Anda di halaman 1dari 33

6

BAB II

TEORI DASAR SISTEM PLUMBING

2.1 Prinsip Dasar Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih

Fungsi sistem peralatan plambing adalah menyediakan air bersih ke

tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup dan membuang air

kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.

Selain itu, peralatan plambing ditujukan juga dalam pencegahan kebakaran,

penyaluran gas, dan penyaluran air hujan dalam suatu bangunan.

Dalam perencanaan sistem plambing air bersih, terdapat hal penting yang

harus diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan

air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran

dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin

timbul jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih dan

pencegahan kebakaran.

2.2 Klasifikasi Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan, dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Sistem Sambungan Langsung


7

Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan

pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan

dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada umumnya pada perumahan dan

gedung kecil tekanan dalam pipa utama terbatas dan dibatasinya ukuran pipa

cabang dari pipa utama. Ukuran pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh

Perusahaan Air Minum.

Gambar 2.1 Sistem sambungan langsung.

Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem


Plambing, 1984

b. Sistem Tangki Atap

Pada sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah. (dipasang

pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan
8

ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai

tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke seluruh bangunan.

Sistem ini diterapkan karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat

plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat

perubahan muka air dalam tangki atap.

2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara

otomatik dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali

kemungkinan timbulnya kesulitan.

3. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi

muka dalam tangki atap.

4. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya

tangki tekan.
9

Gambar 2.2 Sistem Tangki Atap

Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan Sistem


Plambing, 1984.

c. Sistem Tangki Tekan

Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telah ditampung dalam

tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara

di dalamnya terkompresi.air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem

distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu

detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa :

pompa berhenti bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas maksimum

yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas

maksimum tekanan yang ditetapkan juga. Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 1-

1.5 kg/cm2. Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume

udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi

air. Jika awalnya tangki tekan berisi udara bertekanan atmosfer, kemudian diisi

air, maka volume aur yang akan mengalir hanya 10% volume tangki. Untuk

mengatasi hal ini, dimasukkan udara kempa bertekanan lebih besar daripada

tekanan atmosfer.

Kelebihan Sistem Tangki Tekan adalah:

1. Dari segi estetika tidak menyolok jika dibandingkan dengan tangki

atap.

2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin

bersama pompa-pompa lainnya.


10

3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus

dipasang di atas menara.

Kekurangannya adalah pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan

keausan pada saklar lebih cepat.

Gambar 2.3 Sistem Tangki Tekan

Sumber ; Sofyan-Morimura, Perancangan dan


Pemeliharaan sistem Plambing, 1984

d. Sistem Tanpa Tangki

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,

tangki tekan maupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi

bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misal : pipa utama

PDAM)

Sistem penyediaan air bersih yang dipakai untuk perkantoran umumnya

adalah sistem tangki atap. Demikian pula dalam perencanaan Tugas Akhir ini,

sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan :


11

1. Dengan adanya roof tank maka ketersediaan air akan terjaga setiap

waktu khususnya pada saat pemakaian puncak.

2. Perubahan tekanan yang terjadi tidak begitu berarti, hanya akibat

perubahan muka air dalam tangki.

3. Menghemat kerja pompa.

2.3 Laju Aliran

Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan,

kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran

air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. jumlah dan laju aliran air

tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Metode

penaksiran laju aliran air.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya laju

aliran air, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Jumlah Pemakai

Metode ini didasarkan atas pemakaian air rata-rata sehari dari setiap

penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian

air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum

ditentukan. Metode ini praktis utnuk tahap perencanaan dan perancangan. Apabila

jumlah penghuni diketahui, atau ditetapkan untuk suatu gedung maka angka

tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan

”standar” mengenai pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan
12

gedung tersebut. tetapi bila jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir

berdasarkan luas lantai dan menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luas lantai

gedung yang dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80

persen dari luas seluruhnya.

Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya

digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa, dsb.

Sedangakn untuk pipa yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa

penyediaan air (misalnya pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-

pipa dalam seluruh jaringan.

b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing

Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat

diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus

diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.

c. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing

Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban

(fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat

plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan

kurva. Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing

dengan laju aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan

serempak dari alat-alat plambing.


13

Gambar 2.4 Hubungan antara unit beban plambingdengan laju aliran.

Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor (flush valve), Kurva
(2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor (flush tank).

Sumber : Sofyan-Morimura, Perancangan dan Pemeliharaan sistem


Plambing,1984

2.4 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Air

Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam

pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena
14

pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah

kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar

dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakai

atau alat yang harus dilayani.

Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kPa

(0,5 kg/cm2)(SNI, 2000). Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan

“standar” adalah 1,0 kg/cm2 sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara

4,0 sampai 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 sampai 3,5 kg/cm2 untuk

hotel dan perumahan. Disamping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak

dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari suatu batas

minimum.

Tekanan minimum yang dibutuhkan oleh alat plambing dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

Tekanan yang dibutuhkan


Nama Alat
(kg/cm2)

Katup gelontor kloset 0,71)

Katup gelontor peturasan 0,42)

Keran yang menutup sendiri 0,73)

Pancuran mandi dengan pancaran 0,7

halus/tajam
15

Pancuram mandi biasa 0,35

Keran biasa 0,3

Gambar 2.5 : Tabel Tekanan Minimum Yang Diperlukan Alat Plambing


Sumber : SNI 03-7065-2005

Catatan:

1) Tekanan minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset

dan urinoir yang dimuat dalam tabel ini minimal adalah tekanan

statik pada waktu air mengalir dan tekanan maksimal adalah 4

kg/cm2.

2) Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau

tekanan air nya kurang dari minimal yang dibutuhkan maka katup

tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih akan

menetes dari keran.

Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah

kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadang-

kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari pipa. Biasanya digunakan

standar kecepatan sebesar 0,9 sampai 1,2 m/dtk, dan batas maksimumnya berkisar

antara 1,5 sampai 2,0 m/dtk. Batas kecepatan 2,0 m/dtk sebaiknya diterapkan

dalam penentuan pendahuluan ukuran pipa. Dilain pihak, kecepatan air yang

terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek kurang baik dari segi korosi,

pengendapan kotoran ataupun kualitas air.


16

2.5 Sistem Penyediaan Air Bersih

Pada sistem ini,sumber air bersih yang didapatkan untuk penyuplaian air

bersih pada gedung ini ada 2 sumber,yaitu :

Sumber air bersih dari PDAM dan air bersih dari Deep Well (sumur

dalam). Dimana sumber air bersih yang didapat dari PDAM kontinyu mengalir

untuk menyuplai air bersih selama 24 jam dan ditampung dalam Ground Water

Tank(tangki air bawah tanah) dan disalurkan ke Roof Water Tank(tangki atas)

untuk menampung debit air yang dipompakan melalui pompa air bersih.

1. Sumber air bersih dari Deep Well

Sumber air bersih yang didapat dari deep weel tidak kontinyu seperti

sumber air bersih dari PDAM,karena sumber air dari deep well hanya akan

digunakan apabila penyuplaian debit air bersih dari PDAM mengalami

hambatan(rusak),sumber air bersih dari deep well sama dengan sumber air

bersih pada perumahan yang didapat dari proses pengeboran dalam

tanah,hanya skala proses pengambilan sumber air bersih dari deep weel

lebih besar dibandingkan dengan sumur pompa rumahan,dan air bersih

yang didapat langsung disalurkan ke Ground Water Tank (tangki air

bawah) dengan pompa deep well.

2.6 Peralatan dan Perlengkapan (Equipment) Untuk Penyediaan Air

Bersih

Pengertian equipment disini adalah untuk menjelaskan peralatan dan

perlengkapan yang akan digunakan dalam pengerjaan instalasi sistem


17

plumbing,dan dimana equipment untuk sistem air bersih yang digunakan pada

gedung ini,sebagai berikut :

2.6.1 Pompa-pompa

1. Pompa Air Bersih

Pompa yang menyedot air bersih dari tangki bawah dan mengalirkannya

Gambar 2.6 Pompa Air Bersih

2. Sand Filter

Untuk menyaring kotoran dari air tangki atas setelah melewati proses

carbon filter.

Gambar 2.7 Sand Filter

3. Carbon Filter

Untuk menyaring kotoran dari air tangki atas lalu di alirkan ke sand filter.
18

Gambar 2.8 Carbon filter

4. Pompa boster

Pompa boster ini berada pada atap gedung,dimana fungsi dari pompa

tersebut adalah untuk menambah tekanan air,agar cepat mengalir ke bawah.

Pompa boster ini hanya melayani 4 lantai paling atas,karena pada posisi ini daya

gravitasi air sangat kecil untuk mengalir ke bawah.

Gambar 2.9 Pompa Boster

5. Ground Water Tank(GWT)

Biasanya disebut dengan tangki air bawah,karena berada di lantai paling

bawah(basement). Fungsinya untuk penampungan bak air bersih. Air yang


19

ditampung di tangki bawah yaitu dari PDAM yang kontinyu selama 24 jam dan

Deep Weel. Tangki air bawah ini mempunyai 2 bak penampungan dengan

kapasitas masing-masing 125 m3 air.

Gambar 2.10 Ground Water Tank

6. Roof Water Tank

Biasanya disebut dengan tangki air atas,karens berada di atap gedung.

Untuk penampungan air atas,dimana air tersebut dialirkan dari tangki bawah.

Tangki atas ini terbuat dari berbahan FRP(Fiberglass Reinforced Plastic). Tangki

air atas ini mempunyai kapasitas 5m3 air.

Gambar 2.11 Gambar Roof Tank


20

2.6.2 Deep Well

Deep weel ini sama seperti sumur pompa di rumah-rumah,mengambil

sumber air dalam dari tanah(sumur dalam). Deep well ini berfungsi untuk

memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada gedung ini.

Tetapi air bersih dari deep well ini hanya digunakan apabila supply air dari

PDAM mengalami keterlambatan atau kerusakan,maka air dari PDAM mengalami

keterlambatan atau kerusakan,maka air bersih deep weel ini digunakan untuk

memenuhi kebutuhan air bersih.

Gambar 2.12 Diagram Deep Well

1. Pengeboran

Proses ini berada di dekat taman belakang pada gedung ini,agar

mendapatkan air yang bersih pengeboran dilakukan dengan kedalaman 90m.

Karena di kedalaman itu didapatkan hasil air yang bersih untuk memenuhi

kebutuhan air bersih.


21

Gambar 2.13 Tempat Pengeboran

2. Pompa Deep Weel

Pompa ini diletakkan di atas lubang yang telah dilakukan pengeboran

dengan pemasangan pipa-pipa PVC dan galvanis yang masuk ke dalam lubang

tersebut untuk mengambil air bersih dari tanah,posisi ini sama dengan pompa

sumur yang ada di rumah-rumah, Pompa ini berfungsi untuk menyedot air bersih

dari tanah yang telah dilakukan pengeboran dan langsung dilairkan ke tangki air

bawah untuk disatukan dengan air bersih dari PDAM. Pompa ini akan bekerja

apabila supply air bersih dari PDAM itu mengalami keterlambatan atau

kerusakan,maka air bersih dari deep weel ini yang dipakai untuk memenuhi

kebutuhan air bersih pada gedung ini.

Gambar 2. 14 Pompa Deep Well


22

2.6.3 Instalasi Plumbing Penyediaan Air Bersih

Instalasi plumbing ini yaitu rangkaian pipa-pipa dalam sistem penyediaan

air bersih. Sistem ini adalah dimana sumber air bersih diambil dari PDAM

dimasukkan ke dalam bak penampung air bersih Ground Water

Tank(GWT),sedangkan sumber air yang berasal dari tanah atau sumur dalam(deep

weel) dimasukkan kedalam penampung air baku(raw water tank).

Air dari Deep Weel ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga

sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air yang

berada di raw water tank diolah(treatment) di instalasi Water Treatment Plant dan

selanjutnya dialirkan ke tangki air atap(roof tank) dengan menggunakan pompa

transfer. Distribusi air bersih pada empat lantai teratas untuk mendapatkan

tekanan cukup umumnya menggunakan pompa pendorong(booster

pump),sedangkan untuk lantai-lantai di bawahnya dilairkan secara gravitasi.

2.6.4 Peralatan Utama

Pada gedung ini peralatan utama yang digunakan adalah pipa dan

sambungan pipa yang telah ditetapkan berdasarkan standar HASS 204,dan pada

instalasi plumbing penyediaan air bersih gedung ini menggunakan 3 macam jenis

pipa,yaitu :

1. Pipa UPVC(Unplastized Polyvinyl Chloride)

Pipa ini sering digunakan pada pembangunan dalam melakukan instalasi

plumbing,baik pembangunan pemukiman maupun gedung. Pipa ini terbuat dari

dari bahan UPVC(Unplastized Polyvinyl Chlooride) yang banyak kelebihannya


23

dibanding material polimer lainnya,seperti : tahan terhadap

korosi,kuat,ringan,mudah dalam penyambungan dan pemeliharaan. Dalam gedung

ini pipa UPVC ini hampir semua digunakan untuk instalasi plumbing kecuali

instalasi air panas. Dan sistem setiap penyambungan pipa ini dilakukan dengan

menggunakan perekat pipa(lem).

Gambar 2.15 Pipa UPVC dan perekat pipa

2. Pipa PPR(Polypropylene Random)

Pipa ini hanya digunakan untuk instalasi air panas,dimana pada gedung ini

dipasang untuk kamar mandi eksekutif. Dan pipa ini terbuat dari Polypropylene

Random type 3,yang merupakan material propylene dengan random copolymer

yang disingkat PP-R type 3,yaitu produk yang dirancang untuk mengaliri air

panas dan dingin bertekanan. Sistem penyambungan yang digunakan oleh pipa

PPR adalah sistem penyambungan heat fusion dengan menggunakan alat pemanas

yang praktis dan mudah.


24

Gambar 2. 16 Pipa PPR dan Alat Pemanas.

3. Pipa Galvanis

Pipa ini digunakan untuk keperluan instalasi air bersih,dimana

pemasangan pipa galvanis itu disambungkan dengan pompa dan valve. Pipa

galvanis yang dipakai pada proyek ini adalah pipa galvanis GIP kelas

medium,sesuai dengan standar SNI(Medium A)

Gambar 2. 17 Pipa Galvanis

2.7 Kebutuhan Air

Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh

penghuninya ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan

fasilitas bangunan.
25

Kebutuhan air didasarkan atas sebagai berikut :

a. Keperluan-keperluan : untuk minum,memasak/dimasak,untuk keperluan

mandi,buang air besar dan kecil,untuk mencuci pakaian,cuci tangan,cuci

peralatan dan cuci perlengkapan,serta untuk proses seperti industri.

b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi : air panas,water cooling/AC dan kolam

renang,air mancur/taman.

c. Kebutuhan yang sifatnya tetap,air untuk hydrant dan air untuk springkler.

d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan.

Besar kebutuhan air,khususnya untuk kebutuhan manusia,dihitung rata-rata

per orang per hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan untuk kegiatan

manusia tersebut.

No Penggunaan Gedung Pemakaian Air Satuan

1 Rumah Tinggal 120 Liter/penghuni/hari

2 Rumah Susun 100(1) Liter/penghuni/hari

3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari

4 Rumah Sakit 500(2) Liter/siswa/hari

5 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari

6 SLTP 50 Liter/siswa/hari

7 SMU/SMK dan Lebih 80 Liter/siswa/hari

tinggi

8 Ruko/Rukan 100 Liter/penghuni dan pegawai/hari


26

9 Kantor/Pabrik 50 Liter/pegawai/hari

10 Toserba, Toko Pengecer 5 Liter/m2

11 Restoran 15 Liter/kursi

12 Hotel Berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari

13 Hotel Melati/Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari

14 Gedung Pertujukan, 10 Liter/kursi

Bioskop

15 Gedung Serba Guna 25 Liter/kursi

16 Stasiun/Terminal 3 Liter/penumpang tiba dan pergi

17 Peribadatan 5 Liter/orang belum dengan air wudhu

Gambar 2.18 Kebutuhan Air Menurut Tipe Bangunannya

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

Untuk kebutuhan puncak, air yang harus disediakan dinyatakan dalam fixture

unit (unit beban) alat plambing. Dengan unit beban alat plambing inilah

selanjutnya dapat ditentukan ukuran pipa.

UBAP UBAP
No Alat Plambing
Pribadi Umum

1 Bak Mandi 2 4

2 Bedpan Washer - 10

3 Bidet 2 4
27

4 Gabungan Bak Cuci dan Dulang Cuci pakaian 3 -

5 Unit Dental atau Peludahan - 1

6 Bak Cuci Tangan Untuk Dokter Gigi 1 2

7 Pancaran Air Minum 1 2

8 Bak Cuci Tangan 1 2

9 Bak Cuci Dapur 2 2

10 Bak Cuci Pakaian (1 atau 2 kompartemen) 2 4

11 Dus, setiap kepala 2 4

12 Service Ink 2 4

13 Peturasan Pedestal Berkaki - 10

14 Peturasan wall lip - 5

15 Peturasan Palung - 5

16 Peturasan dengan tangki gelontor - 3

17 Bak Cuci, bulat atau jamak setiap kran - 2

18 Kloset dengan katup gelontor 6 10

19 Kloset dengan tangki gelontor 3 5

Gambar 2.19 Tabel Unit Beban Alat Plambing

Sumber : SNI 03-7065-2005


28

Catatan:

1. Beban alat yang tidak tercantum dalam tabel harus diperkirakan

dengan membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing

yang memakai air dalam debit yang sama.

2. Beban yang tercantum dalam tabel adalah seluruh kebutuhan.

3. Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin

mempunyai beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang

tercantum dalam table.

Jumlah air yang digunakan menjadi faktor kontrol untuk memilih sumber air

yang akan digunakan dan menentukan volume tangki air yang harus

disediakan.Dalam menghitung jumlah peralatan plambing,diperlukan tabel yang

memuat tipe bangunan dan peralatan kebutuhan untuk penyambungan dengan air

bersih.

Jumlah alat plambing yang dibutuhkan dalam suatu tempat Perkuliahan

ditentukan berdasarkan SNI 03-6481-2000 yang mengelompokkan Perkuliahan ke

dalam jenis hunian sekolah. Sedangkan jumlah alat plambing untuk

karyawan/dosen ditentukan berdasarkan hunian usaha.

Di perkuliahan harus disediakan alat plambing untuk mahasiswa berdasarkan

kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

1).Sebuah kloset untuk tiap 100 orang mahasiswa laki-laki dan sebuah kloset

untuk tiap 45 orang mahasiswa perempuan di perkuliahan.

2). Sebuah bak cuci tangan untuk tiap 50 orang mahasiswa.


29

3). Sebuah peturasan untuk tiap 30 orang mahasiswa laki-laki.

4.) Sebuah pancaran air minum atau alat plambing yang sejenis untuk tiap 150

orang mahasiswa,tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang-kurangnya

disediakan pada tiap lantai yang ada ruang kelasnya.

5). Bila terdapat lebih dari 5 orang karyawan dan dosen, alat plambing harus

disediakan lagi, sekurang-kurangnya jenis dan jumlahnya sama seperti yang

dipersyaratkan pada hunian usaha.

6). Alat plambing semacam ini harus diletakkan di ruang terpisah dari ruang

alat plambing yang disediakan bagi mahasiswa.

7). Fasilitas toilet untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah dan mudah

dicapai serta mudah digunakan.

Jumlah Bak Jumlah


Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Cuci Karyawan/Dosen
Kloset Karyawan/Dosen Karyawan/Dosen Peturasan
Tangan Laki-laki

1 1~10 1 1~20 1 31~75

2 11~30 2 21~40 2 76~185

3 31~50 3 41~60 3 186~305

4 51~75 4 61~80

5 76~105 5 81~100
30

6 106~145 6 101~125

7 146~85 7 126~150

8 186~225 8 151~175

9 226~265 9 176~205

Karyawan/dosen lebih dari Karyawan/dosen lebih dari 305


Karyawan/dosen lebih dari 205
265 orang, ditambah 1 orang, ditambah 1 peturasan
orang, ditambah 1 bak cuci untuk
kloset untuk setiap untuk setiap pertambahan 120
setiap pertambahan 30 orang
pertambahan 40 orang orang

Gambar 2.20 Tabel Jumlah Kloset, Bak Cuci Tangan, dan Peturasan Untuk
Hunian Usaha Sumber : SNI 03-6481-2000

Catatan :

1. Hunian usaha harus dilengkapi dengan sebuah pancaran air minum

atau alat plambing sejenis untuk setiap 75 karyawan/dosen.

2. Jumlah kloset di ruang toilet laki-laki dapat diganti dengan

peturasan sekurang-kurangnya ½ jumlah kloset yang

dipersyaratkan, bila jumlah karyawan laki-laki lebih dari 30 orang.

3. Fasilitas toilet untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah, serta

harus mudah dicapai.

Rumus-rumus yang akan digunakan untuk perhitungan kebutuhan air

bersih pada penulisan ini (Sofyan-Morimura : Perancangan dan Pemeliharan

Sistem Plambing,1984)
31

Rumus perhitungan jumlah penghuni

Luas Bangunan / ruangan


Jumlah penghuni : …….……………………………(2.1)
Beban penghunian

Rumus pemakaian air rata-rata perhari.

Qd
Pemakaian air rata-rata per hari : Qh  …………………………………. (2.2)
T

Qd : Jumlah penghuni x pemakaian air per orang/hari.

Qh : Pemakaian air rata-rata (m3 / h)

Qd : Pemakaian air rata-rata sehari (m3 )

T : Jangka waktu pemakaian (h)

Rumus pemakaian air pada jam puncak : Qhmax  (C1 ) x (Qh ) …..(2.3)

Dimana konstanta untuk “C1” antara 1.5 sampai 2.0 tergantung kepada

kepada lokasi,sifat penggunaan gedung,dsb. Sedangkan pemakaian air

pada menit puncak dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

(C2 ) x(Qh )
Qmmax  ………………………………………………………………………….(2.4)
60

Sedangkan konstanta untuk “C2” antara 3,0 sampai 4,0.


32

Rumus perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan jenis dan jumlah alat

plambing dengan menghitung kebutuhan air yaitu :

Jumlah alat plambing x keb. air alat plambing x beban pemakaian(2.5)

Rumus perhitungan kebutuhan air dalam satu kali pemakaian.

Vap  Bwap xT p ………………………………………………………………………………….. (2.6)

Keterangan :

Vap : Volume air dalam 1 kali pemakaian per alat saniter (l)

Bwap : Beban unit alat plumbing (l)

Tp : Waktu pemakaian (s).

Rumus perhitungan kebutuhan air dalam satu hari.

Vap/hari  (Vap x n)nap ……………………………………………………………………….(2.7)

Keterangan :

Vap/hari : Volume air pemakaian per hari (l/h)

Vap : Volume air dalam 1 kali pemakaian (l)

n : Jumlah pemakaian dalam 1 hari

nap : Jumlah alat alat saniter (pcs)


33

2.8 Meter Air

Umumnya, meter air dipasang untuk menghitung besar air yang disuplai ke

sebuah gedung dari jaringan sumber air kota. Pada gedung, agar air yang dipakai

penghuni gedung dapat dihitung semuanya, maka meter air harus diletakkan tepat

setelah titik masuk air kesetiap ruang pengguna air dari sumber utama. Namun

untuk kondisi bangunan yang tidak memungkinkan penempatan meter air pada

titik masuk air, meter air diijinkan untuk dipasang diluar gedung atau pada lokasi

tertentu di dalam gedung dengan posisi yang aman terlindung dari bahaya, dan

dapat ditutup dengan box. Dalam perancangan meter air diletakkan dan dipasang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga penempatannya memudahkan

meter air untuk dibaca, diinspeksi keadaannya dan terlindung dari bahaya

kerusakan. Meter air juga tidak boleh diletakkan diruang bawah tanah agar

memberikan kenyamanan dan kemudahan untuk mengetes meter air dan ketepatan

penghitungan jumlah air yang dipakai.

2.9 Tangki-Tangki Penyediaan Air Bersih

Beberapa persyaratan konstruksi dan penempatan tangki penyediaan air

bersih adalah sebagai berikut:

a. Tangki penyediaan air harus direncanakan, dibuat sedemikian

rupa sehingga tidak bocor, tahan terhadap binatang perusak,

korosi dan tekanan yang timbul pada waktu penggunaannya.

b. Tangki harus mempunyai perlengkapan sedemikian rupa,

sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan aman dan mudah.


34

c. Kapasitas tangki tunggal di suatu gedung tidak boleh lebih dari

115 m3. Bila beberapa tangki dengan jumlah kapasitas lebih dari

115 m3 di tempatkan di atas atap datar dan pengurasannya

dibuang di atas atap tersebut, maka pipa penguras tangki harus

dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pembuangan

penguras dapat terbagi ke drainase atap yang terpisah-pisah.

d. Tangki yang dipasang pada lantai terbawah yang berjarak

dengan bak penampung air kotor atau air buangan harus tidak

kurang dari 5 meter.

e. Ruang bebas di sekeliling tangki untuk pemeriksaan dan

perawatan, di sebelah atas, dinding, dan di bawah dasar tangki

harus minimal 60cm.

f. Lubang perawatan berdiameter minimal 60cm, dengan tutup

lubang harus berada kira-kira 10cm lebih tinggi dari permukaan

plot tutup tangki, mempunyai kemiringan yang cukup.

g. Pipa keluar dari tangki dipasang minimal 20cm diatas dasar

tangki.

h. Konstruksi tangki tekan harus memenuhi syarat sesuai dengan

ketentuan.

i. Tangki gravitasi atau tangki tak bertekanan harus tertutup dan

dilengkapi dengan ven, yang bukaannya dilindungi terhadap

masuknya serangga.
35

j. Tangki tidak boleh diletakkan diatas lubang pada lantai atau

atap. Penembusan pipa yang melayani tangki pada lantai atau

atap harus rapat air.

k. Tangki gravitasi penyediaan air minum atau lubang pemeriksaan

pada tangki tekanan penyediaan air minum tidak boleh

ditempatkan langsung dibawah pipa air kotoran atau pipa

pembuangan.

Untuk tangki penyediaan air bersih yang sekaligus melayani keperluan

rumah tangga dan sistem hidran kebakaran atau sistem sprinkler otomatis, harus

memperhatikan perancangan dan perencanaan sebagai berikut :

a. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga dapat

menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk

sistem tersebut.

b. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan sehari-hari pada

ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum

yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan.

c. Mempunyai lubang aliran keluar untuk sistem hidran kebakaran pada

ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum

yang diperlukan untuk hidran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis

dapat dipertahankan.

Rumus perhitungan perencanaan volume tangki yang berfungsi

menyimpan air untuk kebutuhan air bersih dan pemadam kebakaran dapat

dihitung dengan rumus :


36

Vr  Qd  QsT ………………………………………………………………………………….(2.8)

Keterangan :

Qd : Jumlah kebutuhan air per hari (m 3 /h)

Qs : Kapasitas pipa (m 3 /h)

T : Rata-rata pemakaian per hari (m 3 )

Vr : Volume tangki air minum (m 3 )

Rumus perhitungan kapasitas efektif tangki atas dinyatakan dengan rumus :

Ve  (Q p  Qmax )Tp  Q pu x Tpu …………………………………………………..(2.9)

Keterangan :

Ve : Kapasitas efektif tangki atas (l)

Qp : Kebutuhan puncak (l/min)

Qmax : Kebutuhan jam puncak (l/min)

Qpu : Kapasitas pompa pengisi (l/min)

Tp : Jangka waktu kebutuhan puncak (min)

Tpu : Jangka waktu kerja pompa pengisi (min)


37

Biasanya kapasitas pompa pengsisi sebesar Qpu = Qmax. Dan air yang

diambil dari tangki atas melalui pipa pembagi utama dianggap sebesar Qp. Makin

dekat Qpu dengan Qp makin kecil ukuran tangki atas. Berlaku ketentuan Qp =

Qm-max dan Qpu = Qmax = Qh – max. Kapasitas suatu pompa tergantung dari

debit air yang dialirkan dan tinggi dorong(H). Tinggi dorong adalah suatu nilai

yang dihasilkan oleh tekanan pompa dan disebut juga dengan tinggi angkat. Hal-

hal yang mempengaruhi dalam penentuan jenis pompa yaitu,tinggi hisap,kapasitas

pompa,sifat zat cair yang dipompakan,tinggi angkat(head),pemipaan,penggerak

dan ekonomi.

a. Laju aliran air.

Dalam sistim tangki atas,kapasitas pompa ditentukan berdasarkan

kebutuhan air pada jam puncak(Qpu = Qmax)

b. Diameter pipa.

Diameter pipa hisap dan pipa tekan disesuaikan berdasarkan

spesifikasi pompa yang akan digunakan.

c. Tinggi angkat.

Tinggi angkat pompa dinyatakan dalam rumus berikut ini :

2
H  H s  H d  H fsd  v
2g
………………………………………………………(2.10)

2
H  H a  H fsd  v
2g
38

H : Tinggi angkat total (m)

Hs : Tinggi hisap (m)

Hd : Tinggi tekan

Ha : Tinggi potensial (m)

Hfsd : Kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan (m)

2
v : Tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa.
2g

Anda mungkin juga menyukai