dea Trisya Nadia, Imatul Anam

Fakultas Psikologi Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia (Dea trisya nadia)

email: Deatrisyanadia@gmail.com

Fakultas Psikologi Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia (Imatul anam)

email: anamimatul@gmail.com

Abstrak
Kenakalan remaja khususnya geng motor di kota Bandung merupakan masalah
memprihatinkan. Tingginya perhatian publik terhadap munculnya fenomena geng motor
di kalangan remaja di kota Bandung berawal pada saat geng motor mulai melakukan aksi-
aksi brutalnya di beberapa titik di kota Bandung. Beberapa pelaku geng motor paling
banyak melibatkan remaja yang pada umumnya berstatus sebagai pelajar SMA. Hasil
penelitian mengindikasikan, munculnya fenomena geng motor di kalangan remaja
kurangnya perhatian di lingkungan keluarga. Selain itu, kurangnya wadah berekspresi
bagi remaja untuk mengembangkan bakat, minat dan hobinya di berbagai bidang
kreatifitas turut menyebabkan seorang remaja ikut pada pengaruh buruk geng motor.
Geng motor menanamkan nilai perkawanan dan kekerasan di dalam diri setiap
anggotanya, maka dari itu geng motor menjadi sesuatu yang menarik bagi remaja.
Keywords : Kenakalan remaja, geng motor.

PENDAHULUAN

Kenakalan remaja adalah tindakan melanggar peraturan atau hukum yang


dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja. Perilaku yang ditampilkan dapat
bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar
peraturanperaturan sekolah, melanggar jam malam yang ditetapkan orangtua, hingga
kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat
terlarang, dan sebagainya. Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan
menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja (juvenile deliquency)
yang merupakan salah satu penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat
adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma
umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah
laku umum. Disebut juga sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang
terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit (Kartono, 2010: 4).
Kejahatan/kenakalan remaja ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/ kenakalan
anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang deliquen
atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat (Kartono, 2010:
6).

Fenomena geng motor di Indonesia telah meningkatkan kesadaran sosial karena


perbuatan mereka yang menyebabkan kekerasan, perampokan dan bahkan pembunuhan.
Mayoritas anggota geng motor adalah anak-anak muda yang cenderung membuat
masalah karena ingin membuktikan eksistensi mereka di antara kelompok atau geng lain.
Agar dapat menjadi yang paling kuat dan ditakuti oleh teman sebayanya, geng motor
berkeliling di malam hari dan memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi sebelum
akhirnya memulai kebrutalan mereka. Kejadian tersebut mengkhawatirkan karena: 1)
eksistensi mereka tampak semakin tersebar luas, terutama di kota-kota besar dan wilayah
sekitarnya; 2) populasi geng semakin banyak; 3) tindakan mereka dinilai cenderung
semakin nekat dan brutal. Kondisi demikian merupakan persoalan yang cukup serius.
Dalam banyak kasus tindakan mereka tidak hanya sebatas kenakalan, pelanggaran norma
sosial dan mengganggu ketertiban umum semata tetapi sudah mengarah kepada tindakan
kriminal, seperti: penyerangan terhadap orang lain, perampasan, penganiyaan dan
pembunuhan. Tindakan anggota geng motor selain dapat merugikan atau mengancam
keselamatan orang lain juga potensial merusak dirinya sendiri.

Kartini Kartono (2003: 12) menjelaskan bahwa geng deliquen banyak tumbuh
dan berkembang di kota-kota besar, dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan
dalm bentuk pencurian, perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar dan
menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional, melakukan tindakan
kekerasan meneror lingkungan, dan lain-lain.

Pada umumnya, anak-anak remaja ini sangat agresif sifatnya, suka berbaku
hantam dengan siapa pun tanpa sebab yang jelas, dengan tujuan mengukur kekuatan
kelompok sendiri, serta membuat onar di tengah lingkungan. Kelompok geng motor
memiliki karakteristik, yaitu jumlah anggotanya sekitar antara 3-40 anak remaja, tetapi
jarang beranggotakan lebih dari 50 anak remaja; lebih banyak remaja laki-laki daripada
anak perempuan, walaupun ada juga anak perempuan yang ikut dalam geng motor
(Kartini-Kartono, 2003: 15-16).

Fenomena yang terjadi di kota Bandung menjadi awal milenium jadi waktu
paling krusial karena empat pilar komunitas motor di Bandung Raya yakni Moonraker,
Exalt To Creativity (XTC), Grab on Road (GBR) dan Brigadir Seven alias Brigez
mencapai perkembangan pesat. Pertumbuhan anggota dari keempat pilar meningkat
tajam. Formulir pendaftaran anggota tersebar bebas di tempat nongkrong para remaja
SMA di Kota Bandung. Wajar jika kemudian remaja SMA menjadi anggota strategis dari
keempat pilar. SMA BPI dan SMA Negeri 22 Bandung jadi basis utama XTC. Sementara
SMA Taman Siswa dan SMA Negeri 7 Bandung jadi rumah yang nyaman bagi Brigez.
Moonraker lebih masif lagi karena tersebar di wilayah Bandung bagian timur dan utara.
Bahkan Moonraker mendominasi sebagian wilayah Cimahi. Sementara GBR memiliki
pergerakan yang senyap dan terorganisir. "Ada kebanggan ketika bergabung dengan
komunitas. Itu merupakan ruang eksistensi dan ekspresi yang ditemukan dari pergaulan,
salah satunya melalui geng motor," ujar antropolog dari Universitas Padjadjaran Budi
Rajab kepada ayobandung.com.

Faktor penyebab munculnya geng motor bagi remaja masuk sebagai anggota
geng motor, dapat memenuhi beberapa kebutuhan. Pertama, kebutuhan membuktikan diri
sebagai laki-laki sejati. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan, setelah bergabung dengan
geng motor merasa menjadi hebat. Kedua, kebutuhan sosialisasi dengan teman sebaya.
Ketiga, sebagai salah satu sarana atau cara bagi para remaja dalam mengisi waktu yang
selalu luang bagi anggota yang tidak bersekolah atau bekerja. Dengan begabung dalam
geng motor, remaja merasa mendapatkan segala sesuatu yang dapat menghilangkan beban
dalam pikiran mereka. Mereka dapat mendapatkan status, aksi-aksi bersama, ikatan
persahabatan, simpati, kasih sayang, prestise, harga diri, dan rasa aman.

Tujuan dalam artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku anak
remaja ketika mengikuti/ masuk geng motor dan apakah latar belakang mereka yang
terjebak dengan aktivitas ini. Demikian juga halnya penelitian ini juga ingin mengetahui
apakah faktor yang mendorong remaja terlibat dalam aktivitas ini.
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode interview atau wawancara secara mendalam (indepth
interview) terhadap informan dari kalangan geng motor yang tersebar di kota Bandung.
Penelitian ini juga akan dilengkapi dengan studi kepustakaan, utamanya pengumpulan
literatur, sumber bacaan yang didapat dari artikel ilmiah baik jurnal maupun buku,
informasi juga akan didapatkan dari publikasi berita dari beragam media massa yang
memberitakan menganai kasus geng motor di Bandung khususnya dan Indonesia pada
umumnya. Metode wawancara dilakukan dengan pendekatan wawancara antar pribadi
berstruktur secara mendalam. Metode ini digunakan karena pemahaman yang mendalam
perlu diperoleh untuk mengetahui mengapa mereka terlibat dalam aktivitas ini. Subjek
dalam penelitian ini adalah geng motor yang ada di Bandung dan kelompok geng motor
ini telah memenuhi untuk dijadikan subjek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar-dasar Patologi Sosial (Dr. Adon Nasrullah Jamuludin)


2. https://www.ayobandung.com

Anda mungkin juga menyukai