Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

SEBAGAI SARANA ALTERNATIF PENCEGAHAN KONFLIK

Yuli Adhani
Universitas Negeri Jakarta
Email: adhaniyuli@yahoo.co.id

Abstract
This article provided an overview of the concept of multicultural education as an alternative means of
conflict prevention. The method used to support the writing of this article is the study of literature. Point of this
article is that multicultural education is a process of developing the full potential of human being respectful to
plurality and heterogeneity as a consequence of the diversity of culture, ethnicity, religion, economic, social and
political background. As one of the world’s biggest multicultural country, Indonesiais supposed develop multicul-
tural education as an alternative to prevent social and cultural conflict that often occurs in Indonesia. In addition
build a multicultural society in Indonesia can not be taken for granted by trial and error. On the contrary build-
ing multicultural society should be pursued in a systematic, programmatic, integrated and sustainable. This is
because the multicultural reality in Indonesia is an asset that makes Indonesian culturallu very rich. Therefore,
it is necessary for Indonesia to maintain and preserve its rich culture.
Keywords: multicultural education, conflict

Abstrak
Artikel ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang konsep pendidikan multikul-
tural sebagai sarana alternatif pencegahan konflik. Metoda yang digunakan untuk mendukung
penulisan artikel ini adalah studi kepustakaan. Beberapa poin utama dalam artikel ini adalah bah-
wa pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan seluruh potensi manusia yang
menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya, suku, agama,
ekonomi, sosial dan politik. Sebagai salah satu negara multikulural terbesar didunia sudah se-
harusnya Indonesia mengembangkan pendidikan multikultural sebagai salah satu alternatif
mencegah konflik sosial budaya yang sering kali terjadi di Indonesia. Pembangunan masyarakat
multikultural Indonesia tidak bisa dengan cara taken for granted atau trial and error, sebaliknya
harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan. Hal ini di-
karenakan realitas multikultural yang ada di Indonesia merupakan kekayaan dan kekuatan bu-
daya yang sepatutnya dijaga dan dilestarikan.
Kata kunci: pendidikan multikultural, konflik

A. Pendahuluan kebhinekaan tersebut justru menjadi pemicu


Indonesia merupakan salah satu negara konflik yang dikhawatirkan berakhir pada
yang multikultural terbesar di dunia. Pernyataan disintegrasi bangsa. Selama lebih dari satu
ini dapat dibenarkan ketika kita melihat kondisi dasawarsa terakhir, rangkaian konflik dan
sosiokultural maupun geografis yang begitu kekerasan bernuasa SARA terus terjadi di
beragam dan luas yang dimiliki Indonesia. Indonesia. Mulai dari kerusuhan antaragama
Keragaman ini dapat menjadi rahmat sekaligus di kota-kota provinsi pada 1995-1997,
bencana apabila sesama anak bangsa tidak kampanye anti dukun santet di Jawa dan konflik
memahami hakekat berbangsa dan bernegara antarkelompok agama di Sulawesi Tengah dan
dalam naungan Bhinneka Tunggal Ika. Nyatanya Maluku pada 1998-2001, hingga mobilisasi
112 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014

laskar berbasis agama dan pengeboman yang dan kekerasan bernuansa agama di Indonesia.
dilakukan kelompok teroris atas nama “jihad” Menurut hasil penelitian Ali-Fauzi dkk.
pada 2000-2005. Selain itu, konflik dan kekerasan hampir di seluruh wilayah Indonesia pernah
sektarian yang menimpa Jamaah Ahmadiyah mengalami konflik keagamaan dengan
Indonesia dan aliran-aliran keagamaan lainnya menggunakan aksi damai ataupun kekerasan
telah menambah deret hitung insiden konflik seperti yang digambarkan Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Persebaran Insiden Konflik Keagamaan Menurut Provinsi, 1990-2008

Lebih rendahnya tingkat aksi kekerasan isu-isu yang memicu konflik dalam bentuk
dibanding aksi damai dalam insiden konflik aksi-aksi damai, baik berupa protes maupun
keagamaan sesungguhnya merupakan upaya-upaya yang memberi kontribusi pada
fenomena umum yang juga terjadi di tempat penyelesaian konflik yang terjadi. Persoalannya
atau negara-negara lain. Namun, hal ini bukan kemudian adalah bagaimana mendorong agar
berarti aksi kekerasan memiliki signifikansi yang masyarakat tetap menjadikan aksi damai sebagai
lebih rendah. Karena, betapapun rendahnya pilihan utama mereka dalam merespons berbagai
tingkat aksi kekerasan, hal ini tetap penting isu konflik. Untuk itu salah satu caranya adalah
mengingat dampak yang dihasilkannya, dengan menggali nilai-nilai kearifan (kearifan
baik berupa korban jiwa maupun kerusakan sosial dan kearifan budaya) dapat dijadikan
harta-benda. Untuk menggambarkan hal ini, sebagai tali pengikat dalam upaya bersosialisasi
kalangan ahli ilmu sosial lazim menggunakan dan berinteraksi antar individu dengan individu,
istilah “kecil tetapi penting” (the significant small). individu dengan kelompok, dan kelompok
Data di atas sebaiknya dibaca dari dengan kelompok. Dengan nilai kearifan
perspektif yang lebih luas, bahwa masyarakat sosial dan kearifan budaya, akan berusaha
Indonesia sesungguhnya memiliki kemampuan mengeliminir berbagai perselihan yang kurang
untuk mewujudkan respon mereka terhadap kondusif. Tatanan kehidupan sosial masyarakat
Yuli Adhani: Konsep Pendidikan Multikultural 113

yang multikultural akan terwujud dalam B. Pembahasan


perilaku yang saling menghormati, menghargai 1. Pengertian Pendidikan Multikultural
perbedaan keanekaragaman kebudayaan dan Istilah pendidikan multikultural secara
agama dalam prinsip kesederajatan. Selain itu etimologis terdiri dari dua terma, yaitu
emberio atau mendasari terjadinya konflik pendidikan dan multikultural. Pendidikan
bukan hanya perbedaan budaya dan agama tetapi merupakan usaha sadar dan terencana untuk
dapat terjadi dikarenakan prasangka historis, mewujudkan suasana belajar agar peserta
diskriminasi, perasaan superioritas in-group feeling didik secara aktif mengembangkan potensi
yang berlebihan dengan menganggap inferior dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
pihak yang lain (out-group)”.1 keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
Nalar masyarakat tentang konsep kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
multikultural masih terpaku pada tafsir yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
hegemonik yang sarat dengan prasangka, dan negara. Sedangkan secara terminologis,
kecurigaan, bisa kebencian, dan reduksi pendidikan multikultural merupakan proses
terhadap kelompok yang berada di luar dirinya pengembangan seluruh potensi manusia yang
(the other). Akibatnya ikatan-ikatan sosial menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai
melalui kolektivitas dan kerjasama hanya konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan
berlaku di dalam kelompoknya sendiri (in aliran (agama), ekonomi, sosial dan politik.3
group), tidak berlaku bagi kelompok lain (other Meminjam pendapat Andersen dan
group). Buktinya, konflik dan kekerasan hingga Cusher, bahwa pendidikan multikultural
kini masih terjadi dalam bentuk dan motif dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai
yang beragam di beberapa wilayah Indonesia, keragaman kebudayaan.4 Kemudian, James
termasuk di dalam lingkungan perguruan tinggi Banks mendefinisikan pendidikan multikultural
hal ini dipaparkan dalam penelitian “dinamika sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya,
konflik sosial dalam bentuk tawuran mahasiswa pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi
yang berujung pada perilaku kekerasan yang perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah
terjadi di kota Makassar”.2 Tuhan/Sunnatullah). Kemudian bagaimana kita
Untuk mengantisipasi potensi negatif mampu menyikapi perbedaan tersebut dengan
konflik secara berkepanjangan di masa penuh toleran dan semangat egaliter.5
depan, perlu dikembangkan dalam dunia Berbeda dengan pengertian pendidikan
pendidikan formal dan nonformal tentang multikultural yang dikemukakan para pakar
konsep pendidikan multikultural bagi setiap pendidikan multikultural di atas, dalam bukunya
warga negara Indonesia. Hal ini dimaksudkan Multicuctural Education: A Teacher Guide to Linking
agar warga negara memiliki kepekaan dalam Context, Process and content, karya seorang pakar
menangkap dan menghadapi perbedaan yang pendidikan multikultural di Califonia State
sebagai sesuatu yang given, takdir Tuhan, University, Amerika Serikat, Hilda Hernandez
dan bukan bentukan manusia. Seharusnya mengartikan pendidikan multikultural sebagai
masyarakat harus memahami sepenuhnya bahwa perspektif yang mengakui realitas politik,
setiap manusia terlahir berbeda, baik secara fisik sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-
maupun non fisik, tetapi nyatanya sebagian masing individu dalam pertemuan manusia
masyarakat belum bisa menerima realitas yang kompleks dan beragam secara kultur,
bahwa setiap individu atau kelompok tertentu dan merefleksikan pentingnya budaya, ras,
memiliki sistem keyakinan, budaya, adat, agama, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status
ekonomi, sosial, politik yang berbeda. sosial, ekonomi, politik dan pengecualian dalam
proses pendidikan.6 Pandangan tersebut dapat
3 Maslikhah, Quo Vadis Pendidikan Multikultural Rekonstruksi
1 Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural, Surakarta : UMS Sistem Pendidikan Berbasis Kebangsaan, Jawa Tengah: JP Books, 2007, hal. 47-48.
Press, 2003, h. 147. 4 Andersen, R. dan Cusher, K., Multicultural and intercultural studies,
2 Jumadi, “Dinamika konflik sosial dalam bentuk tawuran mahasiswa dalam Teaching Studies of Society and Environment (ed. Marsh,C.). Sydney:
di Kota Makassar”. Disertasi PPS UNHAS: tidak diterbitkan. 2009. Prentice-Hall, 1994, h. 320.
5 James Banks, Educating Citizens in a Multikultural Society, New
York and London: Teachers College Columbia University, 1997, h. 3.
6 Hilda Hernandez, Multicultural Education: A Teacher Guide to
114 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014

dimaknai bahwa ruang pendidikan multikultural memahami implikasi budaya ke dalam sebuah
sebagai media transpormasi ilmu pengetahuan mata pelajaran (disiplin), (3) an equity paedagogy,
(transfer of knowledge) hendaknya mampu menyesuaikan metode pengajaran dengan
memberikan nilai-nilai multikulturalisme cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi
dengan saling menghargai dan menghormati prestasi akademik siswa yang beragam baik
atas realitas yang beragam (pluralis), baik latar dari segi ras, budaya ataupun social, (4) prejudice
belakang maupun basis sosial budaya yang reduction, mengidentifikasi karakteristik ras
melingkupinya. siswa dan menentukan metode pengajaran
National Association for Multicultural Education mereka, dan (5) empowering school culture, melatih
sebagaimana dikemukakan Azra menguraikan kelompok untuk berpartisipasi, berinteraksi
tiga perspektif pengertian pendidikan dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda
multikultural. Pertama, pendidikan multikultural etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya
sebagai konsep filosofis yang berlandaskan akademik.9
pada ide kemerdekaan, keadilan, kesamaan, hak Dari dimensi pendidikan multikultural di
kekayaan, dan martabat kemanusiaan. Kedua, atas, selanjutnya muncul tiga model pendidikan
pendidikan multikultural sebagai proses yang multikultural yaitu: (1) content-oriented programs,
meliputi semua aspek praktek sekolah, kebijakan (2) student-oriented programs, dan (3) socially-
dan organisasi sebagai alat untuk memastikan oriented programs. Pertama, content-oriented programs
tingkat prestasi akademis para siswa. Ketiga, (program-program yang memfokuskan pada
pendidikan multikultural memperkuat keyakinan konten) merupakan jenis yang paling umum
bahwa semua peserta didik, riwayat hidup dan dalam pendidikan hubungan antaretnik dan
pengalamannya harus ditempatkan sebagai pusat multikultural. Sebagai contoh adalah materi
dalam proses pengajaran dan pembelajaran dan masyarakat multikultural dalam mata pelajaran
pembelajaran harus didasarkan pada konteks Sosiologi SM kelas XI. Dalam materi tersebut
yang dekat (terbiasa) dengan peserta didik dan terdapat tiga topik pembelajaran yang lebih
menunjukkan berbagai cara berpikir.7 difokuskan pada perbedaan kelompok budaya
Pendidikan multikultural dapat pula dilihat dengan menempatkan beberapa pokok bahasan
dari 3 (tiga) aspek, yaitu an idea or concept, an tentang integrasi sosial, masyarakat multikultural
educational reform movement, and a process (ide atau dan permasalahannya, dan perkembangan
konsep, gerakan pembaruan pendidikan, dan kelompok dalam masyarakat multikultural.
proses),8 sehingga pendidikan multikultural Program ini lebih mendalam meliputi banyak
merupakan suatu proses dari perubahan sekolah materi multikultural yang masih melingkupi
yang menyeluruh dan pendidikan dasar untuk beberapa persoalan yang meliputi materi-
semua siswa. Pendidikan ini menentang dan materi dan gagasan-gagasan mendalan tentang
menolak segala bentuk rasisme dan bentuk lain beberapa problem sosiokultural yang beragam.10
dari diskriminasi di sekolah dan masyarakat dan Contoh dari program ini adalah kajian etnik-
menerima dan mengakui pluralisme (etnik, ras, etnik minoritas tradisional yang memerlukan
bahasa, agama, ekonomi, gender, dan lainnya). pembinaan secara khusus terhadap etnik-etnik
Selain itu, Banks mengidentifikasi lima terasing tertentu, seperti kubu, sasak, baduy,
dimensi pendidikan multikultural, yaitu: (1) tengger, dan sebagainya. Selanjutnya juga
content integration, mengintegrasikan berbagai diungkap bagaimana etnik-etnik minoritas
budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan dapat “maju” sehingga memberikan kontribusi
konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam positif terhadap kemajuan masyarakat secara
mata pelajaran/disiplin ilmu, (2) the knowledge luas, baik melalui langkah-langkah integrasi
construction process, membawa siswa untuk sosial, asimilasi, akulturasi, dan sebagainya.
Kedua, student-oriented programs (program-
Linking Context, Process, and Content. New Jersey & Ohio: Prentice Hall, 1989,
h. 6. program yang memfokuskan bagaimana siswa
7 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan dan Demokrasi di
Indonesia, dalam Ikhwanuddin Syarif & Domodo Murtadlo (eds), Pendidikan
belajar), mencoba memunculkan karakteristik-
untuk masyarakat Indonesia baru: 70 Tahun Prof. Dr. HAR Tilaar Msc. Ed.,
(Jakarta:Grasindo, 2002), h. 13. 9 Ibid, h. 69.
8 Op.Cit., h. 68. 10 Ibid, h. 77.
Yuli Adhani: Konsep Pendidikan Multikultural 115

karakteristik ataupun adat-istiadat yang dimiliki Menurut Bannet dalam Maslikhah nilai-
oleh masing-masing etnik minoritas tradisional, nilai inti (core value) yang mengarah pada tujuan
minoritas maju, maupun etnik-etnik besar pendidikan multikultur antara lain:13
(Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan sebagainya). a. Mengembangkan perspektif sejarah
Laporan UNDP 2004 menyatakan, yang beragam dari kelompok-
berbagai studi kasus dan analisis menunjukkan, kelompok masyarakat.
demokrasi yang bertahan dan berkelanjutan b. Memperkuat kesadaran budaya hidup
umumnya terdapat di negara-negara yang di masyarakat.
memiliki pendangan multikultural dan kemudian c. Memperkuat kompetensi intelektual
menerapkan multikulturalisme dalam berbagai dari budaya-budaya yang hidup di
kebijakan. Kebijakan-kebijakan responsive masyarakat.
dan afirmatif sebagai bentuk “politics of d. Memberi rasisme, sekisme dan berbagai
recognition” yang menjadi dasar multikulturalisme jenis prasangka lainnya.
memberikan intensif dalam penumbuhan e. Mengembangkan kesadaran atas
dan penguatan perasaaan “kesatuan dalam kepemilikan planet bumi dan
keragaman. Lebih jauh dalam kerangka itu, mengembangkan keterampilan sosial.
seluruh warga negara dapat menemukan ruang Untuk mengawinkan core value tujuan
politik dan institusional untuk mengidentifikasi pendidikan multikultural dengan fungsi dan
diri mereka dengan negara-bangsa mereka tujuan pendidikan nasional dapat dikutip
sekaligus dengan identitas-identitas kultural menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
lainnya. Semua ini mendorong tumbuhnya Nasional No. 20 tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas
“trust” secara bersama-sama dalam diri warga dirumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
negara, sehingga memperkuat partisipasi mereka nasional untuk mengembangkan kemampuan
dalam proses-proses politik demokratis.11 dan membentuk watak serta peradaban bangsa
Jika dihubungkan dengan kondisi bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
Indonesia saat ini kiranya menjadi sangat kehidupan bangsa, bertujuan untuk
jelas bahwa pendidikan multikultural perlu berkembangnya potensi perserta didik agar
dikembangkan di Indonesia. Dengan cara menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
itu kita dapat memaknai “Bhinneka Tunggal kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia,
Ika” secara tepat dan benar, seimbang dan sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
proposional. Melalui kebijakan ini pula kita dapat menjadi warganegara yang demokratis serta
menerapkan “persatuan Indonesia” dengan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional
mengembangkan semangat nasionalisme diatas tentu saja telah mengarahkan peserta
sebagaimana diharapkan. didik untuk siap memiliki sikap multikultur
sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa sudah
2. Core Value Pendidikan Multikultur seharusnya menerima keanekaragaman karena
Core Value pendidikan multikurtur Tuhanlah yang menciptakan manusia bersuku-
mengingatkan pada sirkulerisme pendidikan suku, berbangsa-bangsa agar saling mengenal
multikultur. Pada sirkulerisme pendidikan dan mampu hidup berdampingan sebagai
multikultur tersebut dapat mencakup hubungan khalifah di muka bumi.
empat dimensi yakni dimensi manusia dengan Pendidikan di Indonesia secara
Allah, manusia dengan manusia, manusia perundangan telah diatur dengan memberikan
dengan alam semesta dan manusia dengan ruang keragaman sebagai bangsa. Undang-
dirinya sendiri.12 Dengan demikian, core value Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4
pada pendidikan multikultur mencapai totalitas UU N0. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
hubungan yang menjadi titik pusat perhatian. pendidikan diselenggarakan secara demokratis,
Totalitas hubungan sesuai dengan derajat nilai- tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
nilai diri, ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman. HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
11 D. Budimansyah dan Suryadi, PKn dan Masyarakat Multikultural, kemajemukan bangsa. Dasar perundangan ini
Bandung: Program Studi PKn SPs UPI, 2008, h. 30.
12 Op.Cit., h. 70. 13 Ibid, h. 71.
116 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014

selain memberi arahan pendidikan di Indonesia f. The willingness to change one’s lifestyle and
juga mewajibkan bahwa pendidikan di Indonesia consumption habits to protect the environment.
harus dikembangan berdasarkan nilai-nilai g. The ability to be sensitive towards and to
keagamaan, kultural, dan kemajemukan bangsa. defend human rights (eg, rights of women,
Wacana pendidikan multikultural di ethnic minorities, etc), and the willingness
Indonesia yang didasarkan pada UU Sisdiknas di and ability to participate in politics at local,
atas tidak dapat dilepaskan dengan gelombang national and international levels.
reformasi pendidikan dunia. Sebagai bangsa, Dengan kata lain, pendidikan
Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh multikultural akan membantu peserta didik
dunia lebih luas, dengan demikian pendidikan untuk mengarahkannya ke kehidupan yang
multikultural berperan penting guna menyiapkan “kompleks” dan menjauhi pengertian yang
generasi bangsa sebagai bagian dari warganegara sempit tentang ras, agama, suku, bahasa dan
dunia (global citizenship). Globalisasi menjadikan budaya. karena dalam hidup di era global setiap
keterikatan bangsa-bangsa sebagai kesatuan warga negara harus memahami isu-isu dan
komunitas dunia. Sebagai bagian dari komunitas permasalahan global yang sangat kompleks
dunia warga negara dari suatu negara akan pula seperti keanekaragaman budaya, politik,
digerakkan oleh kesadaran akan persaudaraan ekonomi, sosial, konflik dan perdamaian,
kemanusiaan, hak asasi manusia, dan martabat ketergantungan antar bangsa di dunia, masalah
sebagai manusia juga sikap seimbang antara HAM, masalah lingkungan, dan lain-lain, untuk
kesadaran lokal seperti kecintaan terhadap itulah diperlukan karakteristik di atas maka
keluarga, identitas etnik, kesadaran pada warga negara multi dimensional dalam kaitannya
komunitasnya dan kepentingan diri dan global dengan multikultural memiliki kemampuan
interests, seperti kesadaran universal tentang untuk melihat, mengkritisi dan mampu untuk
kesamaan umat manusia. Dewasa ini karakter ikut serta dalam setiap segi kehidupan bukan
warga negara yang ideal tidak saja dipengaruhi hanya di tingkat lokal dan nasional bahkan
oleh kepentingan nasional tetapi harus pula mampu pada level internasional.
mampu mengakomodasi perkembangan global.
Hal ini dikarenakan warga negara tidak hanya 3. Rancang Bangun Pendidikan
dan tidak bisa hidup dalam lingkungan nasional Multikultur
tetapi juga hidup dengan bangsa lain dalam Pendidikan pada umumnya dinilai
pergaulan internasional. masih sangat penting sebagai salah satu aset
Berkaitan dengan hal tersebut, Cogan sosial. Sebagai aset sosial berfungsi untuk
mengelompokkan kompetensi atau mempertahankan keberadaan pendidikan yang
karakteristik yang harus dimiliki oleh warga disegani, diminati, dan terhindar dari persepsi
negara multikultural abad ke-21 kaitannya marginal. Untuk mempertahankan label sebagai
dalam menunjang pendidikan multikultural di aset sosial, dituntut mampu memperbaharui
antaranya sebagai berikut:14 perencanaan ditingkatan normatif maupun
a. The ability to look at and approach problems teknis. Pada tingkatan normatif antara lain
as a member of a global society. review terhadap nilai-nilai filosofis kultural
b. The ability to work with others in a cooperative untuk menetapkan tujuan pendidikan yang
way and to take responsibility for one’s roles/ dilaksanakan. Pada tingkatan teknis antara
duties within society. lain melaksanakan kurikulum sekaligus
c. The ability to understand, accept, appreciate mengembangkan kurikulum, implementasi, dan
and tolerate cultural differences evaluasi.
d. The capacity to think in a critical and systemic Rancang bangun untuk melaksanakan
way. pendidikan multikultural menurut Tilaar
e. The willingness to resolve conflict and in a disusun piranti sebagai berikut:15
non-violent manner. a. Reformasi kurikulum.
15 H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global
14 J.J. Cogan dan R. Derricot, Citizenship for the 21st Century: An Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nsiona, Jakarta : Grasindo, 2004, h.
International Perspective on Education. London: Kogan Page, 1998, h. 115. 171-172.
Yuli Adhani: Konsep Pendidikan Multikultural 117

b. Mengajarkan prinsip-prinsip keadilan Pengembangan kurikulum yang


sosial. menggunakan pendekatan pendidikan
c. Mengembangkan kompetensi multikultural haruslah didasarkan pada
kurikulum. prinsip: (a) keragaman budaya menjadi dasar
d. Melaksanakan pedagogik kesataraan dalam menentukan filsafat, teori, model dan
(equality pedagogy). hubungan sekolah dengan lingkungan sosial-
Piranti tersebut pada intinya dapat budaya setempat, (b) keragaman budaya
menunjukkan indikator yang jelas. Indikator menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai
dalam pendidikan yang mampu memanusiakan komponen kurikulum seperti tujuan, konten,
manusia sesuai dengan hak yang melekat padanya. proses, dan evaluasi, (c) budaya di lingkungan
Di samping itu, pendidikan yang memberikan unit pendidikan adalah sumber belajar dan
pengakuan sepenuhnya atas keberbedaan objek studi yang harus dijadikan begian dari
dirinya dengan komponen pluralitas yang kegiatan belajar anak didik, dan (d) kurikulum
menyangkut aspek etnis, budaya, agama, berperan sebagai media dalam mengembangkan
keyakinan, suku, dan peradaban. Jadi dapat kebudayaan daerah dan kebudayan nasional.
dipahami bahwa untuk merancang pendidikan Lebih lanjut bahwa pengembangan
multikultural dalam program kurikuler, yakni kurikulum masa depan yang berdasarkan
melakukan reformasi kurikulum, mengajarkan pendekatan pendidikan multikultural dapat
prinsip-prinsip keadilan sosial, mengembangkan dilakukan berdasarkan lagkah-langkah berikut:
kompetensi kurikulum dan melaksanakan a. Mengubah filosofi kurikulum dari
pedagogik kesataraan (equality pedagogy). yang berlaku seragam kepada filosofi
Mengacu kepada konsep kurikulum yang lebih sesuai dengan tujuan, misi
yang berbasis pendidikan multikultural, maka dan fungsi setiap jenjang pendidikan
program pembelajaran yang dikembangkan dan unit pendidikan. Untuk tingkat
harus memiliki kesesuaian dengan kebutuhan pendidikan dasar, filosofi konservatif
pebelajar dan kondisi sosial. Model pembelajaran seperti esensialisme dan perenialisme
multikultural yang dikembangkan diarahkan haruslah dapat diubah ke arah
pada beberapa kompetensi dasar. Pertama, filosofi kurikulum yang progresif
mengembangkan kompetensi akademik standar seperti humanisme, progresivisme,
dan dasar (standar and basic academic skills) tentang dan rekonstruksi sosial, yang lebih
nilai persatuan dan kesatuan, demokrasi, keadilan, menekankan pendidikan sebagai
kebebasan, persamaan derajat atau saling upaya mengembangkan kemampuan
menghargai dalam beraneka jenis keberagaman. kemanusian peserta didik baik bagi
Kedua, mengembangkan kompetensi sosial individu maupun sebagai anggota
agar dapat menumbuhkan pemahaman yang masyarakat.
lebih baik (a better understanding) tentang latar b. Teori kurikulum tentang konten
belakang budaya dan agama sendiri dan juga (curriculum content) haruslah berubah
budaya dan agama lain dalam masyarakat. dari teori yang mengartikan konten
Ketiga, mengembangkan kompetensi akademik sebagai aspek substantif yang berisikan
untuk menganalisis dan membuat keputusan fakta, teori dan generalisasi kepada
yang cerdas (intelegent dicisions) tentang isu-isu pengertian yang mencakup nilai, moral,
dan masalah keseharian (real life problems) melalui prosedur, dan keterampilan yang harus
sebuah proses demokratis atau penyelidikan dimiliki oleh anak didik.
dialogis (dialogical inquiry). Keempat, membantu c. Teori belajar yang digunakan
mengkonseptualisasi dan mengaspirasikan dalam kurikulum masa depan yang
konstruksi masyarakat yang lebih baik, memperhatikan keragaman sosial,
demokratis, egaliter, tanpa ada diskriminasi, budaya, ekonomi, dan politik tidak
penindasan, dan pelanggaran terhadap nilai lagi hanya mendasarkan diri pada
asasi universal.16 teori psikologi belajar yang bersifat
16 Ngainun Naim dan A. Sauwi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2011, h. 203-204.
118 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014

individualistik dan menempatkan anak wahana pendidikan multikultural.18 Selain itu,


didik dalam suatu kondisi value free, Mahfud menegaskan bahwa Indonesia sebagai
tetapi harus pula didasarkan pada teori negara majemuk, baik dalam segi agama, suku
belajar yang menempatkan anak didik bangsa, golongan, maupun budaya lokal, perlu
sebagai makhluk sosial, budaya, politik, menyusun konsep pendidikan multikultural
dan hidup sebagai anggota aktif sehingga menjadi pegangan untuk memperkuat
masyarakat, bangsa, dan dunia. identitas nasional. Pelajaran Pendidikan
d. Proses belajar yang dikembangkan Kewarganegaraan (PKn) yang telah diajarkan
untuk anak didik juga harus di sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
berdasarkan proses yang memiliki sebaiknya disempurnakan dengan memasukkan
tingkat isomorphism yang tinggi dengan pendidikan multikultural, seperti budaya lokal
kenyataan sosial. Artinya, proses belajar antar daerah ke dalamnya, agar generasi muda
yang mengadalkan anak didik belajar bangsa sebagai bangsa Indonesia.19
secara individualistis dan bersaing Lebih lanjut menurut Winataputra
secara kompotitif-individualistis harus pendidikan kewarganegaraan untuk Indonesia,
ditinggalkan dan diganti dengan cara secara filosofis dan substantif-pedagogis
belajar berkelompok dan bersaing andragogis, merupakan pendidikan untuk
secara kelompok dalam suatu situasi memfasilitasi perkembangan pribadi peserta
positif. Dengan cara demikian, didik agar menjadi warga negara Indonesia
perbedaan antara individu dapat yang religius, berkeadaban, berjiwa persatuan
dikembangkan sebagai suatu kekuatan Indonesia, demokratis dan bertanggung jawab,
kelompok dan anak didik terbiasa dan berkeadilan, serta mampu hidup secara
hidup dengan berbagai keragaman harmonis dalam konteks multikulturalisme
budaya, sosial, intelektualitas, ekonomi, (Bhinneka Tunggal Ika).20 Dalam konteks yang
dan aspirasi politik. demikian, Pendidikan Kewarganegaraan
e. Evaluasi yang digunakan haruslah (PKn) memiliki peranan yang sangat penting
meliputi keseluruhan aspek dalam upaya mengembangkan masyarakat
kemampuan dan kepribadian peserta multikultural.
didik, sesuai dengan tujuan dan
konten yang dikembangkan. Alat 4. Pendidikan Multikultural sebagai
evaluasi yang digunakan haruslah Alternatif Pemecahan Konflik
beragam, sesuai dengan sifat tujuan Penyelenggaraan pendidikan multikultural
dan informasi yang ingin dikumpulkan, di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi
dengan menerapkan penilaian berbasis solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi
kelas dengan berbagai ragamnya, yang terjadi di masyarakat, khususnya yang kerap
seperti portofolio, catatan, observasi, terjadi di masyarakat Indonesia yang secara
wawancara, performance test, proyek dan realitas plural. Dengan kata lain, pendidikan
produk.17 multikultural dapat menjadi sarana alternatif
Masyarakat multikultural yang demokratis pemecahan konflik sosial budaya.
di Indonesia yang sehat tidak bisa dibangun Spektrum kultur masyarakat Indonesia yang
secara taken for granted atau trial and error, amat meragam menjadi tantangan bagi dunia
sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, pendidikan guna mengolah perbedaan tersebut
programatis, integrated dan berkesinambungan. menjadi suatu aset, bukan sumber perpecahan.
Salah satu strategi dan wadahnya adalah melalui
18 D.B. Arif, Pengembangan Warga Negara Multikultural Implikasinya
pendidikan kewarganegaraan. Studi yang Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan (Penelitian Grounded Theory dalam
Konteks Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia). Tesis PPS UPI:tidak
dilakukan oleh Arif telah menemukan bahwa diterbitkan, 2008.
peran pendidikan kewarganegaran sebagai 19 Choirul Mahfud. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010, h. 224.
program kurikuler, program sosio kultural, 20 U.S. Winataputra, Multikulturalisme: Bhinneka Tunggal Ika
dalam perspektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan
maupun program akademik dapat menjadi Karakter Bangsa Indonesia Dalam Dialog Multikultural, Bandung: Sekolah
Pascasarjana UPI, 2008, h. 31.
17 Ibid, h. 198-199.
Yuli Adhani: Konsep Pendidikan Multikultural 119

Saat ini, pendidikan multikultural mempunyai multidimensi aspek kehidupan yag tercakup
tanggung jawab besar, yaitu: menyiapkan bangsa dalam pendidikan multikultural.
Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya Perubahan yang diharapkan dalam konteks
luar di era globalisasi dan “menyatukan” bangsa pendidikan multikultural ini tidak terletak pada
sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya. justifikasi angka atau statistik dan berorientasi
Memang, pendidikan kebangsaan dan kognitif anisch sebagaimana lazim penilaian
ideologi telah banyak diberikan di perguruan keberhasilan pelaksanaan pendidikan di negeri
tinggi, namun pendidikan multikultural belum ini. Namun, lebih dari itu pada terciptanya
diberikan pada porsi yang benar. Maka sekolah kondisi yang nyaman, damai, toleran dalam
dan perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan kehidupan masyarakat, dan tidak selalu muncul
dapat mengembangkan pendidikan multikultural konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya
dengan model masing-masing sesuai otonomi dan SARA.
pendidikan atau sekolah. Pada dasarnya, model- Selain sebagai alternatif mencegah konflik
model pembelajaran sebelumnya yang berkaitan menurut Fuad Hassan, pendidikan multikultural
dengan kebangsaan memang sudah ada namun, secara signifikan juga dapat membina siswa agar
hal itu masing kurang memadai sebagai sarana tidak tercabut dari akar budaya yang ia miliki
pendidikan guna menghargai perbedaan sebelumnya, tatkala ia berhadapan dengan
masing-masing suku, budaya, dan etnis. Hal itu realitas sosial budaya di era globalisasi. Dalam
terlihat dengan mumculnya konflik yang kerap era globalisasi saat ini, pertemuan antarbudaya
terjadi pada realitas kehidupan berbangsa dan menjadi “ancaman” serius bagi anak didik sebab
bernegara saat ini. Hal itu menunjukkan bahwa anak didik di Indonesia masa kini dalam banyak
pemahaman toleransi masih amat kurang. hal jauh berbeda dengan anak-anak seuisanya di
Hingga saat ini, jumlah siswa dan mahasiswa masa lalu. Berbagai budaya yang sudah ada di
yang memahami apa yang apa sebenarnya ada negeri ini berbaur dengan banyak budaya asing
di balik budaya suatu bangsa masih sangat yang kian mudah diperoleh melalui beragam
sedikit. Menurut Suyanto, seorang pakar media, sepeti internet, televisi, dan lain-lain.
pendidikan, masyarakat justru mengetahui lebih Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengenai stereotip suatu suku bangsa memperpendek jarak dan memudahkan adanya
dibandingkan mengenal apa yang sebenarnya persentuhan antarbudaya.22
dimiliki suku tersebut. Padahal dalam diskursus Dari tanggapan Fuad Hasaan di atas dapat
pendidikan multikultural memahami makna di kita analisis bahwa tantangan dalam dunia
balik realitas budaya suatu bangsa itu merupakan pendidikan kita saat ini sangat kompleks. Maka,
hal yang esensial.21 Karena itu penyelenggaraan upaya antisipasi perlu dipikirkan secara serius
pendidikan multikularal dapat dikatakan berhasil karena pendidikan kita yang bertanggung jawab
bila terbentuk pada diri siswa dan mahasiswa penuh atas kualitas sumber daya manusia di
sikap hidup toleran, tidak bermusuhan dan tidak negeri ini. Jika tidak anak-anak generasi bangsa
berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan ini bisa kehilangan arah dan tercabut dari akar
budaya, adat, suku, bahasa, adat istiadat atau budayanya sendiri, karena jika yang terjadi
yang lainnya. adalah persingunggan antar dua budaya yang
Menurut Stepen Hill, Direktur Perwakilan berbeda itu mungkin masih mudah diatasi.
Badan PBB Bidang Pendidikan, Ilmu Tetapi dalam era globalisasi saat ini pertemuan
Pengetahuan dan Budaya (UNESCO) untuk antarbudaya sudah luar biasa kompleks. Maka
kawasan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan jelas dimungkinkan terjadinya tarik ulur
Timor Leste, pendidikan multikultural dapat yang saling mempengaruhi antarbudaya dan
dikatakan berhasil apabila prosesnya melibatkan sangat dimungkinkan kekhawatiran Samuel P.
semua elemen masyarakat. Secara konkret, Huntington dalam tesisnya The Clash Civilization
pendidikan ini tidak hanya melibatkan guru akan terwujud. Dengan demikian pendidikan
ataupun pemerintah saja namun seluruh multikultural tidak dapat ditawar-tawar lagi,
elemen masyarakat. Hal itu dikarenakan adanya sudah saatnya pendidikan di Indonesia
21 Op.Cit., h. 217. 22 Ibid, h. 220.
120 Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014

memberikan perhatian besar pada pendidikan dan masalah keseharian (real life problems) melalui
multikultural yang secara tidak langsung hal sebuah proses demokratis atau penyelidikan
itu dapat memberikan solusi bagi sejumlah dialogis (dialogical inquiry). Keempat, membantu
permasalah sosial yang dihadapi bangsa mengkonseptualisasi dan mengaspirasikan
Indonesia mendatang. konstruksi masyarakat yang lebih baik,
demokratis, egaliter, tanpa ada diskriminasi,
C. Penutup penindasan, dan pelanggaran terhadap nilai
Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri asasi universal.
bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
keragaman yaitu sejumlah besar kelompok Daftar Pustaka
etnis, budaya, agama, aspirasi politik dan lain
sebagainya. Keragaman ini dapat menjadi Andersen, R. dan Cusher, K. Multicultural
rahmat sekaligus bencana apabila sesama anak and intercultural studies, dalam Teaching
bangsa tidak memahami hakikat berbangsa Studies of Society and Environment (ed.
dan bernegara dalam naungan Bhineka tunggal Marsh,C.). Sydney: Prentice-Hall. 1994.
Ika. Nyatanya kebhinekaan tersebut justru Azra, Azyumardi. ”Pendidikan Kewargaan
menjadi pemicu konflik yang dikhawatirkan dan demokrasi di Indonesia, dalam
berakhir pada disintegrasi bangsa sehingga Ikhwanuddin Syarif & Domodo Murtadlo
pendidikan multikultural bagi pengembangan (eds), Pendidikan untuk masyarakat
masyarakat menjadi kebutuhan bagi bangsa Indonesia baru: 70 Tahun Prof. Dr. HAR
Indonesia karena pendidikan multikultural Tilaar MscEd (Jakarta:Grasindo). 2002.
pada dasarnya menekankan pada kesederajatan Arif, D. B. Pengembangan Warga Negara
kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat, Multikultural Implikasinya Terhadap
dan mengusung semangat untuk hidup Kompetensi Kewarganegaraan (Penelitian
berdampingan secara damai (peaceful coexistence) Grounded Theory dalam Konteks
dalam perbedaan kultur yang ada, baik secara Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia).
individual maupun secara kelompok dalam Tesis PPS UPI:tidak diterbitkan. 2008.
sebuah masyarakat. Banks, J. A. Educating Citizens in a Multikultural
Masyarakat multikultural yang demokratis di Society. Teachers College Columbia
Indonesia yang sehat tidak bisa dibangun secara University New York and London. 1997
taken for granted atau trial and error, sebaliknya Blum, L.A. (2001) “Antirasisme, Multikulturalisme,
harus diupayakan secara sistematis, programatis, dan Komunitas Antar-Ras: Tiga Nilai yang
integrated dan berkesinambungan. Untuk itu, Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat
pendidikan multikultural di Indonesia harus Multikultural”. Dalam May, Larry,
mengembangkan model pembelajaran yang Shari Collins-Chobanian, and Kai
mengarah pada beberapa kompetensi dasar Wong (Eds). Etika Terapan I: Sebuah
yang harus dimiliki warga negara yakni. Pertama, Pendekatan Multikultural.
mengembangkan kompetensi akademik standar Budimansyah, D dan Suryadi. PKn dan Masyarakat
dan dasar (standar and basic academic skills) tentang Multikultural, Bandung: Program Studi
nilai persatuan dan kesatuan, demokrasi, keadilan, PKn SPs UPI. 2008.
kebebasan, persamaan derajat atau saling Cuga, Candra. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai
menghargai dalam beraneka jenis keberagaman. Wahana Pendidikan Multikultural Dalam
Kedua, mengembangkan kompetensi sosial Membina Kesadaran Demokrasi Warganegara.
agar dapat menumbuhkan pemahaman yang Tesis PPS UPI:tidak diterbitkan. 2012.
lebih baik (a better understanding) tentang latar Cogan, J.J. dan Derricot, R. Citizenship for the
belakang budaya dan agama sendiri dan juga 21st Century: An International Perspective on
budaya dan agama lain dalam masyarakat. Education. London: Kogan Page. 1998.
Ketiga, mengembangkan kompetensi akademik Hernandez, Hilda. Multikultural Education: A
untuk menganalisis dan membuat keputusan Teacher Guide to Linking Context, Process,
yang cerdas (intelegent dicisions) tentang isu-isu and Content. New Jersey & Ohio: Prentice
Yuli Adhani: Konsep Pendidikan Multikultural 121

Hall. 1989. Sapriya & Winataputra, U. S. Pendidikan


Jumadi. Dinamika konflik sosial dalam bentuk Kewarganegaraan: Model Pengembatan
tawuran mahasiswa di Kota Makassar”. Materi dan Pembelajaran. Laboratorium
Disertasi PPS UNHAS: tidak diterbitkan. Pendidikan Kewarganegaraan-FPIPS
2009. UPI. 2003.
Mahfud, C. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Tilaar H.A.R. Multikulturalisme, Tantangan-
Pustaka Pelajar. 2010. Tantangan Global Masa Depan dalam
Maslikhah. Quo Vadis Pendidikan Multikultural Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta:
Rekonstruksi Sistem Pendidikan Berbasis Grasindo. 2004.
Kebangsaan. Jawa Tengah: JP Books. 2007. Winataputra. U.S. Multikulturalisme: Bhinneka
Naim, Ngainun dan Sauqi, A. Pendidikan Tunggal Ika dalam perspektif Pendidikan
Multikultural Konsep dan Aplikasi. Kewarganegaraan sebagai Wahana
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. 2011. Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia
Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural, Dalam Dialog Multikultural. Bandung:
Surakarta : UMS Press. 2003. Sekolah Pascasarjana UPI. 2008.

Anda mungkin juga menyukai