Ahmad Raihan Nuari - Unimed
Ahmad Raihan Nuari - Unimed
ABSTRACT
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang
mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah
dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Serta dalam
implikasinya UKM mampu menyerap banyak tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan referensi
dari literatur yang berkaitan dengan tema penelitian. Dari studi literatur yang ada menganjurkan
pentingnya UKM harus ada disetiap daerah-daerah baik di desa maupun di kota dan mampu
mengatasi permasalahan dalam UKM.
Pendahuluan
Hanya sektor UKM yang mampu bertahan dari krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1998, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. Krisis ini telah
mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu
persatu bangkrut karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang
meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan
berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari
sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena
tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar tetap bertahan,
bahkan cendrung bertambah. (Departemen Koperasi, 2008)
UKM memiliki potensi yang begitu besar namun kenyataanya UKM masih
mengalami berbagai hambatan maka tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat
membantu dan mengatasi permasalahan dalam UKM sehingga hasil penelitian membawa
dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
Pemerintah dan sektor perbankan juga sangat penting terkait dengan segala hal
mengenai pendanaan UKM, terutama dari sisi pemberian pinjaman atau penetapan
kebijakan. Peran dari para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat
pula kita kesampingkan. Dalam pengembangan UKM para perilaku usaha tidak hanya
bisa dilaksanakan secara parsial, melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan
ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi
(terutama pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan
ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM. Pemerintah pada
intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap
kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi. Maka dalam hal ini penulis
menawarkan solusi melalui “Pentingnya UKM Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia”.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Berdasarkan beberapa defenisi UKM di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa UKM
merupakan suatu kegiatan usaha menghasilkan laba yang dikerjakan satu orang atau lebih sesuai
kelompok usahanya.
Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,
dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta menumbuhkan wirusahawan baru
yang tangguh.
a. Faktor Internal
Kurangnya permodalan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan
suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil
dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang
mengandalkan pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan
modal pinjaman dari bank atau keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan
secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha
keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan
formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap
management pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang
dengan optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif
sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing
produk yang dihasilkan.
Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,
mempuanyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang
rendah, oleh karena penduduk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai
kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang telah mempunyai jaringan
yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional
dan promosi yang baik.
b. Faktor Eksternal
Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku tahun 2003 dan APEC
tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing
dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah
dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas.
Sebagian besar produk Industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai
produk-produk fasion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.
Terbatsanya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.
Usaha pemerintah dalam menbantu usaha kecil dan menengah dilakukan di dua arah,
yaitu yang berkenaan dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dikebijakan fiskal
pemerintah berusaha untuk meningkatkan dan memberikan bantuan kepada usaha kecil dan
usaha menengah agar dapat berkembang dengan baik. Proyek Bimbingan Pengembangan
Industri Kecil (BIPIK). Dalam hal kebijakan moneter, pemerintah mengembangkan program
khusus kredit lunak untuk menunjang pengembangan perusahaan-perusahaan kecil milik
pribumi, seperti KIK (Kredit Investasi Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen).
Pengawasan usaha- usaha kecil yang telah dan yang dianggap perlu dibantu melalui badan-
badan milik negara juga merupakan bagian dari program kebijakan moneter. (Tejasari, 2008)
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Jakarta: Bank
Indonesia.
Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia.
Depkop. Jakarta.
Ikhsan, M. 2004. Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka Menegah: Peran
Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Analisis Sosial 9 (2):1- 31
Jafar, Mohammad Hafsah.2004. “ Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)”,
Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004.
Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia,
Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2007. Ekonomi Pembangunan (Proses, masalah, dan kebijakan). Jakarta:
Kencana Prenada.
Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam penyerapan Tenaga
Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Thoha, M. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. LIPI. Jakarta.