Anda di halaman 1dari 5

Kanker Esofagus

  
Kanker kerongkongan atau kanker esofagus adalah pertumbuhan sel
ganas yang terjadi di kerongkongan (esofagus). Esofagus merupakan saluran
yang mengalirkan makanan dari mulut ke lambung. 
Esophageal cancer atau kanker esofagus bisa dialami oleh semua orang, tetapi lebih banyak
dialami pria yang berusia di atas 40 tahun. Sel kanker ini biasanya berawal dari sel yang
berada di bagian dalam kerongkongan. Semakin cepat terdeteksi dan mendapatkan
pengobatan, akan semakin baik hasil
pengobatannya. 

Gejala Kanker Esofagus


Pada awal kemunculan, kanker esofagus jarang menimbulkan gejala. Gejala biasanya baru
muncul saat kanker sudah mencapai tahap lanjut. Gejala-gejala kanker esofagus meliputi:

 Nyeri ulu hati.


 Nyeri di tenggorokan atau di belakang tulang dada.
 Batuk kronis yang terjadi terus menerus.
 Sulit menelan (disfagia).
 Penurunan berat badan secara drastis.
 Batuk berdarah atau muntah darah.
 BAB berdarah atau berwarna gelap.

Kapan harus ke dokter


Bila merasakan gejala-gejala kanker esophagus, segeralah lakukan pemeriksaan ke dokter.
Selain itu, orang yang menderita Barret’s esophagus juga perlu rutin melakukan pemeriksaan
ke dokter. Barret’s esophagus merupakan kondisi prakanker yang meningkatkan risiko
seseorang mengalami kanker esofagus.
Penderita kanker kerongkongan atau kanker esofagus harus melakukan pemeriksaan rutin ke
dokter, baik selama menjalani pengobatan maupun setelah pengoatan selesai. Hal ini
diperlukan agar dokter dapat melakukan evaluasi terhadap pengobatan dan mendeteksi lebih
dini bila penyakit muncul kembali.

Penyebab Kanker Esofagus


Penyebab kanker esofagus belum dapat dipastikan. Namun, kanker ini diduga muncul karena
sel-sel di dalam kerongkongan mengalami perubahan atau mutasi genetik, sehingga tumbuh
secara tidak normal dan tidak terkendali. Sel abnormal tersebut menumpuk hingga
membentuk tumor di dalam kerongkongan.
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker esofagus, antara lain:

 Kebiasaan merokok. Kandungan racun dan senyawa berbahaya pada rokok dapat
menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
kanker esofagus.
 Konsumsi alkohol yang berlebihan. Sama seperti rokok, alkohol dapat membuat
saluran esofagus mengalami iritasi dan peradangan yang bisa memicu pertumbuhan
sel abnormal.
 Kelainan esophagus, seperti Barret’s esophagus dan akalasia.
 Obesitas.
 Pola makan kurang serat.
 Radioterapi, misalnya untuk pengobatan kanker lain di daerah leher.

Diagnosis Kanker Esofagus


Pada tahap awal, dokter akan mendiagnosis kanker esofagus dengan menanyakan gejala yang
dialami pasien dan riwayat kesehatannya. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang tersebut meliputi:

 Endoskopi
Endoskopi dilakukan untuk mengetahui terjadinya iritasi atau keberadaan kanker pada
saluran esofagus.
 Foto Rontgen
Pada pemeriksaan ini, pasien diminta meminum zat pewarna (kontras), sehingga
saluran esofagus akan terlihat jelas ketika dilakukan Rontgen.
 Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan kerongkongan untuk
kemudian diperiksa di laboratorium. Tujuan pemeriksaan biopsi adalah untuk
mengetahui keberadaan sel kanker.

Setelah memastikan keberadaan sel kanker, dokter dapat melakukan pemeriksaan lain untuk
mengetahui stadium dan penyebaran kanker. Pemeriksaan tersebut berupa Rontgen dada atau
CT scan. Dari pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan stadium kanker yang terdiri
dari:

 Stadium 1
Pada stadium ini, kanker masih dalam lapisan esofagus dan belum menyebar ke
jaringan sekitarnya, seperti kelenjar getah bening.
 Stadium 2
Pada stadium 2A, sel kanker sudah tumbuh menutupi lapisan luar esofagus. Pada
stadium 2B, kanker sudah melewati lapisan otot dan menyebar ke kelenjar getah
bening.
 Stadium 3
Stadium 3A menandakan sel kanker sudah mencapai jaringan yang menutupi paru-
paru (pleura) dan otot di bawah tulang iga. Stadium 3B menunjukkan sel kanker
sudah tumbuh menutupi lapisan luar esofagus dan menyebar ke lapisan kelanjar getah
bening di sekitar kerongkongan.
 Stadium 4
Stadium ini menunjukkan kanker sudah berada pada tahap lanjut dan sudah menyebar
ke organ tubuh lain, termasuk hati atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Esofagus


Pengobatan kanker esofagus akan disesuaikan dengan lokasi dan stadium kanker. Jenis-jenis
pengobatan untuk kanker esofagus adalah:
1. Operasi
Operasi dapat dilakukan untuk mengangkat jaringan kanker yang kecil, sebagian esofagus
yang terkena kanker (esofagektomi), atau sebagian esofagus dan bagian atas lambung
(esofagogastrektomi). Dokter bedah bisa melakukan operasi dengan metode bedah terbuka
atau dengan laparoskopi. Jenis operasi yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi
pasien.
2. Kemoterapi
Prosedur ini dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk membunuh sel
kanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah operasi, serta dikombinasikan
dengan radioterapi.
Kemoterapi dapat menyebabkan sejumlah efek samping, di antaranya adalah mual, berat
badan turun, diare, kelelahan, tidak nafsu makan, infeksi, mudah mengalami perdarahan dan
memar.
3. Radioterapi
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sinar khusus untuk membunuh sel kanker.
Biasanya terapi ini digabungkan dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan setiap hari,
selama 2-6 minggu.
Efek samping yang dapat dirasakan pasien setelah menjalani radioterapi antara lain reaksi
kulit seperti terbakar atau nyeri, sulit menelan makanan dan minuman, serta kerusakan pada
organ di sekitar lokasi tumbuhnya tumor.
4. Terapi target
Metode pengobatan ini ditujukan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker
yang tumbuh di kerongkongan, menggunakan obat khusus.
5. Terapi lainnya
Selain empat metode di atas, kanker esofagus juga dapat ditangani dengan beberapa prosedur
di bawah ini:

 Imunoterapi, untuk meningkatkan sistem imun untuk menyerang sel kanker dengan
obat khusus.
 Elektrokoagulasi, untuk menghancurkan sel kanker dengan aliran listrik.
 Krioterapi, untuk membekukan dan membantu mengecilkan sel kanker.

Kanker esofagus dapat menyebabkan penderitanya kesulitan menelan (disfagia). Kondisi ini
berisiko menyebabkan penderita kekurangan nutrisi. Untuk mengatasi disfagia, dokter dapat
meminta pasien untuk memperbaiki pola makan, melatih otot di kerongkongan, dan
memperbaiki posisi tubuh saat makan.

Komplikasi Kanker Esofagus


Kanker esofagus dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, yaitu:

 Penyumbatan esofagus
Kanker esofagus dapat menyebabkan diameter esofagus mengecil sehingga makanan
dan minuman akan sulit melewati esofagus.
 Nyeri di sekitar leher
Kanker esofagus yang sudah mencapai stadium lanjut dapat menyebabkan rasa nyeri
di bagian leher dan sekitarnya.
 Perdarahan esofagus
Perdarahan pada esofagus akibat kanker biasanya muncul secara bertahap, namun bisa
juga muncul secara tiba-tiba.
 Komplikasi setelah operasi
Setelah operasi kanker esofagus, pasien berisiko mengalami komplikasi berupa
infeksi, perdarahan di area operasi, serta robeknya esofagus.

Penanganan yang bisa dilakukan jika terjadi komplikasi antara lain menghilangkan sumbatan
esofagus dengan memasang alat medis khusus untuk menjaga agar esofagus tetap terbuka.
Tindakan lainnya adalah pemasangan selang untuk memberikan asupan makanan, jika
penderita sulit menelan setelah menjalani operasi esofagus.

Pencegahan Kanker Esofagus


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker esofagus dan
menurunkan risikonya, antara lain:

 Membatasi konsumsi alkohol.


 Berhenti merokok.
 Memperbanyak konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah.
 Menjaga berat badan yang ideal.
Referensi

Abbas, G. Krasna, M. (2017). Overview of Esophageal Cancer. Annals of Cardiothoracic


Surgery, 6(2), pp. 131-136. 
Napier, et al. (2014). Esophageal Cancer: A Review of Epidemiology, Pathogenesis, Staging
Workup and Treatment Modalities. World Journal of Gastrointestinal Oncology, 6(5), pp.
112-120. 
CancerNet (2018). Esophageal Cancer: Symptoms and Signs. 
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Oesophageal Cancer. 
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Esophageal Cancer. 
Henderson, R. Patient (2014). Oesophageal Cancer.

Anda mungkin juga menyukai