Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN 2

MAMPU MEMBUAT LAPORAN AUDIT

KELOMPOK 2

Dewa Ayu Asdiantari (04)

Ni Kadek Ayu Aprilia Dewi (18)

Ni Kadek Marlina Melistiari (22)

Ni Luh Sulasmini (26)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
12.1 STANDAR PELAPORAN PERTAMA

Kepatuhan terhadap Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum

Standar pelaporan pertama menyatakan:

“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.”

Istilah prinsip akuntansi berterima umum yang dimaksud diatas meliputi prinsip-prinsip
akuntansi, praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip akuntansi. Berdasar standar
tersebut, auditor tidak harus menyatakan mengenai fakta. Auditor harus menyatakan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum.

Makna menyajikan secara Wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berterima
Umum

Standar pelaporan pertama mengharuskan auditor untuk menyatakan apakah laporan


keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umu. Auditor dapat
merumuskan pendapat wajar tanpa pengecualian sebagai berikut:

“Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebutkan di atas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan ABC
tanggal 31 Desember 2003, dah hasil usaha, serta arus kas yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.”

prinsip akuntansi yang berterima umum digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur
penyajian keuangan. Frase prinsip akuntansi yang berterima umum merupakan suati istilah
teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
merumuskan praktik akuntansi yang berterima umum pada saat tertentu. Prinsip akuntansi
yang berterima umum tidak hanya meliputi pedoman umum, tetapi juga praktik dan prosedur
rinci.

12.2 STANDAR PELAPORAN KEDUA

Konsistensi Penerapan Prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum

Standar pelaporan kedua dapat disebut juga sebagai standar konsistensi. Standar pelaopran
kedua menyatakan:
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsistensi diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang
dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterpakan dalam periode
sebelumnya.”

Konsistensi merupaka suatu konsep di dalam akuntansi yang menuntut diterapkannya standar
secara terus-menerus, tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat di benarkan.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip
akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporan audit.

12.3 STANDAR PELA[ORAN KETIGA

Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan

Standar pelaporan ketiga menyatakan:

“Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,


kecuali dinyatakan dalam laporan audit.”

Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap
laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas
laporan keuangan maupun bentuk pengungkapan lainnya. Laporan audit tidak perlu
meyatakan hal ini apabila pengungkapan informatif sudah memadai.

Pelaporan Auditor atas Informasi Segmen

Informasi segmen meliputi informasi mengenai operasi perusahaan di berbagai daerah


industry yang berbeda, operasi di berbagai daerah produksi dan pemasaran operasi luar negeri
dan penjualan ekspor, dan pelanggan utama. Untuk perusahaan yang memounyai segmentasi
seperti itu, prinsip akuntansi berterima umum mewajibkan perusahaan untuk memasukkan
informasi mengenai segmen tersebut dalam laporan keuangan tahunan.

Pengungkapan informasi segmen memerlukan pemisahan unsur-unsur signifikan tertentu


laporan keuangan satuan usaha seperti pendapatan, laba atau rugi usaha, aktiva depresiasi,
dan pengeluaran modal. Tujuan pencantuman informasi segmen sebagai bagian dari laporan
keuangan adalah untuk membantu pemakai laopran keuangan dalam menganalisis dan
memahami kinerja masa lalu dan prospek masa datang suatu perusahaan.
12.3 STANDAR PELAPORAN KEEMPAT

Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan

Standar pelaporan keempat menyatakan:

“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keunagan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidka dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.”

Standar pelaporan keempat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Seorang auditor dikaitkan namanya dengan laopran keuangan apabila ia
mengijinkan namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis
yang berisi laporan keuangan tersebut. Pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan juga
mencakup peristiwa penyerahan laporan keuangan yang disusun atau yang dibantu
penyusunannya kepada klien atau pihak lain meski namanya tidak dicantumkan.

12.4 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN

Laporan audit merupakan alat formal auditor untuk menngkomunikasikan suatu kesimpulan
yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan kepada pihak yang berkepentingan.
Auditor harus memenuhi keempat standar pelaporan di dalam membuat dan mengeluarkan
audit.

Laporan Audit Bentuk Baku

Laporan audit bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen bahwa laopran
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu
satuan usaha, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum.

Kedua laporan audit bentuk baku ini mempunyai perbedaan yang signifikan dalam hal format
dan isi laopran audit. Laporan audit yang baru dirancang untuk meningkatkan komunikasi
kepada para pemakai laporan keuangan auditan mengenai pekerjaan yang dilaksanakan oleh
auditor dan karakter serta keterbatasan audit.
Unsur pokok laporan audit bentuk baku adalah sebagai berikut:

1. Judul laporan yang berbunyi “Laporan Uditor Independen”


Pencantuman kata “independen” dimaksudkan untuk lebih menegaskan posisi auditor
sebagai pihak yang independen.
2. Pihak yang dituju
Laporan audit dapat dialamatkan kepada direksi perusahaan yang laporan
keuangannya diaudit, dewan komisaris, para pemegang saham, atau kepada pemberi
tugas audit lainnya.
3. Paragraf pengantar (Introductory paragraph)
a. Suatu pernyataan mengenai laporan keuangan apa saja yang telah di audit.
b. Suatu pernyataan auditor bahwa manajemen perusahaan bertanggung jawab atas
kewajaran laporan keuangan, sedangakan auditor bertanggung jawab atas
pendapat kewajaran yang dinyatakannya atas laporan keuangan tersebut berdasar
atas auditnya.
4. Paragraf lingkup audit (scope paragraph)
a. Suatu pernyataan bahwa auditor melaksanakan audit berdasar standar auditing
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
b. Suatu pernyataan bahwa auditor diharuskan merencanakan dan melaksanakan
auditnya agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material.
c. Suatu pernyataan bahwa audit yang telah dilaksanakan meliputi:
(1) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan
pengungkapan dalam laporan keuangan berdasar pengujian (sampling).
(2) Penilaian terhadap prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi
signifikan yang dibuat manajemen.
(3) Penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
d. Suatu pernyataan auditor bahwa ia yakin audit yang dilaksanakan memberikan
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat.
5. Paragraf pendapat (opinion paragraph)
Suatu pernyataan pendapat auditor bahwa laporan keuangan yang disebutkan alam
paragraf pengantar butir (a) menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca, dan hasil usaha, serta arus kas untuk
periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum.
6. Tanda tangan auditor, nama, nomor register negara auditor
Kita dapat melihat perbedaan dengan laopran audit di Amerika Serikat. Laporan audit
di Amerika Serikat tidak mencantumkan nama auditor, tapi nama kantor akuntan yang
melaksanakan audit.
7. Tanggal
Tanggal tersebut bukanlah tanggal laporan auditor independen itu dibuat. Tanggal
yang dicantumkan adalah tanggal diselesaikannya pekerjaan lapangan (fieldwork).

Penyimpangan dari Laporan Audit Bentuk Baku

Penyimpangan dari laporan audit bentuk baku dapat dibagi ke dalam dua kategori:

1. Penambahan bahasa penjelas dalam laporan audit baku yang memberikan pendapat
wajar tanpa pengecualian.
2. Pernyataan pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian.

12.5 JENIS PENDAPAT AUDITOR

Ada lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu:

a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian


Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah
dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar pengauditan, penyajian laporan
keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum, dan tidak terdapat kondisi atau
keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.
b. Pendapat Wajar tanpa Pengeculaian dengan Bahasa Penjelasan yang
Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai
dengan standar pengauditan, penyajian laopran keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang
memerlukan bahasa penjelasan.
c. Pendapat Wajar dengan Pnegecualian
Pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembahasan lingkup audit
yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dan prinsip
akuntansi yang berterima umum yang berdampak material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
d. Pendapat Tidak Wajar
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum.
e. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat layak diberikan apabila:
1. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun
karena kondisi teretntu.
2. Auditor tidak independen terhadap klien.

Pendapat Tidak Penuh (Piecemeal Opinion)

Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur tertentu dalam laopran keuangan.
Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat atau ia menyatakan pendapat tidak wajar atas lapiran keuangan secara
keseluruhan.

12.6 FAKTOR TERTENTU PERTIMBANGAN PELAPORAN

Bagian Audit Dilaksanakan Oleh Auditor Independen Lain

Kadang sebuah kantor akuntan yang berkedudukan di Jakarta harus mengaudit suatu
perusahaan yang berpusat di Jakarta. Akan tetapi perusahaan klien tersebut mempunyai
sebuah pabrik yang terletak jauh dari Jakarta, misalnya di Manado. Dalam hal ini kantor
akuntan tersebut dapat bekerja sama dengan kantor akuntan local yaitu dengan mengalihkan
pelaksanaan audit pabrik di Manado.

Auditor pada umumnya mau memikul tanggung jawab atas pekerjaan auditor lain apabila:

a. Auditor mempercayai independensi dan reputasi profesional auditor lain sehingga


pelaksanaan dan hasil audit oleh auditor lain dapat diandalkan.
b. Bagian laporan keuangan yang diaudit auditor lain tidak material dibandingkan
dengan laporan keuangan keseluruhan yang menjadi tanggung jawab auditor utama
untuk mengauditnya.
Auditor utama sebaiknya tidak mengungkapkan adanya bagian yang diaudit oleh auditor lain
dalam laporan auditnya.

Di pihak lain, apabila auditor tidak mau mengambil risiko dengan memikul tanggung jawab
atas pekerjaan auditor lain, maka auditor utama dapat meutuskan untuk mengacu ke audit
yang dilaksanakan auditor lain. Hal ini biasanya dilakukan auditor utama apabila:

a. Auditor kurang mempercayai independensi dan reputasi profesional auditor lain,


b. Auditor merasa tidak praktis apabila melakukan review terhadap pekerjaan auditor
lain,
c. Bagian laporan keuangan keseluruhan yang menjadi tanggung jawab auditor utama
untuk mengauditnya.

Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan

Yang dimaksud informasi lain dalam pembahasan ini adalah dokumen sebagai tambahan
keuangan auditan dan laporan auditor independen yang terdapat dalam:

a. Laporan keuangan tahunan yang ditujukan kepada pemegang saham, kreditur, dan
pemegang manfaat lain.
b. Laporan keuangan tahunan yang diserahkan kepada badan pengatur menurut
ketentuan peraturan pasar modal.
c. Laporan keuangan organisasi sosial yang digunakan untuk menghimpun sumbangan
yang akan didistribusikan kepada masyarakat luas.
d. Dokumen lain yang auditor diminta klien untuk manaruh perhatian.

Apabila auditor menyimpulkan adanya ketidakkonsistenan material auditor dapat mengambil


langkah berikut:

a. Menentukan apakah ia perlu merevisi laporan keuangan, laporan audit, atau


keduanya.
b. Apabila auditor merasa tidak perlu melakukan revisi laporan keuangan dan laporan
audit, auditor harus meminta klien merevisi informasi lain.
c. Jika klien tidak mau merevisi informasi lain, auditor harus mempertimbangkan
tindakan lain, seperti:
- Merevisi laporan audit dengan memasukkan paragraf penjelasan.
- Melarang penggunaan laporan audit dalam dokumen tersebut.
- Atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
Apabila berdasar pembicaraan auditor berkesimpulan bahwa salah saji material tetap ada,
auditor harus mempertimbangkan beberapa langkah yang dapat ditempuh seperti:

a. Memberitahu klien secara tertulis mengenai padangannya terhadap informasi lain.


b. Berkonsultasi dengan penasihat hukumnya untuk mendapatkan nasihat mengenai
tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh auditor dalam keadaan tersebut.

Pelaporan atas Laporan Keuangan Ringkasan dan Data Keuangan

Auditor ditugasi untuk menyusun dan melaporkan laporan keuangan ringkasan yang berasal
dari laporan keuangan auditan.

Auditor tidak boleh melaporkan laporan keuangan ringkasan dengan cara yang sama
sebagaimana auditor melaporkan laporan keuangan auditan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah kesalahan interprestasi pemakai bahwa laporan keuangan ringkasan telah
mencakup semua pengungkapan yang diperlukan. Oleh karena itu laporan keuangan harus
diberi tanda yang jelas bahwa laporan keuangan tersebut merupakan ringkasan.
DAFTAR PUSTAKA

Halim Abdul & Santoso, Totok Budi. AUDITING II Edisi ke-3 Dasar-Dasar Prosedur
Pengauditan Laporan Keuangan UPP AMP YPKN

Anda mungkin juga menyukai